Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 1641 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Dekriminalisasi pengguna narkoba dalam konstruksi hukum positif di Indonesia adalah kajian hukum terhadap permasalahan narkoba, mengapa persoalan narkoba di Indonesia tidak kunjung selesai. Kajian ini merupakan model penghukuman non kriminal sebagai salah satu paradigma hukum modern, yang bertujuan menekan demand reduction dalam rangka mengurangi supply narkoba illegal, yang dapat berdampak menurunnya prevalensi pengguna dan dapat menyelesaikan persoalan narkoba di Indonesia..."
SEKNEG 31 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ayudya Kartini Lukman
2008
T37681
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Askariani
"Tesis ini merupakan penelitian deskriptif yang menggunakan pendekatan kualitatif. Tujuannya adalah mengungkapkan mengapa remaja menggunakan narkoba, apakah sebelum menggunakan narkoba mereka mengalami konflik terlebih dahulu. Penelitian ini selanjutnya ingin mengkaji sejauh mana terdapat perbedaan konflik yang dialami antara mereka yang menggunakan narkoba tapi berasal dari keluarga yang tidak harmonis dengan mereka yang menggunakan narkoba tetapi berasal dari keluarga yang harmonis. Karena penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, maka tehnik penarikan samplenya pun menggunakan tehnik ?snowball' terhadap 10 orang informan, dimana pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam.
Dari hasil penelitian terungkap bahwa baik mereka yang berasal dari keluarga yang tidak harmonis maupun mereka yang berasaldari keluarga yang harmonis kedua-duanya pernah mengalami konflik sebelum menggunakan narkoba.Hanya saja prilaku konfliknya berbeda. Yaitu mereka yang berasal dari keluarga yang keluarga harmonis mengalami konflik yang latent (tidak nampak) karena pemicunya pun tidak secara tegas kelihatan.Sedangkan mereka yang berasal dari keluarga yang tidak harmonis karena pemicu terjadinya konflik lebih nyata (antara lain karena iklim komunikasi didalam' keluarga itu yang tidak mendukung) sehingga konflik yang dialaminya pun lebih terbuka dan sifatnya sudah berbentuk 'interpersonal conflict'.
Biasanya yang menjadi pemicu timbulnya 'latent conflict' adalah karena kasih sayang dan perhatian dari orangtua yang berlebihan, serta 'self disclosure' dari ibunya yang juga berlebihan, yang mengakibatkan beberapa orang informan yang berasai dari keluarga yang harmonis dari total 10 orang informan memutuskan untuk menggunakan narkoba, karena merasa kebebasan mereka terancam. Dari hasil temuan data dilapangan juga terungkap bahwa yang mereka inginkan sebenarnya bukanlah perhatian yang berlebihan, tetapi 'trust' (rasa dapat dipercayanya) yang tinggi dari orangtua, dan identitas diri. Selama ini yang mereka dapatkan dari prilaku orangtua yang berlebihan itu justru 'krisis identitas', yang mengakibatkan mereka berusaha untuk mendapatkan 'power' diluar rumah, yaitu dilingkungan teman-temannya sendiri.
Jadi dari temuan dilapangan juga terungkap bahwa apa yang menjadi keinginan/tujuan orangtua berbeda dengan apa yang menjadi tujuan/keinginan anaknya (informan) dan apa yang merupakan ukuran bagi nilai-nilai suatu perkawinan/hubungan keluarga dari kacamata orangtua berbeda dengan apa yang menjadi ukuran bagi informan. Itulah yang menjadi pemicu timbulnya 'latent conflict', sebagaimana yang dikemukakan oieh Morton Detsch mengenai sebab-sebab timbulnya konflik (Morton Deutsch, 1991 : 7). Akhirnya perlu digaris bawahi, bahwa semua hasil temuan dilapangan mengenai 'Konflik Antarpribadi Dikalangan Remaja Pengguna Narkoba' menggambarkan besarnya pengaruh konsep budaya konteks tinggi pada komunikasi, khususnya dalam konteks keluarga dikalangan remaja pengguna narkoba.
