Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 110359 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mutiara
"Skripsi ini membahas Fremdheit (keasingan) dan eksotisme Sumatra tahun 1911 yang ditemukan oleh Hermann Hesse dan tertulis pada roman ?Aus Indien?. Fremdheit dan eksotisme Sumatra muncul dari posisi Hermann Hesse sebagai das Eigene (The Self) yang berasal dari Jerman. Kedua hal ini akan mempengaruhi proses verstehen antara Hermann Hesse dan lingkungan Sumatra sebagai das Fremde (The Other). Hasil analisis proses verstehen dalam penelitian adalah bergantinya posisi antara das Eigene dengan das Fremde dan bertambahnya cakrawala Hermann Hesse tentang Sumatra. Analisis menggunakan konsep Fremdheit dalam hermeneutik interkultural dan konsep eksotisme dalam wacana poskolonialisme.

The focus of this study is Fremdheit (strangeness) and the exotics of Sumatra in 1911 which was discovered by Hermann Hesse and written on the novel "Aus Indien". Fremdheit and the exotics of Sumatra emerged from Hermann Hesse's position as das Eigene (The Self) who comes from Germany. Both of these will affect the understanding process (verstehen) between Hermann Hesse and Sumatra?s environment as das Fremde (The Other). The results of the analysis in the verstehen (understanding) process are the alternation of position between das Eigene with Sumatra as das Fremde and the expanding of Hermann Hesse?s horizon about Sumatra. The analysis uses the concept of Fremdheit in intercultural hermeneutics and exotism concept in postcolonial discourse."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
S56224
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mutiara
"Makalah ini membahas Fremdheit (keasingan) dan eksotisme Sumatra tahun 1911 yang ditemukan oleh Hermann Hesse dan tertulis pada roman "Aus Indien". Fremdheit dan eksotisme Sumatra muncul dari posisi Hermann Hesse sebagai das Eigene (The Self) yang berasal dari Jerman. Kedua hal ini akan mempengaruhi proses verstehen antara Hermann Hesse dan lingkungan Sumatra sebagai das Fremde (The Other).
Hasil analisis proses verstehen dalam penelitian adalah bergantinya posisi antara das Eigene dengan das Fremde dan bertambahnya cakrawala Hermann Hesse tentang Sumatra. Analisis menggunakan konsep Fremdheit dalam hermeneutik interkultural dan konsep eksotisme dalam wacana poskolonialisme.

The focus of this study is Fremdheit (strangeness) and the exotics of Sumatra in 1911 which was discovered by Hermann Hesse and written on the novel "Aus Indien". Fremdheit and the exotics of Sumatra emerged from Hermann Hesse's position as das Eigene (The Self) who comes from Germany. Both of these will affect the understanding process (verstehen) between Hermann Hesse and Sumatra's environment as das Fremde (The Other).
The results of the analysis in the verstehen (understanding) process are the alternation of position between das Eigene with Sumatra as das Fremde and the expanding of Hermann Hesse's horizon about Sumatra. The analysis uses the concept of Fremdheit in intercultural hermeneutics and exotism concept in postcolonial discourse.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
M. Mujiburrahman
"Penelitian ini membahas ajaran Islam Wetu Telu, sebuah kelompok aliran kepercayaan lokal yang mensinkretisasi kepercayaan Hindu, Sasak Boda, dan Islam. Aliran ini berkembang di Desa Bayan, Lombok Utara. Kelompok ini memiliki keunikan serta ciri khas tersendiri dalam memahami konsep kehidupan dan ketuhanan. Penelitian ini merefleksikan 2 hal: Pertama, apa makna filosofis Islam Wetu Telu berdasarkan pemikiran hermeneutika fenomenologi Paul Ricoeur., Kedua, bagaimana simbol – simbol pada upacara Gawe Urip dan Gawe Pati dapat dimaknai sebagai simbol kejahatan: noda, dosa, dan kebersalahan. Dengan menggunakan metode hermeneutika fenomenologi Paul Ricoeur dan refleksi filosofis, peneliti menerapkan 3 model interpretasi yaitu: a) Interpretasi Primer, b) Interpretasi Literal, dan c) Interpretasi Filosofis. Peneliti menyimpulkan bahwa ajaran Islam Wetu Telu sebagai filosofi hidup yang terus dipatuhi dan dijaga kemurnian ajarannya. Simbol – simbol pada upacara kehidupan dan kematian dapat diinterpretasikan sebagai upaya penebusan simbol kejahatan: noda, dosa, dan kebersalahan yang digunakan untuk mengungkap pengalaman hidupnya. Sebagaimana yang disebutkan Ricoeur pengalaman eksistensial manusia dapat diakui dengan memahami keadaannya yang berhadapan dengan kebersalahan.

