Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 158520 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Junardi
"Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas / CMHN adalah pelayanan keperawatan yang komprehensif, holistik dan paripurna berfokus pada masyarakat yang sehat jiwa, rentan terhadap stress dan dalam tahap pemulihan serta pencegahan kekambuhan. Perawat bekerja sama dengan klien, keluarga dan tim kesehatan lain dalam melakukan tindakan. Tujuan penelitian untuk mengetahui mengetahui faktor - faktor yang berhubungan dengan keberhasilan pelaksanaan kegiatan CMHN di Kabupaten Aceh Besar dan Kota Banda Aceh. Desain penelitian Cross Sectional. Penelitian dilakukan pada 30 orang perawat CMHN dan 48 orang stakeholder, dilakukan secara total sampling berjumlah 78 orang.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan bermakna (p - value α ≤ 0,05) antara persepsi perawat CMHN dan stakeholder tentang faktor dukungan politik, stabilitas dana, partnership, kapasitas organisasi, evaluasi program, program adaptasi, komunikasi, rencana strategis dan sosial dengan keberhasilan pelaksanaan kegiatan CMHN. Rekomendasi hasil penelitian adalah perlunya evaluasi faktor - faktor yang berhubungan dengan keberhasilan pelaksanaan kegiatan CMHN secara periodik, penyegaran dan pelatihan CMHN yang terus menerus dan terstruktur.

Community Mental Health Nursing (CMHN) is comprehensive nursing care, holistic and adequate, focus in community whose healthy in mentally, far from stressing vulnerability and in the recovery phase also in avoiding to having a relapse. Nurse work together with client, family and other medical team in effort to doing practice. This research aim to know the factors which related with successful implementation of program CMHN in County Aceh Besar and Banda Aceh city. Research design using cross sectional study. Respondents consist of 30 nurse who execute CMHN who work in Central of Community (Puskesmas) and 48 stakeholder, soo its done with total sampling 78 person.
Result of this research show that there is significant correlation (p – value α ≤ 0,05) on perception of nurse CMHN and stakeholder about politic support, budget stability, partnership, organization capacity, programs evaluation, adaptation programs, communication, strategic plan and social to successful implementation of program CMHN . Recommendation based on this research result among other : its need to periodically evaluating factors that related to successful of implementation CMHN, continuously updating and training CMHN.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Junardi
"Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas / CMHN adalah pelayanan keperawatan yang komprehensif, holistik dan paripurna berfokus pada masyarakat yang sehat jiwa, rentan terhadap stress dan dalam tahap pemulihan serta pencegahan kekambuhan. Perawat bekerja sama dengan klien, keluarga dan tim kesehatan lain dalam melakukan tindakan. Tujuan penelitian untuk mengetahui mengetahui faktor - faktor yang berhubungan dengan keberhasilan pelaksanaan kegiatan CMHN di Kabupaten Aceh Besar dan Kota Banda Aceh. Desain penelitian Cross Sectional. Penelitian dilakukan pada 30 orang perawat CMHN dan 48 orang stakeholder, dilakukan secara total sampling berjumlah 78 orang.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan bermakna (p - value α ≤ 0,05) antara persepsi perawat CMHN dan stakeholder tentang faktor dukungan politik, stabilitas dana, partnership, kapasitas organisasi, evaluasi program, program adaptasi, komunikasi, rencana strategis dan sosial dengan keberhasilan pelaksanaan kegiatan CMHN. Rekomendasi hasil penelitian adalah perlunya evaluasi faktor - faktor yang berhubungan dengan keberhasilan pelaksanaan kegiatan CMHN secara periodik, penyegaran dan pelatihan CMHN yang terus menerus dan terstruktur.

Community Mental Health Nursing (CMHN) is comprehensive nursing care, holistic and adequate, focus in community whose healthy in mentally, far from stressing vulnerability and in the recovery phase also in avoiding to having a relapse. Nurse work together with client, family and other medical team in effort to doing practice. This research aim to know the factors which related with successful implementation of program CMHN in County Aceh Besar and Banda Aceh city. Research design using cross sectional study. Respondents consist of 30 nurse who execute CMHN who work in Central of Community (Puskesmas) and 48 stakeholder, soo its done with total sampling 78 person.
Result of this research show that there is significant correlation (p ? value α ≤ 0,05) on perception of nurse CMHN and stakeholder about politic support, budget stability, partnership, organization capacity, programs evaluation, adaptation programs, communication, strategic plan and social to successful implementation of program CMHN . Recommendation based on this research result among other : its need to periodically evaluating factors that related to successful of implementation CMHN, continuously updating and training CMHN."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
T43412
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jufri Hermansyah
"Tingginya gangguan jiwa di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam termasuk di Kabupaten Aceh Besar, ada altematif intervensi melalui program Community Mental Health Nursing (CMFIN). Untuk mengevaluasi program tersebut perlu dilakukan kajian evaluasi ekonomi Cost Benefit Analysis (CBA) untuk menentukan suatu intervensi bisa "go" atau "no go".
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menilai manfaat intervensi program CMEIN pada penderita gangguan jiwa. Tujuan khususnya adalah untuk memperoleh besaran biaya (cost) dan besaran manfaat (benefit) serta nilai WC Rationya.
