Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 194938 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Sri Ayu Vernawati
"Latar Belakang: Masalah infeksi HIV meningkat berkaitan dengan perilaku seks tidak aman dan penggunaan NAPZA suntik. Estimasi jumlah kasus HIV/AIDS di Indonesia sekitar 90.000 sampai 130.000. Sejak 1 Desember 2003 WHO mencanangkan program 3 by 5 dengan tujuan akses terapi untuk semua dan sejak 1 September 2004 pemerintah menyediakan ARV secara cuma-cuma. Dalam mengakses terapi ARV, konseling dan tes sukarela (Voluntary Counseling and Testing atau VCT) merupakan jalur yang esensial dan layanan di Puskesmas diharapkan menjadi tulang punggung pelayanan. Adanya akses ARV ini diharapkan meningkatkan VCT. Tujuan: Mengetahui jumlah layanan VCT, tes CD4 dan penggunaan ARV di Puskesmas Kampung Bali pasca kebijakan ARV cuma-cuma, karakteristik serta alasan-alasan yang dapat menghambat VCT selain biaya obat. Metodologi: Dilakukan pengamatan pelayanan program VCT, tes CD4 dan akses ARV dalam 5 bulan pertama pasca kebijakan serta pencatatan data sekunder sebelum kebijakan. Seluruh yang telah melakukan VCT di Puskesmas Kampung Bali dan 100 orang berisiko tinggi berusia >15 tahun yang belum VCT dipilih dengan sistem cluster dan dilakukan wawancara terpimpin. Penelitian dilakukan sejak November 2004 -Maret 2005. Hasil: Dalam 8 bulan sebelum kebijakan, jumlah VCT sebanyak 18 orang,dalam 5 bulan pasca kebijakan jumlah VCT sebanyak 27 orang. Tampak adanya peningkatan pada penggunaan ARV. Mayoritas responden adalah laki-laki berusia 20-30 tahun, berpendidikan menengah, bekerja tidak tetap dan berpenghasilan rendah. Pada 100 responden yang belum VCT 64% memiliki tingkat pengetahuan sedang, 89% masih aktif suntik dan 34% berperilaku seksual tidak aman. Alasan tidak VCT karena merasa sehat, takut diketahui HIV dan rahasia tidak terjamin. Pada 13 responden yang VCT, 12 orang memiliki tingkat pengetahun sedang, 7 orang masih aktif suntik dan 10 orang berperilaku seks tidak aman. Alasan VCT terutama karena merasa berisiko dan adanya rasa ingin tahu. Simpulan: VCT pada 8 bulan sebelum dan 5 bulan sesudah kebijakan masing-masing adalah 18 dan 27 orang. Penggunaan ARV tampak ada peningkatan. Mayoritas responden memiliki tingkat pengetahuan yang cukup namun masih aktif suntik dan berperilaku seks tidak aman. Kurangnya kesadaran dan motivasi serta kekhawatiran akan dampak sosial HIV/AIDS menghambat pemanfaatan layanan VCT."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T58444
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ainum Jhariah Hidayah
"Penyakit infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) sampai sekarang masih menjadi masalah kesehatan di dunia termasuk di Indonesia. Progresivitas penyakit pada pasien HIV/AIDS dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain faktor usia, genetik, penyakit infeksi lain seperti tuberkulosis dan hepatitis, faktor gizi, status imunologi dan lain-lain. Adanya pengobatan ARV belum mampu menyembuhkan penyakit namun mampu mengontrol progresivitas penyakit HIV dan AIDS dengan menekan replikasi virus, mengurangi timbulnya infeksi oportunistik. Walaupun program ini telah dilaksanakan, namun kematian akibat HIV tetap saja terjadi terutama pada tahun pertama pengobatan ARV.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui prediktor yang berhubungan dengan kematian pada pasien HIV-AIDS yang mendapatkan terapi ARV di RS dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor Tahun 2008-2012. Desain studi yang digunakan adalah kohort retrospektif dengan menggunakan data register ART dan Rekam Medik. Sampel berjumlah 396 pasien HIV yang menggunakan ARV. Analisis data dilakukan dengan menggunakan Regresi Cox.
Hasil analisis multivariat menunjukkan prediktor kematian pasien HIV-AIDS yang mendapatkan ARV adalah status fungsional baring (RR=2,34, 95% CI:1,32-4,11), kategori IO berat (RR=2,11, 95% CI:1,26-3,54), dan status anemia (RR=2,56, 95% CI:1,74-3,77). Diperlukan perhatian khusus dan pemantauan bagi pasien HIV-AIDS yang menggunakan ARV dengan status fungsional baring, anemia, dan memiliki infeksi oportunistik yang berat.

