Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 118836 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
"Siapa bilang pendengar bosan berita? radio Suara Surabaya (SS) bisa menduduki radio papan atas di Indonesia hanya bermodal jurnalistik...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Roberts, R.S.
Jakarta: Elex Media Komputindo, 1981
R 384.5 Rob k
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
A. Endraswati Susyana
"Penelitian ini ingin melihat karakteristik yang muncul pada iklan-iklan yang disiarkan oleh radio swasta yang bersegtqen wanita di wilayah Jabotabek. Mengingat radio siaran tersebut memiliki selektifitas khal~ pendengar yang cukup tinggi, sehingga membawa dampak khusus bagi para pengiklan dalam merencanakan pengembangan strategi kreatif periklanan. Seperti yang diungkap oleh Sandra E. Moriarty, bahwa radio
bermain dalam imajinasi di alam pikiran pendengar yang aktif membentuk pesan membayangkan bagaimana karakter pembawa dan di mana hal tersebut terjadi, yang dibentuk berdasarkan pengalaman pribadinya dan yang dipilih dalam penelitian ini adalah semua iklan niaga yang disiarkan .
selama bulan Juni sampai Oktober 1994 oleh keempat radio swasta bersegmen wariita, yaitu Radio Monalisa, Radio FeMale, Radio Pesona dan Radio ROS. Sedangkan untuk melihat karakteristik iklan-iklan tersebut, digunakan metode penelitian analisis isi (content analysis) yang dilihat berdasarkan ide dasar, pendekatan, teknik isi dan format pesan, serta elemen audio lainnya (pembawa pesan penggunaan musik dan smmd effect). Sehingga nantinya penelitian ini akan memberikan prediksi-prediksi mengenai hubungant antara pengiklan dengan khalayak sasaran pendengamya melalui iklan-iklan yang muncul.
Hasil penelitian adalah sebagai berikut : iklan-iklan untuk kategori produk sebagai ternyata lebih sering muncul dari 184 iklan yang disiarkan oleh radio swasta yang bersegmen wanita, akan tetapi tidak diikuti oleh strategi kreatif periklanan yang sesuai dengan segmen sasaran pendeng3fi!Ya, yaitu wanita keuntungan penggunaan produk sebagai ide dasar pengembangan strategi kreatif iklan, merupakan hal yang paling banyak dipilih oleh para pengiklan tmtuk mendekati segmen wanita, di mana golongan segmen ini cenderung memperhatikan keWltungan dari produk yang ditawarkan Selanjutny ketmtungan produk sebagai iae dasar, lebih lagi dikembangkan dengan melihat kegunaan
atau fungsi produk tersebut. Kecenderungan semacam ini lebih spesiflk di ergunakan untuk produk-produk yang relatif tidak mengandtmg resiko ekonomi maupun psikososial
Berkaitan dengan tingkat pendidikan khalay sasaran pendengar. yang relatif tinggi (mininal sekolah menengah tingkat atas), temyata: iklan-iklan yang muncul lebih banyak disampaikan secara langsung oleh seorang penyiar atan lebih. Mereka tidak perlu lagi disajikan pesan-pesan iklan yang didramatisasi, tetapi lebih kepada pengtmgkapan fakta-fakta Penggunaan format straightfo ara & factual message lebih banyak digunakan
oleh produk high involvement dan produk bisnis, mengingat khalayak sasaran pendengar yang dijangkan adalah mereka yang memiliki status sosial ekonomi menengah ke atas. Sedangkan penyampaian pesan melalui dialog sering dipakai kreatif iklan dalam pengembangan kreatif iklannya Begitu pula musik Pop yang mewarnai hampir selUruh iklai1
baik berupa ilustrasi auptm jirigle, serta. sotmd effect perlengkapan ah. tangga un menariksegmen wanita melalui media radio"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1995
S4099
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Keith, Michael C.