Dari hasil penelitian dilapangan terungkap bahwa konflik antarpribadi antara anak (pengguna narkoba) dengan orangtuanya merupakan implikasi dari konsep budaya konteks tinggi ('high context culture'), dimana mereka yang menganut budaya tersebut berkomunikasi secara konteks tinggi pula dimana pesan berada didalam konteks fisik atau menyatu didalam diri seseorang dan disampaikan secara tersirat melalui komunikasi non verbal. Oleh karena itu boleh dikatakan bahwa budaya merupakan salah satu faktor cara hidup dan kehidupan pendukungnya termasuk cara berkomunikasi dengan individu-individu lainnya. Jadi bagaimana proses yang dialami informan ketika mereka mengalami konflik sampai proses menggunakan narkoba, itu semua merupakan hasil interaksi timbal balik antara budaya dan komunikasi. "
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
T172
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vincentius Sutarmo Setiadji
Jakarta: UI-Press, 2006
362.29 SUT a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Rr. Vini Saghita P.
"ABSTRAK
Untuk dapat melepaskan ketergantungan seorang pengguna narkoba, keluarga harus mendukung. Dalam hal ini, keluarga tidak hanya terdiri dari ayah dan ibu tetapi juga terdapat sibling. Seorang pengguna narkoba dapat memperoleh dukungan dari sibling-nya, karena hubungan sibling merupakan hubungan yang berlangsung seumur hidup, dunia sibling dekat dengan dunia pengguna narkoba, memiliki tugas perkembangan yang berkaitan. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dukungan yang diberikan sibling dan yang diharapkan oleh seorang pengguna narkoba pada masa penyembuhan. Teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teori narkoba, dukungan sosial, dan sibling.
Data yang digunakan berupa hasil wawancara terhadap tiga pasang kakak-adik dan salah satunya merupakan pengguna narkoba yang diperoleh dengan teknik purposive sampling. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa seorang pengguna narkoba membutuhkan dukungan sosial dari sibling-nya, baik dukungan emosi dan penghargaan. Meskipun umumnya sibling memberikan dukungan berupa dukungan emosi, instrumental dan informasi, namun dukungan tersebut tidak membantu proses penyembuhan. Hal ini dikarenakan oleh dua hal. Pertama, dukungan yang diberikan oleh sibling tidak sesuai dengan dukungan yang dibutuhkan oleh seorang pengguna narkoba. Kedua, seorang pengguna narkoba yang berada pada masa penyembuhan tidak melihat dukungan tersebut sebagai suatu hal yang suportif. Selain itu, sibling memiliki kesulitan untuk memdukung proses kesembuhan seorang pengguna narkoba karena adanya otoritas orangtua.
Oleh sebab itu, saran penelitian ini adalah menganjurkan orangtua untuk terbuka dan percaya terhadap sibling. Penelitian ini juga mengindikasikan bahwa perlu dibentuk program rehabilitasi yang melibatkan sibling sehingga ia dapat mengetahui seluk-beluk mengenai masalah narkoba ini."
2001
S3048
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sihombing, Viktor T.
"Tesis ini tentang proses pembantaran tersangka pengguna narkoba di Poires Metro Jakarta Pusat. Pembantaran di sini adalah penundaan penahanan sementara terhadap tersangka, karena alasan kesehatan (memerlukan rawat jalan / rawat inap) yang dikuatkan dengan keterangan dokter, sampai dengan yang bersangkutan dinyatakan sembuh kembali.
Indonesia bukan lagi Sebagai ternpat transit dalam perdagangan narkoba, tetapi sudah menjadi tempat pemasaran bahkan telah menjadi tempat produksi ilegal narkoba. Berdasarkan data jumlah kasus penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba yang terlaporkan terus rneningkat dari tahun ketahun. Sehingga, Pimpinan Polri telah menargetkan terhadap penanganan kasus narkoba yang dibebankan kepada setiap Polsek sebanyak 5 (lima) kasus dalam sebulan dan Satuan Narkoba Polres sebanyak 10 (sepuluh) kasus setiap bulannya, menjadi dasar untuk selalu konsisten dalam penanggulangan narkoba apalagi ada penekanan bahwa narkoba adalah kasus yang diprioritaskan penanganannya. Untuk memenuhi harapan masyarakat, maka Polda Metro Jaya mengeiuarkan kebijakan kembali berupa keputusan intern Polda Metro Jaya melalui Surat Telegram yang dikeluarkan oleh Kapolda Metro Jaya No. 168 tahun 2002 tentang petunjuk menangani tersangka pengguna narkoba. Dalam keputusan tersebut dijelaskan bahwa pengguna narkoba yang sifatnya baru pemula dan berstatus pelajar atau mahasiwa Serta memenuni syarat yang telah ditentukan dapat dilakukan pembantaran dalam rangka rehabilitasi terhadap dirinya.
Banyak faktor yang mempengaruhi seseorang menggunakan narkoba seperti faktor keluarga, faktor individu, faktor dunia kerja dan faktor X atau faktor Iainnya. Dari hasil penelitian yang saya Iakukan, terdapat suatu kepastian bahwa seseorang menggunakan narkoba disebabkan oleh adanya permasalahan dalam hidupnya. Ketika ada permasaiahan tersebutlah, pengaruh dari Iuar untuk menggunakan narkoba menjadi lebih mudah untuk mempengaruhinya.
