Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 78497 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rizka Khairina
"Penelitian ini akan memaparkan mengenai hubungan teori atraksi interpersonal dalam hubungan pasangan lesbian. Teori atraksi interpersonal menjadi landasan penelitian ini karena Atraksi Interpersonal mempengaruhi dalam hal penafsiran pesan dan efektivitas komunikasi. Teori ini menjelaskan semakin kita menyukai seseorang tersebut, maka penilaian positif kita terhadap dia semakin meningkat, begitu juga sebaliknya. Teori ini menjadi awal bagaimana sepasang lesbian dapat menjalin hubungan yang lebih intim. Terjadinya hubungan yang lebih intim tersebut memiliki salah satu faktor pendukung yaitu terjadi komunikasi yang efektif dalam hubungannya. Fenomena dimana semakin maraknya pasangan lesbian mendasari penelitian ini padahal fenomena ini adalah hal yang tidak wajar. Peneliti melihat adanya keterkaitan dengan teori atraksi interpersonal yang mampu menjadikan komunikasi terhadap pasangan lesbian sangat efektif. Data yang dipersentasikan dalam tulisan ini bersumber dari penelitian di lapangan bersama dua pasang lesbian sebagai subjek penelitian. Hasil dari penelitian ini menunjukan adanya faktor personal dan situasional yang mampu mempertahankan hubungan pasangan lesbian.

This research will try to explain about the theory of interpersonal attraction amongst lesbian couples. The interpersonal attraction theory will be the basis of this research because we will examine the interpretation of message and the effectiveness of communication. This theory explains that the more we like someone the more positive judgments we give to them, and also vice versa. The theory will be the beginning how lesbian couples will have a more intimate relation. Having an intimate relation is a supporting factor to much effective communication. With the increasing number of lesbian couples, it has also become the basis of this research and views that it is a deviant phenomenon. The writer sees the relation between the interpersonal attraction theory with the effectiveness of the communication amongst lesbian couples. The results of this study showed the presence of personal and situational factors that lesbian couples are able to maintain relationships."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Meuthia Adira Fitrilia
"Realitanya, manusia merupakan sebuah insan yang memiliki keragaman dalam diri. Keragaman ini menimbulkan adanya bentuk interaksi sehingga menciptakan sebuah peristiwa atau isu di dalam kehidupan sosial. Salah satunya adalah munculnya komunitas LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transeksual) yang telah legal di Belanda. Pelegalan ini menimbulkan kebebasan dalam setiap aspek kehidupan masyarakat, salah satunya adalah dalam bidang periklanan. Penelitian ini akan mengkaji lebih spesifik tentang pasangan lesbian yang ditampilkan dalam sebuah tayangan iklan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pasangan lesbian di Belanda direpresentasikan dalam iklan komersial. Penelitian ini akan menggunakan analisis semiotika John Fiske dengan teori codes of television yang dibagi menjadi tiga tingkatan yakni level realitas, level representasi dan level ideologi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasangan lesbian di Belanda dapat direpresentasi melalui bentuk tingkatan interaksi yang tercipta. Selain itu, terdapat pula bentuk ‘gender role’ yang terlihat pada masing-masing individu perempuan yakni maskulinitas serta feminitas.

In reality, humans are human beings who have diversity within themselves. This diversity gives forms of events or issues in society, one of which is the appearance of LGBT (Lesbian, Gay, Bisexual, and Transsexual) that are legalized in the Netherlands. This legalization creates freedom in every aspect of people's lives, one of which is in the field of advertising. This research will examine more specifically about lesbian couples who are featured in an advertisement. The purpose of this research was to find out how lesbian couples in the Netherlands are represented in commercial advertisements. This research will use John Fiske's semiotic analysis with the theory of codes of television, divided into three levels: the level of reality, the level of representation and the level of ideology. The results showed that lesbian couples in the Netherlands can be represented from the level of interaction that created. Furthermore, this research also found a form of gender roles in each woman figure called masculinity and femininity."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rizky Fauzi
"Homoseksual lesbi hidup di Indonesia sebagai sebuah subkultur. Sebagai seorang manusia biasa tentunya seorang lesbian juga memiliki lingkungan sosial yang terdiri dari pranata-pranata seperti pranata pendidikan, pekerjaan, dan lain-lain. Namun tidak pada semua pranata ini tentunya mereka mampu menjadi diri sendiri, karena adanya sanksi sosial dari masyarakat sekitar ketika memiliki identitas sosial yang berbeda dari kebanyakan masyarakat. Untuk itu, mereka hanya mengaktifkan identitas sosial mereka sebagai seorang lesbian hanya pada pranata-pranata tertentu. Pengaktifan identitas ini kemudian menjadi sebuah landasan bagaimana sebuah subkultur berbatasan.
