Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 152633 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"[Perilaku menyontek merupakan salah satu bentuk pelanggaran moral yang
memiliki berbagai dampak negatif. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk
menanggulangi perilaku menyontek adalah menanamkan nilai-nilai religius pada
siswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara orientasi
religius (intrinsik dan ekstrinsik) dan perilaku menyontek pada siswa SMA,
dengan mengontrol jenis sekolah (sekolah agama dan sekolah umum) serta jenis
kelamin (laki-laki dan perempuan). Responden dalam penelitian ini terdiri dari
134 siswa SMA yang menempuh pendidikan di sekolah agama dan sekolah
umum. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang
signifikan antara orientasi religius (intrinsik dan ekstrinsik) dan perilaku
menyontek pada siswa SMA, dengan mengontrol jenis sekolah (sekolah agama
dan sekolah umum) serta jenis kelamin (laki-laki dan perempuan). Di lain pihak,
model dalam penelitian ini secara signifikan dapat meningkatkan kemampuan
untuk menjelaskan variasi dalam perilaku menyontek karena adanya interaksi
jenis sekolah dan jenis kelamin., Cheating behavior is one of moral infraction that has negative impacts. This
unethical behavior may be reduced by instilling religious values among students.
The research aims at examining the relationship between religious orientation
(intrinsic and extrinsic) and cheating behavior among high school students, after
controlled for school types (religious school and public school) and gender (man
and woman). A total of 134 high school students from religious school and public
school setting have been involved in this study. The result shows that there is no
significant relationship between religious orientation (intrinsic and extrinsic) and
cheating behavior among high school students, even after the school types
(religious school and public school) and gender (man and woman) were controlled
for. Furthermore, the model in this research can significantly increase the ability
to explain the variation in cheating behavior due to interaction between school
types and gender.]"
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S58499
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syaninta Alvi Andira
"Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai hubungan antara berpikir kritis dan orientasi religius. Berpikir kritis adalah penilaian yang bertujuan dan bersifat meregulasi diri untuk menghasilkan interpretasi, analisis, evaluasi, dan kesimpulan beserta penjelasan dari pertimbangan yang jelas, konseptual, metodologis, kriteriologis, atau kontekstual berdasarkan penilaian tersebut (Facione, 1990).
Orientasi religius merupakan cara seseorang mempraktikkan atau hidup dengan keyakinan dan nilai agamanya (Allport & Ross, 1967). Pengukuran berpikir kritis menggunakan Tes Analog (Suleeman & Christia, 2016) dan pengukuran orientasi religius menggunakan alat ukur Religious Orientation Scale (ROS) versi revisi (Genia, 1993). Partisipan pada penelitian ini adalah 121 mahasiswa S1 Universitas Indonesia.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara berpikir kritis dan orientasi religius, baik pada dimensi orientasi religius intrinsik maupun orientasi religius ekstrinsik. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menyelidiki gejala ini dengan memperluas penggunaan sampel penelitian, mengonstruksikan alat ukur orientasi religius dalam konteks Indonesia yang lebih baik, melakukan wawancara, dan memperhitungkan pengelompokkan agama pada partisipan penelitian.