Human Immunodeficiency Virus (HIV) is still an issue in health sector in the world, particularly in Indonesia. Progression of disease is influenced by various factors including age, genetic, and other infectious diseases such as tuberculosis and hepatitis, nutritional factors, and immunological status. ARV therapy has not been able to cure the disease yet is able to control the progression of HIV/AIDS by suppressing viral replication which reduce the incidence of opportunistic infections. Although the program has been implemented, the deaths from HIV continue to occur, especially in the first year of ARV treatment.
This study aims to investigate the predictors related to death in HIV-AIDS patients with ARV therapy in Dr. H. Marzoeki Mahdi Hospital in Bogor in 2008-2012. The study design was retrospective cohort using ART registration data and Medical Record. Number of samples were 396 HIV patients with ARV therapy. Data analysis was performed using Cox Regression.
The multivariate analysis showed that the predictors of deaths in HIV-AIDS patients with ARV therapy were functional baring status (RR = 2.34, 95% CI: 1.32-4.11), heavy IO category (RR = 2.11, 95% CI : 1.26-3.54), and anemia status (RR = 2.56, 95% CI: 1.74-3.77). Special attention and monitoring are required for HIV/AIDS patients taking antiretroviral medications with functional status of baring, anemia, and having severe opportunistic infections.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T48422
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Rizki Agustina
"Latar belakang. Infeksi HIV dikaitkan dengan inflamasi kronik dan risiko aterosklerosis. Ketebalan tunika intima media arteri karotis telah digunakan sebagai penanda aterosklerosis subklinis dan rasio neutrofil limfosit telah banyak digunakan sebagai penanda inflamasi serta dapat memprediksi kejadian kardiovaskular pada populasi non-HIV.
Tujuan. Mengetahui korelasi antara ketebalan tunika intima media arteri karotis dengan rasio neutrofil limfosit serta menetukan titik potong rasio neutrofil limfosit dan ketebalan tunika intima media arteri karotis sebagai penanda aterosklerosis subklinis pada pasien HIV tersupresi ARV.
Metode. Penelitian ini studi potong lintang pada pasien HIV usia 20-45 tahun dalam terapi ARV minimal 1 tahun dengan kadar virus HIV tidak terdeteksi yang berobat di POKDISUS HIV RSCM bulan Agustus-Desember 2019. Subjek penelitian tidak terdapat diabetes melitus, tidak ada infeksi oportunistik, dan tidak hamil. Penelitian ini bagian dari penelitian “Pengaruh pemberian atorvastatin terhadap aterosklerosis subklinis pada pasien HIV yang tersupresi dan seropositif CMV: sebuah uji acak tersamar ganda”. Dilakukan pencatatan data demografis, pengambilan darah untuk menilai rasio neutrofil limfosit dan ultrasonografi leher untuk menentukan ketebalan tunika intima media arteri karotis. Dilakukan analisis korelasi antara ketebalan tunika intima media arteri karotis dan rasio neutrofil limfosit.
Hasil. Dari 80 subjek penelitian, 62,5% berjenis kelamin laki-laki. Rerata usia subjek 38,21 tahun. Sebanyak 20% subjek diketahui hipertensi dan 53,8% tidak pernah merokok. Median CD4 nadir 145,98 sel/uL Rerata rasio neutrofil limfosit 1,737±0,769 dan median ketebalan tunika intima media arteri karotis 0,475 (min-maks: 0,400-0,700) mm. Tidak didapatkan subjek yang termasuk aterosklerosis subklinis dan tidak didapatkan adanya korelasi antara ketebalan tunika intima media arteri karotis dengan rasio neutrofil limfosit.
Kesimpulan. Tidak didapatkan korelasi antara ketebalan tunika intima media arteri karotis dengan neutrofil limfosit rasio pada pasien HIV tersupresi ARV

