Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 120797 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nababan, Friska Permatasari
"Perawatan paliatif adalah pelayanan kesehatan yang bersifat holistik dan terintegrasi dengan melibatkan berbagai profesi dengan dasar falsafah bahwa setiap pasien berhak mendapatkan perawatan terbaik sampai akhir hayatnya (Kemenkes, 2007). Keluarga menjadi bagian terpenting dalam meningkatkan kualitas hidup pasien end of life. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran mekanisme koping keluarga yang merawat pasien paliatif. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif sederhana dengan teknik pengambilan sampel total sampling (30 responden). Instrumen yang digunakan diadaptasi dari F-COPES.
Hasil yang diperoleh bahwa keluarga yang merawat pasien paliatif lebih sering menggunakan koping reframing, mencari dukungan spiritual, dan penerimaan pasif. Pembentukan self help group keluarga diharapkan mampu menguatkan koping yang telah digunakan dan meningkatkan koping lain yang masih jarang digunakan.

Palliative care is a holistic and integrated health care service involving various professions and family members with the philosophy of every patient has the right to get the best treatment until the end of their life. This study aim to identify the coping mechanism family caregiver of palliative patient. This study used a simple descriptive with total sampling (30 respondent), with the instrument that adopted from F-COPES.
Result of this study found that family caregiver often use coping such as reframing, seeking spiritual support, and passive appraisal. Creating the self help group for family caregiver expected will strengthen coping that used before and advancing the others coping that used infrequently.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
S56484
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Purba, Muri Cahyono
"Pendahuluan : Prevalensi orang dengan gangguan jiwa terutama gangguan jiwa berat atau skizofrenia setiap tahun mengalami peningkatan sedangkan fasilitas pelayanan kesehatan jiwa tidak sebanding dengan jumlah orang dengan skizofrenia selain itu juga pengobatan orang dengan skizofrenia membutuhkan waktu yang lama dan berkelanjutan artinya perawatannya berlanjut di rumah hal ini membutuhkan pelaku rawat untuk merawat orang dengan skizofrenia di rumah. Tujuan : penelitian ini mengetahui gambaran dukungan emosional dan koping spiritual pelaku rawat yang merawat anggota keluarga dengan skizofrenia. Metode : penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan tehnik wawancara in-dept interview. Jumlah partisipan 12 orang dengan kriteria inklusi merawat anggota keluarga dengan skizofrenia lebih dari satu tahun, pelaku rawat berumur minimal tujuh belas tahun yang merupakan suami/istri, anak saudara kandung, orang tua Bapak/Ibu dan saudara kandung Bapak/Ibu dan mampu berbahasa Indonesia. Hasil : pada penelitian ini terdapat lima tema yaitu Kemampuan beradaptasi, Obat berperan menurunkan gejala, Strategi koping religius, Bentuk dukungan emosional, dan Beban merawat. Kesimpulan : pengobatan orang dengan skizofrenia memerlukan waktu yang lama oleh sebab itu kualitas hidup pelaku rawat juga harus diperhatikan terutama dukungan emosional dan kebutuhan spiritual agar pelaku rawat tidak mengalami kecemasan, stres, dan ketidakberdayaan.

