Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 195576 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Sinurat, Elsa Meilola
"Perkembangan global di bidang ekonomi, politik, dan teknologi, menimbulkan ketidakstabilan yang berdampak pada hidup mati organisasi, sehingga organisasi dituntut untuk beradaptasi secara strategis agar mampu bertahan. Salah satu bentuk adaptasi yang strategis adalah melalui teknik downsizing, sebagaimana dilakukan PT. Sucofindo, Persero, perusahaan kelas dunia di bidang inspeksi, supervisi, pengujian dan pengkajian pertama di Indonesia yang merupakan gabungan Pemerintah Indonesia dan perusahaan Swiss (SGS SA).
Downsizing pada PT. Sucofindo, Persero terpaksa dilakukan sejak bulan Maret 2002 dengan mengurangi 4318 orang karyawannya menjadi 2700 orang yang dibagi ke dalam 10 SBU beserta sistem support karena kebijakan pemerintah yang merubah sistem monopoli ke sistem pasar yang sangat kompetitif. SBU Industrial & Consumer Product (INCO) sebagai salah satu SBU harus bekerja secara kompetitif, memiliki 395 karyawan dan melakukan inspeksi pada kelompok industri produk consumer product, food product, dan pre-shipment.
Paska downsizing, permasalahan baru timbul, selain kondisi keuangan organisasi yang kurang memadai, juga persoalan SDM yang dianggap kurang produktif, kurang kreatif, dan kurang termotivasi mengejar sasaran bisnis. Sistem lama yang diwarnai dengan adanya budaya 'santai' dengan penialan kinerja yang kurang konsisten dan tidak berdasarkan pada merit system masih terlihat. Kondisi ini tentunya menimbulkan stress tersendiri pada karyawan di berbagai level, dari level tertinggi hingga level terendah.
Karyawan mengalami "survivor syndrome" berupa "shock', kebencian terhadap manajemen, perhatian pada rekan kerja yang mengalami PHK, merasa bersalah karena tidak di PHK, komunikasi yang terputus (Alexandris, 1996), peningkatan stress, kurang produktif, kurang loyal (Redman & Keithley, 1998), rendahnya moral, penurunan partisipasi psikologis dan keterlibatan dalam mencapai tujuan organisasi, kepahitan, kemarahan, dan frustrasi, serta emosi negatif lainnya (Cascio, 1993; Mckinley et al., 1995; Noer 1993, dalam Sahdev, Vinicombe, & Tyson, 1999). Hal ini oleh Noer (1993) dalam Sahdev, Vinicombe, & Tyson, 1999) dilihat sebagai pelanggaran terhadap kontrak psikologis yang menimbulkan emosi negatif, dan menurut Sahdev, Vinicombe, & Tyson (1999), emosi negatif ini adalah wujud dari ketidakpercayaanyang tinggi terhadap motif dan tindakan manajemen. Hal ini berpotensi mempengaruhi penurunan komitmen organisasi karyawan yang tidak di PHK.
Komitmen sendiri merupakan keadaan sejauh mana seseorang memiliki keinginan yang besar untuk bertahan menjadi anggota dari suatu organisasi, serta keinginan untuk melakukan tingkat usaha yang tinggi bagi organisasi dan juga memiliki keyakinan dan menerima nilai-nilai serta tujuan dari organisasi tersebut (Mowday, Porter & Steers, 1982, dalam Nam, 1995). Komitmen organisasi ini secara teoritis terdiri 4 pendekatan, salah satunya adalah pendekatan multi dimensi dari Meyer & Allen (1997) yang melihat adanya 3 dimensi dalam komitmen organisasi, yakni affective, continuance, dan normative commitment. Affective commitment merupakan kedekatan emosi seseorang terhadap organisasi. Continuance commitment sebagai kedekatan kognitif seseorang yang dilandasi oleh penilaian terhadap besarnya cost apabila pindah ke organisasi lain dan normative commitment adalah perasaan keharusan seseorang bertindak sesuai dengan norma lingkungannya.
Ketiga dimensi komitmen organisasi memiliki sejumlah faktor yang mempengaruhi (anteseden). Anteseden affective commitment adalah hal-hal yang dapat mempengaruhi penilaian seseorang terhadap harga dirinya. Anteseden continuance commitment adalah segala sesuatu dianggap mempengaruhi keuntungan/kerugian sebagai konsekuensi dari keanggotaan organisasi: Anteseden normative commitment adalah penilaian terhadap hal-hal yang perlu dilakukan sebagai tindakan balas budi, seperti sosialisasi dan kontrak psikologis.
