Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 73860 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Subsidi bahan bakar minyak (BBM) sudah memberatkan pemerintah. Oleh karena itu, pemerintah merencanakan adanya pengurangan subsidi BBM melalui kebijakan pembatasan konsumsi BBM. Kajian ini melihat apa yang terjadi pada distribusi pendapatan rumah tangga, baik itu di perkotaan maupun di perdesaan ketika kebijakan pembatasan konsumsi BBM dilaksanakan. Kemudian, dilihat sektor mana saja yang akan terkena dampak paling besar dari realokasi dana penghematan subsidi BBM. Secara umum, kajian ini menggunakan metode: Analisa Accounting Multiplier, Analisa Jalur Struktural atau Structural Path Analysis (SPA), yang meliputi Direct Effect, Total Effect, dan Global Effect, serta Analisa Kebijakan dengan memasukkan shock ke dalam variabel eksogen. Kemudian, perhitungannya dilakukan dengan menggunakan software MATS dan Microsoft Excell 2007 untuk mengolah data SNSE 2005. Hasil kajian menunjukkan pemberian subsidi sebesar Rp 92,8 triliun akan meningkatkan pendapatan rumah tangga sebesar 3,39%. Kemudian, dampak pembatasan subsidi dengan tidak memberikan subsidi kepada kendaraan pribadi (pengurangan subsidi BBM dari sebesar Rp.92,8 triliun-Rp34,3 triliun menjadi hanya Rp58,5 (Rp34,3 triliun) direalokasikan ke sektor pendidikan dan kesehatan maka akan meningkatkan pendapatan rumah tangga sebear 3,61% dan jika direalokasikan ke sektor infrastruktur akan meningkatkan pendapatan sebesar 3,15%. subsidi BBM lebih dirasakan manfaatnya oleh sektor nonpertanian perdesaan sebesar 4,02%. terlebih lagi, sektor rumah tangga di perdesaan ini memperoleh dampak positif yang paling besar dari adanya subsidi dalam semua skenario, dan yang terbesar adalah subsidi dalam bentuk subsidi pendidikan dan kesehatan."
JEP 19:2 (2011)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Bimo Suhariyanto
"Tesis ini membahas dampak program Kredit Usaha Rakyat terhadap pendapatan dan konsumsi rumah tangga tahun 2008-2011. Data FSAM 2005 digunakan penulis dengan tujuan untuk menangkap dampak kesejahteraan untuk rumah tangga serta siapa yang paling diuntungkan oleh program tersebut. Untuk menjelaskan dampak tersebut, penelitian menggunakan analisis multiplier serta dekomposisi pengganda guna mengetahui sektor yang memberikan dampak terbesar.
Hasilnya, sektor utama yang memiliki income multiplier terbesar untuk empat tipe rumah tangga cenderung seragam meski memiliki urutan yang berbeda yaitu sektor pertanian formal dan informal, pertambangan informal, sektor jasa formal dan perdagangan, hotel dan restoran formal. Sedangkan polapola pengeluaran rumah tangga untuk komoditas bisa dikelompokkan dalam empat besar yakni pertanian, manufacturing, keuangan dan jasa. Rumah Tangga Miskin terbesar mengeluarkan pendapatannya untuk komoditas manufacturing, pertanian, jasa dan keuangan.
Penelitian ini juga melakukan simulasi kebijakan untuk menjelaskan dampak total pasca shock KUR sebesar Rp 62,9 triliun kucuran dana KUR selama empat tahun. Hasilnya, semua tipe rumah tangga mendapatkan keuntungan dari KUR. Tetapi rumah tangga desa tidak miskinlah yang mendapatkan penerimaan terbesar yakni 10,43 kali lipat pendapatannya dibanding rumah tangga desa miskin 9,37.

The focus of this study is to measure the impact Kredit Usaha Rakyat (KUR) on household incomes and consumption in 2008-2011. FSAM 2005 data was used to capture the impact of welfare for the household and which household gain the most benefit from the program. Multiplier and decomposition multiplier analysis were used to determine sector impact for four type of household.
Major finding are KUR will rising income and consumption for all type household. If KUR channeled to sector with big income multiplier may result more impact for targeted household. Those sector are agriculture (formal and informal sector), mining (informal), trade, hotel and restaurant (formal).
Result after simulation shows that after injection KUR Rp 12 trillion (2008) will rising income for rural unpoor household 10,39 times from initial. But rural poor household only rise their income by 9,34 times.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2015
T44069
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Taufiqur Rohman
"Dalam rangka pemenuhan kebutuhan bahan bakar minyak bersubsidi ini ke seluruh wilayah Indonesia kegiatan Penyediaan merupakan kegiatan yang sangat penting. Penyediaan adalah kegiatan menyediakan BBM, baik dari kilang dalam negeri maupun impor, dan menyalurkannya sampai ketangki-tangki penyimpanan bahan bakar minyak di Terminal Transit/Terminal/Depot menggunakan sarana transportasi seperti jalur pipa, tanker, dan tongkang.
