Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 140099 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sibuea, Bidari Medi
"Komunikasi non verbal adalah bagian dari komunikasi yang selalu dilakukan oleh masyarakat. Komunikasi non verbal bisa berupa simbol, salah satunya adalah tato. Tato adalah sebuah karya yang mempunyai beragam sejarah, tetapi penggunaannya sebagai penghantar pesan tidak berubah sampai sekarang. Penulis ingin memaparkan motivasi seseorang dalam menato dirinya, bentuk kelompok yang menjadi dasar dari tato, konteks budaya dalam hadirnya tato, dan evaluasi terhadap konvensi tato pada media massa. Penulisan ini berguna untuk menjabarkan tato sebagai bagian dari komunikasi non verbal yang sudah sering digunakan oleh masyarakat. Informan yang digunakan untuk membantu dalam penulisan ini berusia 20-30 tahun, laki-laki dan perempuan dengan latar belakang profesi yang berbeda. Hasilnya adalah motivasi seseorang membuat tato karena ingin menyatakan karakter dirinya dan menimbulkan persepsi yang sama dengan orang di sekitarnya.

Non-verbal communication is part of everyday language that is commonly practiced in the society. It can materialize in the form of symbolism, and tattoo being one of them. Tattoo is an art that has many historical background attached to it, but its usefulness as a message-deliverer has remain unchanged until now. The author proposes to explore the motivation that drives people to have their body tattoed, the types of society that determine the tattoo, the cultural context behind the tattoo, and the evaluation on tattoo's convention on mass media. This paper is particularly useful in analysing tattoo as an important part of the non-verbal communication that is widely used by the society. The participants involved in the writing of this paper range between twenty to thirty years old in age, both men and women with various background professions. The result shows us that what motivates a person to have tattoo is the need to display his or her character, as well as to generate a similar perception with those around them."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Alo Liliweri
Bandung: Citra Aditya Bakti, 1994
302.22 ALO k
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Klara Puspa Indrawati
"Halte Blok M dan Kota, merupakan titik-titik ujung Koridor 1 TransJakarta yang dirancang untuk memenuhi fungsi primernya sebagai ruang menunggu. Namun, selama menunggu, penumpang berinteraksi dengan elemen arsitektural halte secara nonverbal. Komunikasi nonverbal antara penumpang dan elemen arsitektural halte mengindikasikan hadirnya fungsi-fungsi sekunder atau makna konotatif dari ruang menunggu. Dalam komunikasi nonverbal tersebut, berlangsung pertukaran ekspektasi antara pengguna dan elemen arsitektural halte yang terjadi tanpa akses pikiran sadar (unconscious). Pertukaran ekspektasi dalam komunikasi nonverbal membentuk pengalaman personal penumpang terhadap elemen arsitektural hingga memunculkan gagasan aktivitas yang memperkaya aktivitas menunggu. Penerjemahan makna konotatif dalam bentuk gagasan aktivitas oleh penumpang ini menjadi hal vital dalam proses perancangan ruang arsitektural yang mampu menetralkan konflik selama penumpang menunggu bus TransJakarta.

Blok M and Kota TransJakarta bus stop are the tip point of TransJakarta Corridor 1 and were primarily designed as a waiting area. However, while waiting, the passengers nonverbally involve in an interaction with bus stop's architectural element. The nonverbal communication between the passengers and architectural element indicates the emergence of secondary function or a connotative meaning in the waiting area. In that kind of communication, unconsciously, the passengers expectation encounter the architectural element’s expectation. This encounter moment of expectations has produced a personal experience for the passengers who suggest activities enrichment during bus absence. The translation of connotative meaning through various secondary activities performed by the passengers become an important point in architectural design process to neutralize the conflict in waiting activities as an objective.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
T36802A
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Leila Mona
"Kredibilitas adalah bagaimana seorang pembicara dipercaya dan diyakini oleh pendengarnya. Seorang komunikator tentu saja sangat berkepentingan dengan hal ini. Karena komunikan adalah orang yang paling menentukan kelayakan seorang komunikator. Komunikan jualah yang memutuskan apakah dirinya, akan mengikuti atau menerima kata-kata, penjelasan, dan saran-saran dari komunikator.
