Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 70155 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Yandi
"Dengan semakin meningkatnya kegiatan perdagangan internasional yang dilakukan oleh para pengusaha di Indonesia, bisnis sambungan langsung internasional (SLI) juga mengalami peningkatan pertumbuhan yang tinggi. Hal ini terlihat dari meningkatnya volume trafik percakapan dari 492,5 juta menit di tahun 1994 menjadi 644,7 juta menit serta kenaikan pertumbuhan pelanggan dari 18 % di tahun 1998 menjadi 36,5 % di tahun 1999 yang diterima INDOSAT selaku operator telekomunikasi internasional di Indonesia.
Munculnya UU telekomunikasi yang baru yaitu UU no. 36 tahun 1999, serta akan datangnya era globalisasi, akan membuat bisnis ini diselenggarakan secara kompetisi yang akan dimulai pada tahun 2004. TELKOM melihat hal ini sebagai suatu peluang yang baik untuk dapat mengembangkan bisnis portofolionya di masa mendatang. Untuk dapat memasuki bisnis yang baru diperlukan suatu strategi yang tepat, maka dari itu tujuan dari penulisan tesis ini yaitu memberikan usulan mengenai strategi bisnis apa yang akan dilakukan TELKOM memasuki bisnis SLI untuk meningkatkan pendapatan usahanya dengan melakukan analisa terhadap faktor ekstemal dan internal TELKOM.
Metoda analisa yang dipakai adalah menggunakan matrik internal, matrik eksternal, matrik internal-eksternal, matrik Boston Consulting Group (BOG), dan matrik SWOT. Hasil dari analisa tersebut akan berupa beberapa alternatif strategi, yang kemudian dengan menggunakan Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM), akan didapatkan strategi mana yang paling tepat dilakukan TELKOM.
Berdasarkan hasil dari matrik QSPM diperoleh hasil bahwa alternatif strategi yang tepat adalah dengan melakukan aliansi strategis dengan perusahaan telekomunikasi lain. Untuk mendapatkan keberhasilan dari strategi ini, ada beberapa faktor panting yang harus diperhatikan yaitu pemerintah dengan regulasinya, pemasaran, SDM, Divisi RisTI serta infrastruktur yang dimiliki TELKOM.

As well as the high demands of international trading to Indonesian merchant, business in International Direct Connection (SL1) also has grown rapidly. This is shown from volume of communication traffic. In 1994, the volume of communication traffic is 492, 5 millions minutes and become 644, 7 millions minutes in 1998. Also, the level of customer that is served by INDOSAT as International telecommunication operator in Indonesia has grown from 18, 4 % in 1998 to 36, 5 % in 1999. Recently, government has issued a new policy in telecommunication, which is UU no. 36/1999. Besides that, there will be globalization era when we must compete not only with Indonesian business companies but also with internationals. TELKOM sees this globalization era as a great opportunity to develop portfolio business in future. The aim of this thesis is to give input about strategy to start this new business. The strategy has a goal to raise the income of the company by analyzing the external and internal factors to TELKOM.
Analyzing method uses internal matrix, external matrix, internal-external matrix, Boston Consulting Group (BCG) matrix, and SWOT matrix. The result of the analyzing system will be an alternative strategy, which uses QSPM and it, will get the right strategy for TELKOM.
According to the result of Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM) matrix, it will sum up the best strategy for TELKOM. Based on the result of QSPM matrix, the best alternative strategy is doing strategy alliance with other telecommunication company. However, to get the best result of this strategy, there are some important factors that should be considered such as government and its policy, marketing, SDM (the source of human quality), RisTI Division, and the TELKOM infrastructure."
