Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 166823 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nike Shabrina
"[ABSTRAK
Tesis ini merupakan studi yang memfokuskan pada gigs musik yang diadakan di kafe dan bar Kota DKI Jakarta dan Kota Bandung. Hasil studi ini menunjukkan gigs mengalami penurunan karena terkendala krisis ruang, harga sewa tempat mahal dan sulitnya perizinan. Padahal, kafe dan bar memainkan peran penting bagi gigs dalam mendukung perkembangan musik di perkotaan, menjadi penghubung antara para penggiat gigs (performan, gigs organizer, komunitas)
dengan khayalak umum untuk mempopulerkan skena musik mereka. Penurunan ini ditambah adanya anggapan gigs hanya sebagai hiburan dan tontonan, bukan investasi budaya yang bisa diakomodir dan dikembangkan. Perlu ada strategi untuk melakukan pembaharuan dalam segala kegiatan acara, termasuk meningkatkan performance dan kualitas penggiatnya yang aktif bergerak di skena musik. Kemudian, bagi komunitas atau gigs organizer agar dapat mengeksplorasi
alternatif tempat-tempat baru yang bisa digunakan untuk gigs.;

ABSTRACT
This thesis focuses on gigs music at cafes and bars in Jakarta and Bandung. The results of this study show that there is a number of gigs has declined due to the limitation of space, expensive rental price, and facing permit obstacles. Whereas, cafes and bars play an important role for gigs to support music development in urban areas, as a conduit between gigs?s players (performer, gigs organizer, community) with society to popularize their music scene. The decline is caused by contention that gigs are simply seen as an entertainment and a spectacle, not a cultural investment that could be used to please and entertain the people. We need a strategy to carry on renewal in every event activities, including improving the quality and gigs players?s performance in music scene. Then, the community or gigs organizer should explore new alternative places which can be used for gigs., This thesis focuses on gigs music at cafes and bars in Jakarta and Bandung. The results of this study show that there is a number of gigs has declined due to the limitation of space, expensive rental price, and facing permit obstacles. Whereas, cafes and bars play an important role for gigs to support music development in urban areas, as a conduit between gigs’s players (performer, gigs organizer, community) with society to popularize their music scene. The decline is caused by contention that gigs are simply seen as an entertainment and a spectacle, not a cultural investment that could be used to please and entertain the people. We need a strategy to carry on renewal in every event activities, including improving the quality and gigs players’s performance in music scene. Then, the community or gigs organizer should explore new alternative places which can be used for gigs.]"
2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
Adhitya Derisa Rasi Makara
"Tesis ini membahas tentang peranan agregator musik dalam struktur industri musik di indonesia dalam konteks agregator musik ini sebagai agen perubahan strukturasi industri musik dalam hal pendistribusian dan promosi konten musik di era perkembangan teknologi informasi dan komunikasi bagi para musisi indie. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain studi kasus. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa ada 2 faktor utama yang mempengaruhi perubahan industri musik Indonesia. Yang pertama adalah perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang semakin maju. Dan yang kedua adalah berkembangnya musik Indie (Sidestream). Agregator musik muncul sebagai platfrom bisnis yang fokus mendistribusikan lagu ke toko musik digital di seluruh dunia. Agregator musik berperan sebagai pengganti label rekaman yang kerap kali menjadi sandungan bagi para musisi untuk memasarkan karyanya. Agregator musik melalui toko digital maupun streaming musik dianggap mampu menjawab tantangan era digital dalam hal distribusi dan promosi karya musik. Terlebih, agregator musik dianggap mampu mewadahi karya-karya musisi baru atau musisi indie yang seringkali mengalami kesulitan luar biasa untuk memperkenalkan karya musiknya.