Beranjak pada anteseden yang berpotensi menurunkan komitmen organisasi pada kasus downsizing, intervensi dapat dilakukan dengan melakukan tindakan yang dapat membantu pencapaian tujuan organisasi. Menurut Gomez-Melia & Cardy (1995), pengaruh yang ditimbulkan karyawan terhadap pencapaian tujuan organisasi tersebut adalah dengan melakukan pemberdayaan karyawan. Usaha ini secara teoritis dan praktis dianggap efeklif mengatasi persoalan akibat downsizing.
Pemberdayaan karyawan menjadi sangat panting karena menurut Clutterbuck (1993), dapat menyebabkan peningkatan kecepatan perubahan, lingkungan yang tidak stabil, kecepatan respon yang kompetitif dan peningkatan tuntutan pelanggan yang membutuhkan kecepatan dan fleksbililas respon yang tidak sesuai dengan model fungsi organisasi jaman dulu yang berdasarkan perintah dan kontrol.
Menurut Thomas & Velthouse (1990) dan Spreitzel (1995; 1996), pemberdayaan karyawan dilihat sebagai motivasi intrinsik, yang dimanifestasikan menjadi 4 kognisi yang menggambarkan orientasi individu terhadap pekerjaannya. Pemberdayaan memungkinkan seseorang mendapatkan motivasi dan kepuasan dengan memberi kontribusi yang berarti melalui ke dimensinya (impact, competence, meaningfulness, dan self-determination). Kontribusi ini dapat dilakukan melalui lingkungan dan struktur organisasi yang kondusif seperti peningkatan pengetahuan dan keahlian, keikutsertaannya dalam pemberian otoritas untuk mengambil keputusan, serta tanggung jawab pribadi untuk menentukan cara kerja yang ingin dilakukan.
Berdasarkan hubungan antara komitmen organisasi dan pemberdayaan karyawan, hasil penelitian pada PT. Sucofindo menunjukkan tidak adanya korelasi antara kedua variabel. Tinjauan korelasi pada setiap dimensi-dimensinya hanya menunjukkan sedikit hubungan yang ternyata tergolong lemah. Hubungan yang signifikan ditemukan pada variabel komitmen organisasi dan dimensi impact pada variabel pemberdayaan karyawan. Selain itu, juga ditemukan hubungan signifikan pada dimensi continuance commitment terhadap dimensi impact, serta dimensi self-determination.
Namun demikian, hal yang positif adalah bahwa karyawan masih memiliki keterikatan terhadap organisasi di atas rata-rata pada semua dimensi-dimensinya. Di sisi lain, karyawan juga memiliki motivasi internal di atas rata-rata pada semua dimensinya. dengan bekerja, karyawan memperoleh internal reward yang mampu memberikan rasa kepuasan bahwa hidupnya berarti, berharga, berpengaruh, meningkat dalam hal kemampuan, yang mendorong karyawan untuk mau melakukan pekerjaannya dengan lebih baik. Mengacu pada hasil ini tampak bahwa karyawan masih memiliki potensi untuk produktif, namun masih membutuhkan arahan dan dukungan, Dalam hal ini visi dan misi yang selaras tergabung dalam sistem penilaian kinerja yang terintegrasi dengan sistem kompensasi dan benefit, promosi, dan lain-lain, merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam beradaptasi."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T12194
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Dede Mahmudah
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh usia, masa kerja, jenis kelamin, tingkat pendidikan, kepuasan kerja, dan gaya kepemimpinan transformasional terhadap komitmen keorganisasian pegawai dalam pelaksanaan reformasi birokrasi. Penelitian ini dilakukan di Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo), dengan menggunakan metode penelitian kuantitatif eksplanatif. Melibatkan 294 responden dari 28 unit kerja setingkat eselon II yang dipilih secara acak, dengan menggunakan kuesioner tertutup yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya dengan teknik Cronbach's Alpha. Melalui analisis koefisien kontingensi, diketahui terdapat perbedaan komitmen keorganisasian berdasarkan umur dan masa kerja pegawai, Sehingga umur dan masa kerja memiliki pengaruh terhadap komitmen keorganisasian pegawai dalam pelaksanaan reformasi birokrasi. Melalui analisis regresi linier berganda, diketahui gaya kepemimpinan memiliki pengaruh yang positif dan tingkat pendidikan memiliki pengaruh yang negatif terhadap komitmen keorganisasian pegawai dalam pelaksanaan reformasi birokrasi. Sedangkan jenis kelamin dan kepuasan kerja, diketahui tidak memiliki pengaruh terhadap komitmen keorganisasian pegawai dalam pelaksanaan reformasi birokrasi. Oleh karena itu, penelitian ini memberikan rekomendasi agar dilakukan kajian lanjutan mengenai faktor-faktor lain yang diduga turut mempengaruhi komitmen keorganisasian pegawai dalam pelaksanaan reformasi birokrasi. Sehingga dapat diketahui cara yang efektif untuk dapat meningkatkan komitmen keorganisasian pegawai dalam pelaksanaan reformasi birokrasi.