This research discusses the teachings of Islam Wetu Telu, a local syncretic belief system that combines elements of Hinduism, Sasak Boda, and Islam. This sect has developed in the village of Bayan, North Lombok. The group has unique characteristics and distinct features in understanding the concepts of life and divinity. This study reflects on two main points: First, what is the philosophical meaning of Islam Wetu Telu based on the hermeneutic phenomenology of Paul Ricoeur., Second, how can the symbols in the Gawe Urip and Gawe Pati ceremonies be interpreted as symbols of evil: stain, sin, and guilt. By employing Paul Ricoeur's hermeneutic phenomenology method and philosophical reflection, the researcher applies three models of interpretation: a) Primary Interpretation, b) Literal Interpretation, and c) Philosophical Interpretation. The researcher concludes that the teachings of Islam Wetu Telu serve as a life philosophy that is continuously adhered to and maintained in its purity. The symbols in the life and funeral ceremonies can be interpreted as efforts to atone for the symbols of evil: stain, sin, and guilt, which are used to reveal life's experiences. As Ricoeur mentioned, the existential human experience can be acknowledged by understanding its confrontation with guilt.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nuraini Wiridyadewi
"ABSTRAK
Skripsi ini merupakan studi penggunaan tanda dalam novel grafis Insekt karya
Sascha Hommer. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat proses yang dilalui
Pascal sebagai tokoh utama dalam mengonstruksikan identitas dirinya sebagai das
Fremde dan das Eigene, ditinjau dari aspek semiotis dan hermeneutika. Data
dianalisis dengan menggunakan teori semiotika Barthes, dan teori hermeneutik
interkultural Krusche. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif
deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konstruksi identitas diri dilalui
Pascal melalui proses awal sebagai das Eigene yang kemudian berubah menjadi
das Fremde, hingga akhirnya Pascal berhasil berkompromi dengan dirinya untuk
menjadi das Eigene kembali.