Dalam penelitian ini dirancang sebuah simulasi rantai suplai BBM bersubsidi untuk jenis bensin Premium, minyak tanah dan solar. Simulasi rantai suplai ini melibatkan seluruh aspek yang terkait serta mengintegrasikannya mulai dari sumber pasokan dari kilang, alat angkut, dan depot BBM serta jalur penyediaan BBM dari Kilang Plaju ke Depot Tanjung Pandan dan Depot Pangkal Balam di Bangka Belitung.
Berdasarkan hasil simulasi yang dilakukan didapatkan faktor dominan terlambatnya pasokan BBM bersubsidi dari sumber ke Depot di Bangka Belitung disebabkan kondisi dimana kedalaman air laut yang hanya 6 meter pada kondisi air laut pasang tertinggi, sehingga alat angkut BBM berupa tangker atau tongkang BBM hanya bisa membawa BBM dengan maksimum kapasitas 1500KL di depot Pangkal Balam dan 500KL di Depot Tanjung Pandan.
Berdasarkan coverage day hasil simulasi terlihat bahwa kondisi di Bangka Belitung rata-rata masih di bawah coverage day ideal, yaitu di bawah 21 hari. Dimana 14 hari digunakan sebagai cadangan operasional dan 7 hari digunakan sebagai cadangan BBM Nasional.
Untuk menanggulangi tidak terganggunya pasokan BBM di daerah Bangka Belitung dapat dilakukan usaha seperti menambah frekwensi pemesanan BBM dari sumber, atau menambah fasilitas penyimpanan BBM di Bangka Belitung agar tercapai coverage day minimum 21 hari. Dengan total waktu pendistribusian melalui jalur sungai (muara) dan jalur laut untuk masing-masing Depot Tanjung Pandan dan Depot Pangkal Balam selama 27 jam dan 13 jam, dapat dijadwalkan pengiriman bahan bakar minyak dilakukan sebelum terjadinya air surut."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
T25864
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ajeng Tri Wardhani
"ABSTRAK
Penelitian ini mempelajari apakah own produced consumption menjadi strategi rumah tangga perdesaan dalam memenuhi kebutuhan pangan keluarganya. Dalam hal ini peneliti menambahkan variabel konsumsi bahan pangan yang diproduksi sendiri ke dalam sistem permintaan Linearly Approximated Almost Ideal Demand System (LA/AIDS). Dari data Susenas 2008 dan 2011, variabel konsumsi yang berasal dari produksi sendiri terbukti mempengaruhi share konsumsi rumah tangga di semua kelompok komoditi, artinya rumah tangga di perdesaan masih bergantung pada own produced consumption dalam memenuhi kebutuhan pangan keluarganya. Pada tahun 2011, semakin rendah pendapatan rumah tangga, maka own produced consumption untuk kelompok umbi-umbian menjadi semakin tinggi. Semakin tinggi pendapatan rumah tangga, maka own produced consumption untuk kelompok ikan / udang / cumi / kerang, telur dan susu menjadi semakin tinggi.

ABSTRACT
This studies use an additional variable of self-produced food consumption to the
Linearly Approximated Almost Ideal Demand System (LA/AIDS) to test for the
own produced consumption behavior in Indonesian rural households. This essay
also proposes a test which permits heterogeneity across households, by dividing
households into low, middle and high income. From the 2008 and 2011 household
budget survey data (SUSENAS core and consumption module) this study finds
that self-produced food consumption variable proved to be significant in all food
groups. It means that own produced consumption behavior is the rural
households? strategy to make sure that their food security is guaranteed. In 2011,
the lower the households? income, the own produced consumption behavior on
tubers is getting higher. While the higher the households? income, the own
produced consumption behavior on fishery, eggs and dairy products is getting
higher."
2016
T46222
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dendi Romadhon
"Perkembangan ekonomi dan teknologi menuntut ketersediaan tenaga kerja yang
mempunyai keahlian yang memadai. Data Produk Domestik Bruto (PDB) serta Sakemas
tahun 2003 dan 2006 dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa setiap
kenaikan l persen pertumbuhan ekonomi membutuhkan pekerja berpendidikan Sl ke atas
sebesar 2,3 persen. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi pertumbuhan ekonomi
akan semakin banyak ketersediaan tenaga kerja berpendidikan Sl ke atas. Karena untuk
menghasilkan pekerja berpendidikan tinggi memerlukan pembiayaan yang cukup besar, maka subsidi pendidikan menjadi suatu hal yang tidak dapat guna mendukuug
pertumbuhan ekonomi dan perkembangan teknologi di masa akan datang.
Pemerintah Indonesia telah lama mencanangkan subsidi pendidikan guna menyiapkan
sumber daya manusia yang handal. Perubahan sasaran subsidi pendidikan terus berlangsung
sesuai dengan proses berjalannya waktu. Indonesia pernah mencanangkan wajib belajar 6
tahun, kemudian bergeser menjadi wajib belajar 9 tahun, bahkan saat ini masyarakat sudah
menuntut supaya dana pendidikan mencapai 20 persen dari APBN/APBD. Dibeberapa daerah
kaya, 20 persen anggaran untuk pendidikan telah terealisasi.
