Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 172914 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Akhmad Shobirin
"Keterlambatan pembayaran klaim Askeskin yang terjadi pada awal tahun 2007, telah memberikan dampak negatif terhadap cash flow Rumah Sakit Umum Daerah dan pelayanan bagi masyarakat miskin. Keterlambatan pembayaran klaim Askeskin terjadi selama 2 (dua) bulan, klaim yang seharusnya dibayar pada bulan Januari 2007 baru dibayarkan pada bulan Maret 2007.
Penyebab keterlambatan pembayaran klaim Askeskin adalah karena adanya proses administrasi kesepakatan kerjasama I MoU (Memmy of Understanding) antara Departemen Kesehatan dengan PT Askes (Persero) di tingkat pusat dan juga proses administrasi kesepakatan ketjasama I MoU (Memory of Understanding) antara PT Askes (Persero) Cabang Cirebon dengan RSUD Gunung Jati Kota Cirebon.
Keterlambatan pembayaran klaim Askeskin tersebut sangat berpengaruh terhadap cash flow RSUD Gunung Jati Kota Cirebon sehingga RSUD Gunung Jati Kota Cirebon terpaksa mcnunda pembayaran kewajiban kepada pegawai dan pemasok serta mernangkas biaya pemeliharaan gedung I sarana dan prasarana. Upaya-upaya tersebut tentunya sangat berdampak terhadap kinerja pegawai dan ketersediaan supplies yang mempengaruhi pelayanan pasien peserta Askeskin di RSUD Gunung Jati kota Cirebon.
Siapkan dana yang cukup untuk mendanai pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin, misalnya dengan mengalokasikan pendanaan pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin yang bersumber dari pajak produk yang bersifat destruktif seperti, rokok, minuman keras (alkohol) dan makanan cepat saji. Setelah tersedia dana yang cukup, buat aturan yang memuat sangsi bagi para pihak yang terlibat dalam pelayanan kesehatan bagi rakyat miskin jika terjadi keterlambatan pembayaran klaim Askeskin."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007
T32032
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yekti Wulandari Agustini
"ABSTRAK
Instalasi Farmasi RSUD Balaraja berusaha menerapkan keselamatan pasien
untuk meningkatkan pelayanannya. Penelitian ini bertujuan mengetahui
tingkat kematangan budaya keselamatan pasien di Instalasi Farmasi RSUD
Balaraja serta komitmen RSUD Balaraja dalam menerapkan keselamatan
pasien. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan FGD
berdasarkan Manchester Patient Safety Assessment Framework. Hasil
penelitian menyatakan bahwa penerapan budaya keselamatan pasien di
Instalasi Farmasi RSUD Balaraja berada pada tingkat birokratis. Disarankan
agar diadakan pelatihan keselamatan pasien kepada seluruh staf farmasi agar
mereka memiliki kompetensi dalam hal keselamatan pasien. Tim
Keselamatan Pasien Rumah Sakit harus diaktifkan untuk menegakkan
penerapan budaya keselamatan pasien

ABSTRACT
Balaraja Hospital?s Pharmacy trying to implement patient safety to improve its
service . This study aims to determine the maturity level of patient safety culture
in Balaraja Hospital?s Pharmacy and commitment in implementing patient safety .