ABSTRACT
This undergraduate thesis is a study about the use of signs in graphic novel: Insekt
by Sascha Hommer. The purpose of this study is to see the process through Pascal
as the main character in his construction identity as das Fremde and das Eigene
from semiotic and hermeneutic aspects. The data was analyzed by using Barthes
semiotics theory and Krusche’s interkulture hermeneutics theory. Method that
being used in this research is qualitative descriptive. The outcome of this research
shows that identity construction from the main character can be passed through
the initial process as das Eigene which turned into das Fremde. Pascal finally
compromise with himself to be das Eigene back."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
S54511
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Norm Friesen
"Hermeneutic phenomenology is a combination of theory, reflection and practice that interweaves vivid descriptions of lived experience. This book, hermeneutic phenomenology gives voice to everyday aspects of educational practice, particularly emotional, embodied and empathic moments. By explicating, illustrating and demonstrating hermeneutic phenomenology as a method for research in education specifically."
Rotterdam: Sense, 2012
e20400180
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Damanik, Safina
"ABSTRAK
Unterm rad adalah salah satu roman awal karya Hermann Hesse yang ditulis pada tahun 1904 sampai 1905. Jalinan cerita atau jalinan peristiwa di dalam roman ini tidak dapat dipisahkan dari perjalanan hidup pengarangnya. Oleh sebab itu untuk dapat memahami roman ini orang harus melihat dan menelusuri kembali perjalanan hidup pengarangnya, terutama pengalaman dan konflik yang dialami oleh pengarangnya pada usia remajanya. Pengalaman dan konflik pada masa remaja pengarang merupakan faktor yang melatarbelakangi proses penciptaan roman Unterm Rad.
Adapun teknik yang dipakai oleh Hermann Hesse di dalam upayanya memunculkan kembali pengalaman dan konflik masa remajanya tersebut ke dalam sebuah karya sastra adalah dengan mempergunakan prinsip polarische Spaltung.
Penerapan prinsip Polarische Spaltung dalam karya Hesse berangkat dari suatu konflik atau derita jiwa yang amat mendasar yang pernah dialami sendiri oleh Hermann Hesse, tetapi dalam pengungkapannya Hesse menciptakan atau kenghadirkan dua orang tokoh yang mewakili ciri-ciri yang bertentangan dari kepribadian Hesse. Kedua tokoh itu mempunyai sikap, tingkah laku dan cara berpikir yang sangat berlawanan dalam menghadapi suatu tema dasar yang sama. Kehadiran kedua tokoh tersebut membuat konflik menjadi lebih hidup. Seakan-akan pembaca menghadapi keadaan yang sebenarnya seperti dalam kehidupan sehari-hari.
Pembahasan penerapan prinsip Polarische SPaltung dalam skripsi ini dilakukan dengan bantuan metode historis geografis karena pada hakekatnya peristiwa dan tokoh-tokoh dalam roman Unterm Rad memiliki banyak kesamaan dengan pengalaman pribadi Hesse, namun ini bukanlah berarti bahwa karya tersebut merupakan replika atau fotokopi dari kehidupan Hesse sebab banyak pula hal-hal yang bersifat rekaan terdapat di dalam roman Unterm Rad.

"
1990
S14787
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ganang Dwi Kartika
"ABSTRAK
Pertentangan tajam yang tak terdamaikan antara pengarang dan para pembaca pada umumnya menarik perhatian penulis. Menurut pengarang, penulisan roman ini dimaksudkan untuk memberikan penyembuhan terhadap penyakit jamannya; sedangkan menurut pembaca, roman ini menceritakan krisis hidup seorang lelaki tengah umur dan bahkan dinilai sangat berbahaya karena berisi penolakan terhadap nilai kehidupan yang ada. Dari penelitian yang penulis lakukan, terlihat jelas benang merah roman ini, yakni bahwa di balik keliaran, kebrutalan dan ketidak_menentuan sikap hidup Haller tesirat pemikiran Hesse tentang bagaimana seseorang harus menghadapi realita dan dirinya sendiri. Berdasarkan semua itu, manusia idaman Hermann Hesse menjadi pusat penelitian dalam rangka menempatkan karya ini pada tingkat yang seharusnya.
Tujuan penelitian adalah untuk membuktikan bahwa roman ini bermaksud positif, yang akan mengungkapkan bagaimana seorang manusia modern harus bersikap di tengah-tengah kehidupan yang sulit dimengerti dirinya dan dapat memberikan makna bagi hidupnya. Hal ini penting kita ketahui karena tak lama lagi kita, bangsa Indonesia, akan memasuki era lepas landas yang berarti gejala yang patologis seperti itu tidak mustahil muncul pula di sini.
Sehubungan dengan tujuan di atas, digunakan dua pendekatan, yakni pendekatan intrinsik dan ekstrinsik. Pendekatan ekstrinsik sangat penting karena roman ini sulit dipahami, yang mencakup pendekatan historis Jerman dan pribadi Hesse sendiri, khususnya di bidang pemikirannya; pendekatan fiiosofis untuk menilai lebih ianjut kemampuan roman ini sebagai penyembuhan terhadap penyakit zamannya. Pendekatan intrinsik digunakan untuk membuktikan kebenaran adanya model seorang manusia yang diidamkan Hesse yang mengungkapkan ajaran hidup yang disampaikan pengarang.
Hasil penelitian menunjukkan strategi bercerita Hesse telah menyesatkan pembacanya. Sebagai model penyembuhan atas suatu penyakit, gaya demikian ini tepat, yaitu mengemukakan kekacauan diri Harry Haller dan kemudian mengadakan pengobatan secara terapi. Usaha penyembuhan dan pencapaian manusia idaman terlihat melalui dua fase kehidupan Harry Haller; fase I tentang kekacauan diri Haller; fase II tentang proses pencapaian manusia idaman dan penyembuhan diri manusia itu sendiri.