Introduction: The prevalence of people with mental disorders, especially severe mental disorders or schizophrenia, has increased every year, while mental health service facilities are not comparable to the number of people with schizophrenia. Besides that, the treatment of people with schizophrenia takes a long time and is sustainable, meaning that the treatment continues at home, this requires caregivers to care for people with schizophrenia at home. Purpose: this study describes the emotional support and spiritual coping of caregivers who care for family members with schizophrenia. Methods: this study used a qualitative descriptive approach with in-dept interview techniques. The number of participants was 12 people with inclusion criteria caring for family members with schizophrenia for more than one year, caregivers aged at least seventeen years who are husband/wife, children of siblings, parents of father/mother and siblings of father/mother and are able to speak Indonesian. Results: In this study there are five themes, namely adaptability, drugs play a role in reducing symptoms, religious coping strategies, forms of emotional support, and burden of care. Conclusion: the treatment of people with schizophrenia requires a long time, therefore the quality of life of caregivers must also be considered, especially emotional support and spiritual needs so that caregivers do not experience anxiety, stress, and helplessness."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lilis Karuniati
"Depresi pada lansia yang tidak ditangani secara optimal dapat menurunkan kualitas hidup lansia dan menambah beban bagi keluarga yang merawat lansia. Strategi koping keluarga merupakan perilaku keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan anggota keluarga.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran strategi koping keluarga dalam merawat lansia depresi. Sampel penelitian adalah 55 pelaku rawat utama lansia depresi yang berada di Kelurahan Mekarjaya Kecamatan Sukmajaya Kota Depok. Jenis penelitian ini adalah cross sectional dengan metode purposive sampling.
Hasil penelitian menunjukkan 50,9% pelaku rawat lansia depresi menggunakan strategi koping keluarga dengan efektif. Penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk pengembangan ilmu keperawatan ke depannya terkait intervensi self help group bagi pelaku rawat lansia depresi. Selain itu, penelitian selanjutnya diharapkan mampu melihat hubungan antara strategi koping dengan karakteristik keluarga.

Depression in the elderly is not handled optimally can reduce the quality of life of the elderly and increase the burden for families who care for the elderly. Family coping strategy is the behavior of the family in addressing the health problems of family members.
The purpose of this study is to describe the family coping strategies in treating elderly depression. Samples are 55 primary caregivers of elderly depression are located in the Village Mekarjaya Sukmajaya District of Depok. This type of research is cross sectional with purposive sampling method.
The results showed 50.9% of elderly depressed caregivers use family coping strategies effectively. This research is expected to be useful for the future development of nursing interventions related self help group for caregivers of elderly depression. In addition, further research is expected to look at the relationship between coping strategies with family characteristics.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2015
S60688
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lilik Mudloyati Choiriyah
"ABSTRAK
Stress memiliki prevalensi yang tinggi di masyarakat. Pada usia remaja, potensi munculnya stress akan meningkat. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara keberfungsian keluarga dan stress dengan moderator positive religious coping pada remaja akhir. Pengukuran variabel keberfungsian keluarga menggunakan alat ukur Family Assessment Device FAD skala general fuctioning untuk mengukur keberfungsian keluarga secara umum. Pengukuran stress menggunakan alat ukur Perceived Stress Scale PSS . Pengukuran positive religious coping menggunakan alat ukur The Brief RCOPE. Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 426 94 laki-laki dan 332 perempuan dengan rentang usia 18-21 tahun. Pengujian hipotesis menggunakan teknik multiple regression. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keberfungsian keluarga berhubungan dengan stress secara signifikan. Namun, positive religious coping tidak memberikan pengaruh secara signifikan R=0,429, p>.05 dalam hubungan antara keberfungsian keluarga dan stress. Hubungan moderasi yang tidak signifikan tersebut diasumsikan karena 1 hubungan keberfungsian keluarga dan stress sudah terlalu kuat, 2 adanya hubungan signifikan antara keberfungsian keluarga dan positive religious coping, dan 3 positive religious coping tidak efektif sebagai strategi coping pada usia remaja akhir.