Heteronormativitas sebagai sebuah konsep yang awalnya hadir pada relasi manusia heteroseksual ternyata juga hadir pada relasi homoseksual lesbi di Indonesia. Konsep yang lahir dari heteroseksual ini mengedepankan perbedaan, baik dari ciri fisik maupun peran di dalam hubungan hingga kepada karakter dari individu ketika menjalankan hubungan. Homoseksual lesbi kemudian tergolong ke dalam dua kategori, penganut heteronormativitas dan bukan penganut heteronormativitas. Pasalnya tidak semua lesbian kemudian menganut heteronormativitas, melainkan ada pula mereka yang lebih mementingkan kenyamanan dalam relasi berpasangan

Lesbian (a female homosexual) lives in Indonesia as a subculture. As a mere human being, a lesbian also lives in social environment that consist of institutions such as education institution, occupation, etc. However, they’re not and/or can’t become themselves in all institutions, because there are norms and social sanctions from the society who embraces heterosexual as a majority in social identity. Therefore, they activate their lesbian social identities only in certain institutions. This identity activation then becomes a foundation how a subculture is bounded.
Heteronormativity as a concept in heterosexual relations turns out in lesbian relations as well. A concept that is born from heterosexual emphasize differences, and it is come and formed by physical characteristics or roles in relationship. Lesbian then being classified into two categories, lesbian who embraces heteronormativity and lesbian who doesn’t embrace heteronormativity
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
S52639
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Firmanto Agung Purawan
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1994
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Azka Shabran Jamiila
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan tingkat kohesivitas kelompok dengan tingkat social loafing pada mahasiswa. Studi-studi terdahulu tentang faktor yang mempengaruhi social loafing terbagi menjadi tiga, yaitu (1) studi-studi dengan fokus kohesi tugas; (2) studi-studi dengan fokus kohesi sosial; dan (3) studi-studi dengan focus kohesivitas kelompok. Social loafing dalam studi ini dilihat dari aspek sosial dan aspek tugas melalui kohesivitas kelompok. Dalam penelitian ini tingkat kohesivitas kelompok berupa individual attraction to group dan group integration akan dilihat hubungannya dengan tingkat social loafing mahasiswa Universitas Indonesia. Penelitian ini dilakukan menggunakan survei kepada 148 mahasiswa D3/D4/S1 Universitas Indonesia Angkatan 2019-2022 serta menggunakan quota sampling. Hasil penelitian ini menunjukan adanya hubungan antara tingkat kohesivitas kelompok dengan tingkat social loafing. Kohesivitas kelompok berupa individual attraction to group dan group integration memiliki hubungan signifikan yang berkorelasi negatif dengan tingkat social loafing mahasiswa Universitas Indonesia. Korelasi negative ini menunjukan semakin tinggi tingkat kohesivitas kelompok yang dimiliki, maka semakin rendah tingkat social loafing mahasiswa Universitas Indonesia.

