Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 165016 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Yani Koerniawan
"Telkomsel sebagai operator seluler yang menguasai pasar dituntut untuk melakukan efisiensi biaya yang berdampak pada peningkatan profit cukup besar (significant) dalam menghadapi persaingan tarif saat ini. Efisiensi biaya biasa dilakukan melalui pengendalian komponen biaya operasional (operational cost) terbesar dengan harapan meningkatkan profit. Efisiensi biaya operasional (operational cost) relatif tidak berdampak besar (significant) karena hanya menekan 0.2% dari biaya operasional (operational cost).
Untuk itu melalui tesis ini dicari terobosan etisiensi biaya yang mampu menambah profit cukup besar (significant). Disamping biaya operasional (operational cost), ada biaya kesempatan (opportunity cost) yang ditimbulkan oleh hilangnya peluang pendapatan (revenue) akibat panggilan jatuh (drop call). Besarnya panggilan jatuh (drop call) di BTS Telkomsel Karawang melebihi target perilsahdim (05%), hal ini cukup menarfk dijadikan contoh kasus tesis, karena diperkirakan setiap panggilan jatuh (drop call) menimbulkan biaya kesempatan (opportunity cost), dan setiap biaya kesempatan (opportunity cost) memiliki potensi menambah profit apabila berhasil dikendalikan.
Tesis ini menggunakan metode penelitian deskriptif dimana prosesnya dimulai dari pengumpulan data, panggilan jatuh (drop call) dan biaya operasional (operational cost) sebagai bahan analisa kernudian dilanjutkan dengan penafsiran basil analisa data-data panggilan jatuh (drop call) dan biaya operasional (operational cost) tersebut untuk ditarik kesimpulan. Dari pola pengendalian biaya kesempatan (opportunity cost), didapat berbagai altematif penambahan profit yang besarnya tergantung, pada jumlah panggilan jatuh (drop call) yang mampu dikendalikan.
Dari beberapa alternatif penambahan profit yang ada, mampu didapat sebuah penambahan profit cukup besar (significant) yakni 0.48% dari pendapatan (revenue), dimana pendapatan (revenue) Tclkornsel sendin mencapai 1.14 trilliun rupiah per bulan. Pola pengendalian biaya kesempatan (opportunity cost) ini berguna bagi pihak rnanajemen dalam mengontrol kondisi BTS secara rutin, sehingga pihak manajemen dapat segera mengambil tindakan tepat untuk mengendalikan panggilan jatuh (drop call) dari BTS yang dikontrol, sebagai cara untuk mengendalikan biaya kesempatan (opportunity cost) agar mampu memberikan penambahan profit cukup besar (significant) bagi Telkomsel."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
T16124
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yudhie Kurnia Moeljanto
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
TA3095
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Veny Elza Susrianti
"Di tengah era persaingan telekomunikasi saat ini, yang ditandai dengan semakin banyaknya jumlah operator yang menawarkan layanan yang sejenis, persaingan yang timbul bukan hanya segi tarif tetapi juga dari segi kualitas. Sebagai salah satu perusahaan telekomunikasi seluler nomor dua terbesar di Indonesia saat ini, PT Indosat mempunyai misi utama untuk selalu mengutamakan kualitas layanan. Oleh karena itu dipandang perlu untuk selalu meningkatkan layanan seluler yang ada saat ini, khususnya layanan voice dari teknologi 2G, yang merupakan sumber revenue Indosat terbesar.
Untuk mewujudkan hal itu, maka digunakan teknologi AMR sebagai salah satu cara untuk meningkatkan kualitas layanan voice. Adaptive Multi-rate (AMR) merupakan sistem kompresi yang diterapkan pada teknologi 3G, dimana AMR merupakan sistem kompresi/pengkodean dengan laju kecepatan bit yang berbeda-beda, mulai dari 4,75 kbps sampai 12,2 kbps. Dengan AMR, laju bit pengkodean suara secara terus menerus akan disesuaikan dengan kondisi kanal radio. Penerapan AMR pada teknologi 2G ini dipandang akan menguntungkan Indosat, karena selain dapat meningkatkan kualitas layanan voice yang ada, juga dapat menambah revenue bagi perusahaan.