Dalam proses pengungkapan narkoba, dapat dipastikan bahwa kasus tersebut hasil dari penyelidikan kepolisian. Dari hasil penelitian saya menunjukkan bahwa poiisi dalam mengungkap kasus narkoba selalu menggunakan cepu (istilah Kepolisian untuk informan).
Prosedur pembantaran telah diatur dalam Surat Telegram Kapolda Metro Jaya yang menyatakan bahwa sebelum dilaksanakan pembantaran, maka terlebih dahulu berkoordinasi dengan Tim penyalahgunaan narkoba sesuai "dengan Sprint Kapolda Metro Jaya. Dalam aturan atau prosedur pembantaran, dijelaskan bahwa pengamatan penyidik, dokter dan dari psikologi kepoiisian adaiah yang utama daIam menentukan seseorang merupakan pemakai pemula atau tidak. Tetapi dari hasil penelitian saya menunjukkan bahwa walaupun pengamatan-pengamatan tersebut, menunjukkan bahwa seseorang pengguna pemula, tanpa ada keputusan dari pimpinan yaitu Kapolres atau Tim, maka pembantaran tidak bisa dilaksanakan."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2006
T17752
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siagian, Victor S.P.
"Tindak pidana narkoba dikategorikan sebagai kejahatan yang luar biasa atau extra ordinary crime karena dilakukan dengan menggunakan modus operandi yang luar biasa. Peredaran gelap narkoba di Indonesia khususnya di DKI Jakarta sudah pada tahap yang sangat mengkhawatirkan, hal ini disebabkan dampak yang ditimbulkan dari peredaran gelap tersebut berupa penyalahgunaan narkoba telah banyak memakan korban di masyarakat. Direktorat Reserse Narkoba Polda Metro Jaya telah melakukan upayaupaya untuk menekan peredaran narkoba di daerah Jakarta.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh penulis ditemukan bahwa banyak pelaku tindak pidana narkoba yang masuk kategori pengedar maupun pembuat narkoba adalah orang-orang yang tadinya merupakan pemakai narkoba. Mereka naik status nya menjadi seorang pengedar/bandar ataupun pembuat narkoba berawal dari pengalaman selama didalam tahanan. Ketika sipemakai narkoba ditangkap oleh penyidik, mereka ditempatkan satu sel dirumah tahanan dengan para tersangka pengedar maupun pembuat narkoba dimana penempatan secara bersama-sama dalam ruangan tahanan akan memberi peluang kepada tersangka pengedar/bandar untuk mempengaruhi dan mengajak tersangka pemakai tersebut untuk mau bekerjasama menjalankan bisnis peredaran narkoba tersebut kelak setelah keluar dari lembaga permasyarakatan.
Melihat kenyataan diatas, maka penulis mencoba membuat tulisan ini dimana didalamnya berisi anjuran agar pemakai narkoba dikategorikan sebagai korban penyalahgunaan narkoba dan agar kepada para tersangka pemakai tersebut dapat diberikan rehabilitasi medis atas ketergantungan narkoba. Anjuran untuk memberikan rehabilitasi kepada tersangka pemakai narkoba juga sesuai dengan amanat UU No. 35 tahun 2009 tentang narkoba dan SEMA No. 4 tahun 2010 dan terakhir ditegaskan dalam PP No. 25 tahun 2011.

Criminal drugs categorized as exceptional crimes or extra ordinary crime because it is done by using the modus operandi. Illicit drugs in Indonesia especially in Jakarta already at the stage that is very worrying, this is due to the impact arising from illicit drug abuse form has many take toll on society. Directorate of drug Polda Metro Jaya by has made efforts to suppress the circulation of drugs in the area of Jakarta. Criminal drugs categorized as exceptional crimes or extra ordinary crime because it is done by using the modus operandi. Illicit drugs in Indonesia especially in Jakarta already at the stage that is very worrying, this is due to the impact arising from illicit drug abuse form has many take toll on society. Directorate of drug polda metro jaya by has made efforts to suppress the circulation of drugs in the area of Jakarta.
In research conducted by the authors found that many of the perpetrators of the crime of drugs that enter the category of drug dealers and makers are the ones who used a drug user. They boarded his status of being a hustler or maker of drugs derived from the experience over in custody. When drug users arrested by investigators, they are placed in one cell at a prisoner with the suspected drug dealers and makers where the placement of a prisoner in a room together will give opportunities to suspect dealers to influence and engage users to suspect cooperates running a business that later after the circulation of drugs out of prison.
