Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 208465 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Muhammad Syahid
"ABSTRAK
Penyempurnaan organisasi PERTAMINA berdampak positif yaitu menjadi
semakin pendeknya jalur birokrasi yang selanjutnya diharapkan dapat semakin
meningkatkan efisiensi dan produktifitasnya. Pada masa mendatang kemungkinan
PERTAMINA akan menjadi suatu organisasi yang semakin terdesentralisasi, yang
berarti unit-unit operasinya semakin diberi keleluasaan dalam melakukan kegiatan
usahanya, yang meliputi kegiatan investasi, pengembangan usaha dan kegiatan
operasional sehari-hari. PERTAMINA Unit Pembekalan dan Pemasaran Dalam
Negeri TI (UPPDN TI) yang berkedudukan di Palembang, sebagai salah satu unit
operasi PERTAN1IN A, dituntut untuk melakukan pembenahan-pembenahan dalam
rangka mengantisipasi perubahan yang terjadi dimasa mendatang. Salah satu faktor
yang harus segera dibenahi adalah sistem informasinya, khususnya sistem informasi
akuntansi yang selama ini telah ada dan telah memanfaatkan komputer.
Pemanfaatan sistem informasi akuntansi dan informasi yang dihasilkan selama
ini masih kurang optimal. Orientasi pemanfaatan sistem informasi akuntansi masih
terfokus pada informasi yang bersifat scorekeeping information, yang berarti masih
menitik-beratkan pada pemenuhan kebutuhan informasi untuk menunjang
penyusunan laporan keuangan. Sedangkan penyajian attention-directing information
dan decision-making information, masih kurang mendapat perhatian. Kurang
optimalnya pemanfaatan informasi yang dihasilkan oleh SIA dewasa ini disebabkan
oleh beberapa hal. Pertama adalah masih kurangnya pengertian para karyawan
bahwa SIA yang telah ada dapat menghasilkan berbagai macam informasi yang
diperlukan untuk mendukung pelaksanaan tugas sehari-hari. Sedangkan yang kedua
adalah adanya keterlambatan penyajian informasi sebagai akibat lamanya waktu
pemrosesan data yang masih menggunakan sistem batch, dengan jadwal
pengumpulan data yang relatif lama yaitu antara 10 hari hingga 3 bulan. Sedangkan
pengembangan awal SIA yang tidak terpadu, yaitu dapat dilihat dengan
digunakannya software yang berbeda-beda, merupakan hambatan pengembangan
SIA dewasa ini.
Agar pemanfaatan SIA dapat lebih optimal, maka perlu dilakukan beberapa
pembenahan. Pertama tentunya memberikan pengertian kepada seluruh karyawan
akan pentingnya informasi khususnya dimasa-masa mendatang sejalan dengan
semakin kompleksnya kegiatan perusahaan, serta kemampuan SIA yang dapat
menghasilkan berbagai macam informasi. Sedangkan untuk mempercepat
pemrosesan data yang masih menggunakan sistem batch, dapat dilakukan dengan
penjadwalan pengumpulan data yang lebih fleksibel sehingga dapat disesuaikan
dengan saat-saat diperlukannya informasi. Selanjutnya perlu dikembangkan
pemrosesan data dengan sistem on-line, yang dapat lebih menjamin validitas dan
ketepatan waktu penyajian informasi, sehingga informasi yang dihasilkan dapat lebih
bermanfaat.
Pengembangan SIA dengan menggunakan sistem on-line, telah dilakukan oleh
PERTAMINA UPPDN II, yaitu dengan dikembangkannya Financial Integrated Online
System (FIOS). FIOS merupakan SIA terpadu, diharapkan akan dapat menjadi
pengintegrasi semua sistem informasi akuntansi yang telah ada. Dengan demikian
diharapkan akan dapat diperoleh suatu informasi terpadu, dengan kualitas informasi
yang lebih terjamin. Pengembangan SIA dimasa-masa mendatang harus selalu
berpedoman pada kebutuhan informasi yang diperlukan bagi seluruh jajaran
PERTAMINA UPPDN II. Adapun pendekatan pengembangan yang tepat adalah topdawn
approach. Pendekatan ini dapat menunjukkan bahwa manajemen tahu persis
kebutuhan informasinya, serta lebih menjamin pengembangan suatu sistem informasi
yang terpadu.
