Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 169749 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Putri Hafsari
"Jumlah kasus HIV/AIDS setiap tahunnya mengalami peningkatan, dan salah satu faktor yang menyebkan peningkatan kasus HIV adalah dengan adanya peningkatan jumlah penularan di kalangan pengguna NAPZA suntik. Masalah tersebut mendorong dilakukannya penelitian ini untuk melihat faktor-faktor faktor-faktor yang berhubungan dengan status HIV pada pengguna NAPZA suntik di Klinik PTRM Rumah Sakit Ketergantungan Obat Cibubur Tahun 2014. Desain penelitian yang digunakan adalah cross-sectional dengan sampel 46 pasien NAPZA suntik di Klinik PTRM. Hasil penelitian menunjukkan status HIV (+) sebesar 63%, diketahui 87% penasun adalah laki-laki, 58.7% berusia ≥34 tahun, 71,7% memiliki tingkat pendidikan ≤SMA, 58.7% menikah, 69.6% memiliki tingkat pengetahuan HIV yang baik, 63% penasun telah menyuntik ≥9 tahun, 50% penasun pertama kali menyuntik di usia <19 tahun, 69.6% penasun menyuntik ≥3 kali sehari, 87% penasun berbagi jarum suntik, 43.5% penasun melakukan sterilisasi dengan air bersih, 60.9% penasun melakukan seks berisiko rendah, 80.4% penasun memanfaatkan LJSS, 52.2% telah mengikuti terapi metadon ≥4 tahun, 58.7% penasun mendapatkan NAPZA dari ≥2 sumber yang berbeda. Hasil uji Chi Square menyatakan terdapat hubungan yang bermakna antara usia pertama kali menyuntik (PR 1.8; P Value = 0.02), berbagi jarum suntik (PR 4.2; P Value = 0.02), dan sterilisasi jarum menggunakan air bersih (PR 5.5; P Value = 0.006) dengan status HIV. Oleh karena itu perlu dikembangkan lagi akses terhadap jarum suntik steril bagi penasun.

Number of HIV/AIDS cases has increased every year, and one of factor that cause this rapid increases is the rise prevalence among injecting drug user. That problem encourage this study to observe the factors associated HIV status among Injecting Drug Users at Methadone Maintenance Treatment Program RSKO Jakarta in 2014. This study using cross sectional study with 46 sample of IDUs in methadone maintenance treatment program. The results shows that proportion of HIV (+) is 63%, most respondents (87%) are male, 58.7% aged ≥34 year, 71.7% have less or secondary high school, 58.7% married, 69.6% have good knowledge about HIV, 63% had injecting for ≥9 years, 50% first injecting drugs in <19 years old, 69.6% injected drugs ≥3 times a day, 87% sharing needles, 43.5% rinsed needles with clean water, 60.9% having low risk sexual activity, 80.4% had utilize Needle and Syringe Program (NSP), 52.2% had join methadone maintenance treatment program for ≥4 year. The results of Chi-square test stated there are significant relationsip between age of first injecting drugs (PR 1.8; P Value = 0.02), sharing needles (PR 4.2; P Value = 0.02) and rinsed needle with clean water (PR 5.5; P Value = 0.006) with HIV status. The results suggest that access of needle exchange programs should be developed."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S55896
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mega Puspa Sari
"Human Immunodeficiency Virus HIV merupakan tantangan terbesar dalam pengendalian tuberkulosis. Di Indonesia diperkirakan sekitar 3 pasien TB dengan status HIV positif. Sebaliknya TB merupakan tantangan bagi pengendalian Acquired Immunodeficiency Deficiency Syndrome AIDS karena merupakan infeksi oportunistik terbanyak terdapat 49 pada ODHA. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kepatuhan minum obat antiretroviral terhadap ketahanan hidup pasien TB-HIV di RSUD Koja Tahun 2013 ndash; 2017. Desain studi yang digunakan adalah desain kohort retrospekstif. Jumlah sampel pada studi ini adalah 111 pasien TB-HIV yang diambil secara keseluruhan. Dari studi ini, diketahui pada kelompok yang patuh minum obat antiretroviral ARV mengalami event /meninggal 31 , sebanyak 79,7 pasien masih hidup dan pasien yang lost follow up sebanyak 34,8.
