Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 134226 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ratnaesih Maulana
Jakarta: Fakultas Sastra Universitas Indonesia, 1993
704.9 RAT s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Ratnaesih Maulana
Depok: Fakultas Sastra Universitas Indonesia, 1993
294.5 RAT s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Ratnaesih Maulana
"Di Indonesia, khususnya Jawa dari hasil analisa ikonometri ukuran ?tinggi tokoh : tala? menunjukkan berada tidak jauh dari batas besaran ikonometri bagi dewa-dewa utama di India, yaitu uttama-dasa-tala. Kesesuaian ikonometri arca Siva Mahadeva Jawa dengan ikonometri Siva Mahadeva India erat kaitannya dengan kedudukan Siva Mahadeva sebagai dewa utama. Dari 43 macam laksana yang umum dibawa Siva Mahadeva, 21,2644% adalah camara. Berbeda dengan di Indonesia (Jawa), di India camara umumnya dibawa oleh dewa rendahan. Kenyataan ini bagi masyarakat Indonesia, khususnya Jawa bukanlah hal yang mustahil mengingat adanya konsep kamanunggalan yang dianut masyarakat ketika itu.

The iconographic analysis of the deities on the ?height measurement? showed that the tala measurement of the Javanese statues are not so different from those of the Indian ?tala measurement?, i.e. the uttama-dasa-tala. The similarity between the Javanese Siva Mahadeva?s iconometry and the Siva Mahadeva statues in India showed that the Siva Mahadeva statues in Java have the same role with the Indian Siva Mahadeva statues. Among the 43 general laksanas of Siva Mahadeva, the camara (fl ywisk) is the most important one (about 21,2644%). However, in India the camara is not always belonged to Siva Mahadeva, because we found some lower deities have the same laksana. This reality showed that the Indonesian silpin were not always followed strictly the Indian manual books. They created the statues a.o. the Siva Mahadeva statues according to local concept (the Kamanunggalan)."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2002
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Depok Fakultas Sastra Universitas Indonesia 1994
LAPEN 03 Mau r
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Aris Munandar
"ABSTRAK
Dalam masa Hindu~Buddha di Indonesia (abad 7-15 M) terdapat suatu objek arkeologi yang bersifat "monumental" selain dari Candi, patirthan, gerbang, dan punden berundak; objek arkeologi tersebut adalah gua pertapaan. Namun sampai saat ini belum ada penelitian yang secara khusus mengkaji gua pertapaan, sehingga ada anggapan bahwa jenis gua partapaan itu sama, yaitu ceruk alam yang ditempati sementara untuk bermeditasi. Kajian ini menelaah gua pertapaan dari sudut arsitektur, apakah jenis gua pertapaan tersebut benar sama antara satu dengan lainnya, atau ada perbedaannya. Selain itu dibicarakan juga tentang kelompok orang yang menggunakan gua-gua tersebut dahulu.
Gua pertapaan perlu untuk dikaji karena sebagian dari gua-gua tersebut sudah mulai lapuk termakan usia. Jika saja gua-gua tersebut hancur dan belum ada suatu penelitian secara arsitektural saja, make arkeologi akan kehilangan salah satu data dari masa Hindu-Buddha. Untuk meneliti arsitektur gua-gua pertapaan diperlukan kunjungan langsung ke lokasi, dan kemudian diamati komponen-komponen arsitekturnya. Dengan demikian diperoleh suatu kejelasan bahwa secara arsitektural keadaan gua-gua tersebut berbeda sehingga dapat dikelompokkan dalam jenis arsitektur tertentu. Sementara untuk mengetahui siapa pengguna gua-gua pertapaan dilakukan tinjauan terhadap sumber tertulis, antara lain kakawin Nagarakertagama.
Berdasarkan pengamatan terhadap arsitektur gua, ternyata gua pertapaan dapat dikelompokkan dalam tiga jenis yaitu,(1) gua alam tanpa pengerjaan lebih lanjut, (2) gua alam yang dilengkapi dengan karya arsitektur, dan (3) gua buatan yang sepenuhnya karya arsitektur. Para pengguna gua pertapaan di masa Hindu-Buddha adalah para rsi, yang awalnya dari kelompok wanaprastha dan Sannyasa yang dikenal dalam Hinduisme. Dalam masa Majapahit gua-gua pertapaan tersebut berada dalam satu lingkungan kehidupan para rsi yang disebut denqan karsyan, contohnya adalah karsyan Pawitra yang tidak lain adalah gunung Penanggungan. Hal itu mendapat bukti-bukti yang cukup kuat karana di lereng barat gunung tersebut terdapat gua-gua pertapaan jenis (1) dan (2) serta puluhan bangunan punden berundak."
Fakultas Ilmu Pengatahuan Budaya Universitas Indonesia, 1995
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Hery Luthfi
"ABSTRAK
Di Indonesia khususnya di Pulau Jawa banyak peninggalan arkeologi baik berupa candi, arca, maupun peninggalan lain yang berasal dari periode Hindu-Buddha. Di Jawa peninggalan-peninggalan tersebut diduga berasal dari abad VIII-XV Masehi (Soekmono 1979: 457).