It?s a qualitative study that uses FGD by Manchester Patient Safety Assessment
Framework. The study states that the implementation of patient safety culture in
Balaraja Hospital?s Pharmacy are at bureaucratic level . It?s recommended to held
patient safety training to all pharmacy staffs so they have competence in patient
safety. Hospital Patient Safety Team must be activated to enforce implementation
of patient safety culture"
2016
T45967
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aisyah Nur Fa'izah
"Pneumonia komunitas merupakan peradangan akut pada parenkim paru yang bersumber dari masyarakat dengan tingkat mortalitas, morbiditas, dan beban biaya yang tinggi terutama pada pasien rawat inap. Rata-rata biaya yang dibutuhkan bagi pasien pneumonia komunitas di Indonesia dalam satu periode rawat inap kurang-lebih mencapai Rp11.877.120. Pemilihan antibiotik empiris yang tepat penting dalam mengendalikan infeksi dan mengurangi beban total biaya pengobatan. Studi farmakoekonomi digunakan untuk mengetahui intervensi antibiotik yang paling unggul dari aspek efektivitas-biaya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efektivitas-biaya levofloksasin monoterapi dibandingkan dengan kombinasi seftriakson-azitromisin pada pasien pneumonia komunitas rawat inap non-ICU di RSUD Tangerang Selatan. Desain studi yang digunakan merupakan cross-sectional dengan metode pengumpulan data secara retrospektif terhadap data rekam medis, data penggunaan obat, dan data billing. Efektivitas terapi dinilai sebagai proporsi pasien yang mencapai kestabilan klinis setelah 72 jam penggunaan antibiotik. Data biaya yang digunakan berupa data biaya medis langsung berdasarkan perspektif rumah sakit. Sampel pada penelitian ini berjumlah 86 pasien yang merupakan 43 pasien dari masing-masing kelompok terapi. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan bermakna antara efektivitas kelompok levofloksasin dan kombinasi seftriakson-azitromisin (p < 0,05). Berdasarkan perhitungan REB (rasio efektivitas-biaya), kelompok levofloksasin memiliki nilai sebesar Rp78.028,22/% efektivitas dan kelompok kombinasi seftriakson-azitromisin Rp107.666,91/% efektivitas.

Community-acquired pneumonia (CAP) is an acute inflammation of the lung parenchyma that originates from the community and carries a high mortality, morbidity, and cost burden, particularly in hospitalized patients. The average cost of treating CAP patients in Indonesia during a single hospitalization period is Rp11,877,120. Selecting the appropriate empiric antibiotic is crucial in controlling the infection and reducing the overall treatment costs. Pharmacoeconomic studies are conducted to determine the most effective and cost-efficient antibiotic intervention. This study aims to analyze the cost-effectiveness of levofloxacin monotherapy compared to the combination of ceftriaxone-azithromycin in non-ICU inpatient CAP cases at RSUD Tangerang Selatan. The study design was cross-sectional, utilizing a retrospective data collection method that involved medical records, drug usage data, and billing information. The therapy's effectiveness was assessed by the proportion of patients who achieved clinical stability after 72 hours of antibiotic use. The cost data utilized represents direct medical costs from the hospital's perspective. The study sample consisted of 86 patients, with 43 patients in each treatment group. The results indicated a significant difference in the effectiveness of the levofloxacin group compared to the ceftriaxone-azithromycin combination (p < 0.05). Calculation of the Average Cost-Effectiveness Ratio (ACER) revealed that the levofloxacin group had a value of Rp78,028.22 per % effectiveness, while the ceftriaxone-azithromycin combination group had a value of Rp107,666.91 per % effectiveness. "
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Citra Sari Purbandini
"ABSTRAK
Demam tifoid adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Salmonella typhi atau Salmonella paratyphi. Pilihan terapi demam tifoid yang bisa digunakan antara lain adalah antibiotik seftriakson, siprofloksasin, dan sefoperazon. Evaluasi penggunaan obat tersebut tidak hanya dilihat secara klinis, tapi juga secara farmakoekonomi. Tujuan penelitian ini adalah untuk menilai efektivitas-biaya seftriakson dan non-seftriakson dalam pengobatan demam tifoid. Metode penelitian ini menggunakan metode analisis efektivitas-biaya AEB . Data diambil secara retrospektif dan pengambilan sampel dilakukan secara total sampling dengan melihat catatan rekam medik dan sistem informasi rumah sakit. Pasien yang menjadi sampel penelitian adalah pasien murni demam tifoid dan menggunakan antibiotik seftriakson atau non-seftriakson pada tahun 2016 di RSUD Cengkareng. Sampel yang dilibatkan dalam analisis sebanyak 15 pasien, yaitu 10 pasien kelompok seftriakson dan 5 pasien kelompok non-seftriakson. Efektivitas pengobatan diukur dalam efektivitas persentase pasien dengan lama hari rawat kurang dari sama dengan 5 hari . Biaya didapatkan dari median total biaya pengobatan, meliputi biaya obat, biaya alat kesehatan, biaya obat lain, biaya cek laboratorium, biaya tindakan, biaya jasa dokter, serta biaya kamar rawat. Berdasarkan hasil penelitian, efektivitas seftriakson 66,67 lebih besar dibandingkan efektivitas non-seftriakson 33,33 . Total biaya pengobatan seftriakson lebih rendah Rp 1.929.355,00 dibandingkan non-seftriakson Rp 2.787.003,00 . Nilai rasio efektivitas-biaya REB seftriakson lebih rendah Rp 28.938,88/ efektivitas dibandingkan non-seftriakson Rp 83.618,45/ efektivitas . Hasil akhir menunjukkan bahwa seftriakson lebih cost-effective dibandingkan non-seftriakson.