Jakarta: Internews Indonesia, 2000
384.545 3 KEI s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
"Gelombang radio dapat sampai ke penerima dengan cara langsung, merambat dekat permukaan bumi, dan melalui pemantulan ionosfer. Cara perambatan yang terakhir inilah yang digunakan untuk komunikasi jarak jauh, menggunakan frekuensi tinggi (HF: 3 – 30 MHz), dengan memanfaatkan pemantulan lapisan ionosfer. Antena yang umum digunakan dalam komunikasi radio HF adalah antena dipole setengah panjang gelombang (½ λ). Tiga komponen yang menentukan keberhasilan komunikasi dengan gelombang antariksa adalah frekuensi, sudut elevasi, dan daya pancar. Frekuensi berkaitan dengan kerapatan elektron di lapisan ionosfer, sudut elevasi ditentukan oleh jarak komunikasi dan ketinggian lapisan ionosfer, dan menentukan ke arah mana gelombang radio harus dipancarkan, sedangkan daya pancar menunjukkan besarnya energi gelombang radio yang dipancarkan. Ketinggian antena menentukan pola radiasinya, yaitu distribusi energi gelombang radio yang dipancarkan, oleh karena itu berperan dalam menentukan sampainya gelombang radio di tujuan komunikasi."
621 DIRGA 9 (1-4)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Bangsawan
"Berdasarkan Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 29 Tahun 2009 tentang Tabel Alokasi Spektrum Frekuensi Radio Indonesia, pada pita frekuensi radio 5 GHz digunakan oleh beberapa jenis service, diantaranya adalah Dinas Tetap dan Dinas Radiolokasi. Untuk pita 5600 - 5650 MHz diperuntukkan bagi Dinas Radionavigasi Maritim, Dinas Bergerak dan Dinas Radiolokasi. Sedangkan untuk Dinas Radiolokasi yang sharing dengan Dinas Tetap di pita 5 GHz dialokasikan di pita 5250 - 5255 MHz, 5255 - 5350 MHz, 5650 - 5725 MHz dan 5830 ? 5850 MHz. Dikarenakan prinsipnya adalah sharing, maka potensi interferensi antara kedua service tersebut sangat mungkin terjadi.
Penggunaan frekuensi radio di pita 5 GHz untuk kepentingan Dinas Radiolokasi adalah sangat vital yaitu penggunaan radar cuaca untuk kepentingan penerbangan dan pemantauan cuaca sehingga potensi interferensi tersebut harus diantisipasi dengan membuat strategi mitigasi, diharapkan dengan adanya solusi strategi mitigasi ini potensi interferensi dapat diminimalkan atau dikurangi. Metode pembuatan strategi mitigasi antara Dinas Tetap (RLAN-Radio Local Area Network)) dan Dinas Radiolokasi (Radar) di pita frekuensi radio 5 GHz dilakukan dengan menggunakan framework untuk problem solving.

Based on the Regulation of the Minister of Communications and Information No. 29 of 2009 on Radio Frequency Allocation Table Indonesia, the 5 GHz radio frequency band used by some types of service, including Fixed Service and Radiolocation Service. For band 5600 - 5650 MHz is for Maritime Radionavigasi Service, Mobile Service and Radiolocation Service. As for the sharing with Fixed Service and Radiolocation Service at 5 GHz band allocated in the band 5250-5255 MHz, 5255-5350 MHz, 5650-5725 MHz and 5830-5850 MHz. Because of the principle is sharing, then the potential for interference between the two services is very likely to occur.
The use of radio frequencies in the 5 GHz band for Radiolocation Service is very vital that the use of weather radar in the interests of flight and weather monitoring, so that the interference potential to be anticipated to create mitigation strategies, is expected with this mitigation strategies potential interference can be minimized or reduced . Mitigation strategies method between Fixed Service (RLAN - Radio Local Area Network) and Radiolocation Service (Radar) in the 5 GHz radio frequency band is done by using a framework for problem solving.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
T45273
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Indah Suryaningsih
"ABSTRAK
Menurunnya jumlah pendengar radio dari tahun ke tahun menggeser tren
kebiasaan mendengarkan radio melalui saluran analog ke digital. Perkembangan
teknologi ini, membawa dampak bahwa persoalan saluran radio menjadi semakin tak
terbatas lagi daya jangkauannya. Potensi ini perlu diimbangi dengan kualitas konten
yang dapat memenuhi harapan pendengar. Melalui pendekatan model expectancy
values, penelitian ini dilakukan untuk memahami nilai–nilai harapan pendengar
melalui analisis hubungan variabel–variabel yang terdapat dalam model tersebut.