2000
T10331
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Teknologi Telekomunikasi telah memainkan peranan penting
dalam kehidupan manusia. Kebutuhan akan jasa telekomunikasi
semakin mempengaruhi perkembangan peradaban dan budaya manusia
pada masa sekarang, termasuk kebutuhan akan jasa layanan
sambungan langsung internasional (SLI). Layanan sambungan
langsung internasional (SLI) adalah suatu layanan yang
ditawarkan oleh beberapa perusahaan penyelenggara jasa
telekomunikasi kepada pelanggannya atau pengguna jasa untuk
dapat melakukan hubungan telekomunikasi jarak jauh melewati
batas antar negara yang dapat dilakukan dengan menggunakan
pesawat telepon, facsimile atau perangkat telekomunikasi
lainnya.Sehingga jasa telekomunikasi memudahkan kita melakukan
hubungan secara internasional kepada saudara, rekan, atau
kolega kita yang berada diluar negeri. Hal itu dapat dilakukan
karena adanya operator jasa SLI, salah satunya adalah PT.
Telkom. Pada umumnya pengguna jasa SLI adalah pelanggan PT.
Telkom, maka pada saat PT. Telkom memberlakukan kebijakan
penutupan normal (normally closed) atas layanan SLI operator
lain. Hal ini dianggap sangat merugikan pelanggannya maupun
pihak operator SLI lainnya yang ada lebih dulu. Sehingga
tindakan yang dilakukan oleh PT. Telkom terhadap palanggannya
itu dapat mempengaruhi hubungannya dengan pelanggan maupun
dengan pihak operator SLI lainnya. Sehubungan dengan itu
karena hubungan antara PT. Telkom dan pelanggannya adalah
hubungan kontrak jasa pelayanan sebagaimana diatur pada buku
III bab 7A pasal 1601 KUHPerdata. Maka kemudian pelanggan
memiliki hak perlindungan hukum atas hak menggunakan jasa SLI
operator lain berdasarkan pasal 19 Undang-Undang Nomor 36
Tahun 1999 tentang Telekomunikasi yang diatur oleh Peraturan
Pemerintah Nomor 52 Tahun 2000 tentang penyelenggaraan jasa
telekomunikasi dan dilaksanakan menurut pasal 7 dan pasal 8
Keputusan Menteri Perhubungan RI No. 33 Tahun 2004 tentang
Pengawasan kompetisi Yang Sehat dalam Penyelenggaraan Jaringan
Tetap Dan Penyelenggaraan Jasa Teleponi Dasar. Hal itu dapat
dilakukan atas dasar suatu perjanjian kerjasama yang mengikat antara PT. Telkom dan PT. Indosat sebagai penyelenggara jasa
layanan SLI yang ada berdasarkan Perjanjian Kerja Sama (PKS)
Nomor 195 tahun 1995 tentang aktivasi layanan SLI PT. Indosat."
[Universitas Indonesia, ], 2005
S21152
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Taha, Richard Yauri
"UU No.22 Tahun 2001 membuka peluang bagi perusahaan swasta untuk masuk kebisnis BBM. PT. AKR Corporindo Tbk melihat sebagai peluang untuk memasuki bisnis BBM di Indonesia dengan melihat sumber daya yang dimiliki (resources based). Tujuan penelitan (1) Menjelaskan cara PT. AKR Corporindo Tbk melihat peluang masuk ke bisinis BBM di Indonesia. (2) Menganalisis cara memanfaatkan peluang dan membuat strategi untuk mencapainya. Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Analisis melihat peluang menggunakan pendekatan Entrepreneur School Henry Mintzberg, Creative Destruction Peter Schumpeter serta analisis inovasi.

UU No.22/2001 opening opportunity for private enterprise to step into business Fuel Oil. PT. AKR Corporindo Tbk see as opportunity to enter business BBM in Indonesia by resources base). Purpose of research are (1) Explaining the way of PT. AKR Corporindo Tbk see opportunity into business BBM in Indonesia. (2) Analyzing the way of exploiting opportunity and make strategy. Research approach used descriptive method. Analyze to see opportunity use approach Entrepreneur School Henry Mintzberg, Creative Destruction Peter Schumpeter and also analyze innovation."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2009
T25843
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Pujo Pramono
"PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk dipertengahan tahun 2003 berencana meluncurkan jasa Sambungan Langsung Internasional (SLI). Agar dapat diterima pelanggan (marketable), perusahaan harus dapat mengemas suatu tawaran yang unggul (superior offering). Tawaran yang unggul berarti mengandung nilai terbaik dimata pelanggan dibanding dengan apa yang ditawarkan pesaing.