ABSTRAK
Typhoid fever is caused by bacterial infection Salmonella typhi or Salmonella paratyphi. Typhoid fever treatment which can be used such as ceftriaxone, ciprofloxacin, and cefoperazone. The evaluation of drugs not only seen by clinical aspect but also from economic aspect. The study aimed to evaluate the cost effectiveness of ceftriaxone and non ceftriaxone for typhoid fever patients. Cost effectiveness analysis CEA was chosen to be the method of this study. Data were taken retrospectively and sampling was done using total sampling based on medical records and hospital information systems. Patients who become the samples are patients diagnosed typhoid fever only and use ceftriaxone or non ceftriaxone as the antibiotics. The number of samples were 15 patients, which included 10 patients used ceftriaxone and 5 patients used non ceftriaxone. The effectiveness is measured by effectiveness percentage of LOS less than or equal to 5 days . The cost is median of total cost, summed from the cost of drug, other drugs, medical devices, laboratory tests, physician, healthcare services, and hospitalization. Based on result study, the effectiveness of ceftriaxone 66.67 is greater than non ceftriaxone 33.33 . Total cost of ceftriaxone Rp 1,929,355.00 is less expensive than non ceftriaxone Rp 2,787,003.00 . Average cost effectiveness ratio ACER of ceftriaxone Rp 28,938.88 effectiveness is lower than non ceftriaxone Rp 83,618.45 effectiveness . The final result showed that ceftriaxone is more cost effective than non ceftriaxone. "
2017
S69258
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ririk Rikmaya
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
S26760
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ratih Linda Sari
"Kebijakan Swadana sesuai Kepmendagri no.92/1993 dan Kepres no.38/1991 memberikan kewenangan Rumah Sakit dalam penggunaan pendapatan fungsionalya secara langsung, bertujuan terciptanya manajemen Rumah Sakit yang sehat dan mandiri, peningkatan peran serta dan tanggug jawab masyarakat dan perbaikan ksejahteraan karyawan. Kemudian UU no.1/2004 dan PP no.23/2005 yang memberikan fleksibilitas bagi Rumah Sakit dalam pola pengelolaan keuangannya yang disebut Badan Layanan Umum (BLU), bertujuan untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka memajukan kesejahteraan umum clan mencerdaskan kehidupan bangsa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan sistem pengelolaan keuangan Swadana dan BLU dalam penganggaran dan pelaksanaan anggaran yang telah diterapkan di RSUD Tangerang. Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif, pengumpulan data dilakukan dengan analisis terhadap dokumen-dokumen rumah sakit dan wawancara mendalam dengan pihak-pihak terkait di Rumah Sakit.
Dalam penelitian ini didapatkan bahwa penganggaran dalam pengelolaan keuangan Swadana menerapkan metode hystorical budgeuing dan penyustman anggaran seeara &dim up dan menggunakan format Rencana Kerja Atiggarau (RICA), dan harus mendapatkan pengesahem Bupati dan DPRD. Sedangkan penganggaran dalam pengelolaan keuangan BLU masih menerapkan metode hystorical budgeting dan penyusunan anggaran masih swam. buuom up, sehingga dalam metode dan prosedur penyusunan anggaran antara Swadana dan BLU harnpir sama yang diterapkan di RSUD Tangerang, seharusnya RSUD Tangerang telah menerapkan penganggaran berbasis kinerja sesuai &Ivau pola pengelolaan keuangan BLU. Sedangkan format isian reneana kerja telah sesuai dengan Rencana Bisnis dan Anggaran (RBA), sehingga penganggaran RSUD Tangerang telah menerapkan Reneana Bisnis dan Anggaran yang sesuai dengati penganggaran BLU, dan penganggarannya hams diketahui Bupati dan tak memerlukan pengesahaan DPRD sehingga lebih efektif.