This research was conducted to acknowledge the influence of age, length of service, gender, level of education, work satisfaction, and transformational style of leadership towards the commitment of employee's organization in applying Beauracracy Reformation. This research was held in the Ministry of Communications and Informatics, using the method of explanative quantative research. It involved 294 respondent from 28 work units in the second level of employment which were chosen randomly and used closed questionnaire which validity and reliability had been tested with the technique of Cronbach's alpha. With the analysis of Contingency Coefficient, there was a difference in organizational commitment based on age and length of service. It was saying that age and length of service affected the commitment in applying Beauracracy Reformation. With the analysis of multiple linier regression, it was found out that a transformational style of leadership had a positive impact, while level of education had a negative impact on the commitment in applying Beauracracy Reformation. Meanwhile, sex and work satisfaction didn't influence the commitment. Therefore, this research recommended further researches about any other factors which could influence the commitment in applying Beauracracy Reformation. Hopefully, there would be an effective way to increase the commitment."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
S.N.N. Sulistyorini
"Sex dan gender kerap diidentifikasi sebagai hat yang sama. Kerancuan ini berpengaruh besar dalam kehidupan manusia. Secara biologis, manusia dibedakan menjadi dua sex, laki-laki dan perempuan. Sementara gender adalah aspek non-fisiologis dari sex yang memiliki harapan budaya terhadap femininitas dan maskulinitas (Lips, 1988 dalam Stevenson 1994). Salah satu bidang yang terimbas oleh kerancuan sex dan gender adalah bidang kerja. Vianello et al. (1990) menggambarkan stereotip yang ada dalam masyarakat ikut mengimbas dunia kerja. Pada dasarnya dunia kerja Iebih dipengaruhi oleh peran gender, bukan perbedaan jenis kelamin. Sementara, bidang kerja terbagi menjadi bidang kerja tradisional (didominasi nilai femininitas) dan nontradisional (didominasi nilai maskulinitas). Di dalam sebuah pekerjaan, keberhasilannya menuntut adanya kedua peran gender disaat yang bersamaan (Parsons dan Bales, 1955 dalam Spence dan Buckner, 1995 dan Megawangi, 1999).
Salah satu karakteristik bidang kerja tradisional adalah tidak memerlukan komitmen jangka panjang (Van Dusen dan Sheldon, 1976, dalam Basow, 1980). Ini cukup menarik jika melihat mayoritas pekerja di bidang kerja tradisional bekerja dalam jangka waktu yang cukup panjang. Untuk meneliti jenis komitmen apa yang mengikat mereka konsep Tiga Komponen Komitmen Kerja (Meyer, Allen, dan Smith, 1993) dirasa akan dapat menjawab.
Selain mempengaruhi bidang kerja, peran gender juga memiliki orientasi yang unik dalam diri tiap manusia. Orientasi peran gender adalah kepemilikan seseorang atas sifat-sifat kepribadian stereotip maskulin dan feminin yang diharapkan masyarakat (Tang dan Tang, 2001), karakteristik yang nampaknya memiliki harapan sosial yang berbeda pada tiap-tiap jenis kelamin (Spence dan Helmreich, 1978 dalam Robinson, 1995), atau persepsi seseorang tentang maskulinitas dan femininitas dalam dirinya (Raguz, 1991). Maka saat orientasi peran gender seseorang tidak memenuhi harapan sosial yang telah ditetapkan masyarakat atau dirinya sendiri, individu ini dapat mengalami stress akibat peran gender. Stress ini merupakan bentuk unik dari distress yang timbul akibat suatu situasi yang dipersepsikan sebagai pelanggaran terhadap peran gender tradisional (Eisler, 1995 dalam Efthim, Kenny, dan Mahalik, 2001).