Studi ini dilakukan dengan metode survei kepada 105 pendengar aktif Suara
Edukasi yang berdomisili di wilayah Jabodetabek. Melalui teknik quota sampling,
sampel terbagi dalam 3 kategori yaitu Remaja, Muda, dan Dewasa. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa sebagian besar responden berpendapat bahwa keyakinan dan
penilaiannya terhadap radio pendidikan adalah baik dan bermanfaat. Responden
memiliki seperangkat harapan yang terbagi dalam 5 dimensi kebutuhan yaitu
kognitif, afektif, integrasi personal, integrasi sosial, dan pelarian/pengalihan masalah.
Penggunaan media radio pendidikan mengikuti pola kebiasaan yang beragam dilihat
dari frekuensi, waktu, jenis program acara dan saluran yang digunakan dalam
mendengarkan radio. Kepuasan khalayak pendengar terhadap penggunaan media
radio pendidikan secara umum dikategorikan puas. Variabel–variabel dalam model
expectancy values memiliki pengaruh hubungan langsung maupun tak langsung
terhadap variabel satu dengan lainnya. Melalui analisis path, penelitian ini juga
menghasilkan 4 model yaitu: model expectancy values remaja, model expectancy
values muda, model expectancy values dewasa, dan model expectancy values
gabungan.

ABSTRAK
The reduced number of radio listeners shift listening trends from analog to
digital channels. Because of technology evolution, radio channel has more power
range to be infinite. It should be balanced with quality content of radio broadcasting
that meet the expectations of the listeners. By using expectancy values model, this
study aimed to understand the value of listeners expectation, and analyze the
correlation of the variables in this models.
The study was applied by survey to 105 active listeners of Suara Edukasi in
the Greater Jakarta area. Quota sampling technique was chosen to set the research
sample. Then, respondents were divided into 3 categories: Adolescent, Young, and
Adult. The result of the research showed that most respondents have beliefs and
evaluations that the educational radio is nice and helpful. Respondents have a set of
expectations that are cognitive, affective, personal integration, social integration, and
tension release needs. They have a habit patterns of media consumption, such as
frequency, time, type of programs and radio channels that used. Generally, the
gratifications obtained of educational radio listeners are satisfied. The variables in the
model expectancy values have an direct and indirect correlations influence with each
other. Through path analysis, this study also resulted in 4 models: expectancy values
model of adolescent, expectancy values model of young, expectancy values model of
adult, and the combined expectancy values model."
Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
T41534
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ade Yuanita
"Salah satu produk yang dikonsumsi oleh remaja adalah media, termasuk radio. Kebanyakan remaja menganggap radio sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari (www.kassof.com/insight/ri-fa950.htm). Bagi remaja, radio bukan hanya sebuah benda mati berbentuk media elektronik, melainkan bisa berubah fungsi menjadi teman akrab sehingga membuat radio berfungsi seperti manusia. (Prambors 102.30 Tahun, 2001). Radio juga bisa berfungsi sebagai trendsetter di kalangan remaja. Melalui radio, remaja bisa mendapatkan petunjuk tentang bagaimana gaya bicara, gaya hidup dan cara berperilaku.
Melihat potensi pasar remaja yang cukup besar maka pemasar berlomba-lomba untuk merebutnya. Namun beberapa stasiun radio di Jakarta yang pernah mencoba membidik segmen remaja, harus mengalami kegagalan atau bahkan mengubah haluan, seperti Elshinta, Queen dan DMC (Cakram, Oktober 2000). Kegagalan tersebut disebabkan ketidakmampuan mereka meraih pangsa pasar dan iklan yang memadai. Karena itu, diperlukan strategi jitu untuk bisa merebut iklan dan sekaligus bertahan. Konsep mengenai segmentasi merupakan salah satu cara yang layak dipertimbangkan. Oleh karena sifatnya yang lokal, dalam radius jangkauannya radio harus memiliki segmen yang tajam dan jelas siapa yang ingin dijangkau (Kasali, 1998).
Selain harus melakukan segmentasi dengan baik, perlu juga diperhatikan faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi evaluasi audiens terhadap radio yang didengarnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi ini menjadi penting karena berdasarkan evaluasi tersebut, audiens dapat menentukan stasiun radio mana yang akan tetap didengarkan dan mana yang akan ditinggalkan. Pendengar yang merasa puas akan cenderung lebih loyal pada stasiun radio yang biasa didengarnya.