Penelitian yang dilakukan ini berkaitan dengan kredibilitas, namun peneliti melihatnya dari kaitannya dengan komunikasi nonverbal. Dimensi kredibilitas yang menjadi perhatian dalam penelitian berkaitan dengan keotoritatifan, watak dan dinamisme seperti yang disarankan oleh Mc.Croskey (Devito,1978; 111). Sementara itu komunikasi nonverbal yang menjadi perhatian adalah gerak tubuh, suara dan artifak seperti yang disarankan oleh Everett Rogers (1999). Secara sederhana dapat dinyatakan bahwa tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi komunikan terhadap komunikator berkaitan dengan komunikasi nonverbalnya. Apa hal-hal yang paling berpengaruh bagi komunikan dalam menentukan seorang komunikator yang kredibel. Untuk itu penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif namun pengumpulan data juga dilakukan dengan metode kuantitatif.
Penelitian ini adalah deskriptif, yaitu dimaksudkan untuk memaparkan situasi atau peristiwa tertentu berkaitan dengan kredibilitas komunikator dan komunikasi nonverbal dengan cara yang sistematis, faktual dan cermat. Metode pengumpulan data dengan wawancara dan kuesioner. Peneliti juga melakukan observasi dan pencatatan sepanjang penelitian. Unit analisisnya adalah individual dengan jumlah informan 8 orang, responden 34 orang serta pembicara yang merupakan objek penelitian sejumlah 2 orang. Alat Bantu pada penelitian ini adalah video yang diputar didepan para informan dan responden. Selanjutnya teknik pengukuran pada penelitian ini adalah dengan Perbandingan Analitis dan Metode Ilustratif seperti yang disarankan oleh Neuman (1991).
Hasil penting dari penelitian ini adalah bahwa komunikator yang mengoptimalkan penggunaan komunikasi nonverbal lebih dianggap kredibel oleh komunikan. Gerak tubuh dan suara sangat mempengaruhi persepsi informan dalam menilai dimensi keotoritatifan pembicara pada kecerdasan, pemahaman dan kemampuan mengembangkan kata-katanya; dimensi watak pada keobjektifitasannya serta dimensi dinamisme pada ketegasannya. Selanjutnya gerak tubuh, suara dan artifak mempengaruhi persepsi informan pada dimensi keotoritatifan pada kewibawaan; dimensi watak pada keterandalan, motivasi baik dan disukai; dimensi dinamisme pada kemampuan membujuk, semangat, kegairahan dan keaktifan serta keberaniannya. Namun demikian mengingat kredibilitas adalah persepsi komunikan tentang komunikator yang dipengaruhi oleh pengalaman, kesukaan, daya tarik, budaya komunikan, karenanya kemungkinan adanya subjektifitas sangat tinggi sehingga belum tentu dapat digeneralisir."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
T4214
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wenburg, John R.
Malabar: Robert E. Krieger Publ., 1982
001.51 WEN p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Amila
"Afasia motorik adalah kesulitan dalam mengkoordinasikan pikiran, perasaan dan kemauan menjadi simbol bermakna dan dimengerti oleh orang lain dalam bentuk ekspresi verbal dan tulisan. Tujuan penelitian ini adalah diketahuinya pengaruh pemberian komunikasi dengan AAC terhadap kemampuan fungsional komunikasi dan depresi pada pasien stroke dengan afasia motorik. Desain penelitian yang digunakan adalah quasi experiment dengan pendekatan post test non equivalent control group pada 21 responden yang terbagi menjadi 11 orang kelompok kontrol dan 10 orang kelompok intervensi.
Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang bermakna rata-rata kemampuan fungsional komunikasi antara kelompok kontrol dengan intervensi dengan nilai p > 0.05 (p = 0.542 pada α = 0.05), tetapi terdapat perbedaan yang bermakna rata-rata depresi antara kelompok kontrol dan intervensi dengan nilai p< 0.05 ( p = 0.022 pada α = 0.05). Berdasarkan gambaran hasil penelitian ini, maka pemberian komunikasi dengan AAC dapat dijadikan sebagai salah satu intervensi keperawatan untuk memfasilitasi komunikasi sehingga dapat menurunkan depresi pada pasien stroke dengan afasia motorik.

