Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 159773 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Laksono Budi Satrio
"ABSTRAK
Penelitian ini menganalisis secara komprehensif penerapan sistem pengendalian manajemen dengan levers of control framework pada PT Telekomunikasi Indonesia Tbk. sebuah perusahaan telekomunikasi terbesar di Indonesia. Dengan menggunakan metode deskriptif penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan mengapa perusahaan telekomunikasi yang menghadapi banyak ancaman dapat survive dan sangat profitable. Penelitian ini berkesimpulan bahwa PT Telekomunikasi Indonesia Tbk. telah memiliki sistem pengendalian manajemen yang sangat baik sehingga mampu mengatasi berbagai ancaman.

ABSTRACT
The aim of this research is to comprehensively analyze management control systems using levers of control framework at PT Telekomunikasi Indonesia Tbk. the largest telecommunication company in Indonesia. Using the descriptive method this research aims to explain why telecommunication company which faces many threats can be survive and very profitable. This research concludes that PT Telekomunikasi Indonesia Tbk. has had very good management control systems so that it can overcome various threats."
2014
S53900
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S36601
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sigit Dwi Cahyo
"Perkembangan telekomunikasi pada tahun 2008 menjadi sangat penting bagi dunia telekomunikasi. Industri Telekomunikasi berbasis GSM masih menjadi andalan bagi operator telekomunikasi Telkomsel sebagai sumber pemasukan utama mereka. Perencanaan program pembangunan jangka pendek selama satu tahun kedepan, yang matang diperlukan oleh operator telekomunikasi untuk mengalokasikan anggaran biaya. Dengan menggunakan data periode 2008 untuk seluruh Area Jawa Timur dan metode linier least square untuk melakukan prediksi trafik 2009. Data dikumpulkan selama setahun sebelum dan untuk prediksi selama setahun sesudah. Perhitungan dan prediksi dilakukan untuk mendapatkan komponen nilai growth factor, high season factor, trafik akhir 2009, prediksi pelanggan akhir 2009, program per kuartal, capex dan juga opex guna untuk keputusan analisa investasi. Pertumbuhan trafik 2009 mengalami kenaikan 49.51% dari tahun 2008. Pertumbuhan pelanggan sebesar 9.51%. Prediksi peningkatan trafik terbesar terjadi pada bulan September 2009 pada akhir sebesar 17.93% dengan growth factor rata-rata 1.18%. Growth factor tertinggi terjadi pada kabupaten Bondowoso sebesar 1.9 dan terkecil Bangkalan sebesar 1.06. High Season Factor tertinggi pada Nganjuk 1.6 dan terendah pada kabupaten Gresik, Jember, Lamongan, Lumajang, Madiun, Malang, Malang (Kodya), Ngawi, Pasuruan, Ponorogo, Sidoarjo, Trenggalek, Tuban dan Tulungagung. Anggaran 2009 sebesar Rp 553.340.301.544,61 dengan IRR sebesar 9.34%, Payback period 23.5 bulan dan juga nilai NPV > 0, sehingga proyek layak untuk di jalankan.

The development Telecommunication during 2008 became very important for the world of the telecommunications. The Telecommunication industry based on GSM still became the mainstay for Telkomsel which is the biggest telecommunications operator, as the source of their main revenue. Short-term planning of the development program for one year in the future, which is ripe, is needed by the telecommunications operator to allocate the budget of the cost. The data period collected from 2008 for East Java Area and linear method least square is used to carry out the prediction of the traffic for 2009. The data was gathered during one year before and for the prediction during one year after. The calculation and the prediction was done to get the component thought growth factor, high season factor, also end of year traffic 2009, the prediction of the end subscriber 2009, the program quarterly, capex and Opex furthermore those parameter will be used for investment analysis. The growth of the traffic 2009 experienced increase 49.51% from 2008, and also growth of the customer increase almost 9, 51%. The highest increasing traffic prediction will be occurring in September 2009 at the end of 17, 93% with growth factor in general 1.18%. The highest Growth factor occur in Bondowoso regency which is 1, 9 and smallest in Bangkalan around 1, 06. the highest High Season Factor come from Nganjuk 1,6 and lowered in Gresik regency, Jember, Lamongan, Lumajang, Madiun, Malang, Malang (the Municipality), Ngawi, Pasuruan, Ponorogo, Sidoarjo, Trenggalek, Tuban and Tulungagung with no HSF. Budgeting for period of 2009 is around Rp 553.340.301.544,61 with IRR value is 9.34%, payback period 23.5 months and also NPV above 0, means this program is recommended to be done."