This research was conducted to find the relationship between critical thinking and religious orientation. Critical thinking is purposeful, self-regulatory judgment which results in interpretation, analysis, evaluation, and inference, as well as explanation of the evidential, conceptual, methodological, criteriological, or contextual considerations upon which that judgment is based (Facione, 1990).
Religious orientation is the way in which a person practices or lives out his/her religious beliefs and values (Allport & Ross, 1967). Critical thinking was measured using Tes Analog (Suleeman & Christia, 2016) and religious orientation was measured using the revised version of Religious Orientation Scale (ROS) (Genia, 1993). The participants in this research were 121 undergraduate students of University of Indonesia.
The result shows that there is no significant correlation between critical thinking and religious orientation, whether it is intrinsic or extrinsic religious orientation. Further research is needed to investigate this phenomenon by expanding participants of the research, constructing religious orientation instrument in Indonesian's context, conducting interviews, and considering religious grouping on the participants.
"
Depok: Fakultas Psikologi Unversitas Indonesia, 2016
S63088
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Nur Halimah
"Masa berkuliah merupakan masa di mana individu menghadapi banyak tantangan. Mahasiswa yang tidak mampu menghadapi tantangan akan merasakan dampak pada kesejahteraan dirinya.Individu yang optimis dapat menghadapi tantangan dengan baik. Salah satu faktor yang mempengaruhi optimisme adalah religiositas. Religiositas mencakup banyak konsep, termasuk orientasi religius. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara optimisme dan orientasi religius. Partisipan penelitian ini adalah 669 mahasiswa Universitas Indonesia. Peneliti menggunakan LOT-R dan adaptasi ROS untuk mengukur optimisme dan orientasi religius. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif signifikan antara optimisme dengan orientasi religius intrinsik serta hubungan negatif signifikan antara optimisme dengan orientasi religius ekstrinsik.

College life is a period in which students face many challenges. College students who are not be able to overcome those challenges will feel the impact on their well-being. Optimism plays an important role for individuals to overcome those challenges. Religiosity is one of the factor that might influence optimism. Religiosity is composed by many concepts, including religious orientation. The purpose of this research is to identify relationship between optimism and religious orientation. Participants were 669 college students from Universitas Indonesia. Optimism was measured by LOT-R and religious orientation was measured by adaptation form of ROS. There was significant positive correlation between optimism and intrinsic religious orientation, and significant negative correlation between optimism and extrinsic religious orientation
"
Depok: Fakultas Psikologi Unversitas Indonesia, 2015
S60021
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nafis Abiu Wira Negara
"Banyak penelitian yang telah menemukan hasil bahwa orientasi religius intrinsik berhubungan positif dengan perilaku prososial dan orientasi religius ekstrinsik berhubungan negatif dengan perilaku prososial. Penelitian ini bertujuan melakukan analisis lanjutan dengan populasi yang berbeda, yaitu dengan melihat hubungan orientasi religius mahasiswa muslim dan perilaku prososial terhadap kelompok agama minoritas pada dewasa awal. Penelitian ini menggunakan metode korelasi untuk melihat hubungan antara dua variabel tersebut. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Allport Ross Religious Orientation Scale dan Prosocialnees Scale for Adults yang telah diadaptasi dalam Bahasa Indonesia. Partisipan yang terlibat dalam penelitian ini berjumlah 106 mahasiswa yang beragama Islam di Universitas Indonesia dengan rentang usia 18-26 tahun (M = 20,7, SD = 1,38). Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa kedua hipotesis penelitian diterima. Pertama, orientasi religius intrinsik berhubungan secara positif dan signifikan terhadap perilaku prososial. Kedua, orientasi religius ekstrinsik berhubungan secara negatif dan signifikan terhadap perilaku prososial.

