Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 145595 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Buku ini memberikan informasi mengenai pentingnya air pada berbagai kondisi, baik kondisi fisiologis pada berbagai kelompok usia, kondisi khusus seperti pada wanita hamil dan menyusui, pekerja dan olahraga, maupun pada kondisi patologis seperti pada kondisi sakit. Pentingnya menjaga hidrasi sehat dari aspek pencegahan dampak akibat kekurangan cairan tubuh"
Jakarta: Badan penerbit UI, 2014
612.392 3 STA
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Frans Scorlice Okfadi Mangori
"ABSTRAK
Latar Belakang : Bagi para pekerja yang beraktivitas diluar ruangan dan siang hari tentu akan rentan terhadap keadaan yang disebut Heat Stress akibat pajanan panas. Jika kemampuan tubuh berkurang dalam rangka menurunkan suhu inti tubuh, maka akan membuat beberapa gangguan kesehatan bagi para pekerja. Asupan cairan yang cukup akan membuat pekerja lebih tahan terhadap dampak Heat Stress. Salah satu cara melihat kecukupan cairan tubuh adalah dengan melihat Status Hidrasi. Status Hidrasi dapat dilihat dengan mengukur Berat Jenis Urin. Penelitian ini bertujuan untuk melihat Status Hidrasi pada pekerja Land Seismic serta melihat faktor-faktor yang mempengaruhi Status Hidrasi serta ketaatan pekerja terhadap kebijakan perusahaan mengenai konsumsi air selama bekerja.
Metode : Penelitian ini menggunakan desain Cross Sectional dengan jumlah sampel sebanyak 68 orang yang dipilih berdasarkan total sampel (1unit pekerja). Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara, kuesioner, pemeriksaan fisik (Tinggi dan Berat Badan), pengukuran suhu lingkungan, dan pengukuran Berat Jenis Urin di akhir shift kerja. Pengukuran Berat Jenis Urin dilakukan dengan menggunakan Hand Refractometer. Analisis data dilakukan dengan menggunakan Chi Square.
Hasil : Prevalensi Status Hidrasi yang TIDAK BAIK pada pekerja di akhir shift sebesar 42%. Faktor-faktor yang mempengaruhi status hidrasi (Umur, Indeks Masa Tubuh, Asupan Cairan, Lama Kerja) yang diteliti tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan Status Hidrasi. Selain itu, tingkat kepatuhan pekerja terhadap kebijakan perusahaan sangat rendah yaitu hanya 1,2% pekerja yang patuh terhadap kebijakan perusahaan.

ABSTRACT
Background : For workers who work outdoors and during the day would be prone to a condition called Heat stress due to heat exposure. If the ability of the body is reduced in order to lower the body's core temperature, it will create some health problems for workers. Adequate fluid intake will make workers more resistant to the effects of Heat Stress. One way to look at the adequacy of body fluids is to look Hydration Status. Hydration status can be seen by measuring Urine Specific Gravity. This study aims to look at Land seismic workers' hydration status and look at factors that affect the hydration status and also want to see workers adherences against company policy regarding the consumption of water during work.
Methode : This research using Cross Sectional design with 68 samples (total samples) . Data collected by interview, quesioners, physical check (body weight and Height), working enviroment temperature measurement, and Urin specific gravity measurement. Measurement of urine specific gravity using Hand- refractometer. Data analysed using Chi Square.