Hasil analisis multivariabel dengan regresi cox time dependent menunjukkan bahwa hazard ratio HR kematian menurut kepatuhan minum ARV berbeda-beda sesuai waktu. Dalam 1 tahun pengamatan, pasien yang tidak patuh minum ARV memiliki hazard 2,85 kali lebih cepat mengalami kematian daripada yang patuh minum ARV. Kemudian pasien yang tidak patuh minum ARV selama 4 tahun pengamatan 2013-2017 memiliki hazard terjadinya kematian sebesar 11,49 kali. Terdapat interaksi kepatuhan minum ARV dengan infeksi oportunistik. Pada pasien yang tidak patuh minum ARV dengan infeksi oportunistik lebih dari 2, efeknya lebih rendah 0,4 kali dibandingkan dengan pasien yang patuh minum ARV memiliki infeksi oportunistik kurang dari 2. Dianjurkan kepada pasien untuk melakukan pemeriksaan CD4 secara rutin 6 bulan sekali dan tidak lupa meminum obat secara teratur guna mencapai ketahanan hidup dan kualitas hidup yang lebih baik.

Human Immunodeficiency Virus HIV is the biggest challenge in tuberculosis control. In Indonesia, approximately 3 of TB patients with HIV status are positive. Conversely, TB is a challenge for the control of Acquired Immunodeficiency Deficiency Syndrome AIDS because it is the most opportunistic infection there is 49 in people living with HIV. This study aims to determine the effect of antiretroviral drug adherence to the survival of HIV TB patients in Koja Hospital Year 2013 2015. The study design used is retrospective cohort design. The number of samples in this study were 111 whole TB HIV patients taken as a whole. From this study, it was found that in the ARV group experienced event dying 31 , 79.7 of patients were still alive and the patients lost follow up 34.8.
The result of multivariable analysis with cox time dependent regression showed that hazard ratio HR mortality according to ARV adherence was different according to time. Within 1 year of observation, patients who did not adhere to taking antiretroviral drugs had a hazard of 2.85 times faster mortality than those who were obedient to taking ARVs. Then patients who did not adhere to taking antiretrovirals for 4 years of observation 2013 2017 had a death hazard of 11.49 times. There is an interaction of antiretroviral adherence with opportunistic infections. In patients who did not adhere to taking antiretroviral drugs with more than 2 opportunistic infections, the effect was 0.4 times lower than those who were adherent on taking ARVs had less than 2 opportunistic infections. It is advisable to patients to have routine CD4 checks every 6 months and not forget taking medication regularly to achieve better survival and quality of life.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T51026
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anggita Bunga Anggraini
"Salah satu penilaian keberhasilan Program Terapi Rumatan Metadon (PTRM) yang merupakan program rehabilitasi terhadap pengguna narkoba khususnya pengguna narkotika suntik adalah kualitas hidup klien. Penelitian yang bertujuan mengetahui kualitas hidup klien PTRM ini merupakan penelitian dengan desain potong lintang dengan jumlah sampel sebanyak 62 responden di Puskesmas Kedung Badak dan BogorTimur. Hasil penelitian menunjukkan rerata skor kualitas hidup klien PTRM di Kota Bogor pada domain fisik sebesar 57,6; domain psikologis sebesar 57,5; domain sosial sebesar 63,6; dan domain lingkungan 63,9. Dibandingkan rerata skor populasi sehat di Indonesia, domain fisik dan psikologis lebih rendah daripada populasi tersebut, sedangkan domain psikologis tidak berbeda dengan populasi tersebut. Adapun skor domain lingkungan lebih tinggi dibandingkan populasi sehat Indonesia. Faktor yang dominan dalam menentukan kualitas hidup pada domain fisik adalah tingkat pendidikan, sedangkan domain psikologis adalah dosis metadon. Faktor yang dominan dalam menentukan kualitas hidup domain sosial adalah adanya seseorang yang dapat diajak bicara, sedangkan domain lingkungan ditentukan oleh tingkat pendidikan. Perlu dilakukan evaluasi terhadap pemberian Take Home Dose THD dan penerapan aturan penghargaan dan sanksi terhadap klien PTRM di Puskesmas tersebut. Untuk meningkatkan kualitas hidup klien PTRM, diperlukan penanganan klien dengan pendekatan individual dan dibutuhkan dukungan sosial untuk meningkatkan motivasi serta kepatuhan klien dalam menjalani terapi metadon.