ABSTRAK
Stress has a high prevalence in society. In adolescence, the potential for stress will increase. This research was conducted to see the relationship between family functioning and stress with religious coping as a moderator among the late adolescents. The measurement of family functioning variable was using the instrument of Family Assessment Device FAD general functioning scale to measure family functioning in general. The measurement of stress variable was using the Perceived Stress Scale PSS . The measurement of positive religious coping variable was using the Brief RCOPE. The participants in this study were 426 subjects 94 men and 332 women with the range of age between 18 21 years old. Hypothesis testing used the multiple regression technique. The result of this study showed that family functioning significantly correlated with stress. However, positive religious coping could not significantly moderate R 0,429, p .05 the relationship of family functioning and stress. This insignificant moderation relationship was assumed to be due 1 the relationship of family functioning and stress was too strong, 2 there was a significant relationship between family functioning and positive religious coping, and 3 positive religious coping was not effective as coping strategy in late adolescence."
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fransisca Thelly Ruban
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah coping humor pada Orang Dengan HIV/AIDS ODHA memiliki kontribusi terhadap family functioning dan dimensi-dimensinya. Penelitian ini dilakukan pada 64 ODHA dengan rentang usia 21-49 tahun. Peneliti menggunakan Coping Humor Scale CHS yang disusun oleh Martin 1996 untuk mengukur tingkat coping humor serta Family Assesment Device FAD yang disusun oleh Epstein et. al 1983 untuk mengukur tingkat family functioning.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa coping humor tidak memiliki berkontribusi terhadap family functioning secara umum. Secara lebih spesifik, coping humor memiliki kontribusi yang signifikan terhadap dimensi roles, namun tidak berkontribusi terhadap dimensi lainnya.

This study was conducted to examine the contributions of coping humor in people living with HIV AIDS towards family functioning and each dimensions of it. Data was collected from 64 respondents with 21 49 range of age. Coping humor was measured by Coping Humor Scale CHS which developed by Martin 1996 and family functioning was measures by Family Assessment Device FAD which developed by Epstein, et al. 1983.
The result indicated no significant contributions of coping humor towards family functioning. More specifically, it was also found significant contributions of coping humor towards dimension of roles, but none in the other dimensions.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
S67075
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eneng Elisnawati
"Kelelahan (fatigue) kanker didefinisikan sebagai perasaan subjektif pasien kanker yang membuat stres akibat dari kelelahan yang terjadi berbeda dari rasa lelah biasa yang dialami oleh individu yang sehat. Sedangkan, mekanisme koping merupakan suatu cara yang digunakan oleh individu untuk menghadapi dan beradaptasi pada stresor yang ada. Hasil penelitian pada 96 pasien kanker di Rumah Sakit Dharmais menunjukan tidak adanya hubungan yang bermakna antara kelelahan (fatigue) kanker dengan mekanisme koping pada pasien kanker di Rumah Sakit Dharmais (p = 0,584, α = 0,05). Pengaruh budaya masyarakat Indonesia dalam mengahadapi stresor yang ada serta tidak seimbangnya perbedaan jenis kelamin responden dalam penelitian ini, pada akhirnya berdampak pada penggunaan koping ketika mengalami kelelahan (fatigue) kanker. Rumah Sakit Dharmais sebaiknya segera memberikan arahan kepada para perawat mengintervensi pasien kanker terkait dengan mekanisme koping dan kelelahan (fatigue).

Cancer-related fatigue is a subjective symptom experienced by patients that create stress as a result of the fatigue, which is different with other fatigue among healthy individuals. In another hand, coping mechanisms is used by individuals to confront and adapt the stressors. The result of the study in 96 cancer patients at "Rumah Sakit Dharmais" shows that there is no significant relationship between cancer-related fatigue with coping mechanisms (p = 0.584, α = 0.05). The influence of Indonesian culture to encountering stressors and imbalance of gender differences in this research, ultimately impact to coping which are used by respondents who are experiencing cancer-related fatigue. "Rumah Sakit Dharmais" should immediately provide nurses to intervene coping mechanisms and cancer-related fatigue among cancer patients."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
S62868
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anyta Pinasthika
"Mahasiswa kedokteran melalui berbagai penyesuaian pada tahun pertama pendidikan, sehingga dapat menimbulkan stres. Mekanisme coping merupakan usaha mengatasi stres dan penggunaannya dapat dipengaruhi jenis kelamin serta asal daerah seseorang. Penelitian ini merupakan studi cross-sectional dengan sampel konsekutif dari mahasiswa tahun pertama program studi pendidikan dokter FKUI. Penelitian ini menggunakan kuesioner COPE Inventory yang telah diterjemahkan ke bahasa Indonesia dan divalidasi lebih lanjut. Dari studi awal yang telah dilakukan, terjemahan kuesioner cukup reliabel skor Cronbach alpha 0.774. Sampel penelitian ini berjumlah 165 responden response rate 73 dengan skor Cronbach alpha kuesioner 0.848.
Hasil penelitian menunjukkan skor mekanisme coping tertinggi dan terendah di sampel ialah masing-masing "religious coping"dan "substance use". Hubungan asal daerah dengan mekanisme coping tidak dapat disimpulkan, karena jumlah sampel yang tidak sebanding di kedua kelompok asal daerah. Terdapat perbedaan bermakna mekanisme coping antar jenis kelamin, yaitu pada "focusing on and venting of emotions"p=0.004, "religious coping"p=0.001, "use of emotional social support"p=0.004 dan "substance use" p=0.024. "Focusing on and venting of emotions", "use of emotional social support"dan "religious coping" lebih tinggi pada perempuan, sedangkan "substance use" lebih tinggi pada laki-laki. Sebagai kesimpulan, terdapat hubungan antara jenis kelamin dan mekanisme coping, sedangkan hubungan asal daerah dan mekanisme coping tidak dapat disimpulkan.