Pada akhirnya, informasi yang dapat disajikan diharapkan dapat memenuhi
ketiga sifat informasi yang idealnya dihasilkan suatu sistem informasi akuntansi,
yaitu: scorekeeping information, attention-directing information dan decision-making
information.
"
1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
VD Agung Nugrahanto
"Elpiji telah ditetapkan sebagai salah satu bahan bakar alternatif kendaraan bermotor oleh Pemerintah sejak tahun 1995. Ketetapan tersebut dilatarbelakangi oleh upaya menyukseskan "Program Langit Biru" dan "Program Diversifikasi Energi" serta penghematan penggunaan bahan bakar minyak (BBM) yang selama ini masih disubsidi oleh Pemerintah. Program tersebut telah mendapat dukungan Menteri Pertambangan dan Energi, Menteri Negara Lingkungan Hidup, Badan Pengawasan dan Pengendalian Lingkungan, Pemerintah Daerah dan para pengusaha angkutan umum.
Pembangunan instalasi Stasiun Pengisian Bahan bakar Elpiji (SPB Elpiji) memerlukan biaya investasi yang relatif cukup besar, sehingga calon investor dan pihak Pertamina perlu mengetahui tingkat kelayakan investasi sebuah SPB Elpiji. Nilai Investasi suatu SPB Elpiji yang lokasinya digabung dengan SPB umum adalah sebesar Rp. 641.500.000 . Dari hasil perhitungan tingkat keekonomian suatu SPB Elpiji dengan margin sebesar Rp. 340/kg atau Rp. 190/liter dan Omzet harian rata-rata 2.500 liter sampai dengan 3000 liter dan harga jual Rp. 840 per liter maka diperoleh nilai NPV yang negatif dan nilai Internal Rate of Return (IRR) sebesar 25% - 30%.
Dengan nilai Internal Rate of Return (IRR) sebesar 25% - 30% dianggap kurang menarik bagi suatu usaha baru mengingat resiko yang ada cukup besar sehingga Pertamina perlu memikirkan kembali kebijakan insentif yang akan diberikan kepada investor dibidang ini.

Liquified Petroleum Gas has been decided as an alternative fire for vehicle by The Government since 1995. The Reason of the decision is The Government's effort to succed The "Blue Sky program" and "The Energy Diversification" and also to be thrifty the fuel consumption that still subsidized by The Government. The Program was supported by Ministry of Mining and Energy, State Ministry of Environment, Bureau of Environment Supervision and Controlled, Province Government and Me mass transportation bussiness.
The development of a Liquified Petroleum Gas Station for Vehicle need a lot of investment so the investor candidate and Pertamina have to know the level of feasibility of a Liquified Petroleum Gas Station.
The total investment of a Liquified Petroleum Gas Station that was on the same location with an ordinary Gas Station is about Rp. 6-11.500.000. By the result of a Liquified Petroleum Gas Station economic level calculation with a certain fee Rp. 340 per kilogram or Rp. 190 per litre and the daily omzet average of 2.500 litres up to 3.000 litres and the selling price is Rp. 840 per litre, we will have the minus value of Net Present Value (NPV) and the value of Internal Rule of Return (IRR) about 25% up to 30%. With this kind of IRR value 25% up to 30%, was not very inlersting for a new bussiness considered the risk is very big enough, so Pertamina need to think again the incentive regulation that will be given to the investor in this bussiness.