Dari beberapa analisis yang telah dilakukan, didapatkan bahwa implementasi AMR pada teknologi 2G adalah layak dan memberikan keuntungan kepada perusahaan. Dengan menggunakan proyeksi pertumbuhan trafik moderat, dimana pencapaian trafik adalah 95 % dari prediksi tren trafik, yang didapatkan dari data historikal trafik, diperoleh Internal Rate of Return (IRR) = 18,18 %, Net Present Value (NPV)= Rp. 35.850.078.399,- dan Payback Period (PP) selama dua tahun enam bulan. Hal ini menunjukkan bahwa dari segi kelayakan bisnis, implementasi AMR ini adalah layak dan dapat diterima serta menguntungkan kepada perusahaan. Proyeksi trafik moderat ini diambil dengan pertimbangan bahwa effort yang dibutuhkan untuk pencapaian tren trafik juga tidak terlalu sulit.

In this telecommunication competition era which is indicated by increasingly number of new operators that offer similar services, the resulted competition not only on tariff perspective but also on service quality. As the second biggest telecommunication company in Indonesia, PT INDOSAT has main mission to always put service quality as the first priority. Since that, it is considerably important to always improve currently running cellular services, especially voice service from 2G technology which is as the main source of revenue for the company.
Taking into action, AMR technology will be utilized as the one of method/way to increase voice services quality. Adaptive Multi-rate (AMR) is a compression/coding system implemented on 3G technology, which has different bit speed, starting from 4,75 kbps to 12,2 kbps. By using AMR, the bit speed of voice coding will be adjusted continously to radio channel condition. The utilization of AMR in 2G technology is considered as an advantage for INDOSAT because it is not just enhancing current voice service quality but also increasing the company`s revenue.
From several previous analysis, it is concluded that the AMR implementation on 2G technology is feasible and gives an advantage to the company. Using moderate traffic growth projection, which has traffic target about 95% from traffic trend prediction, derived from traffic historical data, this analysis shows that Internal Rate of Return (IRR) is 18.18%, Net Present Value (NPV) is Rp 35,850,078,399 and Payback Period (PP) is within two years and six months. From the business feasibility perspective, these result show us that the implementation of AMR is reliable/feasible and acceptable and also profitable for the company. This moderate traffic growth projection is taken with the consideration that the effort needed to reach some traffic trend is not that difficult."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
T24641
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Anton Wachidin Widjaja
"Transformasi digital telah memaksa perusahaan untuk menetapkan strategi digitalnya guna menciptakan dan mempertahankan keunggulan bersaingnya; khususnya keunggulan digitalnya. Strategi digital yang dapat digunakan untuk memperbaiki proses bisnis internal maupun untuk menciptakan model bisnis baru harus senantiasa diarahkan pada penciptaan nilai yang unggul bagi pelanggan. Perusahaan harus terus mengembangkan kompetensi digitalnya agar dapat menciptakan nilai unggul dalam digitalisasi bisnisnya. Perusahaan harus pintar dalam menghadapi paradoks antara membangun sendiri atau mengalihdayakan sistem dan praktik digitalisasi bisnis."
Jakarta: The Ary Suta Center, 2017
330 ASCSM 39 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Tariza Putri Ramayanti
"Terdapat dua aspek yang dapat dijadikan ukuran keberhasilan kinerja manajer investasi yaitu kemampuan pemilihan saham (selectivity ability) dan kemampuan penetapan waktu (market timing ability). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa kinerja manajer investasi yang meliputi kemampuan pemilihan saham dan penetapan waktu pada reksa dana saham di Indonesia periode Januari 2009 s.d. Desember 2016 dengan menggunakan data return bulanan. Model Treynor& Mazuy dan Henriksson & Merton digunakan pada sampel sebanyak 33 reksa dana. Penelitian ini mendapatkan hasil bahwa secara keseluruhan dari reksa dana yang dijadikan sampel penelitan tidak ada satupun reksa dana yang memiliki kemampuan selectivity baik dengan metode Treynor & Mazuy maupun Henriksson & Merton. Reksa dana yang manajer investasinya memiliki market timing ability sebanyak 11 reksa dana yang menunjukkan nilai koefisien market timing positif dan signifikan berdasarkan model Treynor & Mazuy dan terdapat 10 reksa dana yang menunjukkan nilai koefisien market timing positif dan signifikan berdasarkan model Henriksson & Merton."