Medical students go through various adjustments in first year of undergraduate medical education and this often leads to stress. Coping mechanism is a way to reduce stress and its use can be influenced by gender and place of origin of the person. This study is a cross sectional study with consecutive sampling of first year undergraduate medical students in Universitas Indonesia. A translated and validated COPE Inventory Questionnaire was administered in pilot study and the modified questionnaire is reliable Cronbach alpha score 0.774. 165 respondents response rate 73 filled the questionnaire with Cronbach alpha score 0.848.
Result shows overall highest and lowest coping mechanism score of respondents were "religious coping" and "substance use" respectively. Place of origin differences could not be concluded, as the sample was not comparable between two groups. There are significant gender differences in coping mechanisms "focusing on and venting of emotions" p 0.004, "religious coping" p 0.001, "use of emotional social support" p 0.004 and "substance use" p 0.024. "Focusing on and venting of emotions", "use of emotional social support" and "religious coping" score higher in females and "substance use" score higher at males. To conclude, gender shows to have significant differences in coping mechanism, while place of origin could not be concluded."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Satwati Suprihatin
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1992
S2657
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Retno Yuli Hastuti
"Bencana erupsi gunung berapi di Indonesia akhir-akhir ini mengalami peningkatan, gunung Merapi yang sampai saat ini masih pada siaga level 3 selalu dalam pemantauan dikarenakan secara tiba-tiba dapat mengalami erupsi dengan arah yang tidak bisa dipastikan sehingga diharapkan masyarakat sekitarnya untuk selalu waspada dan mengikuti informasi yang diberikan, hal ini memerlukan adanya kemampuan koping yang baik agar dapat membuat keputusan yang tepat pada saat adanya bencana sesuai dengan nilai-nilai budaya sehingga tetap mampu menjaga kesehatan mentalnya. Tujuan penelitian menganalisa pengaruh model KOBERDAYA terhadap peningkatan kemampuan resiliensi keluarga di daerah rawan bencana gunung Merapi. Metode penelitiannya exploratory sequential mixed methods dalam 2 tahapan. Tahap 1 penelitian kualitatif dengan desain fenomenologi, Tahap 2 penelitian kuantitatif dengan desain kuasi eksperimen pre and post test control group design dengan purposive sampling. Pengambilan data menggunakan instrument FRAS untuk mengukur resiliensi keluarga, instrument RSES untuk mengukur self esteem dan instrument GSES untuk mengukur self efficacy. Hasil penelitian tahap 1 didapatkan 7 tema sebagai bahan pengembangan model KOBERDAYA dengan perangkatnya adalah buku modul, buku kerja dan buku evaluasi dan hasil tahap 2 terdapat perubahan kemampuan resiliensi keluarga menjadi meningkat pada kelompok intervensi dan mengalami penurunan pada kelompok kontrol, juga dapat meningkatkan self esteem dan self efficacy keluarga. Model KOBERDAYA sebagai latihan dan pembudayaan perilaku koping di keluarga juga dapat menjadi referensi untuk penyempurnaan modul KATANA dari BNPB, menjadi bahan edukasi dan pelatihan kepada masyarakat oleh Dinas Kesehatan dan BPBD. Penelitian lanjutan dapat meneliti model penanganan bencana dengan pendekatan budaya setempat.