Background. HIV infection is related with chronic inflammation and atherosclerosis. Carotid intimal media thickness (CIMT) has been used worldwide as a surrogate marker for subclinical atherosclerosis and neutrophil lymphocyte ratio (NLR) as inflammation marker has been shown to predict occurence of cardiovascular events in non-HIV population.
Objective. This research aims to study correlation between CIMT and NLR in HIV-suppressed ARV patients and to determine the NLR cut-off as subclinical atherosclerosis marker in HIV-suppressed ARV patients.
Method. This study was a cross-sectional study in HIV patient, 20-45 years old, on ARV therapy for at least 1 year with viral load undetectable and without diabetic mellitus or opportunistic infections and not pregnant at outpatient clinic POKDISUS HIV RSCM from August to Descember 2019. This study is part of another big research entitled “Effect of atorvastatin on subclinical atherosclerosis in virally-suppressed HIV-infected patients with CMV seropositivity:a randomized double-blind placebo controlled trial”. Demographic data, blood drawing for evaluating NLR and ultrasonography of carotid for evaluating CIMT were done for each patients. All data were analyzed for the correlation between CIMT and NLR..
Result. From 80 subjects, 62,5% was male. The mean age of subjects was 38,21 years. Hypertension was known for 20% subject and 53,8% had never smoked. The median CD4 nadir 145,98 cell/uL. In this study, mean of NLR was 1,737±0,769 and the median of CIMT was 0,475 (min-max: 0,400-0,700) mm. There were no subjects that included as sublinical atherosclerosis and there was no significant correlation between CIMT and NLR.
Conclusion. There was no significant correlation between CIMT and NLR in HIV-suppressed ARV patients
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Safitri Fadilla Wardhani
"Antiretroviral (ARV) terbukti efektif untuk menurunkan angka kematian akibat HIV-AIDS. Namun demikian efektifitas ARV sangat dipengaruhi oleh kepatuhan Orang dengan HIV-AIDS (ODHA) dalam mengkonsumsi ARV. Salah satu faktor yang memengaruhi kepatuhan ODHA terhadap pengobatan ARV adalah intimasi pasangan sebagai bentuk dukungan psikososial bagi ODHA yang terbangun dari aspek emosional, sosial dan seksual. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi hubungan antara intimasi pasangan dengan kepatuhan pengobatan ARV. Penelitian ini menggunakan desain analitik observasional dengan pendekatan cross sectional pada 115 responden ODHA dewasa yang mendapat pengobatan ARV, sampel diperoleh dengan teknik consecutive sampling.
Hasil analisis uji Chi Square menunjukan adanya hubungan yang bermakna antara intimasi pasangan dengan kepatuhan pengobatan ARV (p value = 0,000; 95% CI). ODHA yang memiliki tingkat intimasi tinggi, memiliki tingkat kepatuhan yang tinggi pula. Dari hasil penelitian ini perawat dan konselor dapat melibatkan pasangan ODHA dalam memotivasi, mengawasi dan mengingatkan ODHA untuk patuh terhadap pengobatan ARV.