Jakarta: FEB UIN Syarif Hidayatullah, 2018
650 ESENSI 8:1 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Berto Mulia Wibawa
Jakarta: FEB UIN Syarif Hidayatullah, 2018
650 ESENSI 8:1 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Sutrisno
"Banyak penelitian sebelumnya menguji determinan profitabilitas bank, baik di negara maju dan berkembang. Tulisan ini bertujuan untuk menginvestigasi faktor-faktor yang memengaruhi profitabilitas 30 bank umum terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari 2012 hingga 2016. Penelitian ini menggunakan regresi panel dengan data tahunan. Hasil penelitian menyatakan bahwa capital adequacy ratio, net interest margin, dan gross domestic product berpengaruh positif dan signifikan terhadap return on assets. Beban operasional terhadap pendapatan operasional berpengaruh negatif dan signifikan terhadap return on assets. Non performing loan, loan to deposit ratio, dan inflasi tidak memengaruhi return on assets."
Jakarta: FEB UIN Syarif Hidayatullah, 2018
650 ESENSI 8:1 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Priska Apnitami
"Dengan adanya program Base Transceiver Station (BTS) di wilayah tertinggal, terluar, terdepan (3T) dan penyediaan layanan akses internet, pemerintah Indonesia melalui Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) berupaya mendorong pemerataan infrastruktur telekomunikasi guna menjembatani kesenjangan digital di Indonesia. Penelitian ini mencoba untuk melihat pengaruh dari kehadiran program BTS di wilayah 3T dan juga program layanan akses internet di Indonesia pada level kabupaten/kota dalam meningkatkan penetrasi internet di Indonesia menggunakan pendekatan ekonometrika model Difference-in-Difference (DiD) dengan Propensity Score Matching yang menggunakan data tahun 2015 sebagai data sebelum adanya program dan data tahun 2020 sebagai data setelah adanya program. Dari hasil studi didapatkan bahwasanya hingga awal Maret 2020, program BTS di wilayah 3T belum memiliki pengaruh yang signifikan terhadap penetrasi internet jika menggunakan seluruh sampel. Namun, jika sampel dibagi berdasarkan area, pengaruh program BTS di wilayah 3T dapat terlihat secara signifikan dengan koefisien sebesar 9,850 untuk area Kalimantan dan 5,179 untuk area Sulawesi dengan catatan asumsi tren paralel terpenuhi untuk kedua area tersebut. Sedangkan, untuk program layanan akses internet, belum ditemukan adanya pengaruh yang signifikan terhadap penetrasi internet jika menggunakan seluruh sampel yang terbatas pada wilayah 3T. Jika sampel dibagi berdasarkan area, program layanan akses internet memiliki hubungan positif terhadap penetrasi internet pada wilayah 3T di area Sumatera & Jawa dengan koefisien sebesar 2,495 dan asumsi tren paralel untuk area ini terpenuhi, walaupun hasil tersebut belum signifikan secara statistik.

With the Base Transceiver Station (BTS) program in the frontier, remote, outermost (Terdepan, Terpencil, Terluar/3T) areas and the internet access (Akses Internet/AI) services program, the Indonesian government, through the Telecommunications and Information Accessibility Agency (Badan Aksesibiltas Telekomunikasi dan Informasi/BAKTI) is trying to boost the distribution of telecommunication infrastructure to bridge the digital divide in Indonesia. This research finds out the impact of the BTS in the 3T areas and internet access services programs at the district/city level on internet penetration using Difference-in-Difference (DiD) with Propensity Score Matching (PSM) model with data from 2015 as the pre-treatment data and data from 2020 as the post-treatment data. The estimation results showed that the BTS program in the 3T area still has no impact on internet penetration using full samples. However, if the sample is divided by region, the effect of the BTS program in the 3T region on internet penetration can be seen significantly with a coefficient of 9,850 for the Kalimantan area and 5,179 for the Sulawesi area, provided that the parallel trend assumptions are met for those two regions. Meanwhile, for the internet access service program, there has also not been found a significant effect if using all samples that are limited to the 3T area. If the sample is divided by area, the internet access service program has a positive relationship with internet penetration in the 3T region in the Sumatra & Java area with a coefficient of 2,495 and the parallel trend assumption for this area is fulfilled, even though it is not statistically significant."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kuehn, Richard A.
New York: Amacom , 1975
384 KUE c
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>