Tesis ini merupakan penelitian eksploratif tentang persepsi nilai pelanggan bisnis terhadap jasa SLI yang dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Penelitian kualitatif ditujukan untuk mengetahui nilai-nilai yang menjadi pertimbangan utama pelanggan dalam mengkonsumsi jasa SLI, melalui peta pengambilan keputusan pelanggan. Sedangkan penelitian kuantitatif ditujukan untuk mengetahui peta persepsi pelanggan terhadap jasa SLI saat ini."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2004
T20405
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Doni Ali Rahman
"Tariff plays an important role in the national development because it traditionally constitutes a source of state revenue and income. Consequently, it must be regulated, managed, controlled and organized so as to benefit the whole country and people. Being the source of national revenue and Income, it becomes an integral part of any business and commercial activity. The tariff serves, in the business world, a consideration and an attraction or a source of excellence for a country. Further, in the intemational trade system, the tariff itself is a kind of tax imposed on imported goods and forms the oldest trade policy used as the source of government earnings.
In a commercial context, telecommunication has become an exchanged commodity and that its policies will refer to free mamet enterprise (free market). Such principles of the free market as equality and transparency are a demand towards the more constructive competition for increasing public welfare and prosperity. Today, many countries reform their tariffs to stimulate their development programs. The reform may take the form of tariff system simplification, strict tariff elimination, and reduction of presumably excessive tariff.
One of the noteworthy tariff policies is that of telecommunication tariff management. That policy is popularly known ?rebalancing tariff' that serves principally to adjust the telephone tariff to costs of its components. Rebalancing Tariff is, in Itself, for a reasonable price in accords with the current trend where local monthly tariff is rising whereas that for direct-dial long distance network and new set of connections is falling.
That government made the policy by using the widely used Price Cap formula in other parts of the world. This formula considers such factors as cost of development, industrial strike, change of exchange rate, investment fund requirement, and customer ability and inflation rate.
From the calculation result, the government raises, then, the tariff of local network, monthly bm and direct-dial long distance network as well. The policy becomes an attraction to investment in the telecommunication services management and infrastructure development. lt goes with the problem facing the telecommunication development in Indonesia, that is, geographical constellattion and demographic condition, investment capacity because the telecommunication is capital- intensive and investment security while the govemment has no longer financed it since 1985.
Therefore, the policy is really directed to invite investors, either foreign or local, and that the government does not any more function as operator but only regulator according to their functions and duties. For the international direct-call with the tariff rebalancing, the organizer as the operator should reduce the cost of utility because it does not depend on the distance and location other than its bandwidth and mobility so as to encourage the state internationalization in its various commodities for the benefits of community, nation and country."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2006
T21892
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Budi Istanto
Depok: Universitas Indonesia, 2002
TA3299
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rieky Zainal
"TELKOM mengelola bisnis secara wholesale untuk melayani kebutuhan Other Licensed Operator (OLO) yang membutuhkan jasa interkoneksi dengan operator domestik lainnya. Salah satu jasa layanan interkoneksi yang dimiliki TELKOM adalah penyelenggaraan layanan Sambungan Langsung Internasional (SLI) berbasiskan akses clear channel dan Voice over IP (VoIP). Dalam menjalankan bisnis SLI, TELKOM dihadapai dengan adanya Grey Operator yang melakukan praktek ilegal by passing trafik incoming international tanpa melalui jalur penyelenggara jasa internasional resmi. Grey Operator tersebut memanfaatkan peralatan yang teknologinya tersedia di pasar yang dinamakan dengan SIMBOX.