Dalam penelitian ini didapatkan bahwa palaksanaan anggaran Swadana harus mendapatkan persetujuan bupati dan pengesahan DPRD, dan harus sesuai dengan digit dan keIompok anggaran dan tertuang dalam Daftar Rencana Kerja (DRK) sehingga pelaksanaan anggaran Swadana sangat strik dan tidak boleh mengadakan pergeseran anggaran, sehingga tidak efisien dan saldo anggaran harus masuk ke kas Dearah dan penggunaannya hams persetujuan Bupati dan DPRD, sehingga tidalk efektif dan produktif. Sedangkan pelaksanaan anggaran BLU sangat fleksibel karena diberikan keleluasan dalam pengelolaan keuangan path batas-batas tertentu yang dapat dikeeualikan dari ketentuan yang berlaku umum, sehingga tidak harus sesuai dengan DPA (Dokumen Pelaksanaan Anggaran),dan menerapkan praktek bisnis yang sehat yang menyelanggarakan fungsi organisasi berdasarkan kaidah-kaidah manajemen yang baik dalam rangka pemberian la.yanan yang bemutu dan berkesimbangunan, dan dapat mengadakan perubahan anggaran dengan diketahui Bupati dan tak perlu pengesahaan DPRD sehingga lebih efektif, serta saldo anggaran dapat dipergunakan sebagai investasi/belanja modal daft dapat dimasukkan ke dalam RBA tahun anggaran beikutnya sehingga pelaksanaan anggaran lebih efisien dan produktif.

Self-financing Policy according to the Domestic Minister Decree number 9211993 and the President Decree number 38/1991 provide hospital authorities to use its functional income directly. This policy is aimed at creating healthy hospital management and its self-adjusting, as well as exagurating societies participation and reponsibilities and employees' welfare as well. In addition to the constitution number 1/2004 and the government constitution number 23/2005 that gives flexibilities to the government office in financial management, by the name of Public Services Board (Badan Layanan Umum—BLU) is aimed at increasing services to the public in the frame of increasing public welfare and educating nation way of life. This research is aimed at knowing the comparison of the Self-financiang Management System and the Public Services Institution in budgeting plan and budgeting implementation run at the Tangerang Domestic Public Hospital. The research is qualitative descriptive, in which the data collection is done through analysis of existing documents and deep interview with related persons at the hospital. From the research it is found that budgeting in self-financing management uses hystorical budgetting system by its means butt= up and uses the form of Budgeting Work Plan assigned by Bupati and legislative. In the meantime, the budgeting and financial management of BLU is still using hystorical budgeting methode by its means the buttom-up line as assigned the similarity of methode in budgeting plan between self-financing and public service board implemented at Tangerang Hospital. Meanwhile, it is a must that Tangerang Domestic Hospital already implemented performance bases budgeting inline with the financial management system of BLU. While the form of working plan should be based on Budgeting and Business Plan (Rencana Bisnis dan Anggaran-RBA) as used in BLU financial system, in which it is assigned by Bupati needless the endorsement of legislative in order to be more efective.
Through this research it is found that self-financing implementation should be assigned by Bupati and endorsed by the legislative strictly bases on the digit and budgeting group as listed in working plan (Daftar Rena= Kerja-DRIC). This is assigned that the use of self-financing budget is highly strick and nomore change of budgeting. This system causes inefficiency, infective and unproductive approved by namely financial rest should be posted into domestic treasurer book keeping while its uses should be assigned by Bupati and legislative.
Principly bases of BLU budgeting implementation is highly flexible by giving full authorities in using finance by the frame that is generally ak.nowleged. By this system, the use of finance is not strictly follow the Budgeting Plan Document (Dokumen Pelaksanaan Anggaran-DPA). But the manager has a flexibilities to implement a healthy business ethiques by riming organization function based on good and clean management system in providing quality and continually improvement of sevices. In practice, the manager can change the budgeting plan by assigned of Bupati and not necessarily endorsement of legislative while the budgeting rest can be used as investment and put into previous year budgeting plan to be more efficien, effective and productive.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T34336
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Elfry Syahril
"Formularium obat adalah pedoman penggunaan obat secara rasional yang diresepkan kepada pasien, namun faktanya masih terdapat penulisan resep obat yang tidak sesuai dengan standar formularium dalam resep yang dituliskan oleh tenaga medis kepada pasien. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan tenaga medis dalam penulisan resep berdasarkan standar obat formularium nasional di Rumah Sakit Umum Daerah KH.  Daud Arif Kuala Tungkal. Penelitian ini menggunakan desain potong lintang (cross-sectional study). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh tenaga medis (dokter umum, dokter gigi, dan dokter spesialis) RSUD KH. Daud Arif Kuala Tungkal sebanyak 23 orang. Sampel digunakan adalah total sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner. Hasil penelitian menunjukan bahwa ada hubungan pengetahuan dengan kepatuhan  dokter menuliskan resep sesuai dengan formularium dengan nilai p=0,006. Tidak ada hubungan sikap (p=0,070), keyakinan (0,159), dan ketersediaan obat (0,487) dengan kepatuhan tenaga medis dalam menuliskan resep sesuai formulasi nasional. Kepada kepala RSUD KH.Kuala Tungkal agar melakukan upaya meningkatkan pengetahuan dengan melakukan seminar formularium sesuai resep nasional secara berkala, melakukan advokasi kepada Pemda agar membuat aturan terkait penulisan resep tersebut.