Penelitian ini merupakan studi kasus, yang dilaksanakan di Puskesmas Darul Imarah Kabupaten Aceh Besar pada bulan Maret - Mai 2008, dengan jumlah penderita 108 orang. Data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari lokasi penelitian serta data primer dari hasil wavvancara dengan petugas puskesmas dan keluarga penderita.
Hasi1 penelitian menunjukkan penderita yang dapat dideteksi sebagai penderita baru sebanyak 28 orang dan yang mandiri sebanyak 34 orang. Total biaya (cost) secara keseluruhan berjumlah Rp 46.069.351, sedangkan biaya manfaat (benefit) secara keseluruhan beijumlah Rp 267.026.112. Nilai B/C Rationya adalah 22,7 artinya Program CMHN bermanfaat clan menguntungkan secara ekonomi. Manfaat yang diperoleh dari satu gangguan jiwa yang dapat diobati dengan program CMHN jauh lebih tinggi dari pada biayanya, yaitu mencapai 22,7 kali Dengan demikian program CMHN direkomendasikan agar dapat terus dijalankan secara berkesinambungan di Puskesmas Darul Imarah dan puskesmas yang lain di Kabupaten Aceh Besar.
Saran yang dapat disampaikan adalah melakukan advokasi yang lebih baik kepada Pemerintah Daerah (Pemda) dan Dewan Penvaldlan Rakyat Kabupaten (DPRK) agar menyetujui dan memperioritask.an program CMHN di Kabupaten Aceh Besar, mengingat besamya manfaat dari program ini, karena tidak hanya mampu mendeteksi kasus, tetapi dengan rehabilita.si yang berkelanjutan dapat meningkatkan status penderita menjadi mandiri,sehingga lebih berdaya guna dalam kehidupan bermasyarakat.

The incident of mental health disorder in Nanggroe Aceh Darussalam Province is high, including in Aceh Besar District, and for this there is an alternative intervention through Community Mental Health Nursing (MEN Program. To evaluate this program, it is needed to perform economic evaluation survey, Cost Benefit Analysis (CBA) to determine whether the intervention can be "go" or "no go".
This research was aimed to evaluate the benefit of CMHN Program intervention for mental health disorder client. The particular objective was to obtain the cost and benefit figures and it's B/C ratio value. This was a case study research, conducted in Darul Imarah Health Centre on March to Mel 2008, and 108 samples were obtained in this study. Data used were secondary data obtained from research area and primary data obtained by interviewing health center staff and client's family.
The result showed that there were 28 samples detected as new cases and 34 as an independent cases. The total cost was Rp. 46.069.351 whereas the total benefit was Rp. 267.026.112. The WC ratio value was 22,7, meaning that CMHN Program is useful and profitable economically. Benefit obtained from one mental health disorder case that can be prevented by CMBN Program is much higher compared to the cost, reaching 22,7 times. Therefore, it is recommended to continue CMAN program in Darul Imarah and other Health Centre in Aceh Besar District.
It is suggested to perform better advocacy to District Goverment (Pemda) and District Legislative Assembly (DPRK) to approve and take the ClvIHN Program as a priority in Aceh Besar District because of hugely benefit of this program. Not only because it's ability to detect the case, but also that continous rehabilitation can enhance client status to be independent, therefore they can be more useful in their community.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T34332
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Linda Dwi Novial Fitri
"Gangguan jiwa merupakan suatu bentuk perubahan yang meliputi pikiran, perasaan, dan perilaku seseorang disebabkan oleh berbagai faktor. Perubahan tersebut dimanifestasikan dalam bentuk perubahan fungsi kemampuan seseorang dalam menjalani aktivitas sehari-hari. Pelayanan keperawatan kesenatan jiwa di komunitas (CMHN) merupakan program pelayanan primer yang memberikan pelayanan keperawatan secara langsug pada pasien dan keluarganya untuk meningkatan kemampuan fungsi pasien sehari-hari. CMHN telah dikembangkan di Aceh terutama oi Kabupaten Bireuen selama 2 tahun. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan pelayanan CMHN dengan tingkat kemandirian pasien gangguan jiwa di Kabupaten Bireuen Aceh. Pendekatan kuantitatifi dengan desain cross sectional pada pogulasi 971 pasien dan sam pel sebanyak 179 pasien yang diperoleh dari 3 Puskesmas yaitu Jangka, Juli dan Peusangan dengan tehnik cluster sampling. Analisa statistik menggunakan multivariat regresi logistik berganda model prediksi.
Hasil penelitian diperoleh tingkat kemandirian pasien dengan self care adalah aktivitas sehari-hari 102 pasien (57%), aktivitas sosial 95 pasien (53%), pengobatan 109 pasien (60,9%); tingkatan total care adalah cara mengatasi masalah 80 pasien (44,7 5) dan diperoleh faktor yang paling dominan berhubungan dengan tingkat kemandirian pasien adalah pendidikan dan tempat berobat pasien dengan p value = 0,036. Pendekatan kualitatif dengan studi fenomenologi dilakukan untuk mengkaji lebih dalam mengenai pengalaman pasien gangguan jiwa yang telah mencapai kemandirian. Wawancara dilakukan pada 5 orang partisipan yang berasal dari Puskesmas jangka hasil kualitatif diperoleh dua tema yang berhubungan dengan tingkat kemandirian pasien yaitu faktor internal (harapan untuk sembuh, makna kesembuhan, manfaat adanya kegiatan sistem keyakinan) dan faktor eksternal (dukungan emosional, dukungan sosial, pengobatan). Rekomendasi hasil penelitian Puskesmas terus melanjutkan pelayanan CMHN untuk meningkatkan kemandirian pasien."