Berdasarkan penjabaran ini timbullah beberapa pertanyaan, seperti: bagaimana jika seseorang memiliki orientasi peran gender yang berbeda dengan harapan yang telah terbentuk dalam masyarakat? Apakah ia akan mengalami suatu tekanan (stress)? Apakah orang yang orientasi peran gendernya sesuai dengan harapan masyarakat tidak mengalami stress? Bagaimana jika seseorang laki-laki dengan dominasi feminin yang tetap bekerja di bidang non-tradisional dan perempuan dengan dominasi maskulin yang tetap bekerja di bidang tradisional, karena menuruti kelaziman masyarakat? Apakah mereka akan mengalami stress? Akankah mereka memiliki komitmen terhadap pekerjaannya tersebut? Bagaimana halnya dengan pekerja yang bekerja di bidang yang sesuai dengan orientasi peran gendemya? Apakah mereka tidak akan mengalami stress? Apakah komitmen mereka terhadap pekerjaan lebih tinggi dibandingkan kelompok pertama? Pertanyaan-pertanyaan inilah yang kemudian memicu penelitian ini.
Dari runtutan penjabaran dan pertanyaan diatas, dapat diasumsikan bahwa terdapat pengaruh antara orientasi peran gender dan stress akibat peran gender secara bersama-sama terhadap komitmen kerja pada pekerja di bidang kerja tradisional. Walaupun pada hasil pengolahan data tidak ditemukan korelasi maupun pengaruh yang signifikan diantara variabel-variabel tersebut, beberapa teori pendukung penelitian ini dapat dibuktikan kebenarannya. Diduga terdapat variabel perantara yang dapat menghubungkan variabel bebas ke variabel terikat sehingga terdapat pengaruh dan korelasi yang signifikan."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2006
T18616
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Judika Debora
"Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh work-life balance dan work overload terhadap organizational commitment yang dimediasi oleh job engagement dan dimoderasi oleh perceived organizational support. Data yang diperoleh pada penelitian ini berasal dari 240 responden yang merupakan pegawai swasta generasi milenial dan Z di DKI Jakarta. Pengolahan data pada penelitian ini menggunakan metode structural equation modelling (SEM) pada aplikasi AMOS 24. Hasil pengujian menunjukkan bahwa Work-life balance tidak berpengaruh terhadap organizational commitment, work overload memiliki pengaruh negatif terhadap organizational commitment, work-life balance memiliki pengaruh positif terhadap job engagement, job engagement memiliki pengaruh positif terhadap organizational commitment job engagement memediasi hubungan work-life balance dan organizational commitment secara penuh, serta perceived organizational support tidak memoderasi hubungan antara work life balance dan organizational support. Pada bagian akhir tulisan dalam penelitian ini, diberikan rekomendasi sebagai bahan pertimbangan manajerial untuk mengatasi masalah komitmen organisasi berdasarkan temuan penelitian ini.

This study aims to examine the effect of work-life balance and work overload on organizational commitment mediated by job engagement and moderated by perceived organizational support. The data obtained in this study came from 240 respondents who are millennial and Z-generation private employees in DKI Jakarta. Data processing in this study uses the structural equation modeling (SEM) method of AMOS 24. The research results prove that work-life balance has no effect on organizational commitment, work overload has a negative effect on organizational commitment, work-life balance has a positive effect on jobs engagement, job engagement has a positive effect on organizational commitment, job engagement fully mediated the relationship between work-life balance and organizational commitment, and perceived organizational support does not moderate the relationship between work-life balance and organizational support. At the end of this study, recommendations are given as a basis for managerial consideration to overcome the problem of organizational commitment based on the findings."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Melkion Donald
"Komitmen organisasi adalah suatu keadaan psikologis tertentu yang mengkarakterisasi hubungan karyawan dengan organisasinya dan mempunyai implikasi berupa keputusan untuk berhenti atau terus menjadi anggota organisasi tersebut. Komitmen organisasi mendapat perhatian yang besar dari para pakar perilaku organisasi karena mempunyai pengaruh terhadap perilaku karyawan dalam organisasi. Komitmen organisasi mempunyai tiga bentuk yaitu komitmen afektif, komitmen bersinambung dan komitmen nonnatif Di antara ketiga bentuk tersebut, komitmen afektif merupakan bentuk yang mempunyai pengaruh yang paling besar dan luas terhadap perilaku karyawan.