Many studies have found results that intrinsic religious orientation is positively related to prosocial behavior and extrinsic religious orientation is negatively related to prosocial behavior. This study aims to conduct further analysis with a different population, which is to see the relationship between religious orientation of Muslim students and prosocial behavior toward religious minority groups in emerging adult. This study uses the correlation method to see the relationship between the two variables. The instruments used in this study are the Allport Ross Religious Orientation Scale and the Prosocialnees Scale for Adults which have been adapted in Indonesian language. The participants involved in this study amounted to 106 Muslim undergraduate students at the University of Indonesia with an age range of 18-26 years (M = 20.7, SD = 1.38). The results of this study showed that both research hypotheses are accepted. First, intrinsic religious orientation is positively and significantly related to prosocial behavior. Second, extrinsic religious orientation is negatively and significantly related to prosocial behavior."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syahrieal Amri Hadi
"Skripsi ini membahas tentang hubungan persepsi keterlibatan ayah dan orientasi tujuan pada siswa SMP di Depok. Tujuan penelitian ini adalah untuk memahami persepsi keterlibatan ayah dan orientasi tujuan siswa SMP. Dengan mengetahui hal tersebut dapat membuat guru di sekolah meningkatkan keterlibatan ayah pada pendidikan anak. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain korelasional. Partisipan penelitian berjumlah 91 orang siswa SMP di Depok. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner. Hasil penelitian menyatakan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara persepsi keterlibatan ayah dan orientasi tujuan mastery dan orientasi tujuan performance approach. Namun, persepsi keterlibatan ayah berhubungan positif dan tidak signifikan dengan orientasi tujuan performance avoidance. Hasil penelitian menyarankan bahwa ayah perlu terlibat secara aktif dalam pendidikan anak sehingga anak dapat memiliki orientasi tujuan mastery dan orientasi tujuan performance approach. Dengan memiliki orientasi tujuan mastery dan orientasi tujuan performance approach siswa dapat menguasai materi pelajaran sehingga meningkatkan pencapaian akademis serta tidak melakukan kecurangan saat ujian berlangsung. Selain itu siswa memiliki sifat kompetitif untuk meningkatkan prestasi akademis dibandingkan teman-temannya. Peneliti menyarankan guru di sekolah perlu meningkatkan kampanye tentang pentingnya keterlibatan ayah dalam pendidikan anak dan memberikan informasi mengenai orientasi tujuan kepada orang tua.

The focus of this study is the relationship between perception of father involvement and goal orientation among junior high school students. The purpose of this study is to understand the perception of father involvement and goal orientation of junior high school students. By having this understanding, the teachers could encourage father involvement in students’ education. The type of this research is quantitative research with correlational design. The data were collected by questionnaire distributed to 91 participants who are junior high school students in Depok. The research result suggests that there is a positive and significant relationship between the perception of father involvement and the mastery goal orientation and performance approach goal orientation. However, the perception of father involvement has a positive but not significant relationship towards performance avoidance goal orientation. The research result suggests that fathers have to be actively involved in children’s education so that the children will be able to attain mastery and performance approach goal orientations. By attaining these two types of goal orientations the students will be able to master the subjects and hence will increase their academic achievements and avoid them from cheating during exams. Aside from that, the students will be more competitive to improve their academic achievements over their schoolmates. The researcher suggests the teachers to promote about the importance of father involvement in children’s education and to supply the parent with adequate information regarding the goal orientations
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S55104
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dyah Utami Sulistianingtyas
"ABSTRAK

Sekolah merupakan sebuah lingkungan sekunder bagi seorang remaja setelah lingkungan keluarga. Siswa memiliki anggapan bahwa dunianya adalah sekolah, tugas sekolah. Gambaran dan penilaian seorang siswa tentang diri sendiri pada saat sekarang akan berpengaruh pada apa yang terjadi di masa mendatang saat pengerjaan tugas sekolah. Konsep diri yang dimiliki oleh siswa dapat memengaruhi tingkah laku siswa untuk menentukan cara untuk menyelesaikan tugas sekolah dan mendapatkan prestasi yang baik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan konsep diri dengan menyontek pada siswa di Sekolah Menengah Kejuruan. Partisipan penelitian ini terdiri dari 93 orang pada siswa yang berada di Sekolah Menengah 1 Palopo. Penelitian ini menggunakan alat ukur TSCS (William H.Fitts), untuk mengukur konsep diri, dan Pattern of Adaptive Learning Scales (PALS, dari Midgley 2000), untuk mengukur tingkah laku menyontek. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan skor yang signifikan antara konsep diri dan tingkah laku menyontek.


ABSTRACT

School is adolescent’s secondary environment, after family. Students think that school was their world. Students judgment and perception about themselves will affect how they do shoolwork, and their future. Students self-concept could affect their behavior in doing schoolwork and getting academic achievements. This study aims to discover the relationship between self-concept behavior on high school students. Participants of this study consists of 93 high school students from Palopo high school. Measurments used in this study was TSCS for measuring self-concept and PALS to measure cheating behavior. Results showed that there’s a significant score relationship between self-concept and cheating behavior.