Depok: Universitas Indonesia, 2007
T22869
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Neng Esti Winahayu
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor sustainability yang berhubungan dengan implementasi CMHN di Jakarta Selatan dan Barat. Metode penelitian menggunakan cross sectional dengan memberikan kuesioner pada perawat CMHN dan analisis data menggunakan korelasi pearson. Wawancara dilakukan pada stakeholder untuk mendapatkan persepsi stakeholder tentang faktor sustainability CMHN. Kemampuan perawat dalam implementasi CMHN 45,86%. Persepsi perawat terhadap faktor sustainability CMHN 67,49%. Hasil penelitian ditemukan hubungan bermakna antara faktor sustainability dengan implementasi CMHN. Analisis wawancara dengan stakeholder terhadap 8 faktor sustainability CMHN didapatkan tema yaitu pandangan positif stakeholder terhadap CMHN (asuhan keperawatan ke pasien, terdeteksinya kasus baru, mengurangi stigma) dan upaya untuk keberlangsungan CMHN (peningkatan wawasan, perencanaan anggaran, sosialisasi). Hasil penelitian ini direkomendasikan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan jiwa masyarakat di wilayah lain.
The aim of the study was to determine the sustainability factor related with the implementation of CMHN in South and West Jakarta. The method of the study was using cross sectional study by the questionnaire to the nurse of CMHN and data analysis using pearson correlation. Interviews conducted on stakeholder to get stakeholder perception about the sustainability factor of CMHN. The ability of nurse in the implementation of CMHN is 45,86%. The nurse perception toward sustainability factor of CMHN is 67,49%. The result of study shows the significant relationship between the sustainability factor with the implementation of CMHN. The result of analysis interviews with the stakeholder about 8 sustainability factors is obtained into several themes: the positive opinion of stakeholder toward the CMHN (the existence of nursing care to the patients, detecting of new case, and reducing stigma) and the effort for the sustainability of CMHN (increasing the perception, budget planning, and socialization). The result of the study is recomended to improve the community mental health nursing service in other region."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
T42410
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fatma S.
"Remaja merupakan generasi penerus bangsa sejak dini harus disiapkan secara utuh baik( fisik maupun psikologisnya. Kesehatan reproduksi remaja merupakan salah satu program yang dilaksanakan oleh Departemen Kesehatan dibidang usaha kesehatan sekolah dan remaja. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Dwiprahasto (1993) diketahui 3,6% kelompok umur 13-15 tahun dan (5,4%) kelompok umur 16-20 tahun telah melakukan hubungan seksual, begitu juga beberapa peneliti lain, yang melakukan penelitian tentang remaja diberbagai kota di Indonesia menemukan tingginya angka perilaku berisiko bagi remaja. Sedangkan di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam khususnya kota Banda Aceh belum ada dilakukan penelitian tentang perilaku remaja.
Penelitian ini dilaksanakan di kota Banda Aceh, bertujuan untuk mendapatkan informasi faktor- faktor yang berhubungan dengan perilaku kesehatan reproduksi remaja diantara siswa SMUN di kota Banda Aceh, dengan menggunakan desain cross sectional, populasi terdiri dari siswa SMUN dengan status marital belum menikah, serta jumlah sampel 180 responden. Analisis yang digunakan adalah univariat, bivariat dengan uji chi square dan multivariat dengan uji regresi logistik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 180 responden ditemukan 12,8% responden termasuk kategori perilaku berisiko ringan seperti berciuman pipi 1,1% dan berpelukan, 0,5% dengan lawan jenisnya, meskipun tahapan ini bila ditinjau dari teori (Kinsey) belum tergolong perilaku berisiko. Namun karena kondisi dan budaya daerah/lokasi penelitian yang berpenduduk mayoritas beragama Islam, dan juga mempunyai keistimewaan dalam penyelenggaraan kehidupan adat, sehingga segala aktifitas sehari hari juga dijiwai dan sesuai dengan syariat Islam. Maka dengan alasan tersebut, perilaku demikian tergolong pada kategori berisiko ringan, dan perlu diwaspadai agar tidak berlanjut ketahap perilaku berisiko berat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel pengetahuan, pendidikan tambahan, dan pendidikan ayah, berhubungan dan bermakna secara statistik. Adapun faktor yang paling dominan berhubungan dengan perilaku siswa SMUN tentang kesehatan reproduksi adalah pendidikan ayah, dimana ayah dengan pendidikan tinggi (minimal SMU) cenderung anak berperilaku 9,4 kali lebih baik, jika dibanding ayah berpendidikan rendah.
Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa perilaku siswa SMUN di kota Banda Aceh tentang kesehatan reproduksi termasuk kategori perilaku berisiko ringan. Untuk mencegah perilaku ini meningkat menjadi perilaku berisiko berat disarankan, penambahan materi kesehatan reproduksi disekolah, agar meningkatkan pengetahuan siswa tentang kesehatan reproduksi khususnya. Pada orang tua juga diharapkan dapat memberikan bimbingan kesehatan reproduksi sedini mungkin. Bagi remaja sendiri agar selalu berperilaku positif sesuai ajaran agama, menjaga budaya dan adat serta mencari informasi yang benar tentang kesehatan reproduksi.