Result : The prevalence of hydration status is that classified as NOT GOOD (≥1.020) at end of shift at 42%. Factors that affect the hydration status (age, body mass index, intake of liquids, work time status) studied did not have a significant relation with the hydration status. In addition, the level of compliance of workers against company policy is very low at only 1.2% of workers who adhere to company policies.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Felicia Deasy Irwanto
"Latar belakang: Masa anak dan remaja merupakan masa tumbuh kembang yang membutuhkan gizi seimbang. Air sebagai bagian terbesar dalam tubuh manusia, kemungkinan berhubungan dengan asupan energi dan status gizi seseorang. Tujuan: Penelitian ini bertujuan melihat hubungan antara asupan energi, cairnn total, dan status gizi dengan status hidrasi pad a anak dan remaja untuk menurunkan risiko dehidrasi dan malnutrisi. Metode: Penelitian ini dilakukan terhadap 116 subjek anak dan remaja dari empat sekolah yang didapat secara random dengan menggunakan desain studi potong lintang. HasH: Dari penelitian diperoleh hasil rerata berat jenis urin sebagai indikator status hidrasi pada subjek adalah 1,0197 ± 0,007 dengan jurnlah subjek yang mengalami dehidrasi adalah 50%. Hampir 50% dari subjek juga mengalami malnutrisi. Pada subjek, tidak terdapat korelasi yang bermakna secara statistik antara asupan energi (r=-0,110, p=0,239), air (r=-0,043, p=0,656), dan cairan total (r=0,042, p=0,656), namun subjek dengan status nutrlsi normal menunjukkan status hidrasi yang lebih baik daripada subjek dengan gizi berlebih (p=O,046). Kesimpulan: Pada subjek tidak ditemukan korelasi asupan energi dan cairan total yang bermakna dengan status hidrasi, namun terdapat perbedaan status hidrasi yang bermakna antara subjek dengan status gizi normal dan gizi lebih. Dibutuhkan penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi asupan energi dan cairan total dan status hidrasi."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T58807
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simanjuntak, Lusiana
"ABSTRAK
Panas merupakan faktor fisik yang sering ditemui di dunia industri. Panas kerap membuat pekerja kehilangan cairan karena berkeringat. Pajanan pestisida dapat membuat seorang pekerja mengeluarkan cairan tubuh berlebih karena keringat. Kedua hal ini yaitu pajanan panas dan pestisida dapat mempengaruhi status hidrasi pekerja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pajanan panas dan pestisida terhadap status hidrasi pekerja di PT.X.
Desain penelitian adalah cross sectional dengan jumlah sampel 75 orang. Pengumpulan data dilakukan sebanyak dua kali lewat pengisian kuesioner, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan urin. Status hidrasi dinilai berdasarkan pengukuran berat jenis urin sebelum dan sesudah bekerja.
Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat hubungan antara faktor demografi dan faktor pekerjaan dengan status hidrasi, kecuali faktor umur menunjukkan hubungan yang bermakna dengan status hidrasi (p=0,007) setelah bekerja. Tidak terdapat hubungan antara pajanan panas dan pestisida dengan status hidrasi (p>0,05).
Responden yang dehidrasi sebelum bekerja ditemukan 69,3%. Tidak didapatkan hubungan antara faktor demografi dan faktor pekerjaan dengan status hidrasi pekerja, kecuali umur berhubungan secara bermakna dengan status hidrasi setelah bekerja. Tidak didapatkan hubungan pajanan panas dan pestisida dengan status hidrasi. Hal ini dikarenakan karakteristik dari karbamat yang non lipophilic dan cepat dimetabolisme dari tubuh sehingga tidak didapat akumulasi kronik. Sebelum bekerja responden telah mengalami dehidrasi sebesar 69,3%. Hal ini dikarenakan tidak cukupnya asupan air minum selama bekerja akibat terpajan panas (kriteria NIOSH). Pekerja disarankan untuk minum air sebanyak 200 ml setiap 20 menit untuk mencegah terjadinya dehidrasi, dan menggunakan APD selama bekerja.

ABSTRACT
Heat stress is a physical hazard that is often to find in industry. It cause a worker loss their body fluid through sweating. Pesticide exposure make a worker produce more sweat. Both heat stress and pesticide exposure influence hydration status. This study is intended to know the association between heat stress and pesticide exposure with hydration status among workers in PT.X.
Design of this study is cross sectional with a number of respondent are 75 worker. Data collection was done two times by completing questionnaire, physical examination and urine specific gravity test. Hydration status was determined by measuring urine specific gravity before and after working.
The results showed that there is no association between heat stress and pesticide exposure with hydration status before and after working (p>0,05). There is no association between demography and working factor with hydration status, except age (p=0,007). Dehydration before working was found 69,3%.