Penelitian ini berfokus pada komitmen afektif organisasi. Tujuan penelitian adalah mengkaji masa kerja, dukungan organisasi dan komitmen afektif organisasi pustakawan, menguji hubungan antara masa kerja dan dukungan organisasi dengan komitmen afektif organisasi pustakawan dan mengidentifikasi besarnya kontribusi masa kerja dan dukungan organisasi dalam peramalan komitmen afektif organisasi.
Populasi penelitian adalah pustakawan Badan Perpustakaan Propinsi Jawa Timur yang berjumlah 38 orang. Karena jumlah populasi ini kecil, seluruhnya dijadikan sampel penelitian atau sampel total. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner. Skala yang digunakan untuk mengukur dukungan organisasi dan komitmen afektif organisasi adalah skala liken dengan 7 titik pilihan mulai pilihan sangat tidak setuju sampai sangat setuju.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada umumnya masa kerja pustakawan Badan Perpustakaan Propinsi Jawa Timur tergolong sedang yaitu berkisar antara 8 sampai dengan 28 tahun. Total skor dukungan organisasi adalah 1110 atau 60.85% dari jumlah skor ideal yang diharapkan (1824). Total skor komitmen afektif organisasi adalah 981 atau 71.71% dari skor ideal yang diharapkan (1368). Koefisien korelasi product-moment dari Person antara masa kerja dengan komitmen afektif organisasi yang dihitung dengan menggunakan SPSS 13.0 for windows adalah -.023 dan koefisien signifikansinya adalah 445. Dengan demikian, hipotesis not yang menyatakan "Tidak terdapat hubungan korelasi positif antara masa kerja dengan komitmen afektif organisasi pustakawan" diterima. Koefisien korelasi antara dukungan organisasi dengan
komitmen afektif organisasi adalah 478 dan koefisien signifikansinya 001. Dengan demikian, hipotesis nol ditolak sedangkan hipotesis alternatif yang menyatakan "Terdapat hubungan korelasi positif antara dukungan organisasi dengan komitmen afektif organisasi pustakawan" diterima.
Kesimpulan yang dapat dibuat berdasarkan penelitian ini adalah (1) Badan Perpustakaan Propinsi Jawa Timur telah memberikan dukungan organisasi secara cukup baik kepada pustakawannya dan cukup seimbang dalam berbagai aspek. Namun demikian, dukungan organisasi tersebut belum mencapai tingkat yang memuaskan karena masih terpaut jauh dari nilai ideal yang diharapkan. Hasil survei ini dapat dianggap sebagai suatu isyarat bagi Badan Perpustakaan Propinsi Jawa Timur untuk lebih meningkatkan dukungan organisasi terhadap pustakawannya. (2) Secara umum komitmen afektif organisasi pustakawan Badan Perpustakaan Propinsi Jawa Timur tergolong memuaskan namun demikian masih terpaut cukup jauh dari nilai ideal yang diharapkan, oleh karena itu disarankan agar Badan Perpustakaan Propinsi Jawa Timur juga meningkatkan kadar komitmen afektif para pustakawan tersebut. (3) Masa kerja tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap komitmen afektif organisasi sedangkan dukungan organisasi mempunyai hubungan yang signifikan dan merupakan peramal dari komitmen afektif organisasi. Dengan demikian, jika Badan Perpustakaan Propinsi Jawa Timur hendak meningkatkan komitmen afektif organisasi pustakawan, hal tersebut dapat dilakukan dengan cara meningkatkan dukungan organisasi karena peningkatan dukungan organisasi akan diikuti oleh peningkatan komitmen afektif organisasi pula.

Organizational commitment is a psychological state that characterizes the employee's relationship with the organization and has implications for the decision to continue or discontinue membership in the organization. Organizational commitment gains wide popularity among organizational behavior experts due to the fact that it influences employee's behavior in organization. Organizational commitment has three forms; they are affective commitment, continuance commitment and normative commitment. Among these forms, affective commitment has the highest and widest implication towards employee's behavior.
This research is focused on organizational affective commitment. It aims at analyzing organizational tenure, perceived organizational support and organizational affective commitment, verifying the correlation relationship between organizational tenure and perceived organizational support with organizational affective commitment and identifying contribution magnitude of organizational tenure and perceived organizational support towards the prediction of organizational affective commitment.