Jakarta: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
T40865
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Darmawatik
"Didorong oleh pertumbuhan demand telepon di Jabotabek (masuk dalam wilayah Divre II) yang tinggi dan letaknya menyebar, dan juga biaya investasi pembangunan jaringan pisik yang tinggi, maka operator melirik teknologi CDMA sebagai salah satu alternatif memenuhi penetrasi telepon dan pemasaran di Divre II.
Untuk pemenuhan tersebut Divre II Jakarta mengeluarkan produk layanan FWA- CDMA, namun PT. Indosat pun sebagai operator yang telah diberi lisensi oleh regulator untuk menyelanggarakan telepon tetap juga menggelar layanan yang sama dengan menggunakan teknologi CDMA.
Melihat kondisi tersebut PT. Telkom harus menyusun strategi penggelaran yang kompetitif sehingga unggul dalam kompetisi tersebut.
Dari hasil analisa maka PT. Telkom harus melakukan strategi memenangkan mind share, market share dan heart share."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
T14605
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Epakartika
"Penelitian ini dilatar belakangi oleh perkembangan industri telekomunikasi selular yang demikian pesat di Indonesia. Akan tetapi disinyalir kesiapan peraturan yang terkait dengan industri tersebut, belum sepenuhnya mendukung intensitas persaingan yang terjadi, terutama antar operator selular. Karenanya penulis merasa perlu untuk melakukan analisis terhadap industri tersebut, dengan pendekatan organisasi industri.
Penelitian ini mengkombinasikan berbagai macam metodologi baik yang bersifat kualitatif maupun yang bersifat kuantitatif, Metodologi yang bersifat deskriptif kualitatif terutama dilakukan dalam menganalisis kebijakan, dan metodologi yang bersifat kuantitatif, pada umumnya dilakukan dengan pendekatan ekonometrika.
Hasil dari penelitian ini, berupa analisis perihal struktur industri dengan memperhatikan variabel jumlah dan distribusi pembeli,jumlah dan distribusi penjual, product differentiated dan kondisi entry, serta struktur kepemilikan.
Dengan demikian diketahui bahwa struktur industri telekomunikasi selular di Indonesia, bersifat oligopoly dengan perusahaan dominan. Di samping itu, juga diidentifikasi perilaku perusahaan yang bersifat legal tactics (kerjasama dengan unit usaha lain dan horizontal integration) serta strategic behaviour (kebijakan produk, kebijakan harga, advertising, research and development serta investasi). Kinerja industri menunjukkan bahwa terdapat profitability beberapa perusahaan dalam industri, progressiveness, dan perkembangan teknologi. Di samping itu, perspektif konsumen juga menjadi indikasi kinerja industri, dan variabel-variabel structure, conduct dan performance, diperoleh hubungan satu sama lain.
Hasil dari analisis kebijakan berupa UU No.5 tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, UU No.8 Tabun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, UU No.36 tahun 1999 tentang Telekomunikasi, dan PP No.52 tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Telekomunikasi, menunjukkan dimasa depan perkembangan industri telekomunikasi selular harus mengacu pada undang-undang tersebut sehingga industri ini bisa memberikan dampak yang besar bagi mayarakat.