Motor aphasia is difficulty in coordinating the thoughts, feelings and desires into meaningful symbols and understand in form of verbal expression and writing. The purpose of this study was to know the influence of conducting communication by AAC to the communication functional ability and depression for stroke patients with motor aphasia. The study design used is quasi experiment by approaching post test non equivalent control group for 21 respondents consist of 11 people of control group and 10 people of the intervention group.
The results showed that no significant difference in the average communication functional ability between the control group and intervention group with p values > 0.05 (p = 0.542 at α = 0.05), but there were significant differences between the average depression of control and intervention group with p values < 0.05 (p = 0.022 at α = 0.05). Based on the results of study, the giving of communication by AAC could be one of the nursing intervention for facilitating communication that will decrease depression to the stroke patient with motor aphasia.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
T29939
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
"Berbagai fakta penelitian mengenai komunikasi nonverbal mengungkapkan betapa komunikasi ini memegang peranan penting dalam sebuah proses komunikasi. Kekuatannya mampu mebgubah citra/image sebuah perpustakaan. Komunikasi nonverbal merupakan hal yang sangat penting dalam mencapai keberhasilan dalam layanan prima. Tulisan ini menjabarkan berbagai jenis komunikasi nonverbal yang berlangsung di perpustakaan. Dalam keseharian kegiatan pustakawan yang berinteraksi dengan pemustaka setidaknya ada 10 macam bentuk komunikasi nonverbal yaitu bahsa tubuh, ruang, surat, aroma dan musik, waktu, dokumen perpustakaan, alat bantu pelayanan perpustakaan, nada dan volume suara dan wilayah. Pada bagian akhir tulisan ini, disampaikan beberapa metode atau cara untuk memperbaiki komunikasi nonverbal."
MPMKAP 22:2 (2015)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Buku ini berisi kumpulan studi mengenai komunikasi nonverbal."
New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates, 2005
302.222 APP
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Rigia
"Setiap kebudayaan termasuk Korea Selatan memiliki ciri khas komunikasi nonverbal tersendiri. Komunikasi nonverbal terdiri dari beberapa jenis, salah satunya adalah gestur. Sebuah gestur yang sama dapat memiliki makna yang berbeda tergantung pada kebudayaan-kebudayaan tertentu. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan bentuk-bentuk gestur khas masyarakat Korea Selatan dan pemaknaannya. Objek penelitian ini adalah proses komunikasi masyarakat Korea Selatan yang diamati melalui tayangan serial televisi atau yang dikenal sebagai drama Korea. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian kualitatif. Adapun beberapa gestur khas yang berhasil diamati antara lain, membungkuk, berlutut, aegyo, memukul kepala, dan beberapa gestur yang melibatkan gerakan tangan lainnya. Pemaknaan gestur-gestur ini sangat dipengaruhi oleh perbedaan status sosial seseorang. Hal ini dapat dilihat dari perbedaan cara melakukan sebuah gestur dan cara memberikan respon terhadap gestur tersebut. Gestur- gestur yang berhasil diamati memang belum mencakup keseluruhan gestur khas masyarakat Korea Selatan. Kendati demikian penulis berharap penelitian ini tetap dapat memberikan informasi mengenai beberapa gestur khas masyarakat Korea Selatan kepada pembaca.