Salah satu bentuk peninggalan arkeologi yang banyak menarik perhatian para ahli adalah arca. Dalam makalahnya yang dituangkan dalam Pertemuan Ilmiah Arkeologi I, Edi Sedyawati menyatakan, arca adalah suatu benda yang dibuat oleh manusia dengan sengaja dan karena itu pembuatannya adalah untuk memenuhi tujuan tertentu, atau sesuai dengan tujuan tertentu. Oleh karena itu, ia terkait oleh makna-makna oleh fungsi-fungsi (Sedyawati 1977: 213).
Arca-arca dari periode Hindu-Buddha pada umumnya berbentuk arca dewa, arca binatang, dan arca setengah manusia setengah binatang. Selain dari segi bentuk, arca juga mempunyai berbagai macam ukuran atau seperangkat lambang-lambang yang merupakan alat ibadah (Sedyawati 1980: 47).
Sejalan dengan banyaknya penelitian tentang seni arca, Edi Sedyawati menyatakan, dalam studi_-studi mengenai arca kuna baik di India, Asia Tenggara, maupun Indonesia umumnya dianggap ada dua nilai yang terkait pada artefak ini, yaitu: a. Nilai ikonografis, yang menyangkut sistem tanda-tanda yang mempunyai fungsi sebagai identitas arca. b. Nilai seni, yang menyangkut unsur-unsur gaya yang penggarapannya menentukan indah buruknya arca sebagai ekspresi dorongan keindahan pada manusia (I980: 47-50)."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1995
S11807
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hariani Santiko
"Arkeologi adalah ilmu yang mempelajari dan merekonstruksi kebudayaan masa lalu berdasarkan sisa-sisa kebudayaan materi yang mereka tinggalkan. Mengingat kelembaban iklim Indonesia yang sangat tinggi serta akibat proses kimiawi yang terjadi dalam tanah dimana benda-benda tersebut terkubur beratus bahkan beribu tahun, maka benda-benda tinggalan manusia tersebut sudah tidak utuh lagi. Dari sisa-sisa materi yang terbatas inilah ahli arkeologi berusaha untuk merekonstruksi kebudayaan manusia masa lalu, apabila mungkin seutuhnya, Mengingat jangkauan arkeologi sangat luas, maka untuk merekonstruksi kebudayaan masa lalu, selain mempergunakan metode arkeologi secara seksama, apabila diperlukan, dapat diterapkan pula metode-metode yang dipinjam dari ilmu-ilmu lain (Magetsari 1990: 1-2).
Dalam rangka penelitian arkeologi, untuk kali ini, perkenankanlah saya membahas salah satu jenis peninggalan arkeologi yaitu candi, sisa-sisa sarana ritual agama Hindu dan Buddha di Indonesia, khususnya di Jawa dengan menitik beratkan pembicaraan pada ciri-ciri arsitektur candi serta membandingkannya dengan patokan-patokan yang digariskan oleh kitab Vastusatra (Silpasastra) di India, selanjutnya mencoba merekonstruksi makna simboliknya.
Agama Hindu dan Buddha berkembang di Indonesia antara abad VII--XV Masehi, dan kebudayaan materi yang mereka tinggalkan kebanyakan adalah tempat-tempat suci yaitu candi, stupa, gua penapaan dan kolam suci (patirthan).
Kehadiran bangunan suci candi mula-mula dilaporkan oleh orang-orang Belanda yang melakukan perjalanan di Jawa Tengah pada sekitar abad XVIII, Misalnya C.A. Lons, seorang pegawai VOC di Semarang mengunjungi Kartasura dan Yogyakarta, menyempatkan diri mengunjungi peninggalan-pcninggalan purbakala sekitar Yogyakarta termasuk kompleks candi Prambanan (Rara Jonggrang). Laporan-laporan tersebut rupanya menarik hati pejabat-pejabat Belanda, sehingga tahun 1746 Gubernur Jendral Van Imhoff mengunjungi kompleks Prambanan, kemudian berdatanganlah orang-orang, baik atas perintah atasannya maupun atas kehendak sendiri. Kemudian Sir Stamford Raffles yang menjadi Gubemur Jendral di Indonesia pada tahun 1814 sangat tertarik dengar kebudayaan Jawa. Dengan bantuan teman-teman dan bawahannya (orang Jawa) ia meneliti kebudayaan Jawa termasuk candi-candi yang kemudian diterbitkan daiam bukunya yang terkenal yaitu The History of Java (1817) . Pada waktu itu rupanya orang-orang Belanda dan Inggris telah mempunyai pandangan berbeda terhadap "barang-barang aneh" tersebut. Mereka mulai mengagumi candi dan berpikir betapa tingginya nilai seni yang ditampilkan, serta timbul kesadaran betapa tinggi peradaban bangsa Indonesia di masa lalu (Soekmono 1991:3).
Pada tahun 1885 Y.W. Yzerman mendirikan Archaeologische Vereenigins van Jogya, yaitu semacam Badan Purbakala. Sejak itu penelitian terhadap benda benda purbakala dilakukan lebih sistematis, demikian pula mulai dilakukan pemugaran candi-candi besar maupun candi kecil.
Penelitian candi-candi di Jawa maupun di luar Jawa telah banyak dilakukan Karangan-karangan tentang deskripsi candi paling banyak ditemukan, kemudian menyusul karangan mengenai relief candi, fungsi candi, Tatar belakang keagamaan seni arcanya, peranan candi dalam industri pariwisata dan sebagainya."
Jakarta: UI-Press, 1995
PGB 0462
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
Coedes, George
[place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
959.01 COE lt (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Suwardono
Yogayakarta: Ombak, 2013
959.8 SUW s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>