Akan tetapi perlu ada penjelasan yang komprehensif terhadap hal-hal yang disebutkan dalam UU tersebut, sehingga tidak menimbulkan multiinterpretasi, ambiquitas dan dapat menyebabkan diskriminasi."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2002
T1682
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Devina Dhiya Setiani
"ABSTRAK
Industri telekomunikasi di Indonesia saat ini sudah semakin berkembang. Jumlah pelanggan telekomunikasi di Indonesia saat ini sudah melebih jumlah penduduk Indonesia, namun ternyata peredaran SIM card yang tinggi tersebut tidak berdampak baik bagi operator telekomunikasi. Peredaran SIM card yang tinggi mengakibatkan tingkat churn pelanggan yang tinggi di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan variabel yang mempengaruhi churn pelanggan di Indonesia serta probabilitas churn pelanggan dari tiga operator telekomunikasi di Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode regresi logistik dan rantai markov yang melibatkan 400 responden pengguna layanan telepon, pengguna layanan internet, dan pengguna utama kartu GSM prabayar dari masing ndash; masing operator. Penelitian ini menghasilkan variabel harga layanan telepon dan kualitas layanan telepon serta SMS pada layanan telepon, harga layanan dan kualitas sinyal jaringan internet pada layanan internet, dan penyelesaian masalah pelanggan setelah mengguhubungi layanan pelanggan dari operator pada layanan telepon dan internet sebagai variabel paling berpengaruh terhadap churn pelanggan pada ketiga operator telekomunikasi. Probabilitas churn pelanggan tertinggi pada layanan internet dimiliki oleh operator telekomunikasi terbesar di Indonesia.

ABSTRACT<>br>
Telecommunication industry in Indonesia nowadays is evolving more than before. The number of telecommunication subscribers in Indonesia has now exceeded the total population of Indonesia, but it turns out that the high number of SIM card distribution that exceeds the population of Indonesia is not a good thing for telecom operators. The high number of SIM cards distributed results higher customer churn rates in Indonesia. This study aims to obtain variables that affect customer churn in Indonesia and the probability of customer churn from three telecommunication operators in Indonesia. This study used logistic regression and markov chain method involving 400 respondents of telephone service users, internet service users, and main users of GSM prepaid cards from each operator. This study obtains the price of telephone service and quality of telephone service as well as SMS on telephone services, the price of internet service and quality of internet network signal on internet services, and customer problem that solved after calling customer service of the operator variable on telephone and internet services as the most influential variable on customer churn of the three telecom operators. The highest probability of customer churn for internet service is owned by the largest telecommunication operator in Indonesia."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hendra Santoso
"Implementasi Jaringan Tetap Akses Nirkabel (FWA) sejak tahun 2002 telah meningkatkan penetrasi telepon tetap dari 3 % pada tahun 2002 menjadi 9 % pada tahun 2007. Layanan FWA telah berkembang menjadi layanan yang mirip dengan Layanan Telepon Bergerak Seluler (Layanan Seluler) baik dari segi fitur maupun cakupan geografisnya. Sehingga Layanan FWA dianggap menjadi pesaing langsung Layanan Seluler. Pengenaan BHP Frekuensi kepada Penyelenggara FWA yang jauh lebih rendah dari Penyelenggara Layanan Seluler telah menciptakan kompetisi yang tidak seimbang.
Berdasarkan hasil perhitungan tarif pungut Bakrie Telecom dan Telkom FWA terlihat bahwa tarif yang diberlakukan jauh dibawah tarif Layanan Seluler. Namun tarif FWA masih menghasilkan margin keuntungan yang mencukupi dibandingkan dengan penyelenggara telekomunikasi lainnya di Indonesia dan negara lain. Dengan melakukan simulasi kenaikan BHP Frekuensi FWA sampai pada tingkat yang sama dengan Layanan Seluler, ternyata masih menghasilkan margin keuntungan yang baik yang ditunjukkan oleh Margin Laba Operasi sebesar 20 % hingga 34 % dan EBITDA Margin sebesar 38 % hingga 45 % . Sedangkan jika margin keuntungan saat ini tetap dipertahankan, maka akan terjadi kenaikan tarif pungut 6 % sampai 9 %.