Each culture including South Korean has their own typical nonverbal communication. There are several types of nonverbal communication such as gesture. A same gesture could have different meaning depends on certain cultures. This paper is aimed to explain South Korean society’s typical gestures and how to interpret them. The object of this paper is South Korean society’s way of communicating which had been observed through their television series, as known as Korean drama. This paper use qualitative method to collect and analysis the data as it is used to present the result of the research. There are several typical gestures that will be explained in this paper such as bowing, kneeling, aegyo, hitting other’s head, and some others hand gestures. The interpretation of these gestures are strongly influenced by social status differences. Those differences can be seen from one's way to do certain gesture and how the other gives respon to that. The gestures that will be explained in this paper are still not enough to take cover for all of South Korean society’s typical gestures indeed. Still I hope that this paper could give necessary information regarding South Korean society’s typical gestures to the readers.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2016
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Ardian Syah
"Gambar cadas yang terdapat pada Gua Pondoa di Kawasan karst Matarombeo konawe utara merupakan salah satu diantara banyak situs yang menyimpan sejumlah bukti artefactual, utamanya gambar cadas berwarna hitam. Makalah proyek akhir ini membahas mengenai gambar cadas yang diasumsikan sebagai salah satu media berkomunikasi yang bersifat non-verbal. Sesuai dengan permasalahan yang diangkat yaitu bagaimana bentuk komunikasi non-verbal pada gambar cadas di Gua Pondoa di Kawasan perbukitan karst Matarombeo, Konawe Utara? Olehnya itu, penelitian ini berusaha untuk mengkaji gambar cadas Gua Pondoa dengan memakai sudut pandang komunikasi. Penelitlian ini dilakukan dengan metode pengumpulan data gambar cadas Gua Pondoa meliputi pencatatan dan pendeskripsi serta pemotretan, pembuatan denah, dan pengambilan koordinat situs. Lalu dianalisis menggunakan pendekatan komunikasi non-verbal yang menjelaskan peran dasar interaktor dalam pembuatan gambar cadas dan interpretasi terhadap data yang telah dianalisis. Hasil penelitian menunjukan bahwa komunikasi non-verbal yang terjadi pada gambar cadas Gua Pondoa meliputi tiga proses komunikasi yang berbeda. Pertama, proses tiga interaktor seniman (sender), gambar cadas (emitter) dan peneliti (receiver) adalah proses dengan perannya masing-masing. Proses kedua yakni proses dengan dua interaktor yakni sender dan receiver adalah individu yang sama dimana sender mengirimkan pesan dalam bentuk gambar emitter namun sender juga yang menyimpulkan apa yang digambar sebagai receiver. Lalu proses ketiga, proses dengan satu interaktor artinya sender, emitter, dan receiver adalah individu yang sama. Seperti seniman membuat gambar manusia yang merupakan representasi dari dirinya sendiri dan seniman tersebut juga menyimpulkan hasil dari aktivitasnya. Berdasarkan motif gambar dikaitkan dengan konteks dan mode interaksinya diketahui bahwa seniman menggambarkan bentuk komunikasi material, komunikasi teknologi, komunikasi simbolik, komunikasi sosial, dan komunikasi ekonomi yang disampaikan secara non-verbal.

The rock art found in Pondoa Cave in the Matarombeo karst area, North Konawe is one of the many sites that holds several artefactual evidence, especially black rock art. This thesis discusses rock art which is assumed to be a non-verbal communication medium. Following the problem raised, namely what is the form of non-verbal communication in the rock art in Pondoa Cave in the Matarombeo karst hill area, North Konawe? Therefore, this research attempts to examine the rock art at Pondoa Cave using a communication perspective. This research was carried out using the Rock Art at Pondoa Cave data collection method, including recording, and describing as well as photographing, making floor plans, and taking site coordinates. Then it is analyzed using a non-verbal communication approach which explains the basic role of interaktors in creating rock images and interpreting the data that has been analyzed. The research results show that the non-verbal communication that occurs in the Pondoa Cave art includes three different communication processes. First, the process of the three interaktors, artist (sender), rock image (emitter), and researcher (receiver), is a process with their respective roles. The second process is a process with two interaktors, namely the sender and receiver, who are the same individual, where the sender sends a message in the form of an image of the emitter, but the sender also concludes what is drawn as the receiver. Then the third process, a process with one interaktor, means that the sender, emitter, and receiver are the same individual. An artist makes a human image which is a representation of himself, and the artist also concludes the results of his activity. Based on image motifs related to the context and mode of interaction, it is known that artists depict forms of material communication, technological communication, symbolic communication, social communication, and economic communication which are conveyed non-verbally."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>