This study gets no association between demography and working factor with hydration status, except age. Heat stress and pesticide exposure did not show association with hydration status. Characteristic of carbamate which is fast metabolized and non lipophilic cause the body has no chronic accumulation. Respondent have had dehydrated before working as many 69,3%. Lack of water consumption is the main reason (NIOSH criteria). It is recommended to take 200 ml water in every 20 minutes to prevent dehydration, and to use PPE while working.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
David Edward
"Latar Belakang. 10% nelayan mengalami dehidrasi, sehingga berefek pada gangguan sekeresi metabolit seperti asam urat. Nelayan merupakan pekerjaan yang rentan terkena pajanan tekanan panas. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui efektifitas suplementasi air kelapa kemasan dalam mengembalikan status hidrasi dan penurunan kadar asam urat pada nelayan. Metode. Desain penelitian ini adalah true experimental, comparison pre intervention-post intervention control group terhadap 2 kelompok perlakuan menggunakan randomisasi. Kelompok suplementasi air kelapa kemasan (n=20) dan kelompok suplementasi air mineral (n=20). Sebelum melaut para subjek dilakukan pemeriksaan berat jenis urin dan kadar asam urat darah. Kemudian setiap subjek diberikan cairan rehidrasi yang terdiri dari cairan intervensi (500 ml) dan cairan dasar (2000 ml). Segera setelah kembali melaut para nelayan kembali diperiksa asam urat, berat jenis urine, aktivitas fisik dan food recall 24 jam. Hasil. Tidak terdapat perbedaan rerata berat jenis urine post intervensi antara kelompok suplementasi air kelapa kemasan (1.009+0.007) dan kelompok air mineral (1.007+0.006) dengan nilai p=0.298. Tidak terdapat perbedaan rerata kadar asam urat post intervensi antara kelompok suplementasi air kelapa kemasan (3.52+1.15) dan kelompok air mineral (3.53+0.82) dengan nilai p=0.991. Simpulan. Tidak terdapat perbedaan bermakna antar suplementasi air kelapa kemasan dan air mineral dalam mengembalikan status hidrasi dan menurunkan kadar asam urat.

Background. 10% among fishermen got dehydration and can also cause shifting in uric acid excretion. This study want to know effectiveness of packaged coconut water supplementation in restoring hydration status and decrease blood uric acid levels compared to mineral water at fishermen. Methods. This study design was true experimental, comparison of postintervention for control and intervention group. 40 Fishermen were dividing into 2 treatment groups by randomization. The packaged coconut water group (n=20) and mineral water group (n=20). Before departing to sea, subjects must collect urine & blood sample for urine specific gravity (USG) and blood uric acid (UA), after that each subject was given rehydration fluid which contain supplemental (500ml) and basic needs fluids (2000ml). Immediately after returning from sea the fishermen were re-examined for UA & USG, also physical activity, and 24-hour food recall. Result. There are no significant mean different of urine specific gravity after intervention between packaged coconut water group (1,009+0.007) and mineral water group (1,007+0.006) with p value=0.298. There was no significant mean different of uric acid levels after intervention between packaged coconut water group (3.52+1.15) and mineral water group (3.53+0.82) with p value =0.991. The p value after intervention in both group showed a value of p>0.05. Conclusion. There were no significant differences between groups of packaged coconut water and mineral water to restore hydration status and reduce uric acid levels."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Nursita Angesti
"Air merupakan zat gizi penting yang dibutuhkan oleh tubuh. Kekurangan cairan tubuh dapat menimbulkan kondisi dehidrasi sehingga menyebabkan penurunan performa fisik, kognitif dan mental termasuk tingkat konsentrasi. Kondisi dehidrasi tidak hanya terjadi pada anak-anak dan dewasa, tetapi juga pada remaja. Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional untuk mengetahui hubungan status gizi dan faktor lainnya dengan status hidrasi pada remaja di 3 SMA di Kota Bekasi tahun 2013. Data yang dikumpulkan meliputi status hidrasi, status gizi, pengetahuan air dan dehidrasi, asupan air, kebiasaan minum, aktivitas fisik dan karakteristik responden (jenis kelain, usia, jumlah uang saku).
Status hidrasi diukur menggunakan grafik warna urin, status gizi dengan antropometri, dan asupan air dengan food recall 2x24 jam. Pengetahuan air dan dehidrasi, kebiasaan minum, aktivitas fisik dan karakteristik responden (jenis kelain, usia, jumlah uang saku) diukur menggunakan kuesioner.
Hasil penelitian menunjukkan dari 153 total responden terdapat 62,7% remaja yang mengalami dehidrasi. Faktor yang berhubungan secara bermakna adalah status gizi, pengetahuan air dan dehidrasi, asupan air, kebiasaan minum, jenis kelamin, dan usia. Proporsi remaja yang mengalami dehidrasi lebih tinggi pada remaja yang memiliki status gizi lebih, berpengetahuan air dan dehidrasi yang rendah, memiliki asupan air yang rendah, berjenis kelamin laki-laki dan berusia 16 tahun. Diperlukan perhatian atau upaya lebih untuk meningkatkan pengetahuan dan praktik mengenai gizi seimbang termasuk pentingnya memenuhi kebutuhan cairan tubuh.