One of the achievement in Methadone Maintenance Therapy which is a rehabilitation program for injecting drug users is quality of life. The purpose of this study was to determine quality of life among MMT patients. Sixty two respondents from Kedung Badak and Bogor Timur Public Health Care were recruited in this cross sectional study. The results showed mean scores for physical domain was 57.6 psychological domain was 57.5 social domain was 63.6 and environmental domain was 63.9. Compared toquality of life of the Indonesian general population scores, physical and psychological domain scores were lower, while social domain had no different with the Indonesian population. Environmental domain had higher score than Indonesian general population. The dominant factor in determining physical and environmental domain was level of education, while the psychological domain was methadone dose, and the existence of some ones to talk to was dominant factor for social domain. Evaluation to Take Home Dose THD and application of 'reward and punishment' rule in these health providers. To improve MMT patients rsquo quality of life it is suggested to treat patients based on individual approach and social support to increase clients motivation and adherence to methadone therapy.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T50096
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Helsy Pahlemy
"Faktor yang mempengaruhi retensi terapi rumatan metadon telah diketahui, namun demikian penelitian yang ada masih terbatas pada dosis rumatan dan dosis terbesar serta pada satu episode perawatan. Untuk itu diperlukan penelitian yang mengeksplorasi hubungan antara retensi dengan berbagai pengukuran dosis dan perawatan berulang (multiepisode) terapi rumatan metadon. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara waktu berada dalam terapi dan dosis yang diberikan pada terapi rumatan metadon. Penelitian dilakukan secara retrospektif cross sectional terhadap data sekunder berupa data rekam medik pasien ketergantungan opioid yang mendapat terapi rumatan metadon antara tahun 2006-2009 pada Rumah Sakit Ketergantungan Obat Jakarta dan Rumah Sakit Fatmawati, Jakarta. Penelitian ini melibatkan 231 pasien yang masuk dalam kriteria inklusi.
Hasil penelitian menunjukkan dosis awal rata-rata Dosis awal rata-rata = 24,61 mg (kisaran 20-40 mg); dosis 2 minggu terapi rata-rata = 47,26 mg (kisaran 15-80 mg), dosis rumatan terkecil rata-rata= 57,82 mg (kisaran 15- 115 mg), dosis rumatan terbesar rata-rata = 78,45 mg (kisaran 25-210 mg), dosis rumatan rata-rata= 68,38 mg (kisaran 22,5-165 mg). Nilai retensi 46,8%. Dosis rumatan terbesar menujukkan hubungan bermakna (P= 0,000). Dosis awal, dosis 2 minggu, dosis rumatan terkecil, dosis rumatan rata-rata menunjukkan hasil tidak bermakna dengan nilai P berturut-turut adalah (P = 0,221; P= 0,774; P = 0,895; P= 0,103). Usia, riwayat terapi, riwayat dosis terlewat, dan interaksi obat tidak mempengaruhi retensi. Hubungan dosis dan retensi pada pasien yang mengalami multiepisode: tidak terdapat hubungan antara dosis dan rumatan baik pada episode pertama maupun pada episode kedua. Penelitian ini menyimpulkan semakin besar dosis metadon semakin besar retensi pada terapi rumatan metadon.