Antiretroviral therapy has been proven effectively in reducing mortality caused by HIV-AIDS. However, the effectiveness of antiretroviral therapy is affected by adherence. The factor that influences Antiretroviral adherence is spousal intimacy as a psychosocial support that built on emotional, social and sexual aspects. The research aimed to identify the relationship between spousal intimacy with Antiretroviral adhenrence. This research used a cross sectional design with a consecutive sampling method involving 115 adult People Living With HIV-AIDS (PLWHA) who received Antiretroviral as respondents.
The results of the research was analyzed by Chi Square test and showed a significant relationship between spousal intimacy with Antiretroviral adherence (p value = 0,000; 95% CI). PLWHA who have a high level of intimacy also have a high level of Antiretroviral adherence. This research is beneficial for the health provider in supporting the improvement of ART adherence by involving PLWHA partners in care, support and treatment programs.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ngasu, Kristina Everentia
"HIV/AIDS merupakan penyakit menular yang menyerang sistem immun. Penelitian ini bertujuan untuk menggali dan memahami berbagai pengalaman pasien HIV/AIDS dengan TB dalam mengkonsumsi obat antiretroviral dan anti tuberculosis. Metode penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi digunakan dalam penelitian ini. Wawancara mendalam dilakukan kepada enam orang partisipan. Analisis data dengan menggunakan metode Colaizzi. Penelitian ini menghasilkan tujuh tema, yaitu pengalaman minum obat, perubahan fisiologi, perubahan psikologi, perubahan sosiologi, permasalahan ekonomi, pengalaman di pelayanan kesehatan serta spirit dan spiritualitas. Berdasarkan tema yang dihasilkan, disarankan agar perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan holistik mencakup biopsikososial spiritual pada pasien karena mereka mengalami perubahan-perubahan besar dengan HIV/AIDS.

HIV / AIDS is an infectious disease that attacks the immune system. This study aims to explore and understand the various experiences of HIV / AIDS with TB patients in consuming antiretroviral and anti-tuberculosis drugs. Qualitative research method with phenomenological approach used in this study. In-depth interviews carried out to six participants. Analysis of the data by using Colaizzi method. This research identify seven themes, namely experience taking medication, changes in physiology, psychology changes, changes in sociology, economic problems, experience in health car and spirit & spiritualit. Based on the theme generated, it is recommended that nurses can provide a comprehensive and holistic biopsychosocial spiritual nursing care cover to patients as they undergo major changes with HIV / AIDS.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2015
T43607
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahajeng Dewantari
"Ketaatan minum obat dalam penanganan HIV/AIDS dengan pengobatan ARV merupakan faktor yang penting dalam menentukan keberhasilan terapi. Di Indonesia belum ada data yang menyebutkan angka pasti ketaatan minum obat ARV pada ODHA. Ketaatan minum obat ARV dipengaruhi oleh adanya faktorfaktor psikologis (stigma diri dan fungsi kognitif) dan non psikologis yang terdiri dari faktor demografi (umur, waktu tempuh tempat tinggal ke rumah sakit, akses berobat, tingkat pendidikan, pekerjaan, tinggal sendiri atau bersama orang lain, pembiayaan berobat, penggunaan NAPZA) dan faktor obat dan penyakit (kompleksitas regimen obat, adanya infeksi oportunistik, sumber transmisi HIV).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa prevalensi ketaatan minum obat ARV pada ODHA yang berobat di UPT HIV RSUPN Cipto Mangunkusumo adalah 67,7%, stigma diri memiliki hubungan yang bermakna dengan ketaatan minum obat ARV, sedangkan faktor non psikologis yang diteliti dan fungsi kognitif tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan ketaatan minum obat ARV.