Water is an important nutrient required for the body. Loss of water can lead dehydration and decrased physical, mental, and cognitive performance. Dehydration not only occurs in childresn and elderly, but also in adolescents. The study was a cross sectional design to determine the relation between of nutritional status and other factors to hydration status of 3 senior high school?s student at Bekasi 2013. Data include hydration status, nutritional status, knowledge of water and dehydration, water intake, drinking habits, physical activity, and characteristic of subjects (sex, age and amount of pocket money).
Hydration status was measured by urine color graph, nutritional status by anthropometri, and water intake by 2x24 hours food recall. Knowledge of water and dehydration, drinking habits, physical activity, and characteristic of subjects (sex, age and amount of pocket money) was measured by questionnare.
With 153 subjects this study showed 62,7% of adolescents are dehydration. Factor associated are nutritional status, knowledge of water and dehydration, water intake, drinking habits, sex and age. However, dehydration higher at overnutrition adolescents, low level of knowledge, low of water intake, bad habit of drinking, male, and 16 years old. Required more attention and effort to improve knowledge and practical about nutrition balanced included the important fluid balance.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S52881
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nisrina Hanisa
"Edukasi tentang hidrasi penting untuk meningkatkan asupan air dan memperbaiki status hidrasi. Kami bertujuan untuk melihat perbedaan pada skor Pengetahuan,Sikap dan Perilaku PSP pengasuh, total asupan air dan status hidrasi anak prasekolah setelah 4 minggu intervensi. Penelitian acak kelompok terkontrol membandingkan kelompok edukasi gizi dasar kontrol,N=47, edukasi hidrasi pada guru dan orang tua P1,N=44 , dan pada guru P2,N=52 . Total asupan air diukur menggunakan repeated 24h-Recall, PSP diidentifikasi dengan kuesioner terstruktur dan status hidrasi ditentukan melalui berat jenis urin. Setelah intervensi, skor pengetahuan dan total PSP pengasuh memiliki perbedaan yang signifikan antar kelompok kontrol dan P1; dan kelompok kontrol dan P2.

Hydration education is important to increase water intake and improve hydration status. We aimed to assess the differences on caregiver rsquo s Knowledge,Attitude and Practice KAP, total water intake and hydration status of preschool children after 4 weeks. A cluster randomized controlled trial was conducted comparing basic nutrition education control,N 47 , hydration education to teacher and parents INT1,N 44 and to teachers INT2,N 52 groups. Total water intake was assessed by repeated 24h Recall, the KAP was identified by structured questionnaire and hydration status was determined by Urine Specific Gravity. After intervention, knowledge and total KAP scores were significantly different between control and INT1 and control and INT2 groups.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cut Hafiah Halidha Nilanda
"Status hidrasi dipengaruhi oleh banyak faktor termasuk usia. Perubahan fisiologis yang terjadi pada lansia yaitu penurunan sensasi rasa haus, penurunan sekresi aldosteron, dan penurunan fungsi luhur dapat menyebabkan peningkatan risiko dehidrasi pada lansia. Penelitian analitik observasional dengan metode potong lintang telah dilakukan di rumah binaan lansia Atmabrata, Cilincing Jakarta Utara, dengan tujuan untuk menilai status hidrasi pada lansia dan faktor-faktor yang berhubungan yaitu asupan cairan dan aktivitas fisik. Lima puluh sembilan subjek berhasil menyelesaikan protokol penelitian.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 27,1% lansia mengalami dehidrasi dengan menggunakan indikator berat jenis urin dan 49,2% lansia tidak terhidrasi dengan baik dengan menggunakan indikator warna urin. Rerata asupan cairan subjek adalah 1327,97 ± 407,75 mL, dan terdapat 72,9% subjek dengan aktivitas fisik rendah. Tidak terdapat hubungan antara status hidrasi dengan asupan cairan (p>0,05), dan sebaliknya terdapat hubungan yang bermakna antara berat jenis urin dengan tingkat aktivitas fisik (p <0,001).

Hydration status can be affected among others by age. Dehydration risk is higher in the elderly. Physiological changes such as decreasing sensation of thirst, decreasing secretion of aldosterone and impaired cognitive fuction could be the causes of dehydration among elderly. Analytic observational by using cross sectional study design conducted in Atmabrata nursing home, Cilincing North Jakarta has been done to asses hydration status in the elderly and its related factors, i.e fluid intake and physical activity. Fifty nine subjects accomplished the study protocol.