"
2000
T4988
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Toebagus Fauzi Soelaksonohadi
"Pola Pengendalian D1stribusi Minyak Tanah yang disusun oleh Pertamina, ditujukan agar masyarakat dapat memperoleh minyak tanah dengan mudah, yaitu dapat memperoleh segala tempat yang dikehendaki, pada setiap waktu yang dikehendaki, dengan jumlah yang d1kehendaki, serta dengan harga yang wajar dan serendah mungkin Hal tersebut sangat penting dilakukan, karena jika masyarakat terhambat atau bahkan tidak dapat memperoleh minyak tanah, akibatnya akan terjadi gejolak-gejolak sosial di masyarakat PERTAMINA Unit Pembekalan Dalam Negeri III dipilih sebagai obyek penelitian karena instansi yang bertanggung jawab di wilayah DKI Jakarta, di mana propinsi ini merupakan propinsi yang paling padat penduduknya di Indonesia, dan merupakan pusat segala macam kegiatan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana Pola Pengendalian Distribusi Minyak Tanah yang dilaksanakan oleh Pertamina U-PDN III di Wilayah D.K.I Jakarta, serta untuk mengetahui hambatan-hambatan apa yang timbul di dalam melaksanakan pola tersebut
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pola Pengendalian Distritusi Minyak Tanah dilaksanakan dengen memakai saluran distribusi dengan 2 atau 3 tingkat, serta dengan distribusi yang bersifat distribusi insentif. Hasil lainnya adalah bahwa hambatan-hambatan yang mungkin terJadi dari para agen maupun pangkalan dengan mempermainkan jumlah persediaannya telah dapat d1atasi dengan membuat kontrak mengenai "Jatah harian dan denda, serta dengan mewaj1bkan kepada pangkalan untuk memasang papan pengumuman yang isinya tulisan tentang H E T yang berlaku pada saat itu"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
S8661
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Dina Ramadhani
"Tangki timbun yang menyimpan premium memiliki risiko kebakaran dan ledakan karena premium bersifat flammable, reactive, dan mudah menguap. Oleh karena itu, diperlukan penilaian risiko kebakaran dan ledakan pada tangki agar dapat dilakukan tindakan pencegahan dan meminimalisasi dampak yang mungkin terjadi. Penilaian risiko kebakaran pada tangki timbun dilakukan dengan menggunakan metode Dow;s Fire and Explosion Index. Objek penelitian adalah tangki timbun nomor 12 yang menyimpan premium dengan kapasitas 5.020 kL. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai F&EI pada tangki timbun nomor 12 sebesar 122,24. Hal ini berarti tangki timbun memiliki risiko kebakaran dan ledakan dengan kategori intermediate. Radius pajanan jika terjadi kebakaran dan ledakan adalah 43,747 meter. Luas area terpajan jika terjadi kebakaran dan ledakan adalah 3.074,25 m2. Nilai pergantian properti dan seluruh peralatan yang rusak jika terjadi kebakaran dan ledakan adalah Rp 8.357.392.777,-. Dengan faktor kerusakan sebesar 0,50, maka jika terjadi kebakaran dan ledakan nilai kerugian dasar yang diderita adalah Rp 4.178.696.388,-. Faktor pengendali kerugian adalah 0,56, sehingga kerugian sebenarnya jika terjadi kebakaran dan ledakan adalah Rp 2.340.069.958,-. Lama hari kerja yang hilang jika terjadi kebakaran dan ledakan adalah 23 hari dan besarnya kerugian yang diderita apabila bisnis terhenti sementara adalah Rp 2.597.849.793,-.

Storage tank which contains gasoline has fire and explosion risk because gasoline is a flammable, reactive, and volatile liquid. Fire risk assessment for storage tank is needed to reduce the consequences and to make prevention program. This assessment used Dow’s Fire and Explosion Index to analyze probability and consequences of fire and explosion. The object of the assessment was number 12 storage tank which contains 5.020 kL gasoline. The result of the assessment showed that the Fire and Explosion Index of number 12 gasoline storage tank was 122,24, categorised as intermediate risk level. Radius of exposure is 43,474 m. Area of exposure is 3.074,25 m2 and the value of area exposure is Rp 8.357.392.777,-. With 0,50 as the damage factor , base maximum probable property damage is Rp 4.178.696.388,-. Loss control credit factor is 0,56. It means actual maximum probable property damage is Rp 2.340.069.958,-. Maximum probable days outage if fire and explosion happens is 23 days with business interruption Rp 2.597.849.793,-."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S45490
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Eko Sumardiyanto
"ABSTRAK
Pengembangan sistem informasi yang menangani suplai dan distribusi BBM di PERTAMINA Unit PPDN IV belum dirancang sebagai suatu sistem pendukung keputusan, sehingga belum mampu mendukung manajemen dalam pengambilan keputusan.