Teenagers are the future generation of the Nations since they have to be prepared early physically and psychologically. Teenage health reproduction is one of The Health Department Program that held for teenagers and school health. Based on pwiprahasto (1993), research known that 3,6% of 13 -15 age group and 5,4% of 16-20 age group have done sexual relationship so did by other researchers who studied about teenagers on every kind of city in Indonesia which found risk value of teenage behavior. While in Province of Nanggroe Aceh Darussalam especially on Banda Aceh City there haven't been studied about Health Reproduction behavior teenagers.
This study was conducted in Banda Aceh City, aims to get the information about some factors which related with teenager health reproduction among High School students which used cross sectional design, population consist of High School students whom unmarried status, and take 180 respondent, The analysis use univarite, bivariate with chi-square, and multivariate analysis with logistic regression test.
The result of this study shows that of 180 respondent, there are 12,8% of them found low risk of behavior category i.e. kissing 1,1% and holding each other 0,5%, although this stage has not been the criteria of risk behavior based on Kinsey theory. Because of the whole activities of Nanggroe Aceh Darussalam people was based on Islamic rules. Ttherefore teenagers behavior was classified as low risk category and it should be awared to anticipate them becoming the severe risker. Because of the whole activities of Nanggroe Aceh Darussalam people was based on Islamic rules. Therefore teenagers behavior was classifified as low risk catergory and it should be awared to anticipate them becoming the severe risker.
This study shows that statistically, knowledge, additional education, and father's education variables were related significantly. The most dominant factor was High School student behavior about health reproduction which were father's education, father with high education prefer to have good behavior children 9,4 times than father with low education.
It is concluded that High School students behavior about health reproduction on Banda Aceh City was low risk behavior category. To prevent this behavior increase to high risk it is recommended to add health reproduction mater at school especially to increase the student's knowledge. To the parents it is hoped that they could teach health reproduction as early as possible. To the teenagers itself, it is hoped to keep culture and religion based on religion line.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T1860
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Safriati
"Penyakit Tuberkulosis paru masih merupakan masalah kesehatan di Indonesia, karena merupakan penyakit menular yang dapat mengakibatkan kematian. Pengobatan TB paru harus dilakukan secara adekuat, lengkap dan teratur supaya angka kesembuhan tinggi dan untuk mencegah resistensi. Angka putus berobat penderita TB paru di Kota Banda Aceh tahun 200I sebesar 21,5%. Putus berobat sangat mempengaruhi keberhasilan dari tujuan penanggulangan TB paru. Penanggulangan TB paru dengan strategi DOTS dapat memberikan angka kesembuhan yang tinggi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan putus berobat penderita TB paru di Puskesmas di Kota Banda Aceh tahun 2001 - 2002. Desain penelitian adalah cross sectional dengan menggunakan data sekunder yang berasal dari TB 01 dan data primer yang didapat langsung dari penderita TB paru dengan cara wawancara menggunakan kuesioner. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Mei 2003. Sampel penelitian yaitu 141 penderita TB paru berumur 15 tahun keatas yang datang berobat di Puskesmas di Kota Banda Aceh tahun 2001 - 2002 yang diambil secara simple random sampling.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi responden penderita TB paru yang putus berobat di Puskesmas Kota Banda Aceh tahun 2001 - 2002 sebesar 30%. Gambaran karakteristik penderita, TB paru di Kota Banda Aceh adalah responden berumur rata-rata 35 tahun, penderita laki-laki lebih banyak 72% dari pada penderita TB paru perempuan 28%. Faktor karakteristik yang berhubungan bermakna dengan putus berobat adalah pekerjaan dan pengetahuan. Penderita TB paru dengan pengetahuan tentang TB paru rendah berpeluang putus berobat 3,69 kali (95% CI : 1,418 - 9,951) dibandingkan penderita TB paru yang berpengetahuan tinggi tentang TB paru. setelah dikontrol variabel efek samping obat.
Faktor lain yang berhubungan bermakna dengan putus berobat adalah ketersediaan obat, efek samping obat, dan PMO dan manfaat pengobatan. Penderita TB paru dengan persepsi tidak tersedia obat di Puskesmas mempunyai peluang putus berobat sebesar 4,67 kali (95% CI : 1,282 - 17,011) dibandingkan dengan penderita TB paru dengan persepsi obat tersedia di Puskesmas setelah dikontrol variabel efek samping obat, pengetahuan, dan PMO. Penderita TB paru dengan keluhan ada efek samping obat mempunyai peluang putus berobat 4,24 kaii (95% CI : 1,751 - 10,247) dibandingkan penderita TB paru yang tidak ada keluhan efek samping obat setelah dikontrol variabel pengetahuan dan PMO.
Demikian pula Penderita TB paru yang tidak didampingi PMO mempunyai peluang putus berobat 2,51 kali (95% 'CI : 1,081 - 5,851) dibandingkan dengan penderita TB paru ada didampingi PMO setelah dikontrol variabel ketersediaan obat, pengetahuan dan efek samping obat. Faktor yang paling dominan yang berhubungan dengan putus berobat penderita TB paru adalah faktor ketersediaan obat.