This tesis discusses about the role of Music Aggregator in structur change of music industry in Indonesia in the context that music aggregator is as an agent to change music industry in term of music distribution and promotion content in the growing information and communication technology era for indie musicians. The thesis applies qualitative design with case study design. The study concluded that two main factor which affect of Indonesia music industry change. The first factor is the rapid growth of information and communication technology. The second factor is the rise of Indie Music (Sidestream). Music Aggregator becames a business platform that focuses on distributing songs to digital music stores all around the world. Music Aggregator contributes as subtitutive record label that alwasy hampers all musician to market their creation. Music Aggregator through digital music store or streaming music platform is able to answer the challenges of digital era in the term of music content distribution and promotion. Music aggregator can collect creations of new musicians or indie musicians who often experience extraordinary diffuculty to introduce their creations."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
T46318
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Evan Eka Wijaya
"Klasifikasi genre musik merupakan salah satu bidang dari Music Information Retrieval (MIR) yang menggunakan pola-pola spektral dalam rekaman audio digital sebagai fitur untuk membentuk sebuah sistem yang dapat menentukan genre dari sebuah musik secara otomatis. Beberapa model deep learning telah dikembangkan untuk memperoleh performa terbaik dalam melakukan klasifikasi genre musik. Tiga di antaranya adalah Convolutional Neural Network (CNN), Long Short-Term Memory (LSTM), dan model hybrid CNN-LSTM. Walaupun model- model tersebut mampu memberikan hasil yang cukup memuaskan, model-model tersebut memiliki kekurangan masing-masing. Model CNN kurang dapat memperhitungkan urutan-urutan fitur pada data berurutan dan model LSTM tidak dapat melakukan komputasi secara paralel. Ketiga model tersebut juga membutuhkan pengulangan dan konvolusi yang kompleks, serta waktu yang cukup panjang untuk perhitungan berurutan. Transformers merupakan arsitektur model yang tidak lagi mengandalkan recurrence/pengulangan, melainkan mekanisme attention yang dapat memperhitungkan urutan-urutan data pada data berurutan dan melakukan perhitungan paralel sehingga jangka waktu yang dibutuhkan dalam perhitungan lebih singkat. Melihat keberhasilan dan kepopuleran dari Transformer pada berbagai bidang seperti Bidirectional Encoder Representations from Transformers (BERT) pada bidang Natural Language Processing dan Vision Transformers pada bidang Computer Vision, pada skripsi ini dilakukan analisis mengenai kinerja model Transformers dalam permasalahan klasifikasi genre musik dibandingkan dengan model CNN, LSTM, dan CNN-LSTM.

Music genre classification is one of the fields of Music Information Retrieval (MIR) that uses spectral patterns in digital audio recording as features to build a system that can automatically classify a music’s genre. Several deep learning models have been developed to get the best performance in classifying music genres. Three of them are Convolutional Neural Network (CNN), Long Short-Term Memory (LSTM), and hybrid CNN-LSTM model. Although those models can give satisfactory results, each model has their own weakness. CNN is less able to consider the sequences in sequential data and LSTM is not able to do parallel computation. All these models also require complex recurrences and convolutions, as well as quite a long time for sequential calculations. Transformers is a model architecture that no longer relies on recurrences, but rather on an attention mechanism that can consider the sequences in data and perform parallel calculations so that the time required for calculation is shorter. Looking into the success and popularity of Transformers in various fields such as BERT in the field of NLP and Vision Transformers in the field of Computer Vision, this thesis analyzes the performance of Transformers on music genre classification compared to CNN, LSTM, and CNN-LSTM."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anak Agung Ayu Ari Widhyasari
"Musik tradisional di Indonesia merupakan suatu kekayaan budaya yang telah ada sejak jaman nenek moyang dan terus ada hingga sekarang. Musik tradisional yang beragam dan memiliki ciri khas dan unik tentunya menarik minat orang untuk mempelajarinya. Sehingga tak jarang banyak musisi – musisi dan seniman yang memadukan musik tradsional dengan musik modern untuk memunculkan ciptaan musik baru. Banyak musik tradisional Indonesia yang digunakan di luar negeri dan bahkan banyak orang asing yang mempelajari musik tradisional Indonesia seperti gamelan, angklung, gong, dan seni musik lainnya.