Sistem informasi yang baik selalu dirancang dengan memperhatikan kebutuhan user. Rancangan Sistem Pendukung Keputusan Manajemen Suplai dan Distribusi BBM ini diawali dengan mengajukan questionnaire kepada Kepala Pengadaan PERTAMINA Unit PPDN IV, untuk menggali kebutuhan terhadap informasi yang diharapkan dapat menunjang proses pengambilan keputusan.
Rancangan Sistem Pendukung Keputusan ini terdiri dan empat subsistem utama, yaitu :
1. Rancangan Sistem Informasi / Aplikasi
Didahului dengan analisis terhadap sistem informasi pengelolaan suplai dan distribusi BBM yang digunakan saat ini untuk mengetahui kekurangan dan kelemahannya, kemudian membuat diagram arus data dan rancangan integrasi sistem aplikasi suplai dan distribusi BBM.
2. Rancangan Tampilan Grafis
Data dan laporan operasional suplai dan distribusi BBM yang dikumpulkan dari depot/instalasi disusun dalam bentuk tabel, dan kemudian ditampilkan dalam bentuk grafis untuk memudahkan analisa.
3. Rancangan Skenario Pola Suplai dan Distribusi BBM
Diawali dengan pengumpulan data karakteristik Instalasi / Depot / Terminal Transit, data actual thruput tiap lokasi, serta pola suplai dan distribusi BBM yang berlaku saat ini, kemudian membuat penggambaran secara grafis skenario pola suplai dan distribusi BBM secara komprehensif pada berbagai kondisi yang mungkin terjadi di lapangan.
4. Rancangan Tampilan Sistem Pendukung Keputusan
Pada dasarnya rancangan tampilan Sistem Pendukung Keputusan ini merupakan gabungan dari rancangan-rancangan yang dibuat sebelumnya, kemudian disusun dalam bentuk tampilan menu untuk memudahkan user dalam menggunakannya.
Pembahasan mengenai pemanfaatan Sistem Pendukung Keputusan ini diuraikan dengan mengacu kepada tampilan menu utama dan memberikan contoh penerapan dalam proses pengambilan keputusan pada pengelolaan suplai dan distribusi BBM.
Faktor-faktor penentu keberhasilan (critical success factors) dalam penerapan rancangan Sistem Pendukung Keputusan Manajemen Suplai dan Distribusi BBM tidak terlepas dari keputusan pemakai (user needs) pada saat memanfaatkan sistem ini dalam proses pengambilan keputusan, yaitu: akurasi data / informasi, ketepatan waktu, kelengkapan informasi, relevansi dengan permasalahan, serta kemudahan dalam penggunaan.

ABSTRACT
The development of information systems which handle fuel oil supply and distribution at PERTAMINA Domestic Supply and Marketing Unit IV is not designed yet as a decision support system, so that it's not yet capable to supporting the management in decision-making.
A good information system is designed with take notice of user needs. The design of Decision Support System of Fuel Oil Supply and Distribution Management is began with proposed questionnaire to Head of Supply PERTAMINA Domestic Supply and Marketing Unit IV, intend to explore user needs in information which is expected could be supporting decision-making process.
Decision Support System design consist of four main subsystems, as follows:
1. Information / Application System Design
To begin with analyzed the existing information systems which handle fuel oil supply and distribution, intend to discover weaknesses and disadvantages, then prepared the Data Flow Diagram and integrated application systems fuel oil supply and distribution.
2. Graphics Display Design
The operational data and reporting of fuel oil supply and distribution which is collected from depots was arranged in table's format and then appeared in graphic?s format, in order to easier in analysis.
3. Scenario in Fuel Oil Supply and Distribution Pattern Design To began with data characteristic of depots, actual thruput in each location, and also existing fuel oil supply and distribution pattern collecting, then prepared illustration of scenario in fuel oil supply and distribution pattern graphically in comprehensive way on various conditions which possibly occurred on field.
4. Decision Support System Display Design
Basically, Decision Support System Display design represents combination of several designs which prepared previously, then arranged in a menu display to make easy to use.