Dengan hasil penelitian ini disarankan kepada Dinas Kesehatan untuk melakukan monitoring dan evaluasi OAT secara langsung ke Puskesmas, diseminasi informasi dan promosi kesehatan serta perencanaan dan pengadaan obat untuk mengatasi masalah efek samping obat. Untuk Puskesmas disarankan lebih aktif melakukan penyuluhan langsung untuk meningkatkan pengetahuan penderita tentang TB paru sehingga angka putus berobat penderita TB paru di Kota Banda Aceh dapat ditekan seminimal mungkin. Diharapkan ada penelitian lanjutan dengan menggunakan desain yang lebih baik.

Pulmonary TB is still the problem of health in Indonesia, because representing contagion able to result death, Important of medication of Pulmonary TB which is adequate, regular and complete can give high recovering number and prevent to resistance. The number of drop out of Pulmonary TB patient in Banda Aceh in 2001 equal to 21,5%. The drop out of pulmonary TB is very influencing of efficacy from target of treat of Pulmonary TB. The treat of Pulmonary TB with strategy of Directly Observed Treatment Short Course (DOTS) can give high recovering number.
This research aim to know factors related to drop out of Pulmonary TB patient at the Public Health Center in Banda Aceh in 2001 - 2002. Research Design is sectional cross by using data of secondary coming from TB 01 and got primary data is direct the than Pulmonary TB patient by interview use questionnaire . Research done in March up to May 2003 . Research sample that is 141 Pulmonary TB patient age 15 years old incoming medicine at the Public Health Center in Banda Aceh in 2001 - 2002 which is taken by simple random sampling.
Result of research indicate that respondent proportion drop out of Pulmonary TB at the Public Health Center in Banda Aceh in 2001 - 2002 equal to 30%. Characteristic of Pulmonary TB patient in Banda Aceh is age mean 35 year, The men of Pulmonary TB more is 72% than the woman 28%. Respondent characteristic factor have a meaning of drop out is knowledge and work. Pulmonary TB patient with knowledge about low Pulmonary TB have opportunity 3,69 times (95% CI : 1,418 - 9,951) to drop out compared to patient of high knowledgeable Pulmonary TB about Pulmonary TB after controlled by side effects variable.
The other related factors have a meaning of drop out is the availability of drug, side effects, and the Observed Treatment. Pulmonary TB Patient with perception is not available drug at the Public Health Center have opportunity equal to 4,67 times (95% CI 1,282 - 17,011) to drop out compared to Pulmonary TB patient with perception of available drug at the Public Health Center after controlled side effects variable, knowledge, and PMO. Pulmonary TB patient with sigh there is side effects have opportunity to drop out 4,24 times (95% CI : 1,751 - 10,247) compared to Pulmonary TB patient which there is no sigh of side effects after controlled knowledge variable and PMO.
That way also Pulmonary TB patient which not consort by the Observed Treatment have opportunity to drop out 2,51 times (95% Cl : 1,081 - 5,851) compared to Pulmonary TB patient there is consorted by the Observed Treatment after controlled variable availability of drug, side effects and knowledge. The most dominant factor related to drop out of Pulmonary TB patient is availability of drug.
With result of this research suggested to Public Health Service to do evaluation and monitoring of OAT directly at the Public Health Center and desimination information and health promotion also planning and levying of drug to overcome the problem of side effects. For Public Health Center more active conduct direct consul to increase knowledge of patient about Pulmonary TB so the drop out of pulmonary TB patient in Banda Aceh can be depressed as minimum as possible. Expected there is research of continuation by using better design.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2003
T12686
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Badruzzaman
"Perawat adalah salah satu komponen dari unsur pelayanan kesehatan, dimana salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perawat adalah kompetensi yang pernah didapatkan selama dalam pendidikan. Faktor penentu dalam proses pendidikan adalah dosenltenaga pengajar dengan kinerjanya yang optimal. Oleh karena itu kinerja dosen sangat panting untuk diteliti terutama untuk mengetahui tingkat kinerjanya dan faktor-faktor yang berhubungan dengan kinerja tersebut.
Disain penelitian ini adalah survei dengan pendekatan cross sectional. Penelitian dilakukan pada Poltekkes Jurusan Keperawatan Depkes RI Banda Aceh. Sebagai subyek penelitian adalah semua dosen tetap dan dosen tidak tetap yang mengajar di institusi Poltekkes Jurusan Keperawatan. Jumlah seluruhnya 35 orang. Pengumpulan data primer dilakukan dengan memberikan kuesioner pada responden untuk diisi. Penilaian kinerja dosen dilakukan oleh Mahasiswa dari Poltekkes Jurusan Keperawatan dengan menggunakan instrumen penilaian kinerja.
Hasil analisis univarian menunjukan bahwa skor kinerja rata-rata dosen sebesar 19,5 (kemungkinan dari maximum 34) dengan standar deviasi 3,34 nilai kinerja terendah 10 dan tertinggi 27 serta proporsi kinerja kurang sebanyak 31,4 % dan proporsi kinerja cukup sebesar 68,6 %. Dan analisis bivariat menunjukan ada hubungan yang bermakna antara umur dan pengalaman mengajar denga kinerja dosen (P<0,05). Sedangkan Jenis kelamain, status perkawinan, status mengajar, latar belakang pendidikan, akta mengajar, ikut pelatihan, persepsi terhadap pendapatan, fasilitas pendidikan, pembinaan dan motivasi tidak ada hubungan yang bermakna dengan kinerja dosen (p>0,05).