Adherence to ARV is an important factor in determining the success of HIV/AIDS treatment. There has been no data about adherence to ARV in plwh in indonesia. Adherence to ARV is influenced by psychological factors (self-stigma and cognitive function) and non-psychological factors consisting of demographic (age, travel time between living place and hospital, access to treatment, level of education, occupation, living alone or with others, treatment payment, illicit drugs use), disease and treatment factor (treatment regimen complexity, opportunistic infections, source of HIV transmission).
The result of this study showed that prevalence of adherence to ARV in plwh coming to HIV integrated service unit Cipto Mangunkusumo hospital is 67,7%, that self-stigma had significant relation with adherence to ARV, while psychological factors and cognitive function had no significant relation with adherence to ARV.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Umi Solekhah
"Peningkatan pravelensi Orang dengan HIV/AIDS ODHA dari tahun ke tahun merupakan salah satu masalah kesehatan global yang serius. Antiretroviral ARV merupakan satu-satunya pilihan terapi yang tersedia bagi ODHA yang harus dikonsumsi seumur hidup dengan kepatuhan tinggi 95 guna mencapai efektfitas obat. Akan tetapi, masalah kepatuhan masih menjadi masalah utama bagi ODHA. Pengetahuan tentang penyakit dan pengobatannya merupakan faktor yang dapat mendukung tingkat kepatuhan dalam menjalani pengobatan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan tentang HIV/AIDS, terapi ARV dan infeksi oportunistik dengan tingkat kepatuhan ODHA dalam menjalani terapi antiretroviral. Digunakan metode cross sectional consecutive total sampling dengan jumlah sampel sebanyak 50 responden. Hasil penelitian ini menunjukkan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan dengan tingkat kepatuhan dalam menjalani terapi ARV p value = 0.107 > 0.05.

Increasing the number of People Living with HIV AIDS PLWHA from year to year is one of the serious global health problems. Antiretroviral ARV is the only available therapeutic option for PLWHA to be consumed for a lifetime with high adherence 95 in order to achieve drug effectiveness. However, compliance issues are still a major problem for PLWHA. Knowledge about the disease and theraphy are factors that can support medication adherence.
This study aims to determine the correlation between the level of knowledge about HIV AIDS, ARV therapy and opportunistic infections and the level of adherence of PLWHA in antiretroviral therapy. The method of cross sectional consecutive total sampling was used with 50 respondents in total. The results of this study indicate there is no significant correlation between the level of knowledge and the level of adherence in undergoing antiretroviral therapy p value 0.107 0.05.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Orendo Rusfian Raharjo
"

Fenomena iklim menarik untuk dipelajari karena berdampak sangat luas pada kehidupan manusia dan lingkungannya secara signifikan. Perubahan tersebut antara lain terlihat secara nyata dalam perubahan garis pantai dan kehiduopan di wilayah pesisir. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ENSO, MJO, dan IOD terhadap perubahan garis pantai sepanjang 80 km di Kabupaten Badung dan Kota Denpasar, Bali. Parameter yang digunakan dalam penelitian ini adalah energi perusak dan penahan abrasi sebagai faktor yang memengaruhi perubahan garis pantai, serta laju perubahan garis pantai pada setiap karakteristik pesisir. Perubahan garis pantai diperoleh melalui analisis deliniasi citra satelit Landsat dari tahun 1995 hingga 2020. Analisis karakteristik pesisir dilakukan berdasar penggunaan lahan dan litologi setempat. Hasil analisis tersebut digunakan untuk menentukan perbedaan respon dari keberadaan ENSO, MJO, dan IOD untuk masing-masing karakteristik pantai di Kecamatan Kuta, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung dan Kecamatan Denpasar Selatan, Kota Denpasar, Bali. La Nina, IOD positif, dan peningkatan jumlah MJO kuat di perairan Indonesia cenderung meningkatkan kekuatan parameter perusak garis pantai seperti siklon tropis, curah hujan, dan ombak. Pada fase El Nino dan IOD negatif terjadi pelemahan faktor perusak yang ditunjukan melalui penurunan nilai abrasi. Penggunaan lahan pertanian dengan litologi pesisir berpasir dan formasi selatan memiliki nilai abrasi yang lebih tinggi, pesisir  berpasir dengan litologi kuarter pada penggunaan lahan terbangun.