The research population is librarians of The Library Agency of East Java Province consisting of 38 people. Because of the small number, all the population is decided to be the research sample so the total sampling technique is used. Data are collected with questionnaire and Likert scale with seven points from strongly disagrees to strongly agree is applied to measure perceived organizational support and organizational affective commitment.
The research finding shows that most librarians have middle organizational tenure scattered from 8 to 28 years. The total score of perceived organizational support is 1 110 or 60.85% of the ideal score (1824). The total score of organizational affective commitment is 981 or 71.71% of the ideal score (1368). Pearson's product moment correlation coefficient between organizational tenure with organizational affective commitment processed with SPSS version 13.0 for windows is -.023 while its significance coefficient is 445. Because the significance coefficient is higher than the level of significance 0.05, the null hypothesis stating that "there is no positive correlation relationship between organizational tenure with librarians' organizational affective commitment" is accepted. Correlation coefficient between perceived organizational supports with organizational affective commitment is .478 while its significance coefficient is
significance 0.05, the null hypothesis is rejected while the alternative hypothesis stating that "there is positive correlation relationship between perceived organizational support with librarians' organizational affective commitment" is accepted.
Conclusions drawn from this research are: (1) the Library Agency of East Java Province has given average organizational support to its librarians and it is enough balance in all aspects. Nevertheless, the support has not arrived yet at the satisfied level because it is still far from the ideal score, This Ending should become a trigger to improve support to the librarians, (2) organizational affective commitment of the librarians is satisfied although it is also still quite far from the ideal score, thus it should be increased, (3) organizational tenure has no significant influence towards organizational affective commitment while perceived organizational support does. Based on this findings, The Library Agency of East lave Province can increase the level of its librarians' affective commitment through improving their perceived organizational support."
2006
T17642
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muliyadi
"Komitmen perawat pada organisasi merupakan faktor individu, sedangkan lingkungan kerja perawat merupakan faktor organisasional dalam pelayanan keperawatan di rumah sakit. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan desain potong lintang yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran hubungan antara komitmen pada organisasi dan lingkungan kerja perawat dengan kinerja perawat pelaksana di Rumah Sakit Tugu Ibu Cimanggis Depok. Populasi Penelitian adalah seluruh perawat pelaksana di Rumah Sakit Tugu Ibu Cimanggis Depok, dengan sampel penelitian adalah seluruh populasi yang memenuhi kriteria inklusi yaitu 107 perawat. Analisis hubungan variabel dilakukan melalui uji korelasi partial, sedangkan analisis faktor dominan melalui uji regresi linier ganda. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan signifikan komitmen pada organisasi dengan kinerja perawat pelaksana setelah dipengaruhi karakteristik perawat (p = 0.0005) dengan kekuatan hubungan sedang dan berpola positif. Komitmen afektif dan komitmen normatif memiliki hubungan dengan kinerja perawat pelaksana, sedangkan komitmen berkesinambungan tidak berhubungan dengan kinerja perawat pelaksana. Lingkungan kerja secara signifikan berhubungan dengan kinerja perawat pelaksana setelah dipengaruhi karakteristik perawat (p = 0.0005) dengan kekuatan hubungan kuat dan berpola positif. Lingkungan kerja dari aspek manajemen, kepemimpinan dan budaya; kendali terhadap praktik berhubungan dengan kinerja perawat pelaksana, sedangkan kendali terhadap beban kerja dan sumber memadai tidak berhubungan dengan kinerja perawat pelaksana. Faktor paling dominan berhubungan dengan kinerja perawat pelaksana adalah komitmen afektif. Usulan penelitian pada institusi pelayanan, berupaya meningkatkan komitmen perawat pada organisasi melalui perhatian dan penghargaan organisasi terhadap kinerja, kesejahteraan, menumbuhkan motivasi, etos kerja dan kebutuhan berprestasi dan kecintaan terhadap profesi. Meningkatkan kualitas lingkungan kerja melelaui efektifitas komunikasi, peningkatan kemampuan majerial bagi tenaga perawat, penyediaan fasilitas perpustakaan, mendorong program ilmiah, penyusunan dan sosialisasi standar kinerja pelayanan, mencukupi kebutuhan sumber daya perawat dan fasilitas peralatan. Bagi peneliti disarankan untuk melakukan penelitian faktor lain yang mempengaruhi kinerja atau melakukan penelitian yang melihat hubungan faktor individu, organisasi yang mempengaruhi komitmen perawat, seperti motivasi, kebutuhan berprestasi, nilai dan sikap maupun faktor organisasi seperti kepemimpinan, kebijakan organisasi, struktur, pengambilan keputusan dan lingkungan kerja.