Untuk meningkatkan kinerja dosen maka disarankan kepada ketua jurusan keperawatan supaya dapat mendorong dosen-dosen muda untuk mengembangkan pengetahuannya dan meningkatkan pengelaman mengajarnya dan selanjutnya penelitian ini perlu diteruskan secara lebih mendalam tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kinerja dosen.
Daftar bacaan : 39 (1980-2001)

Nurse is one critical human resources in the health care service. Their competencies established during their studies in the Health Polytechnic. In this relation, lecturers' performance is one important factor in the educational process. It is therefore, this study was conducted which is to determine performance level and factors relate to it.
This study was cross sectional survey. Respondents were all lecturers' of Nursing Department of Health Polytechnic of Ministry of health at Banda Aceh province; with a total of 35 respondents Data were collected with structured questioners, where the lecturers and selected students were chosen to evaluate the lecturers' performance.
Univariat statistics show that average performance score is 19,5 (of 34 as maximum score) and 3,34 standard deviation (minimum 10 and maximum 27)
By using 50% normative cut-off, i,e, 17 out of 34, it is found that 31,4% lecturers were low performance and 68,6% adequate performance.
Bivariate analysis showed that only two independent variables, i,e; age and years of experience , that related significantly with performance variable. Other variables such as sex, manage status, employment status, education background, Akta training, other training experience, perceived income, educational facilitese, supervision and motivation level did not show significant relationship (p>0,05).
This study recommends that the Nursing. Department should provide educational infrastructure that support retivities to expand knowledge and teaching experience of the lecturers. Furthermore, more studies are needed to carefully examine factors related lecturers' performance.
Bibliography 39(1984-2001).
"
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T12680
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zuhartoni
"Metoda pengukuran kepuasan kerja yang digunakan antara lain adalah single global rating dan summation score dimana pada single global rating responden diminta untuk menyatakan perasaan puasnya dengan menjawab satu pernyataan sikap sedangkan pada summation score perasan puas diberikan melalui jawaban terhadap beberapa pernyataan sikap dan unsur-unsur pekerjaan. Secara intuisif akan tampak bahwa menjumlahkan respon-respon dari beberapa pernyataan sikap dari unsur-unsur pekerjaan akan mencapai penilaian yang akurat, tapi riset tidak mendukung intuisi ini (Scapello dan Campbell dalam Robbins, 1998).
Tenaga pengajar institusi pendidikan kesehatan pada dasarnya mempunyai keinginan untuk bekerja sebagai tenaga pelayanan kesehatan. Keadaan ini dapat dilihat di Sekolah Pengatur Rawat Gigi Banda Aceh dimana dokter gigi yang telah bertugas sebagai tenaga pengajar berusaha pindah keunit kesehatan yang lain. Dari pengamatan peneliti kemungkinan penyebabnya adalah dokter gigi kurang menyenangi tugasnya sebagai pendidik.
Rancangan penelitian yang digunakan adalah cross-sectional. Sampel penelitian adalah seluruh tenaga pengajar tetap baik fungsional guru maupun dosen yang menjadi tenaga pengajar di institusi pendidikan tenaga kesehatan setingkat JPM dan JPT di Kotamadya Banda Aceh tahun 2000.
Hasil penelitian menunjukan bahwa lebih dari separuh tenaga pengajar puas dengan pengukuran single global rating (56.5%) dan dengan pengukuran summation score (52.2%). Dari aspek pemenuhan kebutuhan lebih dari separuh tenaga pengajar puas (53.9%) terhadap aspek kebutuhan untuk berkembang.
Berdasarkan uji Kappa didapat bahwa kepuasan kerja antara hasil pengukuran single global rating dengan pengukuran summation score memberikan hasil dengan kesesuaian yang cukup (moderate) antara kedua metoda (nilai Kappa 0.423; p 0.000).
Pada pengukuran dengan single global rating didapat bahwa faktor masa kerja dan jumlah jam mengajar berhubungan dengan kepuasan kerja. Hasil pengukuran summation score menunjukkan faktor umur, masa kerja, jam mengajar dan jenis ketenagaan berhubungan dengan kepuasan kerja. Dilihat dari aspek kebutuhan didapat bahwa masa kerja dan jumlah jam mengajar berhubungan dengan aspek kebutuhan exist dan aspek kebutuhan saling berhubungan. Jenis ketenagaan berhubungan dengan aspek kebutuhan untuk berkembang. Masa kerja, jam mengajar dan jenis ketenagaan mempunyai hubungan yang paling erat dengan kepuasan kerja.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa metoda pengukuran single global rating dan summation score memberikan basil tidak cukup berbeda. Pada pengukuran summation score dapat dilihat gambaran aspek kebutuhan yang memberikan kepuasan.
Penelitian ini menyarankan penggunaan metoda single global rating untuk mengukur kepuasan kerja. Penelitian ini jugs menyarankan perlunya dilakukan pemekaran pekerjaan (job enlargement) dan pemerkayaan pekerjaan (job enrichment) serta pendistribusian jam mengajar yang lebih merata. Peningkatan jabatan fungsional guru menjadi dosen dan memperpanjang masa dinas tenaga pengajar dapat dijadikan kebijakan.