Berdasarkan hasil simulasi dapat dilihat bahwa kenaikan BHP Frekuensi FWA tidak membawa dampak bisnis yang buruk bagi kondisi penyelenggaraan FWA. Apalagi jika mempertimbangkan pertumbuhan trafik layanan FWA sebesar lebih dari 66 %, pertumbuhan basis pelanggan lebih dari 52 % dan pertumbuhan pendapatan lebih dari 23 %, maka tingkat keuntungan akan terus bertambah. Namun demikian yang lebih penting adalah besaran BHP Frekuensi yang tepat akan menciptakan kompetisi yang seimbang dan mendorong penggunaan frekuensi lebih efisien, sehingga memberikan manfaat yang sebesar ? besarnya bagi masyarakat sebagai stakeholder yang terpenting.

The implementation of Fixed Wireless Access Network (FWA) since 2002 has increased the fixed telephone penetration from 3% in 2002 to 9 % in 2007. The FWA services have been extending to become similar with Cellular Mobile Telephone Services (cellular services) in term of features and geographical coverage. Therefore the FWA services are considered as direct competitor to the cellular services. The much lower frequency usage right fee for FWA providers compared to cellular service providers has created unequal competition.
Based on the retail tariff calculation result for Bakrie Telecom and Telkom FWA, the applied rates are much lower than the cellular services rates. However, the FWA services rates are still providing adequate profit margins compared with other telecommunications service providers in Indonesia and other countries. By performing a simulation of raising FWA frequency usage right fee to the same level with cellular services, it still results an adequate profit margins as indicated by operating income margin of 20 % - 34 % and EBITDA Margin of 38 % - 45 %. Whereas if the current profit margin is still maintained, they have to raise retail tariff to 6 % - 9 %.
According to the simulation results it can be observed that raising the FWA frequency usage right fee does not cause unacceptable business impact to their service provision. Moreover considering the FWA services traffic growth more than 66 %, the subscriber base growth more than 52 % and the revenue growth more than 23 %, the profit margin will grow continuously. However more importantly, an equitable frequency usage right fee will create a fair competition and promote more efficient frequency usage, so that it will provide maximum benefit to the people being the most important stakeholder."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
T24266
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rani Nur`Aini
"Tesis ini membahas tentang analisis kelayakan operator FWA (Fixed Wireless Access) di Indonesia. Seberapa besar mereka berkontribusi untuk meningkatkan teledensitas jaringan telekomunikasi khususnya pada jaringan fixed. Kepemilikan dua lisensi yaitu jaringan fixed dan seluler oleh suatu perusahaan membuat perusahaan tersebut tidak konsisten dalam mengelola manajemen perusahaan mereka. Bila dilihat secara internal, ketidak konsistenan suatu perusahaan dalam mengelola manajemen perusahaan dinilai sebagai salah satu kelemahan perusahaan yang sekaligus dapat dijadikan sebagai peluang bagi perusahaan lain untuk merebut pelanggannya.
Untuk itu, berdasarkan analisis daya saing operator FWA eksisting ini diharapkan mampu memberikan output (keluaran) berupa evaluasi bagi manajemen perusahaan untuk memfokuskan diri agar memilih pangsa pasar mana yang akan dituju guna mempertahankan positioning mereka di pangsa pasar yang sudah tercipta dengan baik.
Dalam Tesis ini dengan analisis biplot akan menganalisis persaingan bisnis masing-masing perusahaan dari sisi perkembangan jumlah pelanggan serta positioning mereka di mata pelanggan, selain peran pemerintah dalam membuat regulasi alokasi frekuensi FWA juga dibutuhkan.

This tesis discusses about the feasibility analysis of FWA (Fixed Wireless Access) operator in Indonesia. How big they contribute to increase teledensity of telecommunications network especially the fixed network. The ownership of two licenses that is fixed network and cellular by a company made this company inconsistent in carrying out the management of their company. From internally, the inconsistent of a company in carrying out the management of their company was thought as one of the weakness that can be made a opportunity for the other one to seized their customer.
So, according this competitive analysis of FWA operator can give an output as an evaluation for the company management to focus their selves in order to choose which market segment will be the aim to maintained their position in the market segment that has been created well.