Penelitian ini menganalisis pengaruh teknologi SIMBOX dalam bisnis layanan incoming (IC) internasional SLI TELKOM disertai dengan analisis pengendalian risiko bisnis dibandingkan dengan rencana kerja perusahaan ke depan dengan menggunakan pendekatan statistik dan simulasi Monte Carlo berbasiskan aplikasi Crystal Ball. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah perencanaan yang dilakukan Perusahaan sudah mempertimbangkan faktor risiko akibat dampak dari teknologi SIMBOX.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Grey Operator (SIMBOX Operator) berpengaruh terhadap kinerja layanan IC internasional SLI TELKOM. SIMBOX Detector yang dikembangkan oleh TELKOM belum optimal dalam mengantisipasi risiko SIMBOX Operator (efektifitas 34%) sehingga TELKOM diestimasikan mengalami revenue lost sebesar 16% hingga 17% dari total pendapatan IC internasional TELKOM dalam tahun 2013 dan 2014. Dari hasil output Crystal Ball, target kinerja layanan bisnis incoming internasional SLI TELKOM di tahun 2013 memiliki probabilitas risiko tidak tercapainya kinerja baik dari sisi pendapatan dan produksi karena target kinerja yang diberikan Perusahaan lebih tinggi. Selain berdampak kerugian bagi TELKOM, SIMBOX Operator ini juga mengakibatkan kerugian bagi customer dan Negara.

TELKOM manages wholesale business to serve the needs of Other Licensed Operators (OLO), which require interconnection services with other domestic carriers. One of the interconnection services owned by TELKOM is International Direct Dialing (IDD) based on clear channel access and Voice over IP (VoIP). In SLI business, TELKOM faced with the Grey Carriers which operate illegal incoming international call traffic without passing through legal international service providers. Grey operator utilizes technological tools on the market called SIMBOX.
This study analyzes the influence of SIMBOX technology in incoming international (IC) TELKOM SLI business services include analysis of business risk control compared with the company's work plan ahead by using a statistical approach and Monte Carlo simulation-Crystal Ball based applications. This study aims to determine whether the plan made by the Company are considered risk factors due to the impact of SIMBOX technology.
The results of this study indicate that The Grey Operator (SIMBOX Operator) affect the performance of the TELKOM SLI IC international services. SIMBOX Detector developed by TELKOM has not been optimal in anticipating the risk of SIMBOX Operator (effectiveness by 34%) and TELKOM had estimated revenue lost by 16% to 17% of total IC international revenue TELKOM in 2013 and 2014. The result of Crystal Ball, TELKOM SLI IC international business services target performance in 2013 has a risk probability of not achieving the target performance in terms of Company?s revenue and production because the Company granted performance targets higher. Besides the impact for TELKOM, this SIMBOX Operator also result in a loss for the customer and the State.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
T35020
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Purwantara Sandi
"ABSTRAK
Dengan semakin berkembangnya dunia usaha, persaingan dalam segala bidang tentunya juga semakin meningkat, tidak terkecuali pada industri konsultan. Agar dapat bertahan dan terus berkembang, sebuah perusahaan haruslah memiliki suatu keunggulan dibanding para pesaingnya.
PT. IntraPerforma Global International atau Performa. Indonesia merupakan salah satu perusahaan konsultan Indonesia, yang merupakan change agent dari perusahaan konsultan dunia Performa International, yang memfokuskan diri pada service renewal. Hingga saat ini. Perlorma telah melakukan program service renewal untuk perusahaan-perusahaan terkemuka di seluruh penjuru dunia, khususnya Asia. Performa juga memiliki pengalaman yang mendalam di dunia bisnis di Asia dan dikenal atas pola pemikiran mereka mengenai strategi layanan.