Comparative Analysis of Job Satisfaction Measurement by Single Global Rating and Summation Score Method As Well As Related Factors (A Study of Job Satisfaction for Health Education Theaching Force Institution in Banda Aceh, Year 2000)The measuring method of job satisfaction used such as single global rating and summation score where in single global rating the respodents were asked to express their satisfaction by answering a attitude statement as for summation score that satisfactory feeling si given through answering several attitude statements of work elements. Intuitively it will be clear that to sum up the responses of several attitude statements of work elements will reach its accurate evaluation, but research does not support this intuition (Scapello and Campbell in Robbins, 1998).
The teaching force of health educational institution basically has the desire to become the health service force. This situation can be seen in school of Tooth Nursing in Banda Aceh that dentists who have done their duty as teaching force attempt to move to other health units. From the researcher observation the reason for this is that dentists do not like their job as teaching force.
Design of the research is cross sectional. The research sample is the entire permanent teaching force either teacher functional or lecture who become the teaching force in health force educational institution in the same level with JPM and JPT in Banda Aceh in year 2000.
The result of this research shows that more than half of the teaching force is satisfied with single global rating measurement (56.5%) and with summation score measurement (52.2%). From the aspect of needs meeting, more than half of the teaching force is satisfied (53.9%) with growth needs.
Based on Kappa test it was found out that job satisfaction between the result of single global rating measurement and summation score measurement have a moderate agreement (Kappa value 0.423; p = 0.000).
At the measurement by single global rating it was found out that the factors of working period and the total teaching hour are related with job satisfaction. The result of summation score measurement shows that the age factor, working period, teaching hours and factional title are related with job satisfaction. When seen by the aspect of need it was found out that working period and total teaching hour are related with the need to be exist and the need to be interrelated. Fuctional title is related with the growth need. Working period, teaching hour, and factional title have the closest relation with job satisfaction.
This reaserch concludes that the method of single global rating measurement and summation score measurement giving not enough different results. With summation score measurement, aspect of need that giving satisfaction can be seen.
This research suggests the use of single global rating method to assess job satisfaction. This research also suggests the need of job enlargement and job enrichment as well as distribution of even teaching hours. The improvement of teacher factional title to become lecturer and extending the tenure of teaching force can be made as policy.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2000
T10537
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Leginem
"Anemia gizi merupakan masalah gizi yang besar dan Iuas diderita oleh penduduk Indonesia. Anemia gizi biasanya disebabkan jumlah zat besi yang dikonsumsi tidak sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan. Di samping itu berbagai faktor juga dapat mempengaruhi terjadinya anemia gizi yaitu, kurangnya konsumsi zat gizi antara lain protein, besi, vitamin C, energi, infeksi, menstruasi, sanitasi Iingkungan, status gizi, pengetahuan dan sosial ekonomi. Konsekuensi yang timbul akibat terjadinya anemia gizi adalah menurunnya aktifitas, produktivitas rendah, terhambatnya perkembangan mental dan kecerdasan (penurunan prestasi belajar), menurunnya kekebalan terhadap penyakit infeksi dan meningkatnya kesakitan. Prevalensi anemia gizi remaja putri berdasarkan beberapa hasil penelitian ternyata cukup tinggi. Hasil SKRT tahun 1995 sebesar 57,1% bahkan studi terhadap siswi SMU Padang tahun 1995 diketahui prevalensi anemia sebesar 80%. Prevalensi ini tergolong dalam masalah kesehatan masyarakat berat, sementara upaya penanggulangan anemia belum mengarah kepada sasaran remaja/mahasiswi ini.
Tujuan penelitian ini untuk memperoleh gambaran prevalensi anemia dan faktor-faktor yang berhubungan serta faktor yang paling berhubungan dengan status anemia mahasiswi Akademi Kebidanan (Akbid) di Banda Aceh tahun 2002. Desain penelitian menggunakan crossectional. Populasi adalah seluruh mahasiswi Akbid di Banda Aceh sebanyak 836 orang dan yang menjadi sampel sebanyak 198 orang. Penelitian dilakukan pada 3 Akbid yaitu Akbid Depkes Banda Aceh, Akbid Mona dan Akbid Muhammadiyah pads tingkat I, II dan III dari bulan Juli - Agustus 2002. Penetapan besar sampel berdasarkan alokasi sama rata yaitu 66 orang tiap akademi dan 22 orang pada tiap tingkat. Pengambilan sampel pada masing-masing tingkat dengan sistematic random sampling. Data dikumpulkan dengan beberapa cara yaitu status anemia dengan pemeriksaan kadar Hemoglobin (Hb) menggunakan metoda cyanmethemoglobin, wawancara untuk kebiasaan minum teh, frekuensi haid, lama haid, pengetahuan tentang anemia, tingkat pendidikan ibu dan status tempat tinggal, food recall 2x24 jam untuk konsumsi zat gizi, pengukuran tinggi badan dan berat badan untuk Indeks Masa Tubuh (IMT) dan pengukuran LILA. Variabel dependen penelitian ini adalah status anemia mahasiswi sedangkan variabel independen meliputi konsumsi zat gizi (energi, protein, besi dan vitamin C), status gizi (IMT dan LILA), kebiasaan minum teh, pola haid (frekuensi haid dan lama haid), pengetahuan tentang anemia, tingkat pendidikan ibu dan status tempat tinggal. Analisa data meliputi : univariat dengan distribusi frekuensi (semua variabel), mean, median, standart deviasi, minimum dan maksimum (variabel yang memiliki data numerik), analisis bivariat dengan chi square dan analisis multivariat dengan regresi logistik ganda. Hasil penelitian diketahui prevalensi anemia sebesar 88,9% (anemia ringan 57,1%, anemia sedang 29,8% dan 2% anemia berat). Pada analisis bivariat diperoleh variabel yang bermakna secara statistik (p<0.05) dengan status anemia adalah konsumsi besi, konsumsi vitamin C, kebiasaan minum teh, tingkat pendidikan ibu dan status tempat tinggal dan dalam analisis multivariat variabel yang berhubungan adalah konsumsi besi, konsumsi vitamin C, kebiasaan minum teh dan status ternpat tinggal, selanjutnya variabel yang berhubungan paling dominan dengan status anemia adalah konsumsi zat besi (OR = 6,565).