Nurses commitment on organization is an individual factor, while nurses working condition is an organizational factor in hospital nursing services. This study used correlational descriptive design with cross sectional. The Purpose of the study was to describe the relationship between commitment to organization and nurses working condition with the performance of nurse provider at Tugu Ibu Hospital, Cimanggis, Depok. The sample of this study was consisted of total population meeting the inclusive criteria of 107 nurses. Analysis of variable correlation utilized partial correlation test, for while analysis the determinant factor used multiple linear regression test. The result of the study depicted that there was a significant relationship between commitment to organization with nurse providers performance after affected by nurses characteristics (p = 0.0005) with medium magnitude and positive pattern of correlation. Affective and normative commitments had correlation with nurse providers performance, while continuance commitment had no correlation with nurse providers performance. Nurses working condition had a significant relationship with the performance nurse providers after affected by the characteristic of nurses (p = 0.0005) with a strong magnitude and positive pattern of correlation. Working condition of management, leadership and culture aspect; control towards practice had correlation with nurse providers performance. while control towards workload and resource adequacy had no correlation with nurse providers performance. The most determinant factor related to nurse providers performance was affective commitment. Its proposed that the health service institustions should improve the commitment of nurses towards the organization through better reward system for nurses performance, welfare, improve motivation, and work ethos as well as the needs for accomplishment and high prestige and commitement to professional growth and development. To improve quality of working environment by effective communication and better managerial skills of nurses, provision of library facilities, scientific program and development and socialization of standard of nursing care professional performance, ensuring adequate number of qualified nurses and equipment. Its suggested that the researchers to study other factor affecting the performance of nurses or conduct research related to individual, and organizational factors which influence commitment of nurses, such as motivation, desire for prestige, value and attitude as well as organizational and leadership factors, organization policy, structure, decision making and working condition."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Miladiyah Rahmah
"ABSTRAK
Motivasi dan komitmen organisasi merupakan faktor yang dapat meningkatkan sikap positif terhadap pekerjaan dan membangun kinerja perawat secara konstruktif dalam menghasilkan kualitas asuhan keperawatan yang bermutu. Penelitian ini untuk mengetahui hubungan motivasi dan komitmen organisasi dengan kinerja perawat dalam pelaksanaan dokumentasi asuhan keperawatan di RSUD Kota Bekasi. Penelitian ini deskriptif korelasi dengan rancangan cross sectional. Sampel 106 perawat pelaksana dengan menggunakan kuesioner dan observasi dokumentasi asuhan keperawatan. Analisis dengan univariat,bivariat (chi square) dan multivariat (regresi logistik berganda). Hasil penelitian ada hubungan motivasi dengan kinerja perawat dalam pelaksanaan dokumentasi asuhan keperawatan (p=0,000, α=0,05). Motivasi ekstrinsik dapat mempengaruhi kinerja perawat 26 kali lebih tinggi (OR=26,708) setelah dikontrol oleh variabel umur, status kepegawaian, dan masa kerja. Perlu dilakukan audit dokumentasi sebagai bagian dari penilaian kinerja perawat.

ABSTRACT
Motivation and organizational commitment is a factor that can increase positive attitudes towards work and build constructively nurses performance in producing quality nursing care quality. Study is to examine the relationship between motivation and commitment to the organization's performance in implementing nursing documentation of nursing care in hospitals Bekasi. This descriptive study with cross sectional correlation. Sample of 106 nurses using questionnaires and observation documentation of nursing care. With univariate analysis, bivariate (chi-square) and multivariate (multiple logistic regression). The result is has relationship between motivation with nurses' performance in implementing nursing care documentation (p = 0.000, α = 0,05). Extrinsic motivation can affect the performance of nurses 26 times higher (OR = 26.708) after controlled by age, employment status, and years of service. Audit documentation needs to be done as part of the performance assessment nurse."