This study aims to analyze the relationship between the level of group cohesiveness and the level of social loafing among students. Previous studies on factors that influence social loafing are divided into three, namely (1) studies with a focus on task cohesion; (2) studies with a focus on social cohesion; and (3) studies with a focus on group cohesiveness. Social loafing in this study is seen from social aspects and task aspects through group cohesiveness. In this study the level of group cohesiveness in the form of individual attraction to group and group integration will be seen in relation to the level of social loafing of University of Indonesia students. This research was conducted using a survey of 148 D3/D4/S1 students at the University of Indonesia Class of 2019-2022 and using quota sampling. The results of this study indicate that there is a relationship between the level of group cohesiveness and the level of social loafing. Group cohesiveness in the form of individual attraction to group and group integration has a significant relationship that is negatively correlated with the level of social loafing of University of Indonesia students. This negative correlation shows that the higher the level of group cohesiveness, the lower the level of social loafing of University of Indonesia students."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aulia Chairani
"Sebagai perempuan yang menjalani hidup dengan identitas lesbian pada masyarakat yang heterosentris dengan dominasi parriarki yang kuai mempakan pilihan yang sulit. Tidak mudah bagi mereka untuk mengartikan identitas secara positif sementara lingkungan mereka masih memberikan penilaian yang negative. Pada kasus tertenlu mereka menginternalisasikan homophobia yang mereka pelajari dari lingkungan sehingga membawa pengaruh yang negatif terlmdap penyesuaian psikologis memka (Greene dalam Greene&I-Ierek, 1994). Permasalahan kesehalan mental yang dialami oleh lesbian bukan konsekuensi langgung dari identitas seksualnya tetapi sebagai konsekuensi dari identilas yang sudah terlanjur terstigma di mala masyarakat yang heterosentris. Dampak siigma yang perlahan terhadap pengalaman lesbian terlihat jelas melalui model teoritis dari pembentukan idenlitas (Bohan, 1996). Gambaran penem aan identitas lesbian diperoleh melalui waaancara dengan panduan model anam tahapan penerimaan identitas dari VC.Cass. Peneliti juga akan menggunakan tes kepribadian sebagai alat diagnostik untuk menangkap kompleksitas dari penghayalan tersebut.
Thematic Apperceprfon Test (T AT) aclalah salah satu alat kepribadian yang memakai prinsip proyeksi Grorh-Mamai (1984) menjelaskan bahwa TAT sangat bergantung kepada metode interpretasi kualitatif dan lebih menilai kekhasan siltuasi kehidupan individual yang bersifat saal ini (here and now) dibandingkan dengan slruktur kepribadian yang mendasar. TAT merupakan teknik unluk menginvesligasi dinamika kepribadian yang termanifestasi dalam hubungan interpersonal dan dalam interprestasi bermakna terhadap lingkungan (Bellak, 1993). Dalarn memaharni individu secara unik dan menyeluruh harus dilihat dari konteks serta pengalaman soslalnya di lingkungan. Semenlara identitas merupakan perasaan unik seseorang terhadap dirinya yang melekal pada dirinya Smara tidak langsung hasrat yang lumbuh selama in.i lmtuk mengekspresikan identitasnya serta membuka diri sepenuhnya kepada publik berkaitan dengan gambaran kepribadian serta keadaannya pada sam ini. Gambaran penerimaan idenlitas yang sudah dijalani oleh lesbian hingga saat ini dapat melengkapi kebutuhan tidak sadar, konsepsi lingkungan orang-orang di dalamnya dan dimensi kepribadian subyek yang terungkap dari TAT.
Pendekatan yang digunakan dalam TAT bersifat idiogralik arau berd arkan keunikan individu. Pada dasar ini pala penelili akan menggunakan pendekaian kualitatif sebagai melode penelitian terhadap tiga orang perempuan yang mengidenliflkasilcan dirinya sebagai lesbian. Hasil penelitian memperlihalkan bahwa secara umurn TAT memb-erikan gambaran subyek yang Iebih mendalam alaupun mempertajam infomaasi dari anamnesa Pengalaman serta penghayatan subyek terhadap identitas lesbian yang tidak terungkap secara mendalam pada gambaran penerimaan idenliias yang diperoleh melalui anamnesa, temyata terproyeksi melalui TAT. Tampalmya derajal dan lingkatan penerimaan identilas liap subyek mernpengaruhi gambaran konsep diri. , persepsi terhadap figur orang tua, penerimaan identitas lesbian, hubungan interpersonal dengan orang Iain, persepsi terhadap lingkungan serta cara mereka menangani konllik secara keseluruhan yang tertangkap baik dan anamnesa dan TAT.