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, disarankan agar penanggulangan anemia gizi mahasiswi/remaja putri; sudah harus diprioritaskan. Memasyarakatkan Gerakan membuat taman gizi dengan menanam pohon buah-buahan dan sayur-sayuran sumber vitamin C dan zat besi. Penyuluhan kepada mahasisiwi/remaja putri dan ibu-ibu serta memotivasi mahasiswi untuk mengkonsumsi tablet tambah darah harga murah secara mandiri. Pemeriksaan kadar Hb pada mahasiswi secara berkala yang dimulai sejak mahasiswa baru dan pengobatan bagi penderita anemia terutama anemia berat dan sedang serta memasukkan bahasan anemia pada mata ajaran tertentu. Penyuluhan kepada para pengelola makanan asrama tentang pentingnya variasi makanan terutama makanan sumber vitamin C dan zat besi yang murah dan mudah diperoleh disekitarnya serta cara pengoaahan makanan yang baik. Pada penelitian selanjutnya agar menggunakan desain yang lebih baik, variabel yang berbeda dan sampel pada kelompok rawan anemia lainnya.

Nutritional anemia is a wide and huge nutrition problem suffered by many Indonesian people. Nutritional anemia usually caused by inadequate amount of iron consumption. Besides, other factors could influence the occurrence of nutritional anemia including inadequate nutrient consumption such as protein, vitamin C, energy, infections, menstruation, poor environmental sanitation, poor nutritional status, lack of knowledge, and poor socioeconomic conditions. As consequences, there is a decrease in activity, low productivity, occurrence of mental retardation, and Iow intelligence, decrease in immunity, and increase in morbidity. According to several studies, prevalence of anemia among teenage girls was high. SKRT result in 1995 showed prevalence of 57.1%. One study among high school girl student in Padang in 1995 showed prevalence as high as 80%. The problem could be categorized as severe public health problem, while the current existing intervention on anemia was not targeted to this segment of population. The aim of this study is to obtain a description on anemia prevalence and its related factors as well as the most associated factors on anemia status among female students of Midwife Academies in Banda Aceh in the year of 2002. The design of the study was cross sectional. Population was all female students in Midwife Academies in Banda Aceh (836 students), with 198 subjects as sample. There were 3 academies, that is, Midwife Academy of Depkes Banda Aceh, Mona Midwife Academy, and Muhammadiyah Midwife Academy including students of all grades in the period of July-August 2002. Sampling was equally distributed among three academies, resulted in 66 students for each academy and 22 students for each grade. Sample in each level was obtained through systematic random sampling. Data was collected using several methods including cyanmethemoglobin to examine Hb level as to determine anemia status, face-to-face interview to know the habit of drinking tea, frequency of menstruation, duration of menstruation, knowledge, mother's educational background and living condition status, 2 X 24 hours recall to predict nutrient consumption, weight and height measurements to calculate body mass index (BMI) and mid upper arm circumference (MUAC) measurement. Dependent variable in this study was anemia status while the independent variables included nutrient consumption (energy, protein, iron, and vitamin C), nutritional status (BMI and MUAC), habit of drinking tea, menstruation pattern (frequency and duration), knowledge, mother's education level and living conditions status. Data analyses included univariate with frequency distribution (for all variables), mean, median, standard deviation, minimum and maximum (for numeric variables), bivariate using chi square, and multivariate analysis using multiple logistic regression.
The result showed that prevalence of anemia was 89.4% (mild anemia 47.5%, moderate anemia 40.4%, and severe anemia 1.5%). Bivariate analysis showed that variables that statistically significantly (p
It is recommended to prioritize intervention to overcome nutritional anemia among female students/teenagers. Socialize movement to plant vitamin C sources is to be embarked as well as iron source plant garden. Education to female students/teenagers and mothers and motivating them to consume iron tablet by self payment. Hb examination should be routinely conducted as to early detect anemia. Those with severe anemia should be intensively treated. Inclusion of anemia topic in certain subjects/courses is also recommended, Boarding house managers (including canteen managers) should also be exposed to education on environmental sanitation and the importance of food variety and balanced menu, particularly iron source food and foods which can enhance iron absorption, as well as better food management in general. Other research to be conducted should employ better study design, including different variables, and different anemia risk group subjects."
Depok: Universitas Indonesia, 2002
T4030
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>