"
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S56669
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tsalitsa Haura Syarifah
"Banyaknya permasalahan perilaku pada siswa jenjang menengah memicu munculnya program pendidikan karakter di berbagai negara, termasuk Indonesia. Pembentukan karakter dapat dilakukan melalui keterlibatan siswa di dalam kelas, sehingga persepsi siswa terhadap iklim kelasnya menjadi penting untuk dilihat pada penelitian ini. Sebagai upaya menjelaskan perilaku siswa jenjang menengah yang terkait dengan pendidikan karakter, penelitian ini hadir untuk melihat hubungan antara classroom climate sebagai faktor lingkungan dan performance goal orientation sebagai faktor diri pada siswa Sekolah Menengah Atas (SMA). Classroom climate diukur menggunakan Individualized Classroom Environment Questionnaire (ICEQ) short version (Fisher & Fraser, 1985), sedangkan performance goal orientation diukur menggunakan Goal Orientation And Learning Strategies Survey (GOALS-S) (Dowson & McInerney, 1997). Teknik analisis yang digunakan adalah multiple correlation dengan R menunjukkan besaran koefisien korelasi yang didapatkan. Hasil penelitian terhadap 149 siswa kelas XI yang berasal dari jurusan Ilmu Pengetahuan Alam dan Ilmu Pengetahuan Sosial menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara classroom climate dan performance goal orientation (R = 0,332, p<0,01). Selanjutnya ditemukan pula hubungan yang signifikan antara classroom climate dan mastery goal orientation, namun tidak terbuktikan adanya hubungan antara classroom climate dan work avoidance goal orientation, serta social goal orientations.