Ketiga subyek merailiki gambaran konsep diri yang berbeda-beda dan unik dan berkailan dengan identitas lesbian yang melelzat pada diri mereka. Dua dari subyek memiliki kebuluhan dalam menjalin aliliasi emosional, dan mengajarkan kelenarikan tersebut secara jelas kepada perempuan yang menonjol. Kebuluhan ini memiliki konflik dengan superego. Salah satu dari mereka memiliki superego yang menglmkum secara parah dengan nuansa agrmi yang ditunjukan kepada dirinya maupun arang lain. Hakikat kecemasan dari lcedua subyek di atas adalah kehilangan kasih sayang dan ditinggalkan. Sementara subyek yang lain merasa bahwa dirinya berbeda dan tidak puas dengan dirinya saat ini. Kebutuhan utamanya adalah dikasihi, dimengerti, bergantung, dan didukung oleh Iingkungannya (N-Succoronce) dan memberikan kasih sayang yang dalam (N-Nurruronce) yang dimanifestasikan dalam bentuk yang ekslrim dan hal ini memberikan tendensi masokis pada dirinya. Kedua kebutuhan mama ini mempakan sumber konflik yang bermakna dari dalam dirinya. Keeemman dari subyek ini adalah penolakan dari lingkungan. Semua subyek memiliki hubungan yang tidak dengan kedua orang tua mereka dalam derajat yang berbeda-beda. Sikap mereka lerlihat melalui penolalian, ambivalensi, hingga kebencian tahadap figur orang tua.
Secara umum, dari tahapan penerimaan identitas yang dikemukakan oleh Cass (dalam Bohan, I996), dan subyek mencapai tahapan keempat (ldentity Accepronoe) dan sisanya baru mencapai iahap ke dua (Identity Comparison). Subyek yang sudah mencapai tahap ldonmy Comparison, masih memililci inremahzed homophobic yang masih kuat terhadap lesbian Dua subyek Iainnya yang sudali pada tahap Idenriryrficceprance memiliki perbedaan dalam darajat pengungkapan diri yang mereka lakukan. Salah salu dari mereka hampir tidak mernbaiasi dirinya dalam mengimgkapkan identitas lesbiannya, some-mam yang Iainnya menggunakan passing sebagai heleroseksual kepada kalangan tertentu. Tidak semua subyek dapat memprayelsikan kelertarikan seksual mereka melalui lema dalam TAT.
Ada dua orang subyek yang memproyeksikan ketertarikan homoseksualnya dengan jelas dalam tema cerita, sememara yang lainnya cenderung untuk merepresi kebutuhan tersebut dan mernproyeksikannya dalam benrul: yang lain, yaitu mourning terhadap ideal loss. Hubungan inlerpersonal para subyek juga terkait dengan lingkalan penerirnaan idenituas mereka. Dua orang subyek dengan tahapan identity memiliki hubungan interpersonal yang baik dengan ternan-teman rnereka yang berasal dari komunitas gay emu lesbian Namim salah seorang dari mereka yang masih membatasi pengungkapan dirinya, memproyeksikan bahwa orang-orang yang berada di lingkungannya tidak mudah memahaminya dan menanggapinya secara berbeda. Tetapi pada subyek dengan tahapan penerimaan identity Comparison masih memiliki perasaan inrerriolized homophobia.
Pada subyek dengan lahapan Identity Acceptance merasa bahwa lingkungan mereka cenderung mendukung mereka dan tidak pemah mengalami reaksi negatif terhadap ideniilas lesbian yang mereka sandang Namun salah seorang dari mereka yang masih membatasi pengungkapan idmtilm lesbiannya masih mengesankan bahwa Iingkungannya meagecewakan dan tidak memuaskan seperti apa yang ia harapkan. Pada subyek yang dengan derajal penerimaan dirinya yang lebih tinggi dapai andang lingkungannya cukup proporsional, dimana rentangnya dan menyenangkan hingga tidak menyenangkan. Sementara subyek yang masih mengalami internalized homophobia memandang lingkungannya dengan kesan yang negalif dimana lingkungannya tidak mendukung dirinya sehubungan dengan identitas lesbiannya. Tiap subyek memiliki kekhasan dalam menangani konllik. Pada subyek yang memiliki inremmlized homophobia cenderung tidak adelcual dalam menangani konfliknya dimana ia menggunakan penyelesaian melalui agresi yang ditujukan kepada dirinya Hruroyeksi) maupun orang lain. Pada subyek yang membzuasi pengungkapan identitas lesbian memiliki penyelesaian konflik yang represif dan denial. Sememara pada subyek dengan derajal penerimaan idmtitas yang Iebih tinggi tampaknya memiliki keeendenmgan unluk menggunakan mekanisrne perlahanan intelektual dan isolasi emosi.