Discussion about utilization of Decision Support System is explained based on main menu display and presented some examples of implementation in decision-making process on management fuel oil supply and distribution.
The critical success factors in implementation Decision Support System of Fuel Oil Supply and Distribution Management Design is inseparable with user needs at the moment when use this system in decision-making process, as follows: data / information accuracy, timeliness, information completeness, relevance with the problems, and easy to use.

"
2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wattimena, Erick
"Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) merupakan suatu instalasi vital yang berguna dalam menjamin lancarnya distribusi bahan bakar minyak (BEM) kepada masyarakat luas. Pengoperasian SPBU membutuhkan penatalaksanaan yang tertib,sehat aman dan berwawasan lingkungan .Peranan Standing Operating Procedure /petunjuk tehnis digunakan sebagai suatu alat untuk menjamin adanya kestabilan operasional dengan memperhatikan norma dan prinsip LK3 ( Lingkungan,Kesehatan dan Keselamatan Kerja ). Kegagalan di dalam pelaksanaan operasi kegiatan yang ditunjukkan dengan adanya bahaya kecelakaan kerja ,bahaya kebakaran ,kerusakan instalasi,ledakan sampai pada kematian , karena itu perlu dikendalikan. Mengurangi dan menghilangkan resiko-resiko tersebut melalui pelaksanaan St.O.P merupakan salah satu solusi.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, yang menggunakan wawancara mendalam terhadap pihak regulator/UPPDN-III, pengelola SPBU,pengawas dan operator SPBU yang berada pada 5 SPBU di Jakarta. Pengenalan,pemberlakuan dan pengawasan terhadap St.OP di lokasi yang berbeda memberikan gambaran tentang tingkat efektifitas St.OP yang sesungguhnya .Tingkat kecelakaan yang dirasakan cukup besar ditingkat Div.UPPDN-III menunjukkan bahwa tingkat kepatuhan/ketaatan para pelaku di SPBU belum menjalankan St.OP secara optimal.
Perbedaan antara fakta dilapangan dan pedoman yang dicantumkan dalam St.OP merupakan suatu fenomena yang perlu dikaji untuk mendapatkan nilai-nilai perbaikan terhadap perubahan teknologi dan pengetahuan. Lemahnya sosialisasi , kurang efektifnya fungsi pengawasan dalam penerapan St.OP mencerminkan bahwa jiwa LK3 belum mendarat dengan baik sehingga terkesan baru merupakan suatu wacana belaka.
Perbaikkan dan peningkatan St.OP yang dilaksanakan dengan kepatuhan yang benar, proaktif dari semua unsur terkait , terutama dalam mengamalkan LK3 akan memberi manfaat yang besar di masa datang.

Implementation Analysis of Standing Operating Procedure (St.OP) in DKI JAYA as a self assessment on 5 SPBU (gas stations) in the PERTAMINA/UPPDN- III JakartaGas stations (SPBU) are a vital installation in assuring fuel distribution to the wide society. Gas station operation requires an orderly, healthy and safe layout as well as following an orderly the environmental standard operating procedures used as a tool for stable operation taking into mind the danger of occupational accidents, fire, installation damage, explosions to death which needs to be diminished through an orderly implementation of Standing Operating Procedure (St.OP).
The research is a qualitative method using deep interviews on regulator/UPPD-III, gas station managers, supervisors, and operators in 5 (five) gas stations in Jakarta. Introduction, implementation and monitoring of the different operation stations gives a description of the level of effectiveness of the real or actual SLOP The high level of accidents and incidents in the Div UPPDN-III shows that the level of obedience of the people as SPBU (gas stations) have not fully followed an optimum St.OP.
The difference in fact finding and the procedure stated in the SLOP is a phenomenon which needs to be reviewed in order to achieve the value of improvement toward technology and sciences changes. The weak socialization, lack of supervision in in the implementation of St.OP shows that HSE (Health Safety and Environmental) has not been well understood.
St.OP improvement done in a correct and proactive obedience from all concerned parties especially in minding the HSE shall benefit greatly in the future.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2000
T10142
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>