Factors affecting the retention of methadone maintenance therapy has been known, however, there is still limited research on the maintenance dose and the highest doses and in one episode of treatment. For that needed research that explores the relationship between the retention of the various dose measurement and treatment of recurrent (multiepisode) methadone maintenance therapy. This study aimed to determine the relationship between retention and the measurement doses given on methadone maintenance therapy. This study was a retrospective cross sectional on opioid dependence?s patient medical records who received methadone maintenance therapy between the years 2006-2009. This study involved 231 patients in Ketergantungan Obat Hospital and Fatmawati Hospital Jakarta who entered the inclusion criteria.
Results showed that patients got methadone dose: average initial dose = 24.61 mg (range 20-40 mg); two weeks dose mean = 47.26 mg (range 15-80 mg); lowest maintenance dose mean = 57.82 mg (range15-115 mg); highest maintenance dose mean = 78.45 mg (range 25-210 mg), the average maintenance dose = 68.38 mg (range 22.5-165 mg). The retention rate = 46.8%. The highest maintenance dose showed a significant correlation with retention (P = 0.000). Initial dose, 2 weeks dose, the lowest maintenance dose, the average maintenance dose showed no significant results with retention. Age, history of therapy, history of missed doses, and drug interactions did not affect retention. Relation dose and retention in patients undergoing multiepisode: there was no correlation between dose and retention in the first episode and the second episode. This study concluded that there is a positive significant relation between the highest maintenance dose of methadone and retention on methadone maintenance therapy.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
T29724
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Immi Rizky Budiyani
"Maraknya penyalahgunaan NAPZA suntik, membuat pemerintah mendirikan Program Terapi Rumatan Metadon (PTRM) untuk mengurangi dampak buruk akibat pemakaian NAPZA suntik, sehingga diharapkan meningkatnya derajat kesehatan penasun. Namun salah satu permasalahan dalam penerapan PTRM adalah kepatuhan pasien. Berdasarkan hal itu, dilakukan penelitian cross sectional terhadap 51 sampel agar diketahui faktor yang berhubungan dengan ketidakpatuhan mengikuti terapi metadon di RSKO Cibubur.
Hasil penelitian menunjukkan ketidakpatuhan sebesar 37,3%. Diketahui penasun dengan umur <30 tahun (66,7%), berjenis kelamin laki-laki (40%), pendidikan tinggi (37,5%), tidak bekerja (44,4%), pengetahuan kurang (54,5%), sikap kurang (60%), jauh dari tempat pelayanan (38,7%), dukungan keluarga kurang (46,7%), dukungan petugas kesehatan kurang (50%), dukungan teman kurang (37,5%) dan keterpaparan informasi baik (41,7%) memiliki proporsi ketidakpatuhan lebih tinggi. Hasil uji Chi Square menyatakan terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan ketidakpatuhan mengikuti PTRM (p-Value 0,026; PR 2,261).

The rise of injecting drug use make government build Methadone Maintenance Treatment program (MMT) , in order to harmful reduction so that IDU’s health increased. But one of problems in applying MMT is adherence injection drug users. Based on that, cross sectional study carried out to 51 samples in order to know the factors related to disobedience in IDU who following MMT program in RSKO Cibubur.
The result shows disobedience is 37,3%. IDU with age less than thirty (66,7%), male (40%), high education (37,5%), didn’t have a job (44,4%), less knowledge (54,5%), less attitude (60%), far from health care (38,7%), less of family support (46,7%), less of health worker’s support (50%), less of friend support (37,5%) and have good exposure information (41,7%). Chi Square test results stated that there is a significant relationship between knowledge of the noncompliance following the MMT (p-Value 0.026; PR 2,261).