Ketiga subyek terlihal masa Ideruigv Foreclosure yang cukup panjang, yaitu sekitar 10 hingga 15 tahun hingga akhimya tumbuh perasaan nyaman pada diri mereka Stagnasi ini sangat diwamai oleh mekanisme perlahanan denial, represi dan supresi. Pada maaa lemebut,1erlil:|aI adanya keeenderungan bunuh diri pada pada ketiga subyek. Temuan ini didulrung oleh hasil risa membuktikan bahwa individu homoseksual pada periode remaja atau dewasa muda cenderung untuk mengalami masalah psikologis, khususnya kasus pereobaan bunuh diri dan penyalahgunaan 221 (Gonsiorelg 1995). Derajal penerimaan subyelc lerlihai berkembang pesar ketika mereka menemukan dan bergabung dalam komunilas lesbian. Sepertinya merelra menerima dukungan sosial yang lebih bennakna dari komunitas. Komunitas ini berfungsi sebagai exrendadjizmify dan dukungan sosial yang diperoleh oleh lesbian berkaitan dengan penyeeuaian serta kebahagiaan yang lebih baik (Berger daiam Donelson,l999). Kemuclian lesbian dapal mempenahanlmn say'-esteem mereka melalui keterlibatan dalamkomunitas lebian (Crocker & Major dalam D’Augel|i 8: Gameis, 1995). Selain itu komak dengan komunitas berarli dapat mengadopsi idenlitas kelompok yang memberikan role model dan dapat mmghilangkan perasaan isolasi sosial serta keterasingan (Kurdek dalam D’AugelIi & Gamets, 1995).
Penggunanan TAT terbukti mengimgkaplmn lebih dalam serta memberikan gambaran yang menyeluruh mengenai penghayatan lesbian terhadap idenlitas yang mereka pilih. Peneliti tidak sekedar menangkap dorongan tidak sadar subyek namun juga memperoleh dinamika hubimgan aktual para subyek dengan orang-orang yang ada di lingkungannya serta bagaimana mereka hubungan interpersonal tersebut Misalnya pada kann 9 GF yang memiliki stimulus mine sibling rivalry dan hubungan antar perempuan, ternyata mampu merstimulasi subyek unluk mengungkapkan ketertarikan homoseksual mereka saai ini dan bagaimana merelca menangani perasaan tersebut. Penemuan ini konsisten dengan pcnjelasan Bellak (1993) bahwa keimggulau TAT lerletak pada kemampuannya dalam mencetuskan isi dan dinamika hubungan intapersonal serta pola-pola psikodinamik Hal ini juga dapai dijelaskan melalui asumsi utama dalam menginterpretasi TAT menurut Lindley (dalam Bellak, 1993) dimana dalam mencerilakan sesuatu melalui orang ketiga, subyek dapat mengidentifikasikan dirinya dengan tokoh cerita Berdasarkan kesimpulan di atas, peneliti menyarankan agar TAT dapat digunakan sebagai alat diagnostik dalam pemeriksaan psikologis amu proses konseling Psikolog dapat berperan dalam mendampingi klien lesbian dalam me-ngenali dan menerirna identitas lesbian mereka. Pendampingan ini secara. tidak langsimg akan berdampak dalam memaksimalkan fungsi imerpersonal Serta mengintegrasikan identitas rnereka dengn baik di tengah masayarakal yang didominasi heteroseksual, Peneliian ini dilakulmn pada jumlah subyek yang relarif Milan Oleh karena itu perlu diadalcan penelilan lmalilaiif lanjutan pada sampel yang Iebih besar dengan titik salurasi yang terpenuhi unluk keragaman basil.
Pada penelitian selanjutnya diharapkan dapat mendapalkan gambaran l»:epribadian subyek secara utuh serta bagairnana merelsa menangani penerimaan ideniitas lesbian yang melekal pada diri mereka. Penerimaan identitas bagi lesbian merupakacn sushi prosm yang hams dijalani rnereka seumur hidup. Untuk lerus mempertahankan integrasi identitas mereka secara posilif mereka disarankan unluk tidak lagi membamsi pengungkapan diri mereka dengan orang lain. Selain itu mereka juga terlibat dan terus aktif dalam komunilas lesbian agar dapat meningkalkan self esteem dan menghindari murka."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
T37923
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widya Andini
"Dalam menghadapi persaingan bisnis yang ada, bank XYZ perlu meningkatkan kinerja organisasinya saat ini yang salah satunya dipengaruhi oleh pengelolaan SDM. Penelitian ini dilakukan pada Direktorat A Bank XYZ dan terdiri dari dua studi, yaitu studi korelasi dan studi intervensi. Studi korelasi bertujuan untuk mengetahui hubungan antara komitmen afektif dan perilaku kewargaan antarpribadi. Penelitian dilakukan kepada 40 karyawan direktorat A dengan menggunakan TCM Employee Commitment Survey oleh Mayer dan Allen (2004) dan Interpersonal Citizenship Scale oleh Settoon & Mossholder (2002).
Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara komitmen afektif dan perilaku kewargaan antarpribadi (r= 0,38, r2= 0,14, p< 0,05). Berdasarkan hasil tersebut dilakukan studi kedua, yaitu studi intervensi berupa pelatihan untuk meningkatkan komitmen afektif kepada 5 orang karyawan Direktorat A Bank XYZ. Hasil evaluasi menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan yang signifikan (Z= -2,03, p< 0,05) pada karyawan sebelum dan sesudah diberikan pelatihan. Hasil evaluasi level tiga yang dilakukan setelah 2 bulan pelatihan belum menunjukkan adanya peningkatan signifikan pada komitmen afektif (Z = -0,85, p > 0,05) dan perilaku kewargaan antarpribadi yang dimiliki karyawan (Z= -1,34, p> 0,05), meskipun penilaian perilaku dari rekan dan atasan langsung menunjukkan bahwa karyawan memenuhi lebih dari 90 persen perilaku yang ditentukan.

To deal with existing business competition, Bank XYZ need to improve the performance of their organizations today, one of which is influenced by HR management. This research was conducted at Directorate A of Bank XYZ and consisted of two studies, namely correlation studies and intervention studies. The correlation study aims to determine the relationship between affective commitment and interpersonal citizenship behavior. The first study conducted on 40 employees of directorate A using the TCM Employee Commitment Survey by Mayer and Allen (2004) and the Interpersonal Citizenship Scale by Settoon & Mossholder (2002).
The results of this study indicated that there was a significant relationship between affective commitment and interpersonal citizenship behavior (r = 0.38, r2 = 0.14, p <0.05). Based on these results, an intervention study was conducted in the form of a training program to increase affective commitment to 5 employees of Directorate A, Bank XYZ. The evaluation results showed a significant increase in employees' knowledge (Z = -2.03, p <0.05) before and after training. The results of level three evaluation, which was conducted after two months of training have not shown a significant increase in affective commitment (Z = -0.85, p> 0.05) nor interpersonal citizenship behavior owned by employees (Z = -1.34, p> 0,05), although behavioral assessments from colleagues and direct supervisors indicate that employees fulfill more than 90 percent of the specified behavior.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
T53983
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Selama ribuan tahun lamanya, manusia telah melontarkan pertanyaan bagaimana seseorang harus hidup (how ought i to live?") dan bagaimana seseorang harus menentukan mana yang baik dan mana yang buruk(how ought i to know what's right and what wrong?")
"
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Fildza Ghassani Huwaina
"Jurnal ini membahas mengenai sikap para tokoh perempuan dalam menghadapi tuntutan akan penampilan pada webtoon Nae IDneun Gangnammiin. Penampilan merupakan hal yang dianggap penting dalam suatu masyarakat dan tuntutan akan penampilan yang cantik dan menarik pun cukup tinggi bagi perempuan. Perempuan diharapkan untuk dapat mencapai standar yang tumbuh di dalam masyarakat. Meskipun begitu, terdapat negosiasi antar perempuan untuk menyikapi tuntutan tersebut, yaitu dengan melakukan konformitas atau tidak.
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan tentang konsekuensi dari tuntutan sosial dalam kaitannya dengan sikap para perempuan berdasarkan korpus. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan menggunakan pendekatan konformitas.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tokoh-tokoh perempuan yang ada di dalam webtoon Nae IDnenun Gangnammiin mendapatkan tuntutan juga tekanan akan penampilan dari sekitarnya dan memutuskan untuk melakukan konformitas atau menolak untuk mengikuti tuntutan tersebut.

This journal discusses about women character rsquo;s attitude towards demands on appearance in Nae IDneun Gangnammiin webtoon. Appearance is something that is considered to be important in a society and women are given high demands to look beautiful and attractive. Women are expected to achieve a growing standard in society. Nevertheless, there are negotiation between women to address this issue, by doing conformity or not.