Drug formulary is a guideline for rational use of medicines prescribed to patients, but the fact is that there are still prescription drugs that do not comply with the standard formulary in prescriptions written by medical personnel to patients. This study aims to determine the factors associated with the compliance of medical personnel in writing prescriptions based on national formulary drug standards at the RSUD KH. Daud Arif Kuala Tungkal. This study uses a cross-sectional design. The population in this study were all medical personnel (general practitioners, dentists, and specialist doctors) RSUD KH. Daud Arif Kuala Tungkal as many as 23 people. The sample used is total sampling. Data collection is done by distributing questionnaires. The results showed that there was a relationship of knowledge with doctor compliance in prescribing according to the formulary with a value of p = 0.006. There was no relationship between attitude (p value = 0.070), belief (p value= 0.159), and availability of drugs (p value =0.487) with the compliance of medical personnel in writing prescriptions according to national formulations. To the head of the RSUD KH. Daud Arif Kuala Tungkal in order to make efforts to increase knowledge by conducting formulary seminars according to the national recipe on a regular basis, advocating to the local government to make rules related to writing the recipe."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
T54968
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hana Ghina Chairunnisa
"ABSTRAK
Transfusi darah dibutuhkan dalam meningkatkan kualitas hidup pasien thalassemia mayor, namun dapat menyebabkan kelebihan zat besi, sehingga diperlukan terapi kelasi besi, seperti deferipron dan deferasirox. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis obat yang lebih cost-effective dengan metode Analisis Efektivitas-Biaya AEB karena masing-masing obat memiliki perbedaan efektivitas dan biaya obat yang signifikan. Data diambil secara retrospektif dan pengambilan sampel dilakukan secara total sampling berdasarkan catatan rekam medik dan sistem informasi rumah sakit. Pasien yang diikutsertakan merupakan pasien anak-anak pengguna deferipron n=33 dan deferasirox n=27 yang rutin melakukan transfusi darah pada tahun 2016. Efektivitas pengobatan diukur berdasarkan perubahan kadar serum ferritin. Biaya didapatkan dari median total biaya pengobatan, meliputi biaya obat, alat kesehatan, tindakan, administrasi dan jasa dokter, laboratorium serta kantong darah. Berdasarkan hasil penelitian, deferasirox 1.164 ng/mL lebih efektif dari deferipron 692 ng/mL dan median total biaya pengobatan deferasirox lebih mahal. Hasil akhir menunjukkan bahwa rasio efektivitas-biaya deferasirox Rp 65.816,68 lebih rendah dari deferipron Rp 74.956,60 , namun keduanya tidak ada yang mendominasi sehingga tidak dapat ditentukan terapi yang lebih cost-effective. Bila pengobatan deferipron dipilih, perlu dikeluarkan biaya tambahan sebesar Rp 52.416,64 untuk peningkatan satu unit efektivitas dan pengambil kebijakan di pelayanan kesehatan harus mempertimbangkan apakah biaya lebih tersebut sebanding dengan peningkatan efektivitasnya.