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S46003
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Khasanah
"Keberhasilan terapi ARV sangat ditentukan oleh kepatuhan minum obat ARV. YPImerupakan salah satu yayasan peduli HIV/AIDS tertua di Indonesia yang terletak diTebet, Jakarta Selatan. Beberapa pasien HIV/AIDS di YPI ditemukan pernahmengalami putus obat yang dapat berisiko kematian akibat kegagalan terapi ARV.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran kepatuhan minum obat ARV padapasien HIV/AIDS di YPI. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif denganmenggunakan wawancara mendalam. Pengambilan data dilakukan pada 10 orang darikelompok ODHA, keluarga, dan pihak YPI.
Penelitian ini menunjukkan bahwa masih terdapat pasien yang tidak patuh minum obat ARV. 5 informan yang penelitiwawancarai, 2 informan menyatakan pernah mengalami putus obat, 2 informan lainpernah terlambat minum obat dan 1 informan patuh minum obat. Penelitian ini menunjukkan faktor penyebab ketidakpatuhan minum obat ARV yaitu kesibukan, kejenuhan minum obat, takut efek samping, dan merasa sudah sehat.

The success of antiretroviral therapy is largely determined by the adherence of taking an tiretroviral drugs. YPI is one of the foundation care HIV AIDS located in Tebet,South Jakarta. Several HIV AIDS patients in YPI have been found to have experienced drug withdrawal that could be at risk of death due to ARV therapy failure.
This study aims to look at the picture of adherence to taking ARV drugs and factors that influence adherence in HIV AIDS patients at YPI. This research is a qualitative research using in depth interviews. Data were collected on 10 people from HIV patients, family, andYPI groups.
This study shows that there are still patients who do not adhere to taking ARV drugs. 2 of 5 informants had a drug break, 2 informan not on time in taking medication. This study shows the factors that cause non adherence to take medication ARV that is busy, saturation of medicine, fear of side effects, and feel healthy.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S69906
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitria Handayani
"Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi yang bertujuan untuk memahami berbagai pengalaman ILWHA (Injecting Drug User Living with HIV/AIDS) dalam menjalani terapi ARV pada saat terapi rumatan metadon. Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 6 orang yang telah menjalani terapi ARV lebih dari 3 bulan dan sedang menjalani terapi rumatan metadon. Partisipan dipilih dengan cara purposive sampling. Pengumpulan data adalah dengan wawancara mendalam dan analisis serta sintesis menggunakan metode ?Colaizzi?s?. Hasil penelitian menunjukan pengalaman ILWHa dalam menjalani terapi ARV pada saat terapi rumatan metadon yang diungkapkan secara mendalam dengan berbagai penjelasan yang penuh emosi dan digambarkan dengan pernyataan-pernyataan tematik. Penelitian ini menyimpulkaan setiap ILWHA mengalami kebuaran dan lebih fungsional dalam hidup. Setiap ILWHA mengalami: 1)beban fisik akibat efek ARVdan gejala putus obat, 2)beban psikologi, yaitu ketidakberdayaan, kecemasan dan gangguan mood, 3)beban sosial, yaitu stigma dan diskriminasi serta kehilangan kesempatan bekerja. Menjalani terapi ARV pada saat terapi rumatan metadon merupakan proses pembelajaran dan dijalani dengan kepasrahan. Terdapat berbagai kebutuhan pelayanan kesehatan yaitu pelayanan yang terintegrasi antara ARV dan metadon, informasi penanggulangan efek ARV dan gizi serta informasi HIV, ARV dan emtadon bagi masyarakat. . Berdasarkan hal tersebut, perawat medikal bedah perlu memahami aspek fisik, psikologis, dan sosial serta kedinamisan ILWHA dalam terapi ARV pada saat terapi rumatan metadon selain itu juga perlu mengidentifikasi dan mengembangkan lebih lanjut kebutuhan pelayanan kesehatan pada ILWHA yang sedang menjalani terapi ARV.