Volcanic eruption disasters in Indonesia have recently increased, Mount Merapi, which is currently still at alert level 3, is always under monitoring because it can suddenly erupt in an uncertain direction so it is hoped that the surrounding community will always be alert and follow it. information provided, this requires good coping skills in order to be able to make the right decisions during a disaster in accordance with cultural values ​​so that they are still able to maintain their mental health. The aim of the research is to analyze the influence of the KOBERDAYA model on increasing family resilience capabilities in disaster-prone areas of Mount Merapi. The research method is exploratory sequential mixed methods in 2 stages. Stage 1 is qualitative research with a phenomenological design, Stage 2 is quantitative research with a quasi-experimental design, pre and post test control group design with purposive sampling. Data collection used the FRAS instrument to measure family resilience, the RSES instrument to measure self-esteem and the GSES instrument to measure self-efficacy. The results of stage 1 research showed that there were 7 themes as material for developing the KOBERDAYA model with the tools being module books, workbooks and evaluation books and the results of stage 2 showed changes in family resilience abilities, increasing in the intervention group and decreasing in the control group, also increasing self-esteem and family self-efficacy. The KOBERDAYA model as training and cultivating coping behavior in the family can also be a reference for improving the KATANA module from BNPB, as educational and training material for the community by the Health Service and BPBD. Further research can examine disaster management models with a local cultural approach.."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Nur Shafriani
"ABSTRAK
Kanker dapat menyerang manusia pada semua usia, salah satunya pada anak. Anak dengan kanker menghadapi penyakitnya didamping keluarga. Keluarga memiliki fungsi penting dalam proses penyembuhan anak kanker. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan koping dengan resiliensi keluarga yang merawat anak penderita kanker.Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross sectional pada 60 responden dengan teknik total sampling. Alat pengumpulan data menggunakan kuesioner The Brief of Cope untuk koping dan Family Resilience Assessment Scale untuk resiliensi keluarga. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan bermakna antara koping dengan resiliensi keluarga yang merawat anak penderita kanker p-value = 0,00; r = 0,443; ? = 0,005 . Selain itu, problem focused coping dan emotion focused coping masing ndash; masing memiliki hubungan bermakna dengan resiliensi keluarga anak penderita kanker. Akan tetapi, problem focused coping memiliki hubungan yang lebih kuat dengan resiliensi keluarga dibandingkan dengan emotion focused coping. Responden penelitian ini lebih banyak menggunakan problem focused coping dibandingkan emotion focused coping. Untuk menghasilkan keluarga yang resilien, diperlukan pemberian bimbingan dan penguatan koping terhadap keluarga yang merawat anak penderita kanker.

ABSTRACT
Cancer can attacks humans in all age, especially children. Children face the cancer with their family. Family has many important roles in cancer healing process. This research was conducted to investigate the correlation between coping and family resilience who care children with cancer. 60 families who caring children with cancer were joined this research. This research used cross sectional design with total sampling technique. Coping was measured by The Brief of Cope and Family Resilience was measured by Family Resilience Assessment Scale. The results showed that there was a significant correlation between coping with family resilience who care children with cancer p value 0,00 r 0,443 0,005. Problem focused coping and emotion focused coping has a significant correlation with family resilience who care children with cancer. But, problem focused coping have a stronger correlation with family resilience than emotion focused coping. Besides, respondents more often use focused coping problems than emotion focused coping. To get a resilience people, nurse must leading and strengthening coping of families who care children with cancer."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>