In this tesis, with the biplot analysis will analyze the competition of each company business from the side of the number of customer development and their positioning in the eyes of the customer, besides of the government roles in making the allocation regulation of the FWA frequency also be needed."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
T26022
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Purnomo
"Berbagai tekanan dihadapi TELKOM Tbk. dalam beberapa tahun terakhir ini, meliput tekanan peraturan khususnya berlakunya IJU no. 36/1999 tentang Telekomunikasi dan Cetak Biru Tetekomunikasi Indonesia yang mengakhiri hak monopoli dan mendorong persaingan; tekanan teknologi seria tekanan tuntutan konsumen.
Tekanan-tekanan tersebut memaksa memungkinkan TELKOM melakukan diversifikasi konsentrik - disamping memperkuat bisnis lamanya - guna mempertahankan arus pendapatan dan pertumbuhannya. Diversifikasi dilakukan dengan memasuki segmen segmen baru dalam sektor telekomunikasi yaitu komunikasi internasional (SLI), internet, multimedia dan terutama telekomunikasi bergerak (mobile). Keseriusan TELKOM memasuki bisnis mobile juga didorong oleh kenyataan bawa pertumbuhan pasarnya selama ini sangat mengesankan demikian pula proyeksinya di masa mendatang.
Dalam bisnis mobile, TELKOM pertama-tama menghadapi pilihan teknologi, karena saat ini di dunia dan di Indonesia ada 2 basis teknologi yang besar yaltu GSM dan CDMA masing-masing dengan berbagai kelebihan dan kelemahannya. GSM dengan konsumen yang dominan di indonesia akhirnya dipilih sebagai basis teknologi TELKOMobiIe. Selanjutnya karena teknologi mobile tenis berkembang dan karena saat ini menuju generasi ke-3 (3G) maka TELKOMobiIe juga perlu memilih tingkat evolusi mana pada transisi GSM tersebut yang akan diikuti. Dengan pilihannya pada GPRS TELKOMobile menempatkan diri sebagai pelopor teknologi di industrinya.
Dalam industri teleport mobile, pasar Indonesia dikuasai secara oligopoli (differentiated oligopoly) oleh 3 pemain utama yaitu Telkomsel sebagai pemimpin pasarnya (pangsa pasar 45%), kemudian Satelindo dan Excelcomindo. Ketiganya yang menguasai 93% pasar pelanggan adalah operator dengan teknologi GSM. Di samping TelkoMobile, pertumbuhan pesat mobile di Indonesia juga telah mengundang banyak pemain barn lain baik regional maupun nasional. Pemain barn nasional yang patut diperhitungkan adalah Indosat melalui proyek IM3-nya.
Untuk bersaing di industri yang makin kompetitif tersebut di samping keunggulan teknologi dan jaringan eksisting TELKOM, TELKOMobiIe juga memiliki peluang memanfaatkan sinergi dengan Telkomsel yang telah diakuisisi TELKOM (sehingga TELKOM menjadi pemegang saham mayoritas, 77,72%). Dengan demikian Telkomsel bisa dipandang sebagai pesaing sekaligus partner bagi TELKOMobile.
Berdasarkan berbagai kondisi yang ada maka strategi yang disarankan bagi TELKOMobile adalah:
- Integrasi parsial dengan Telkomsel khususnya dalam hal coverage jaringan.
- Dari segi perusahaan, secara strategis memposisikan diri sedikit dibawah Telkomsel. Namun dari segi mutu produk di atas Telkomsel.
- Strategi generik differensiasi.
- Untuk layanan dasar yang ditujukan bagi pasar perorangan termasuk remaja, diferensiasi dengan kapasitas kartu SIM pra-bayar yang Iebih besar.
- Untuk layanan nilai tarnbah yang ditujukan untuk pasar perusahaan dan profesional, diferensiasi berasal dan adopsi teknologi janingan pintar dan GPRS.
- Dalam kaitan dengan rencana peluncuran (soft launching dan grand launching pada akhir Juni dan Agustus 2001), ada 2 alternatif strategi yang diusulkan. Alternatif pertama adalah diluncurkan dengan merek Telkomobile. Namun dalam angka panjang Telkomobile digabung dengan Telkomsel dan menjadi produk high-end Telkomsel.