This research aims to explain the consequence of the social demands in relation to the attitude of women characters based on the corpus. This research use qualitative method with conformity approach.
The results of this research show that women characters in Nae IDneun Gangnammiin webtoon get demands and pressure about appearance from their surroundings and decided to conduct conformity or refuse to follow these demands.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Bunga Indira Artha
"Perilaku membantu rekan kerja di luar uraian pekerjaan utama berdampak positif pada pencapaian organisasi. Perilaku ini dalam penelitian psikologi industri sebagai perilaku kewargaan antarpribadi. Perilaku kewargaan antarpribadi merupakan tindakan karyawan yang bukan merupakan bagian dalam uraian tugas utamanya yang difokuskan untuk membantu menyelesaikan permasalahan pribadi atau menyelesaikan tugas rekan kerja. Untuk itu dilakukan penelitian guna mengetahui faktor yang berhubungan dengan perilaku tersebut. Kepedulian empatik merupakan salah satu faktor penting yang berhubungan dengan munculnya perilaku kewargaan antarpribadi. Kepedulian empatik adalah respons emosional belas kasih dan keprihatinan yang dialami karyawan ketika melihat rekan kerja yang sedang membutuhkan. Penelitian ini merupakan penelitian terapan yang terdiri dari Studi 1 dan Studi 2. Studi 1 dilakukan untuk mengetahui hubungan antara kepedulian empatik dan perilaku kewargaan antarpribadi pada karyawan Direktorat A Bank XYZ. Data dikumpulkan dari 40 karyawan menggunakan kuesioner yang terdiri atas Interpersonal Citizenship Behavior Scale (Settoon & Mossholder, 2002) dan Empathic Concern Subscale dari Intepersonal Reactivity Index (Davis,1980). Diketahui terdapat hubungan positif yang signifikan antara kepedulian empatik dan perilaku kewargaan antarpribadi (r = 0,54, p < 0,01). Hasil Studi 1 ditindaklanjuti melalui Studi 2 dengan melaksanakan pelatihan Empathy at Work. Berdasarkan evaluasi terhadap lima peserta diketahui program ini efektif. Terdapat peningkatan yang signifikan pada pemahaman peserta mengenai kepedulian empatik (Z = -2,03, p < 0,05). Peserta juga menunjukkan sikap yang lebih positif terhadap kepedulian empatik (Z = -2,06, p < 0,05) dan perilaku kewargaan antarpribadi (Z = -2,03, p < 0,05). Berdasarkan pengamatan rekan kerja dan atasan langsung diketahui peserta mampu menunjukkan kepedulian empatik dan perilaku kewargaan antarpribadi dengan memenuhi lebih dari 60 persen indikator perilaku yang diharapkan.

Helping coworkers outside ones main job description has a positive impact on organizational achievement this behavior in industrial psychology research known as interpersonal citizenship behavior. Interpersonal citizenship behavior is an employees activities that are not part of their main tasks, focused on helping to solve personal problems or complete the work of colleagues. For this reason, research is conducted to determine the factors associated with these behaviors. Empathic care is an important factor related to the emergence of interpersonal citizenship behavior. Empathic care is the emotional response of compassion and concern experienced by employees when they see colleagues in need. This research is applied research consisting of Study 1 and Study 2. Study 1 was conducted to determine the relationship between empathic concern and interpersonal citizenship behavior among XYZ Bank Directorate A employees. Data were collected from 40 employees using a questionnaire consist of the Interpersonal Citizenship Behavior Scale (Settoon & Mossholder, 2002) and the Empathic Concern Subscale of the International Reactivity Index (Davis, 1980). There is a significant positive relationship between empathic care and interpersonal citizenship behavior (r = 0,54, >p <0,01). Study 1 results were followed up through Study 2 by conducting Empathy at Work training. Based on the evaluation of five participants, it was found that the program was effective. There was a significant increase in participants understanding of empathic care (Z = -2.03, p <0.05). Participants also showed a more positive attitude towards empathic care (Z = -2.06, p <0.05) and interpersonal citizenship behavior (Z = -2.03, p <0.05). From the observations of coworkers and direct supervisors, the research found that participants were able to demonstrate empathic concern and interpersonal citizenship behavior by meeting more than 60 percent of expected indicators."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
T54025
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>