ABSTRAK
Blood transfusions are needed in improving the quality of life of major thalassemia patients, but it can lead to excess iron, so it requires iron chelation therapy, such as deferiprone and deferasirox. This study is aimed to analyse whether deferipron or deferasirox is more cost effective with Cost Effectiveness Analysis CEA method because each drug has a significant difference in effectiveness and drug costs. Data were taken retrospectively and sampling was done using total sampling based on medical records and hospital information systems. Patients which included are pediatric patients with deferiprone n 33 and deferasirox n 27 who regulary perform blood transfusion in 2016. The effectiveness is measured by changes in serum ferritin levels and the cost is median of the total cost, summed from the cost of drugs, medical devices, hospitalization, administration, physician, laboratories and blood bags. Based on the results, the effectiveness of deferasirox 1,164 ng mL is greater than deferiprone 692 ng mL and median total cost of deferasirox is more expensive. The final result showed that cost effective ratio of deferasirox Rp 65.816,68 is lower than deferiprone Rp 74.956,60 , but none of both medications is dominant and therefore we could not determine which medication is more cost effective. If deferiprone is selected, it requires extra cost Rp 52.416,64 to increase the effectivity. Policy maker in healthcare facility need to consider if incremental cost of medication is equal to its increased effectiveness."
2017
S69397
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nursyafrisda
"Hingga saat ini Angka Kesakitan dan Angka Kematian di Indnonesia yang disebabkan oleh Pneumonia masih tinggi terutama pada usia balita. Pneumonia termasuk sepuluh penyakit terbanyak di Rawat inap RSU Kabupaten Tangerang yang membutuhkan antibiotika untuk infeksinya menggunakan Ceftriaxone atau Cefotaxime. Efektifitas biaya penggunaan obat tersebut perlu diteliti untuk mengetahui antibiotika yang lebih efektif biaya. Penelitian menggunakan data sekunder, diambil secara cross sectional selama Januari - Desember 2010 di Rawat Inap RSU Kabupaten Tangerang. Analisa biaya Investasi disetahunkan (Annual Investment Cost), menggunakan metoda ABC (Activity Based Costing) untuk analisis biaya.
Hasil Penelitian didapat bahwa komponen biaya terbesar pada pengobatan Pneumonia Balita adalah Biaya Operasional, yaitu sekitar 99 % dari Biaya Total, diikuti biaya Pemeliharaan 0,02 % dan kemudian biaya Investasi 0,01 %. Biaya Obat dan Bahan Habis Pakai merupakan komponen terbesar dari biaya operasional. Pada Ceftriaxone biaya operasional Rp 39.053.526,- dan pada Cefotaxime sebesar Rp. 124.228.339,-. Efektifitas pada Ceftriaxone 29 pasien dan Cefotaxime 85 pasien dengan CER Cefotaxime lebih kecil dari Ceftriaxone berdasarkan hilangnya sesak, frekuensi nafas dan leukosit normal, hilangnya demam dan hari rawat maka disimpulkan bahwa Cefotaxime lebih cost effective dari Ceftriaxone. Disarankan x Universitas Indonesia pengobatan Pneumonia Balita menggunakan Cefotaxime yang bertujuan untuk efektifitas, efesiensi dan pengendalian biaya dapat terwujud.

Until now the Morbidity Rate and Mortality Rate due to pneumonia in Indonesia would remain high, especially under 5 years old. Pneumonia disease into ten largest in Hospitalizations RSU Tangerang Regency, they need antibiotics to cure infections, such as Ceftriaxone or cefotaxime. Cost effectiveness of theme need to be investigated to find out and determine the effective and efficience. Research conducted using secondary data in crosssectional taken during January to December 2010 in the Tangerang Regency Hospital Inpatient. Annualized investment cost analysis, methods of analysis using the method of the cost calculation ABC (Activity Based Costing).
Research results indicate that the largest cost component in the treatment of Pneumonia Toddlers are Operating Costs, which is about 99% of the total cost, followed by a maintenance cost of 0.02% and then 0.01% of the investment cost. Cost of Drugs and consumables is the largest component of operating costs. At the operational costs of Rp 39.053.526,- Ceftriaxone, - and on cefotaxime at Rp 124.228.339,-. Effectiveness on Ceftriaxone was 29 patients and 85 patients on cefotaxime. CER Ceftriaxone smaller than Cefotaxime values obtained by the loss of tightness, breathing frequency and leukocyte return to normal values, fever and loss of day care is also concluded that the use of Cefotaxime more cost effective than Ceftriaxone. Thus in the treatment of Pneumocystis Toddlers xii Universitas Indonesia are expected to use cefotaxime aiming for effectiveness, efficiency and cost control can be realized.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
T30311
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>