- Alternatif ke-dua, peluncuran dilakukan atas nama Telkomsel.
Rumusan Masalah dalam tulisan ini adalah situasi yang dihadapi TELKOM sehîngga perlu memasuki bisnis mobile; pilihan teknologi yang dihadapi TELKOM di bisnis mobile; dan situasi persaingan yang dihadapi TELKOMobile serta perumusan strategi menghadapinya.
Tujuan Penulisan adalah: menggambarkan situasi yang dihadapi TELKOM sehingga masuk ke bisnis mobile; menggambarkan situasi bisnis mobile yang dihadapi TELKOM dan strategi teknologinya sebagai pemain baru; dan memberikan alternatif strategi bagi TELKOMobile.
Ruang Lingkup Penelitian adalah: obyek pengamatãn ada.lah PT.TELKOM Tbk. khususnya segmen jasa mobile yaitu proyek TELKOMob11e; Pendekatan pembahasan dad sisis manajemen strategi; dengan rentang waktu strategi 2001-2004. Diasumsikan TELKOMobiIe akan dioperasikan sendiri.
Metodologi penelitiaan berupa pengumpulan data sekunder dan teori-teori yang relevan dan berbagai buku, penerbitan maupun situs internaet. Sedangkan data primer didapat dañ wawancara dengan nana sumber yang berkompeten baik di Teilcomobile maupun di Telkomsel."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2001
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Setyardi Widodo
"Penelitian ini menganalisis exit strategy perusahaan telekomunikasi dari industri yang sedang menurun dengan mengambil studi kasus keluarnya PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) dari industri CDMA (code division multiple access). Penelitian menggunakan pendekatan post positivis dengan metode pengumpulan data campuran antara kuantitatif dan kualitatif. Penelitian ini mengacu pada pendapat Porter yang dimodifikasi mengenai strategi bersaing dengan fokus membahas exit barrier dan upaya mengatasinya.
Penelitian menemukan bahwa perkembangan ekosistem teknologi CDMA global, penurunan jumlah pelanggan Flexi, penurunan pendapatan, serta kerugian usahatelah mendorong Telkom untuk keluar dari industri CDMA. Adapun hambatan keluar yang dihadapi mencakup aset berupa infrastruktur, lisensi dan frekuensi, biaya terkait SDM dan pelanggan, hambatan emosional karyawan dan manajemen, hambatan pemerintah dan sosial terutama terkait dengan aspek politik sebagai BUMN, serta mekanisme penjualan harta kekayaan. Hambatan berupa aspek politik merupakan hambatan terbesar.
Telkom dapat mengatasi berbagai hambatan keluar karena dukungan pemerintah melalui penataan frekuensi, memiliki beragam portofolio bisnis sehingga mudah dalam memindahkan SDM, dan Telkom memiliki anak usaha yang kuat di bidang telekomunikasi nirkabel.

This research analyzes the exit strategy of telecommunication companies from a declining industry with a case study on the exit of PT Telekomunikasi Indonesia Tbk. (Telkom) from code division multiple access (CDMA) industry. The research uses a post positivist approach with a mixed data collection method between quantitative and qualitative. This research refers to modified Porter?s notion of competitive strategy with a focus on discussing exit barrier and effort to overcome the barrier.
This research found that Telkom exited from CDMA industry due to the development of global CDMA technology ecosystem along with the declining number of Flexi subscribers and revenue as well as loss of business. Meanwhile, the exit barriers faced by the company include assets such as infrastructure, license and frequencies, human resources and customer-related cost, employee and management emotional barriers, government and social barriers primarily associated with political aspect as a state-owned company, and mechanism of asset sales. Political aspect became the biggest barrier.
Telkom was able to overcome the exit barriers due to government support through the arrangement of frequency alocation. Moreover, the company has a diverse business portfolio to facilitate redeployment of human resources, and the company has a strong subsidiaries in the field of wireless telecommunication.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2015
T43852
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>