2013
T37662
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sriwulan Ferindian Falatehan
"PT PQR merupakan satu-satunya perusahaan berstatus Badan Usaha Milik Nasional (BUMN) yang bergerak di bidang perkeretaapian di Indonesia. Meskipun memiliki kekhususan bidang kerja di bidang perkeretaapian tersebut, namun kinerja PT PQR dinilai belum memuaskan dari berbagai media. Hal ini disebabkan banyaknya kendala yang ada pada PT PQR seperti kecelakaan, dana pensiun bagi karyawan yang tidak lancar, laporan keuangan yang tidak jelas hingga demonstrasi yang dilakukan karyawannnya sendiri agar mengembalikan satusnya menjadi pegawai negeri kembali. Berbagai kendala tersebut perlu diperhatikan oleh Direksi PT PQR, salah satunya adalah dengan lebih memperhatikan kinerja karyawannya. Kinerja karyawan PT PQR tidak akan menunjukkan hasil yang maksimal jika karyawannya tidak memiliki keikatan psikologis dengan PT PQR.
Salah satu bentuk keikatan psikologis yang seharusnya dimiliki karyawan PT PQR adalah identifikasi organisasi. Identifikasi organisasi merupakan salah satu bentuk kesatuan anggota dengan visi, misi, dan tujuan organisasinya yang terdiri dari dimensi kognitif, afektif, evaluatif, dan tingkah laku. Identifikasi organisasi penting dimiliki karyawan karena dapat menimbulkan perasaan bangga pada karyawan dengan menjadi bagian dari organisasinya tersebut. Kemenarikan perusahaan memiliki hubungan dengan identifikasi organisasi ketika berkontribusi pada self-continuity, self-distinctiveness, dan self-enhancement anggota organisasi.
Identifikasi organisasi dapat meningkatkan perilaku yang mendukung pencapaian tujuan organisasi dan membuka kesempatan bagi munculnya keikatan psikologis lainnya bagi karyawan, yaitu komitmen organisasi. Komitmen organisasi adalah keadaan psikologis yang menentukan karyawan untuk tetap tinggal di organisasi yang meliputi komponen afektif, kontinuans, dan normatif.
Sebagai organisasi yang besar, apakah semua karyawan di unit kerja PT PQR memiliki hubungan identifikasi organisasi dengan komitmen organisasi yang sama? Terlebih lagi bagi unit kerja yang cakupan pekerjaan yang berbeda dan karakteristik struktural yang jaraknya berbeda terhadap PT PQR Pusat, seperti unit kerja A dan unit kerja X. Unit A bekerja untuk menjalankan suatu daerah operasi kereta api sedangkan unit X lebih pada perawatan kereta api. Dari hasil analisis statistik dengan menggunakan rumus Difference dari dua koefisien korelasi yang tidak berhubungan (Guilford, 1978) ternyata terdapat perbedaan hubungan identifikasi organisasi dengan komitmen organisasi pada karyawan PT PQR di unit kerja A dan unit kerja X.

PT PQR is the only one company in Indonesia train services. Eventhough PT PQR has a uniqueness as a company in train services, but PT PQR performances still have a negative evaluation from media. This is bacause some obstacle helds PT PQR like a train accident, retire-fee are not clear for their employees, their economic proposal is never can be undersood, or form their employees demonstration which is strive for their status to be back in Pegawai Negeri. One way to cope with that obstacle is PT PQR must give more attention to the employee performances. Employee performances is never rise a peak level if they do not have an attachment with their company.
One of the employee attachment to their company is organizational identification. Organizational identification is one belongingness of employee with the company?s vision, mission, and golas which include dimensions of cognitive, afective, evaluatif, and behaviour. Organizational identification is important to be held by employee because it can produce a pride for them with their current organizational citizenship. Organizational attractivenss has correlated too with organizational identification as contribute to self-continuity, selfdistinctiveness, dan self-enhancement of organizational members.
Organizational identifikcation can develop the other organizational attachment like organizational commitment. Organizational commitment is psychological attachment in employee to maintance their membership in organization that include component of afective, continuans, and normative.
As a large organization, are employees of PQR in a whole level have a same correlations between organizatinal identification with organizational commitment? There are characteristic structural and role-related characteristic which influence the correlation between orgnizational identification and organizational commitment. The example is in unit A which has a nearer to PT PQR Pusat than unit X. Unit A responsible to operate one area of train in the other side unit X is responsible to take care a train healthy. Further more this papper has a goals to analyzes the differences between organizational identification and organizational commitment in PT PQR employee in unit A and unit X. Based on statistical analyzes Difference of two uncorrelated coefficient correlations from Guilford (1978) there is a differences between organizational identification and organizational commitment within PT PQR employees in unit A and unit X.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2007
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>