Namun seiring dengan te1jadinya krisis ekonomi silam. dan dampaknya hingga saat ini banyak perusahaan konsultan yang mengalami kesulitan dalam mengembangkan dirinya. Bahkan tak sedikit juga yang mengalami kesulitan dalam bertahan. Hal ini disebabkan karena banyak klien yang cenderung untuk melakukan efisiensi dalam berbagai bidang, dan bagi banyak perusahaan tersebut, penggunaan jasa konsultan merupakan suatu pengeluaran yang tidak bersifat urgent. Demikian pula dengan Performa Indonesia, yang juga mengalami kesulitan mencan order akibat kondisi tersebut.
Dari kondisi tersebut, maka pada karya akhir ini dilakukan suatu studi guna membantu memberikan alternatif solusi dalam mengatasi masalah yang dihadapi oleh Performa Indonesia. Dan dari hasil studi tersebut didapat suatu temuan yaitu bahwa Performa memiliki karakter yang cenderung "low profile" dengan tidak "memperkenalkan diri" kepada khalayak umum, dengan kecenderungan rnemasarkan dirinya "dari mulut ke rnulut". Hal ini pada akhirnya rnengakibatkan kurangnya kernarnpuan Performa dalam memasarkan dirinya kepada konsumen.
Adapun untuk dapat survive, suatu perusahaan membutuhkan adanya suatu keunggulan kompetitif dibanding dengan para pesaingnya. Keunggulan kompetitif da(?at dicapai antara lain dengan meningkatkan efisiensi. Kompetensi inti dapat dikatakan sebagai suatu landasan utama dalam mencapai keunggulan kompetitif, yang pada akhirnya dapat memberikan dampak positif pada reputasi /nama baik perusahaan konsultan tersebut. Pada dasarnya kompetensi inti adalah segala sumber daya dan kemampuan yang merupakan keunggulan kompetitif perusahaan terhadap pesaing.
Sehubungan dengan kompetensi inti. studi ini mengidentifikasikan beberapa alternatif strategi untuk mengatasi masalah tersebut, antara lain seperti membangun brand equity. Dalam membangun brand equity, dapat ditempuh beberapa cara antara lain dengan melakukan promosi seperti mengadakan seminar, talk-show. dan bisa juga dengan menyewa jasa perusahaan pemasaran. Brand equity dalam hal ini dapat dikatakan sebagai kompentensi inti dari perusahaan konsultan ini, yaitu dapat diartikan sebagai tanggapan positif dari konsumen apabila mereka melihat atau mendengar kegiatan pemasaran perusahaan tersebut. Sehingga bila konsumen mendengar nama suatu perusahaan atau tertentu, maka dalam benaknya akan langsung terlintas suatu identifikasi yang spesifik mengenai perusahaan atau produk tersebut.
Untuk mencapai tingkat efisiensi yang baik, para perusahaan konsultan ini memiliki kecenderungan untuk bertahan sebagai perusahaan kecil dengan jumlah karyawan yang kurang dari 4 orang atau perusahaan perorangan. Outsourcing dalam hal ini juga memiliki peranan yang sangat penting. Dengan jumlah sumber daya manusia yang terbatas, maka suatu perusahaan konsultan juga tidak dapat menghindari strategi ini. Bilamana terjadi kekurangan tenaga ahli pada bidang tertentu, maka perusahaan konsultan tersebut, dalam hal ini Performa tidak akan segan-segan untuk meng-outsource kebutuhan itu pada pihak luar, yang pada umumnya merupakan relasi atau rekanan dari perusahaan konsultan tersebut.
Dari karya akhir ini, dapat disimpulkan beberapa hal, yaitu bahwa bagi perusahaan yang bergerak di bidang jasa seperti perusahaan konsultan, brand equity yang kuat dan etisiensi dalam berbagai bidang seperti struktur organisasi yang ramping. dan juga reputasi yang baik sangatlah penting. llal ini dapat dilihat dcngan munculnya perusahaan-perusahaan yang cenderung bersifat kecil dcngan prinsip small is beautiful, disamping juga terus meningkatkan brand image yang baik dan network yang luas .