Based on the urine specific gravity measure, it shows that 27.1% elderly was dehydrated and by using urine color chart, it shows that 49.2% elderly was not hydrated properly. The fluid intake average of the subject was 1327.97 ± 407.75 mL, and there was 72.9% subject with low physical activity. There was no significant association between hydration status and fluid intake (p>0.05). There was significant association between urine specific gravity status and level physical activity (p<0.001).
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nada Thifali
"Dehidrasi pada atlet dapat menyebabkan penurunan performa fisik dan mental pada atlet. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan status hidrasi pada atlet berdasarkan faktor-faktor yang memengaruhinya. Penelitian ini dilakukan pada atlet berusia 10-19 tahun dengan desain studi cross sectional. Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 37,1% responden mengalami dehidrasi. Terdapat perbedaan status hidrasi yang signifikan berdasarkan jenis kelamin (OR = 6,1; 95% CI 1,93-19,08), asupan air (p-value= 0,004), jenis minuman yang dikonsumsi selama latihan (OR = 3,11; 95%CI 1,125-8,604), dan luas permukaan tubuh (p-value= 0,044). Oleh sebab itu, memperhatikan asupan air selama latihan bagi atlet perlu dilakukan terutama bagi atlet laki-laki yang memiliki peluang lebih besar untuk mengalami dehidrasi.

Dehydration in athletes led to decrease their physical and mental performance. The aim of this study was to determine differences in hydration status of athletes based on the factors related to dehydration. This study conducted on athletes aged 10-19 with cross sectional study design. The results showed 37% of respondents dehydrated. There was the significant differences in hydration status by sex (OR = 6,1; 95% CI 1,93-19,08), fluid intake (p-value= 0,004), types of beverages that consumed during exercise (OR = 3,11; 95%CI 1,125-8,604), and body surface area (p-value= 0,044). Thus ensuring adequate fluids intake as needed during exercise is important especially for male athletes that have greater probabilities to experience dehydration.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
S65481
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dyvia Mega
"Diabetes melitus merupakan penyakit kronis yang memberikan dampak pada keseimbangan cairan dalam tubuh. Poliuria akibat diuresis osmotik menyebabkan pasien diabetes rentan kekurangan cairan sehingga kebutuhan cairannya pun bertambah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi gambaran tingkat pengetahuan kebutuhan cairan dan status hidrasi pada pasien diabetes melitus tipe II di Kota Depok. Penelitian dilakukan dengan pendekatan kuantitatif dan desain penelitian deskriptif. Sampel yang digunakan adalah pasien diabetes melitus tipe II usia dewasa di Kota Depok sebanyak 85 orang. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner pengetahuan kebutuhan cairan dan grafik warna urin untuk menentukan status hidrasi. Hasil penelitian menunjukan 74.1% responden memiliki pengetahuan kebutuhan cairan yang baik dan 54.1% responden memiliki status hidrasi terhidrasi dengan baik. Hasil tersebut menunjukan pasien diabetes melitus tipe II di Kota Depok telah memiliki pengetahuan kebutuhan cairan dan status hidrasi yang baik, namun dengan kondisi diabetes yang fluktuatif maka diperlukan penelitian lanjutan untuk menilai pengetahuan pada tingkat yang lebih tinggi sehingga kebutuhan cairan pasien diabetes terjaga.

Diabetes mellitus is a chronic disease that has an impact on fluid balance in the body. Polyuria due to osmotic diuresis leaves diabetic patients prone to lack of fluids so that their fluid needs also increase. The purpose of this study was to identify the level of knowledge of fluid needs and hydration status in patients with type II diabetes mellitus in Depok City. The study was conducted with a quantitative approach and descriptive research design. The sample used was adult type II diabetes mellitus patients in Depok as many as 85 people. The instrument used was a fluid needs knowledge questionnaire and urine color chart to determine hydration status. The results showed 74.1% of respondents had good knowledge of fluid needs and 54.1% of respondents had a well hydrated hydration status. These results show that patients with type II diabetes mellitus in Depok City already have good knowledge of fluid needs and good hydration status, but with fluctuating diabetes conditions, further research is needed to assess knowledge at a higher level so that the fluid needs of diabetic patients are maintained."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>