"
1989
S14643
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diandra Rizkyutami
"ABSTRAK
Puisi merupakan sebuah kesatuan utuh yang terdiri atas makna dan bentuknya. Keutuhan tersebut adalah faktor yang menjadi tantangan dan pertimbangan dalam penerjemahan sebuah puisi. Penelitian ini membahas tentang penerjemahan puisi Stufen karya Hermann Hesse dari bahasa Jerman ke bahasa Indonesia dalam puisi Tangga-tangga. Analisis terhadap puisi asli dan terjemahan dilakukan dari segi makna dan bentuk puisinya berdasarkan teori penerjemahan yang dikaitkan dengan teori semantik dan teori puisi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif kontrastif yang dilakukan melalui studi pustaka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa makna puisi dapat dialihkan secara optimal dengan pengalihan sebagian bentuk puisi yang memunculkan unsur-unsur estetisnya.

ABSTRACT
Poetry consists of the whole combination of its meaning and its form. The importance of both becomes a challenge which must be considered in the translation of poetry. This study examines the translation of a German poem, Stufen by Hermann Hesse, into an Indonesian poem, Tangga tangga. The original and translated poem are analyzed in terms of their meaning and their form based on translation theory combined with the theory of semantics and poetry. The research uses qualitative approach with descriptive and contrastive methods performed through literature study. The results of this study show that the meaning of poetry can be optimally transferred with partial transfer of the form which supports its aesthetic elements."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf;
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Deniza Mulianita
"ABSTRAK
Jurnal ilmiah ini membahas mengenai identitas budaya dari tokoh utama roman ldquo;Einmal Hans mit scharfer So e rdquo; karya Hatice Aky n dengan menggunakan pendekatan Hermeneutik Interkultural. Penelitian ini difokuskan pada bab keempat dalam buku ini yaitu bab Reise ins Land der M tter. Dengan menggunakan konsep Blickwinkel dan teori identitas budaya dari Stuart Hall, penulis menganalisis mengenai bagaimana perjalanan tokoh utama dalam roman ldquo;Einmal Hans mit scharfer So e rdquo; menuju tempat dia di lahirkan di Turki pada umur 13 tahun, mempengaruhi pembentukan identitas budayanya. Lewat pengalamannya mengunjungi Turki ini, tokoh Ich menemukan bahwa negara Turki dan budayanya merupakan salah bagian besar di dalam identitas budayanya. Budaya Turki ini berjalan beriringan dengan budaya Jerman yang dia dapat dan dia anggap sebagai suatu kekayaan di dalam dirinya.

ABSTRACT
The main focus of this journal is the main character 39 s cultural identity in ldquo Einmal Hans mit scharfer So e rdquo novel by Hatice Aky n with the intercultural hermeneutic approach.This research is focusing on the fourth chapter of this book with the title Reise ins Land der M tter. Using the Blickwinkel theorie and Cultural Identity concept by Stuart hall, this journal analyze the impact of main character journey to her birth place in Turkey to her cultural identity. Through her journey to Turkey. The main character finds out that Turkey and its culture play a big role in her cultural identity. This turkish culture is going along with the german culture she lives within and considered as richness in her life. "
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Zeller, Bernhard
Frankfurt: Suhrkamp, 1977
JER 838.91 ZEL h
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>