Small is beautiful dalam hal ini adalah mempertahankai1 struktur organisasi kecil dengan jumlah karyawan sedikit (dibawah 4 orang). Prinsip ini merupakan salah satu cara dalam menjaga efisiensi, untuk bertahan. Selain itu. dengan memiliki brand image yang baik. Maka persepsi konsumen akan merek Performa juga akan menjadi positif. dan hal ini akan menjadi suatu nilai lebih bagi perusahaan yang bergerak di bidang jasa, seperti perusahaan konsultan. Disamping itu, mengingat struktur organisasi yang ramping, maka kemungkinan untuk melakukan outsourcing juga sangat besar, sehingga network yang luas menjadi sangat penting guna mendapatkan tenaga ahli dimana dibutuhkan, disamping juga dapat membantu dalam "memasarkan" dirinya.
"
2003
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novi Andriyani
"Sebagai perusahaan telekomunikasi terbesar di Indonesia saat ini, tentu saja Telkom tidak bebas melenggang di percaturan bisnis telekomunikasi di Indonesia. Karena sejak pemerintah Indonesia mengeluarkan UU No.36 tahun 1999 maka perusahaan telekomunikasi tertua ini harus mengakhiri hak monopolinya. Tercatat sampai dengan tahun 2008 sudah ada 10 operator telekomunikasi yang mempunyai lisensi beroperasi di Indonesia. Gempuran persaingan yang datang silih berganti, belum lagi kebijakan/regulasi yang dirasa kurang menguntungkan posisi PT Telkom di era pasar bebas sekarang ini, membuat perusahaan tersebut harus tetap bertahan dan segera merapatkan barisan agar tujuan yang dicitacitakan dapat terwujud. Selain perubahan iklim kompetisi dan regulasi, Telkom juga harus siap dalam menghadapi tantangan perubahan lifestyle dan teknologi, serta aspirasi stakeholders khususnya shareholder yang menginginkan Telkom meraih kapitalisasi pasar tiga kali lipat pada tahun 2010 atau dikenal dengan TELKOM GOAL 3010. Tiga hal ini yang mendrive Telkom untuk harus selalu unggul dalam produk, unggul dalam proses operasional dan unggul dalam memberikan pelayanan (customer intimacy). Atas dasar latar belakang ini penulis menganalisis terhadap strategi bisnis yang dijalankan Telkom. Penelitian ini dimulai dengan menganalisis kondisi eksternal dan internal Telkom. Dari analisis eksternal-internal ini, penulis mencocokkan dengan pilihan strategi bisnis yang seharusnya. Dan hasilnya sesuai dengan strategi yang telah dijalankan oleh Telkom.

Since the state regulation of UU No. 36 was defined in 1999, PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk as the incumbent telecommunication company in Indonesia, has been reducing it`s monopoly practice. Until 2008, there have been 10 telecommunication operators having operation license in Indonesia. The more challenging competition, not to mention the government`s policy/ regulation that come in harm for PT Telkom in this current liberal market, have driven PT Telkom defend more and fight more in achieving it`s goal. The three other factors which are not less challenging for PT Telkom are the change of lifestyle, change of technology, and the stakeholders interest to achieve the so-called TELKOM GOAL 3010 (triple market capitalization in 2010). These three factors have driven PT Telkom to always have competitive advantages, both in operational and service. Based on this review, the writer analyzes the ongoing PT Telkom`s business trategic The initial research process is by analyzing PT Telkom`s external and internal condition. Then the writer compares it to PT Telkom`s strategic to find the conclusion whether PT Telkom`s strategic has matched the current condition or not. And the result is the initial hypothesis that PT Telkom`s strategic does not match current external and internal condition is rejected."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2009
T26531
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>