This is a qualitative research with phenomenological approach which was aimed to understand ILWHA experiences in receiving ARV therapy during methadone maintenance therapy. Six participants who have had received ARV therapy for more than 3 months and were undergoing methadone maintenance therapy were chosen using purposive sampling. Data was collected with a deep interview and further was analyzed and synthesized with Colaizzi?s. The results showed ILWHA experiences in receiving ARV therapy during methadone maintenance therapy were expressed in depth with various emotional explanations and were described with thematic statements. The conclusion of this research was every ILWHA experiences fitness and more functional in live. Every ILWHA experiences: 1) physical burden as the effect of ARV and drug withdrawal, 2) psychological burden, including helplessness, anxiety and mood disturbance, 3) social burden, such as stigma, discrimination and losing opportunity to work. Receiving ARV therapy during methadone maintenance therapy is a learning process and should be through in a sincere heart. There are health service needs such as integrated service between ARV and methadone, information of ARV effects, nutrition, and knowledge related to HIV, ARV and methadone for community. Based on this fact, medical surgical nurses need to understand physical, psychological and social aspects and ILWHA dynamicity in receiving ARV therapy during methadone maintenance therapy. The nurses are also necessary to identify and develop a further nursing care needs among ILWHA who are receiving ARV."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Rahayu
"Retensi merupakan salah satu indikator Program Terapi Rumatan Metadon (PTRM). Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran dan faktor-faktor yang berhubungan dengan retensi pasien PTRM di Puskesmas Kecamatan Tebet. Penelitian dilakukan dengan desain studi cross sectional dengan melihat data rekam medik dan data formulir asesmen wajib lapor dan rehabilitasi medis. Jumlah responden yang diteliti sebanyak 65 responden yang memenuhi kriteria inklusi.
Hasil penelitian menunjukkan retention rate pada 1 tahun terapi pada Program Terapi Rumatan Metadon (PTRM) Puskesmas Kecamatan Tebet sebesar 84,6%. Faktor yang berhubungan bermakna secara statistik dengan retensi pada penelitian ini adalah dosis obat metadon (nilai p : 0,000) dan dosis bawa pulang (nilai p : 0,022). Mekanisme pemberian dosis bawa pulang perlu dipertahankan untuk meningkatkan retensi pasien PTRM.

Retention is an indicator to Methadone Maintenance Treatment (MMT).This study is aims to see description and factors associated with methadone maintenance treatment retention on Tebet Subdistric health center. This study was a cross sectional on opiate dependence’s patient medical records and “Formulir Asesmen Wajib Lapor dan Rehabilitasi Medis” who receive methadone maintenance therapy. This study involved 65 patients in Puskesmas Kecamatan Tebet who entered inclusion criteria.
Results showed that retention rate on one year therapy is 84,6%. Factors associated with retention in this study is methadone dose (p value: 0,000) and take home dose ( p value: 0,022). Take-home dosing mechanism needs to be maintained to improve patient retention on MMT.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S45733
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khairunnisa N.
"ABSTRAK
Saat ini dunia berada dalam dua masalah besar yang saling terkait, yaitu masalah
penggunaan napza dan penyebaran virus HN/AIDS di kalangan pengguna
NAPZA suntik. Program Terapi Rumatan Metadon (PTRM) merupakan salah satu
bentuk pendekatan untuk mengurangi dampak buruk NAPZA mempunyai tujuan
untuk mencegah meningkatnya penularan HN I AIDS dan mengbentikan total
penggunaan NAPZA. Namun P1RM bukanlah I 000/o jalan keluar, karena masih
bisa ditemukannya peserta P1RM yang masih positif menggunakan NAPZA
suntik. Pada peserta PTRM RSKO Jakarta tahun 2003-2007, variabel yang
mempengaruhi peserta menggunakan kembali heroin adalah wilayah tempat
tinggal peserta [J>9>,0202; HR:I,604; 95%CI:l,094-2,352], kepatuhan peserta
dalam mengikuti terapi [J>9>,0006; HR: 1,784; 95%CI: 1,281-2,485], konseling
pra tes HN yang peserta ikuti [!>9l,OOI; HR: 0,349; 95%CI: 0,192-0,635] dan
konseling pra dan pasca tes HN yang peserta iknti [J>9>,025; HR: 0,581; 95%CI:
0,362-0,933]. Perlunya motivasi dan konseling kepada peserta PTRM agar tujuan
tercapai.