Many behavioral problems at secondary level students cause the character education program in many countries, including Indonesia. Character building can be done by involving students in the classroom. Therefore, students perception of classroom climate becomes essential to be analyzed in this study. As an attempt to explain secondary level students behavior which is related to character education, this study presents to investigate the correlation between classroom climate as environmental factor and performance goal orientation as person factor among senior high school students. Classroom climate variable is measured using the Individualized Classroom Environment Questionnaire (ICEQ) short version (Fisher & Fraser, 1985), while the performance goal orientation is measured using Goal Orientation And Learning Strategies Survey (GOALS-S) (Dowson & McInerney, 1997). Multiple correlation is used for the analysis technique with R shows the amount of correlation coefficient earned. The results from 149 students class of XI majoring in science and social science indicates that there is a significant correlation between classroom climate and performance goal orientation (R = 0.332, p<0.01). Furthermore, research also found a significant correlation between classroom climate and mastery goal orientation, but it does not prove the existence of the correlations between classroom climate and work avoidance goal orientation, as well as the social goal orientations."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
S60738
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raden Adisty Yunissa
"Dalam penelitian ini menggunakan alat ukur Life Orientation Test-Revised (LOTR) dari Scheier, Carver, dan Bridges (1994) untuk mengukur optimisme dan menggunakan alat ukur Pattern of Adaptive Learning Scales (PALS) dari Midgley (2000) untuk mengukur perilaku menyontek. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat gambaran optimisme dan menyontek, serta hubungan kedua variabel tersebut pada mahasiswa. Penelitian ini merupakan penelitian korelasional dengan pendekatan kuantitatif.
Hasil penelitian pada 150 mahasiswa menunjukkan bahwa terdapat hubungan signifikan antara optimisme dan menyontek, dengan kekuatan korelasi yang tergolong lemah. Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan oleh pihak perguruan tinggi untuk merancang program intervensi untuk meminimalisir menyontek pada mahasiswa.
This research is using Life Orientation Test-Revised (LOT-R) from Scheier, Carver, and Bridges (1994) for measuring optimism, and using PALS from Midgley (2000) for measuring cheating behavior. This research is conducted to describe a level of optimism, level of cheating, and correlation between both of variable in college students. This study is a correlational study with quantitative approach. A sample of 150 college students was used to investigate the relationship between optimism and cheating behavior.
The result indicates that there is a relationship between optimism and cheating, with a weak correlation. Implication of this study is, the result can be considered in designing an intervention program, in order to decrease student's cheating.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rizky Khairunnisa Al-Hadi
"ABSTRAK
Pemerintah Indonesia menerapkan Kurikulum 2013 dalam memfasilitasi pembentukan karakter siswa yang mandiri dan berorientasi pada proses pembelajaran. Salah satu aspek psikologis yang penting bagi mahasiswa dalam mendukung program adalah orientasi tujuan penguasaan. Keterlibatan ayah merupakan salah satu aspek yang berkaitan dengan orientasi tujuan secara umum. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan keterlibatan ayah dengan orientasi tujuan ketuntasan pada siswa SMA di Jabodetabek. Pengukuran menggunakan instrumen skala penguasaan Nurturing Fathering Scale, Reported Father Involvement Scale, dan Achievement Goal Questionnaire-Revised. Hasil analisis statistik korelasi menunjukkan bahwa keterlibatan ayah tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan orientasi tujuan penguasaan. Analisis data demografi dilakukan untuk membantu pembahasan hasil penelitian.
ABSTRACT
The Indonesian government implements the 2013 Curriculum in facilitating the character building of students who are independent and oriented towards the learning process. One of the psychological aspects that is important for students in supporting the program is the orientation of mastery goals. Father involvement is one aspect related to goal orientation in general. This study aims to see the relationship between father's involvement and goal orientation of completeness of high school students in Jabodetabek. Measurements used the Nurturing Fathering Scale, Reported Father Involvement Scale, and Achievement Goal Questionnaire-Revised instrument. The result of correlation statistical analysis shows that father involvement has no significant relationship with goal orientation of mastery. Demographic data analysis was conducted to assist the discussion of research results."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Selita Restuningtyas
"Pengetahuan tentang HIV / AIDS perlu diberikan kepada remaja untuk mengurangi terjadinya perilaku berisiko oleh remaja. Penelitian deskriptif analitik korelatif ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan HIV / AIDS dan perilaku berisiko dengan pendekatan cross-sectional yang melibatkan 418 siswa dari 10 SMA Negeri di Kota Bogor dengan menggunakan teknik proporsional stratified random sampling. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner IAQ-E (International AIDS Questionnaire English Version) untuk mengukur tingkat pengetahuan dan kuesioner YRBS (Youth Risk Behavior Survey) tentang perilaku berisiko pada remaja. Hasil analisis bivariat dengan uji Spearman menunjukkan bahwa pengetahuan HIV / AIDS berhubungan bermakna dengan perilaku berisiko (p = 0,009 α = 0,05; r = 0,128). Pendidikan kesehatan perlu dimasukkan dalam kurikulum pendidikan di sekolah untuk mengembangkan pengetahuan remaja tentang informasi kesehatan khususnya HIV / AIDS sehingga dapat mengurangi perilaku berisiko HIV / AIDS sejak usia dini.

Knowledge about HIV / AIDS needs to be given to adolescents to reduce the occurrence of risky behavior by adolescents. This descriptive correlative analytic study aims to determine the relationship between HIV / AIDS knowledge and risky behavior using a cross-sectional approach involving 418 students from 10 public high schools in Bogor City using proportional stratified random sampling technique. The research instrument used the IAQ-E (International AIDS Questionnaire English Version) questionnaire to measure the level of knowledge and the YRBS (Youth Risk Behavior Survey) questionnaire about risk behavior in adolescents. The results of the bivariate analysis using the Spearman test showed that knowledge of HIV / AIDS was significantly associated with risky behavior (p = 0.009 α = 0.05; r = 0.128). Health education needs to be included in the education curriculum in schools to develop youth knowledge about health information, especially HIV / AIDS so that it can reduce HIV / AIDS risk behavior from an early age."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>