Dari teori dan penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya, diketahui ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi evaluasi audiens terhadap media, antara lain gratifikasi yang diharapkan dan gratifikasi yang diperoleh, faktor demografi, kepribadian, peadapat teman sebaya, kepemilikan media, intensitas penggunaan media dan tingkat interaktivitas (Finn 1997; Lin, 1993; Mc Quail, 1987; Myers, 1988; Rayburn, 1985; Rosengren 1974; Turner & Helms, 1991; Windahl et al., 1995).
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penelitian ini dilakukan untuk menjawab beberapa permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana profil segmen pendengar radio untuk remaja di Jakarta?
2. Apakah evaluasi remaja terhadap radio dipengaruhi oleh faktor jenis kelamin, tingkat sosial ekonomi, sociability, pendapat teman sebaya, kepemilikan media, penggunaan media, tingkat interaktivitas, gratifikasi yang diharapkan dan gratifikasi yang diperoleh?
3. Bagaimana pola hubungan faktor-faktor yang mempengaruhi evaluasi pada radio oleh remaja di Jakarta?
4. Bagaimana pola hubungan faktor-faktor yang mempengaruhi evaluasi terhadap radio pada masing-masing segmen pendengar remaja di Jakarta?
Penelitian yang bersifat eksplanatif ini dilakukan pada populasi remaja di Jakarta yang berusia 15-18 tahun dan sampelnya dipilih secara multistage random sampling. Sedangkan yang menjadi sampel adalah para siswa dan siswi dari 10 SMU di Jakarta dengan total responden 341 orang.
Hasil pengolahan data dalam penelitian ini menunjukkan bahwa segmentasi pendengar radio remaja berdasarkan pola konsumsi media dan gratification deficiency dapat dibagi ke dalam 3 (tiga) kelompok, yaitu: pendengar kebanyakan (54,3%), pendengar pasif (34%) dan pendengar interaktif (11,7%).
Evaluasi pendengar remaja terhadap radio, baik secara langsung maupun tidak langsung dipengaruhi oleh faktor jenis kelamin, tingkat sosial ekonomi, sociability, pendapat teman sebaya, kepemilikan media, penggunaan media, tingkat interaktivitas, gratifikasi yang diharapkan dan gratifikasi yang diperoleh.
Pengujian pola hubungan faktor-faktor yang mempengaruhi evaluasi pada radio memperkuat juga dugaan adanya hubungan yang signifikan antara gratification obtain dan evaluasi (gratification deficiency) pada radio (r= -0,574; sig.0,000). Selanjutnya gratification obtained dipengaruhi secara bersama-sama oleh gratification sought dan intensitas mendengarkan radio (r2 = 0,465, sig. 0,000). Pada model pola hubungan tersebut juga ditemukan pengaruh yang timbal balik antara tingkat interaktivitas dan intensitas mendengarkan radio (r=210, sig.000; r= 0,279, sig.0,000). Oleh karena itu, pihak-pihak yang berkepentingan dalam perencanaan dan pengelolaan radio perlu mempertimbangkan faktor-faktor di atas dalam menyusun program maupun format radio.
Model pola hubungan faktor-faktor yang mempengaruhi evaluasi pada media radio cenderung berbeda pada masing-masing segmen pendengar radio, dimana kelompok "pendengar kebanyakan" memiliki model path yang paling sesuai dengan model umum. Sedangkan model path pada kelompok "pendengar interaktif" memperlihatkan perbedaan yang paling menonjol.
Ada beberapa rekomendasai akademis yang diajukan berdasarkan hasil penelitian ini. Disamping memasukkan faktor interaktivitas sebagai salah satu intervening variable, pertimbangan strukural berupa pengaruh berbagai jenis media yang terdapat di lingkungan audiens juga harus diperhatikan dalam setiap penelitian tentang proses konsumsi media. Untuk itu, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan kajian teoritis yang lebih luas dan mendalam agar didapatkan model path yang lebih baik."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T10822
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Silitonga, Baldwin M
"ABSTRAK
Usaha memahami kepentingan khalayak pendengar radio semakin perlu dilakukan oleh setiap pengelola lembaga penyiaran radio, sebagai dampak perubahan perubahan yang terjadi. Pengelola radio penyiaran berusaha membentuk kelompok-kelompok pendengar, sambil memantau, memahami dan memberikan apa yang diharapkan pendengar. Perilaku mendengar dan kepuasan pendengar kini menjadi saiah satu fokus perhatian setiap pengelola radio penyiaran yang ingin tetap bertahan dan unggul dalam persaingan menggaet pendengar.