Abstract
Right now, there are two big problems that have relationship each other in the
world; they are drogs eliciting and HIV/AIDS among the injecting drug uses (IDU)
problems. Mefuadone Maintenance Therapy is one of The Harm Reduction programs
that has aim to prevent HIV/AIDS spreading and drug user ehatinence. Unfortunately,
there always find some MMf clients that still use heroin or relapse. This study finds
fuat there are some factors that influence MMf clients to be relapse in Drug
Dependency Hospital, they are: client's living area factor !J>=0,0202; HR:l,604;
95%Cl:l,094-2,352], client's adherence factor [J>=0,0006; Hil: 1,784; 95%CI: 1,281-
2.485), HIV counseling before client's has HIV test [J>=O,OO!; HR: 0,349; 95%CI:
0,192-0,635) and HIV conscling before and after client's has HIV test [J>=0,025; Hil:
0,581; 95%CI: 0,362-0,933). It's suggested that there are needed more motivation
and counseling for the MMf clients in Drug Dependency Hospital."
2009
T32497
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yaniar Mulyantini
"Penyalahgunaan opioid banyak terkait dengan masalah lain diantaranya morbiditas psikopatologi. Saat ini belum didapatkan data mengenai proporsi psikopatologi pada pasien dalam terapi rumatan metadon di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proporsi psikopatologi dan faktor-faktor yang berhubungan dengan psikopatologi tersebut, yang dialami pasien dalam terapi rumatan metadon di Puskesmas Tebet dan Jatinegara.
Penelitian ini menggunakan rancangan potong lintang, yang dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai bulan Oktober 2015. Setiap responden mengisi data umum, kuesioner SCL-90 dan kuesioner Brief COPE; semua kuesioner diisi sendiri oleh subjek penelitian. Dari total 109 responden, 52,1% mengalami psikopatologi. Didapatkan hubungan yang bermakna antara penyalahgunaan multi zat dengan terjadinya psikopatologi (p=0,000; RP 14,38; IK95% 5,492-37,675). Faktor yang juga memiliki hubungan bermakna dengan terjadinya psikopatologi adalah emotion-focused coping (p=0,002; RP 3,019; IK95% 1,175-7,753).
Disimpulkan bahwa responden dengan riwayat penyalahgunaan multi zat berisiko lebih besar mengalami psikopatologi dibanding mereka yang tidak memiliki riwayat penyalahgunaan multi zat. Responden yang menggunakan emotion-focused coping berisiko lebih besar mengalami psikopatologi dibandingkan mereka yang menggunakan problemfocused coping.

Opioid dependents often related to other problems, including psychopathology morbidity. However, such information among methadone maintenance treatment participants in Indonesia is still insufficient and limited. Therefore, this study aimed to determined the proportion of psychopathology comorbidity and the related factors among methadone maintenance treatment participants in Puskemas Tebet and Jatinegara.
A cross sectional study of opioid dependence patients was conducted between January 2015 and October 2015 at two institutional drug substitution clinic in Jakarta. Subjects were recruited with convenient sampling method. All subjects filled in questionnaire on sociodemographic information, SCL-90 questionnaire, and Brief COPE questionnaire by them selves). Of 109 subjects, 52.1% had psychopathology morbidity. There was an association between history of polysubstance abuse (p=0.000, PR 14.38, 95%CI 5.492-37.675) and psychopathology morbidity among subjects. Other factor that showed significant association with psychopatghology morbidity is emotion-focused coping (p=0.022, PR 3.019, 95%CI 1.175-7.753).
It was concluded that subjects with history of polysubstance abuse had higher risk to get psychopathology morbidity compared with those without history of polysubstance abuse. Subjects who used emotion-focused coping had higher risk to get psychopathology morbidity compared with those who used problem-focused coping.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>