Bahkan banyak musisi Indonesia yang memadukan musik tradisional dengan musik modern. Sebut saja seperti Balawan dan Ethnic Percussion yang selalu membawakan musik tradisional dengan musik modern lalu ada juga grup musik Emoni yang menggunakan musik modern dan tradisional dalam membawakan semua lagunya. Bisa dikatakan hal yang dilakukan oleh kedua musisi tersebut untuk melestarikan budaya seni musik tradisional Indonesia.
Salah satu bentuk atau proses melestarikan budaya bisa dilihat pada pementasan musik Megalitikum Kuantum. Pada pementasan ini, terdapat perpaduan musik tradisional dan musik modern. Pementasan ini merupakan ide kreatif dari Rizaldie Siagian yang merupakan seorang musisi dan seniman. Megalitikum Kuantum memiliki arti langit yang merupakan atap dari segala unsur kehidupan seperti batu, air, kayu dan beberapa unsur lainnya. Unsur – unsur ini pun diambil dari seni musik tradisional Indonesia seperti jegog, gamelan, dan lain – lain.
Pementasan Megalitikum Kuantum menimbulkan beberapa Hak dan Hak Cipta dan bagaimana kedudukan seni musik tradisional dalam pementasana tersebut. Beberapa hak yang timbul dalam Hak Cipta merujuk pada Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta serta perlindungan musik tradisional merujuk pada Undang – Undang Nomor 5Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan. Kedua peraturan perundang – undangan tersebut memiliki ketentuan – ketentuan yang melindungi musik tradisional dan bagaimana jika muncul ciptaan baru karena perpaduannya dengan musik modern.

Traditional music in Indonesia is a cultural wealth that has existed since ancient times and continues to exist today. Traditional music that is diverse and has distinctive and unique characteristics certainly attracts people to learn it. So it is not uncommon for many musikians and artists to combine traditional music with modern musik to create new musikal creations. A lot of Indonesian traditional music is used abroad and even many foreigners have studied traditional Indonesian music such as gamelan, angklung, gong, and other musical arts. In fact, many Indonesian musikians combine traditional musik with modern music. For example, Balawan and Ethnic Percussion, who always present traditional music with modern music, then there is also an Emoni music group that uses modern and traditional music in performing all their songs. It could be said that the things done by the two musikians were to preserve the culture of Indonesian traditional music arts. One form or process of preserving culture can be seen in the Megalitikum Kuantum music performance. In this performance, there is a combination of traditional music and modern music. This performance is a creative idea from Rizaldie Siagian who is a musician and artist. Megalitikum Kuantum have the meaning of the sky which is the roof of all living elements such as stone, water, wood and several other elements. These elements are also taken from traditional Indonesian musik such as jegog, gamelan, and others. Megalitikum Kuantum performances give rise to several rights and copyrights and how the position of traditional music in the performance. Several rights arising in copyright refer Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2014 about Hak Cipta and and Undang – Undang Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan. Both laws and regulations have provisions that protect traditional music and what if a new creation appears because of its combination with modern music."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irawan Prayoga
"Tesis ini membahas tenlang studi strukturasi lerhadap musik indie di Jakarta. Secara khusus, penelitian ini melihat struktur dominasi induslri musik major label dan bagaimana produksi/rcproduksi sistem nilai pada musik indie tersebut_ Pcnclilian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan paradigma konstruktivis kritis. Dengan menggunakan pendekatan sosiokulluml, penelitian ini memakai teori strukturasi Anthony Giddens. Hasil penelitian menemukan bahwa sistem nilai yang dibangun oleh musik indie merupakan suatu relasi oposisi terhadap sistem nilai musik major label. Sistem nilai pamungkas milik musik indie yang tidak dapat disentuh oleh kapitalis adalah free culture."
Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2009
T33844
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Adriana Rahajeng Mintarsih
"Album musik Stripped (2002) merupakan album yang menjadi titik balik di dalam karir penyanyi Christina Aguilera. Tidak seperti album perdananya Christina Aguilera (1999) di mana ia tidak mempunyai kontrol atas materi album dan citranya, ia terlibat penuh di dalam pembuatan album dan citra yang ia tampilkan dengan menjadi produser eksekutif untuk album Stripped. Lagu-lagu pop remaja dan citra remaja perempuan yang ‘manis’ dan ‘baik-baik’ digantikannya dengan lagu-lagu beraliran hip-hop, rhythm and blues (R&B), dan soul dengan tema dan citra perempuan dewasa yang nyaman dengan tubuh dan seksualitasnya. Menggunakan pendekatan feminis posstrukturalis Hélène Cixous mengenai écriture féminine (praktik penulisan feminin) dan cultural studies dengan teknik close reading, saya mendapatkan dua temuan ketika melakukan analisis teks. Pertama, album ini merupakan wadah bagi Christina untuk mengartikulasikan subjektivitas feminin.
Meskipun Cixous sendiri tidak pernah membuat konsep subjektivitas feminin, saya melihat bahwa praktik penulisan feminin menjadi sarana bagi Christina untuk meraih subjektivitas. Kedua, ketika Christina dan album Stripped diletakkan kembali ke dalam konteks industri musik di mana keduanya berada, artikulasi subjektivitas feminin harus berhadapan dengan proses branding yang meliputi semua penyanyi atau musisi di dalam industri musik arus utama. Tubuh dan seksualitas perempuan sering kali digunakan oleh industri musik di dalam proses branding para penyanyi perempuan. Namun, dengan menggunakan model sistem produksi budaya milik Elizabeth C. Hirschman, di dalam penelitian ini, saya menemukan bahwa Christina tidak menjadi objek atau korban branding melainkan berhasil melakukan negosiasi antara subjektivitas feminin dan branding.

Stripped (2002) is a music album that becomes a turning point in Christina Aguilera’s singing career. Unlike her first album Christina Aguilera (1999) in which she had no control over the materials of her album and her image, she sought full involvement in the album making and her image by being the executive producer of Stripped. Teen pop songs with a ‘good’ girl image were replaced by hip hop, rhythm and blues (R&B), dan soul songs with an image of a woman comfortable with her body and sexuality. Using a poststructural feminism approach based on Hélène Cixous’s écriture féminine (feminine writing) and cultural studies approach with close reading techniques, I made two findings when doing textual analysis. First, this album becomes a vessel for Christina to articulate a feminine subjectivity.
Although Cixous herself never formulated a concept of feminine subjectivity, feminine writing becomes a mean for Christina to achieve subjectivity. Second, since Christina and her album Stripped are parts of the music industry, her articulation of feminine subjectivity has to meet the process of branding which is unavoidable for every singer or musician in the mainstream music industry. Female body and sexuality are often used by the music industry in the process of branding of female singers. However, using a model of culture production system by Elizabeth C. Hirschman, in this research, I found that instead of being an object or a victim of branding, Christina manages to make a negotiation between feminine subjectivity and branding.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Owen Hizkia Pratama
"Banyak anggapan bahwa musik hip-hop adalah salah satu bentuk hiburan gelap karena sifatnya yang transgresif seperti yang ditunjukkan melalui penggunaan lirik yang ekspresif dan agresif dalam lagu-lagunya. Artikel ini bertujuan untuk mengeksplorasi lebih jauh hubungan antara musik hip-hop dan hiburan gelap ini melalui analisis tekstual dan visual pada lagu-lagu hip-hop terpilih. Secara khusus, artikel ini menganalisis lirik dan video musik dari lagu-lagu hip-hop terpilih dengan kerangka teoretis psikoanalisis yang dirancang oleh Sigmund Freud. Temuan penelitian menunjukkan bagaimana lagu hip-hop yang dipilih, 1-800-273-8255 oleh Logic dan Darkness oleh Eminem, memberikan perspektif baru untuk mengatasi masalah yang sangat topikal melalui penggunaan berbagai aspek psikoanalitik seperti dinamika Id, Ego, Super-ego, Defense Mechanism, dan teori Object Relations. Menanggapi karya-karya ilmiah yang ada tentang masalah ini, artikel ini menyerukan interpretasi hip-hop yang lebih objektif dan mendalam untuk merefleksikan bagaimana budaya hip-hop berpotensi dapat digunakan untuk mengevaluasi diskursus sosial kontemporer.