See the fact above, then the author tried to make this article contains recommendations that specify which user drugs categorized as victims of drug abuse and to keep to the suspect user may be given the medical rehabilitation of drug dependence. The suggestion to provide rehabilitation to drug users are also suspects in accordance with the mandate of UU No. 35 tahun 2009 tentang narkoba and SEMA No.4 tahun 2010 and last reaffirmed in PP No. 25 tahun 2011.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2011
T29907
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
H. Hadiman
Jakarta: Bersama, 1999
615.78 Had n
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Evi Afifah Hurriyati
"Penelitian ini bertujuan mengetahui dinamika dan pola coping stress' dan onentasi religiusitas pengguna narkoba pada remaja akhir. Hal ini dilatar belakangi oleh kenyatazm penderita ketergantungan narkoba di Indonesia mengalami peningkatan, khususuya pada remaja. Menumt konsep model ketergannmgan dari Brickman (dalam Marlalt & Boer, 1988), aktivititas ketergantungan narkoba climotivasi oleh usaha individu untuk beradaptasi terhadap stres yang agaknya lebih dihubungkan dengan alcibar penggunaan narkoba itu sendin dibandingkan dengan awal peznggunaan narkoba. Namun demikian, banyak pengglma narkoba yang berusaha mengubah pola pemakaiannya dan menginisiasi suatu proses perubahan. Fenomena adanya usaha untuk melakukan perubahan pada individu yang rnengalami ketergantungan narkoba menunjukkan bahwa merelca melakukan penyesuaian terhadap tuntutan yang bersifat internal maupun ekstemal atau dengan kata lain melakukan coping. Dari beberapa hasil penelitian dikelahui ada beberapa faktor yang mempengaruhi coping stress individu, diantaranya faktor religiusitas. Banyak penelitian menunjukkan keyakinan religius dihubungan dengan hasil kesehatan mental dan Esmlc yang posilii Pada pengguna narkoba, agama mempakan salah satu yang paling konsisten berkorelasi dengan penunman pemakaian narkoba. Selain itu faktor lain yang membantu proses coping individu adalah locus of contral dan persepsi terhadap adanya dukungan sosial yang diberikan. Penelirian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan studi kasus. Dari hasil penelitian diperoleh hasil bahwa remaja pengguna narkoba pada kasus ini mempnnyai dinarnica dalam mempersepsikan dan mengatasi sires dengan aspek-aspek yang mempengaruhi perilaku coping stress-uya selama program penyembuhan keterganlungn terhadap narkoba. Kedua subjek remaja pada kasus ini mengembangkan kedua pola jenis coping stress, yaitu problem focused dan emotion focused siraiegies. Aspek internal remaja yang ditelili pada kasus ini yaitu orientasi religiusitas, focus of control dan persepsi yang positif terhadap aclanya dukungan sosial yang diterima menjadi sumber daya (bzgyer) yang mempengaruhi coping stress mereka sehingga mereka masih berperilaku adaptif selama berada di pesantren rehabilitasi. Namuu demikian, pada situasi yang tidak kondusif seperlzi adanya konflik dengan orang tua (ayah) ketika mereka kembali ke lingkungan rumah, menyebabkan mereka melakukan coping maladaptl yaitu relapse. Konflik dengan ayah menyebabkan remaja mempunyai persepsi yang negatif terhadap adanya duklmgan sosial dari ayah, m pengaruhi orientasi religiusitas dan focus of control remaja. Relapse ditentukan oleh interaksi antam inclividu,situasi dan fisiologis. Relapse pada remaja pada kasus disebabkan oleh kondisi fisiologi yang masih berada dalam taraf penyembuhan, dan dipicu oleh adanya situasi konflik yang menyebabkan mereka memsa tidak memplmyai kompetensi dalam melakukan coping stress yang adaptif Di sisi lain mereka mempunyai keyakinan bahwa narkoba dapat memberikan efek positif yang sehingga mereka dapar meminimalislr atau keluar dari kondisi yang negatli Perilaku pada fase perubahan aktif dari ketergantungan (adiksi), dipengaruhi oleh fuktor treatment, gender, motivasi,usia, kepribadian, fungsi kognitif psikososial (Davies dan Stacey dalam Marlatt & Boer, 1988). Untuk itu muntuk penelitian selanjutnya adalah agar melakukan penelitian dengan jumlah subjek yang lebih banyak dengan melihat pengaruh pabedaan faktor treatment, usia, tingkat ketergantungan dan pola asuh orang tua. Untuk penelitian selanjutnya disarankan agar melakukan penelitian dengan pendekatan kuantitatif sehjngga diperoleh hasil yang dapat terukur secara statistik."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
T38139
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>