 


Climatic phenomena are interesting, because they have a a far-reaching impact on human life and the environment significantly. These changes can be seen clearly among the changes in coastline and living in coastal areas. This study aims to determine the effect of ENSO and IOD on changes in the shoreline along the 80 km in the District of Kuta, District of South Kuta, Badung Regency, and District of South Denpasar, Denpasar City, Bali. The parameters used in this study are the energy of destruction and abrasion shoreline resistance as factors that influence shoreline changes, as well as the rate of shoreline change in every shoreline characteristics. Shoreline changes were obtained through delineation analysis of Landsat satellite imagery from 1995 to 2020. Analysis of coastal characteristics was carried out based on land use and local lithology.  The results showed that ENSO, MJO, and IOD affected Badung Regency and Denpasar City when the temperature around Indonesian seas was higher than usual. La Nina, positive IOD, and an increase in the number of strong MJOs in Indonesian waters tend to increase the strength of shoreline destroying parameters such as tropical cyclones, rainfall, and waves. In the El Nino and IOD negative phases, there is a weakening of the damaging factor, which is shown by a decrease in the abrasion value. The agricultural landuse with sandy and limestone shoreline has high value of abrasion, in the other hand the young lithology of the quaternary era in built up area has lower average of erosion.

"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurvika Widyaningrum
"Terapi antiretroviral mampu menekan replikasi HIV, mencegah morbilitas dan mortalitas. Kepatuhan pengobatan dibutuhkan untuk mencapai kesuksesan terapi, mencegah resistensi obat antiretroviral dan risiko penularan HIVDR ditengah masyarakat. Efek samping obat antiretroviral umumnya terjadi pada 3 bulan pertama setelah inisiasi yang dapat mempengaruhi kepatuhan pengobatan pasien di tahun pertama pengobatan antiretroviral. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh efek samping obat antiretroviral lini pertama terhadap kepatuhan pengobatan pasien HIV/AIDS di RSPI Prof. Dr. Sulianti Saroso tahun 2010-2015.
Penelitian ini merupakan studi kohort retrospektif berbasis rumah sakit dimana sebanyak 376 naïve-patient HIV/AIDS dipilih sebagai sampel dan diamati selama 12 bulan setelah inisiasi ART. Kepatuhan pengobatan diukur dengan dua metode yaitu berdasarkan self report dan ketepatan waktu ambil obat. Data dianalisa dengan menggunakan cox proportional hazard regression dengan perangkat lunak STATA12. Hasil penelitian menunjukkan bahwa efek samping obat ARV lini pertama berpengaruh terhadap kepatuhan minum obat (RR12=1,45, 95% CI 1,009?2,021 dan RR34=0,85, 95% CI 0,564-1,273) namun tidak berpengaruh terhadap kepatuhan ambil obat (RR12=1,23, 95% CI 0,851-1,839 dan RR34=0,70, 95% CI 0,437-1,108).

Antiretroviral therapy suppresses HIV replication, preventing morbidity and mortality. Adherence to antiretroviral therapy is needed to achieve successful treatment, prevent resistance to antiretroviral drugs and the risk of transmission of HIVDR in the community. The side effects of antiretroviral drugs generally occur in the first 3 months after initiation that could affect adherence in the first year of antiretroviral treatment. The aim of this study analyzed the effect of first-line antiretroviral side effect and adherence of HIV/AIDS patients in RSPI Prof. Dr. Sulianti Saroso period 2010 until 2015.
This study is hospital based retrospective cohort. A total of 376 HIV/AIDS naïve-patient had been selected as samples. Adherence was measured by two methods, based on self report and drug pick-up. Data was analyzed using cox proportional hazard regression with STATA12 software. Based on self report, HIV/AIDS patients who experience first-line ARV drugs side effect significantly associated with non-adherent (RR12=1.45, 95% CI 1.009 to 2.021 and RR34=0.85, 95% CI 0.564 to 1.273). Based on drug pick up, patients who experience first-line ARV drugs side effect not significantly associated with non-adherent (RR12=1.25, 95% CI 0.851 to 1.839 and RR34=0.70, 95% CI 0.437 to 1.108).
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
T45807
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>