Many have argued that hip-hop music is a form of dark leisure because of its transgressive nature as shown through the use of expressive and aggressive lyrics. This article aims to further explore this connection between hip-hop music and dark leisure by conducting a textual and visual analysis on the selected hip-hop songs. In particular, this article analyses the lyrics and music videos of selected hip-hop songs through the theoretical frameworks of psychoanalysis designed by Sigmund Freud. Research findings have shown how the selected hip-hop songs, Logic's 1-800-273-8255 and Eminem's Darkness, offer new perspectives to address a very topical issue through the use of various psychoanalytical aspects such as the Id, Ego, Super-ego dynamic, Defence Mechanism, and Object Relations theories. In response to existing scholarship on the issue, this article calls for a more objective and in-depth interpretation of hip-hop to reflect on how the hip-hop culture can be used to evaluate contemporary social discourse."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Rafii Rama Naidu
"Industri musik telah menghadapi perubahan drastis akibat revolusi digital yang mengubah cara konsumen mengonsumsi musik. Revolusi digital membuka peluang baru bagi musisi baru karena dinamika baru membuka pasar dan platform baru yang memungkinkan musisi independen mengelola karir mereka tanpa menandatangani kontrak dengan perusahaan label besar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui transisi musisi dan band Indonesia dalam beradaptasi dengan revolusi industri musik. Makalah ini menggunakan analisis digital dan metode kualitatif untuk memahami Fourtwnty, sebuah band Indonesia yang dibentuk pada tahun 2010. Tulisan ini mengeksplorasi platform media sosial sebagai alat pemasaran mereka untuk mempromosikan karya seni mereka pada tahun 2013. Penelitian ini berhasil menginformasikan motivasi, urgensi, dan ketergantungan saat ini pada aktivasi digital. di media sosial dalam mendistribusikan karya seni musisi di era digital. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara online dengan tim media Fourtwnty dan observasi online melalui akun media sosial Fourtwnty. Makalah ini membahas tentang revolusi digital yang mengubah model bisnis industri musik dan bertujuan untuk menangkap peluang bisnis yang diberikan oleh munculnya teknologi web untuk mendistribusikan karya seni musisi di platform online.

The music industry has faced drastic changes due to the digital revolution that changed how consumers consume music. The digital revolution opened up new opportunities for new musicians since the new dynamic opened new markets and platforms that enable independent musicians to manage their careers without signing a contract with major label companies. This study aimed to investigate the transition of Indonesian musicians and bands in adapting to the revolutionised music industry. This paper uses digital analytics and qualitative methods to understand Fourtwnty, an Indonesian band formed in 2010. It explores social media platforms as their marketing tools to promote their artwork in 2013. This research successfully informed the motivation, urgency and the current dependence on digital activation in social media in distributing musicians' art forms in the digital era. The data was collected through an online interview with the Fourtwnty media team and an online observation through Fourtwnty's social media account. This paper discusses the digital revolution that changed the music industry business model and aims to capture the business opportunities provided by the rise of web technology to distribute musicians' artwork on online platforms."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>