PERJAN RRI yang melakukan kegiatan usaha jasa penyiaran Tadio berusaha meningkatkan mutu pemberian pelayanan (service delivery) dalam usaha meningkatkan jumlah pendengamya. Adanya kecenderungan polarisasi di kalangan kelompok pendengarnya merupakan hal pertarna yang perlu diketahui kebenarannya. Setelah dipastikan adanya. kelompok pendengar yang dikategorikan sering dan yang jarang mendengar, RRI ingin mengetahui faktor-faktor citra pelayanannya yang membedakan kedua kategori perilaku mendengar audience tersebut.
Data diperoleh dari pendengar RRI melalui penyebaran angket kepada 174 responden. Responden adalah sampel yang diampil menggunakan teknik random atas dasar starata proporsional (proporsional stratified random sampiling) dari Populasi yang berjumlah 872 orang, yaitu anggota Kelompok PaguyupanPendengar{PAP) RRI.
Data diproses dengan menggunakan alat bantu program SPSS versi 9.01 for Windows dengan bantuan beberapa buku penuntun penggunaan SPSS dalam Pengoiahan Statistik. Alat bantu statistik yang digunakan untuk menganalisis data adalah Analisis Diskriminan.
Ditemukan, ,dari total 174 responden terdapat 100 res ponden adalah pendengar yang sering mendengar RRI dan 74 responden adalah yang jarang mendengar RRI Jakarta. Dari 10 atribut citra pelayanan RRI Jakarta terdapat 4 atribut yang jelas membedakan kedua kelompok pendengar RRI, yailu Frekuensi Gelombang, Mutu suara, Musik, Siaran-Siaran promosi dan partisipasi audience dalam siaran. Dari 4 faktor tersebut Frekuensi Gelombang adalah faktor yang paling dominan membedakan (discriminates the most) sering mendengar atau jarang mendengar RRI jakarta. Faktor Mutu Suara dan musik merupakan faktor pembeda berikutnya. Sedangkan pembeda yang terkecil (discriminates the least) adalah Siaran Promosi & Partisipasi Audience dalam siaran. Fenomena dan hasil temuan ini tentu akan menjadi bukti dan masukan bagi manajemen pengelola radio, khususnya pihak RRI Jakarta.

ABSTRACT
Attempts to understand the need of radio listening to be done more and more by all the executive of the radio broadcasting institution, as the effect of the changings happened. The radio broadcasting executive try to make the group of listeners at the some times they are observing, understanding and giving what the listener's need. To day listening behaviour and the listener's satisfactory becomes the attention focus af the radio broadcasting executive waho want to stay alive and excellent in audience attract competition.
PERJAN RRI who makes service in radio broadcastin try to encrease the quality of the service delivery. The polarisation tendency in the audience group is the most important thing should be known. After getting the category of the people who often on rarely listen to the radio, RRI want to know the factors of service quality that can make them differ.
The data is found from RRI audience bay making questionaries to 174 respondens. The respondens are the sample taken by using the proporsional stratified random sampiling from 872 person, they are the members of listeners Kelompok Paguyupan Pendengar (PAP) RRI.
The data is processed with the aid of SPSS program version 9.01 for Windows with the help of SPSS guidance books in stattistic process. Statistic aid used to analysis is discriminant analysis.
A mong the 174 respondens, there are 100 respondens who often listen to RRI and 7 4 respondents listen rarely. Among the 10 attributs of Jakarta RRI service image qquality there are 4 atrributs which discriminate the two RRI listeners group : they are wave frequency, sound quality, music, promotion broadcast and audience participation in broadcast. From the 4 mentioned factors the wave frequency discriminates the most. The next are sound quality factor and music. Promotion broadcast and audience participation in broadcast discriminate the least The phenomena and the result founded becomes the prove and input for the radio executive- especiaii for RRI, Jakarta Institution (Station)."
2002
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>