Social Accounting Matrix (SAM) Indonesia tahun 2006 digunakan untuk
mentransformasi pembahan alokasi anggaran subsidi pendidikan yang diluncurkan oleh
pemerintah, guna meningkatkan pendapatan rumah tangga yang pada akhirnya akan
mendorong rumah tangga mengalokasikan dananya untuk biaya pendidikan tinggi.
Sedangkan alur subsidi pendidikan dirunut dengan menggunakan Structural Path Analysis
(SPA).
Analisis dampak dari tabel SAM tahun 2006 menunjukkan bahwa setiap pertumbuhan
ekonomi naik sebesar 1 persen akan menyediakan kesempatan kerja berpendidikan Sl ke atas
sebanyak 24| ribu ekivalen tenaga kerja (EIK). Apabila dilihat pertumbuhannya, maka setiap
1 persen pertumbuhan ekonomi akan meminta pekerja berpendidikan S1 ke atas sebesar 4,l2
persen.
Apabila golongan rumah tangga secara desil berdasarkan jumlah
penduduk, maka 10 persen rumah tangga golongan paling bawah hanya menikmati pendapatan
rumah tangga secara keseluruhan sebesar Rp 35,1 triliun. Untuk 10 persen golongan rumah
tangga paling kaya menikmati pendapatan rumah tangga sebesar Rp 1.075,2 triliun. Ini
menunjukkan bahwa gap pendapatan antara rumah tangga 10 persen termiskin dengan rumah
tangga 10 persen terkaya sebesar 1 banding 31. Hasil simulasi subsidi pendidikan menunjukkan bahwa apabila subsidi pendidikan
diberikan secara merata ke seluruh rumah tangga, melalui fasilitas pendidikan, maka
pengeluaran rumah tangga untuk pendidikan meningkat sebesar l4 persen. Jika subsidi
pendidikan hanya diberikan untuk rumah tangga golongan bawah, maka pengeluaran rumah
tangga untuk pendidikan meningkat sebesar 13 persen"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2008
T33990
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sirait, Roland Mangasa
"ABSTRAK
Secara keseluruhan subsidi BBM yang telah di belanjakan pemerintah adalah sebesar 1.015 T atau secara rata-rata, sebasar 10,84 dari total APBN dari tahun 2007 ndash; 2014. Secara nasional subsidi BBM berpengaruh positif terhadap IPM. Jawa-Bali dan pulau lainnya diluar Sumatera dan Jawa-Bali subsidi BBM berpengaruh positif terhadap pertumbuhan PDRB tetapi, pengaruh kausalitas sebaliknya terjadi di pulau Sumatera. Di Sumatera dan pulau lainnya peningkatan subsidi BBM mengakibatkan peningkatan IPM. Oleh karena itu, kebijakan penghapusan subsidi BBM terutama premium sudah tepat dilakukan pemerintah dan terkait dengan subsidi solar untuk transportasi dan korosene yang masih diberikan oleh pemerintah saat ini, disarankan juga untuk dihapuskan.

ABSTRACT
Overall fuel subsidy that has been in government spending amounted to 1,015 T or, on average, sebasar 10.84 of the total state budget from 2007 2014. Nationally subsidy positive effect on the HDI. Java Bali and other islands excluding Sumatra and Java Bali fuel subsidy positive effect on GDP growth, however, the influence of the reverse causality occurred on the island of Sumatra. In Sumatra and other islands, the increase in fuel subsidies resulting in an increase in the HDI. Therefore, the policy of eliminating fuel subsidies mainly premium was appropriate for government and associated with subsidized diesel for transportation and korosene are still provided by the government at this time, it is advisable also to be abolished."
2017
T47507
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aji Wahyu Ramadhani
"ABSTRAK
Tingkat kemiskinan anak yang lebih tinggi dibandingkan tingkat kemiskinan penduduk menunjukkan anak lebih rentan terhadap dampak kemiskinan. Anak-anak yang tumbuh dalam rumah tangga miskin cenderung tidak dapat menikmati berbagai hak dasar dan berpotensi menghambat tumbuh kembangnya. Penelitian dengan data Susenas Provinsi DKI Jakarta memiliki dua tujuan yaitu mengukur tingkat deprivasi hak-hak dasar anak serta menguji faktor karakteristik rumah tangga yang memengaruhi status kemiskinan anak di Provinsi DKI Jakarta. Metode analisis yang digunakan untuk menjawab tujuan pertama adalah dengan MODA, sementara untuk menjawab tujuan kedua adalah dengan regresi logistik. Hasil pengolahan data menggunakan SPSS 22.0 menunjukkan tingkat deprivasi terbesar yang dialami oleh anak di Provinsi DKI Jakarta adalah pada dimensi kesehatan dengan 33,41%, diikuti dimensi perumahan sebesar 32,37%, dimensi makanan dan nutrisi dengan 25,92%, kemudian dimensi fasilitas dengan 24,15%, dimensi pendidikan dengan 23,33%, dan yang terendah dimensi perlindungan anak dengan 3,95%. Pengukuran kemiskinan anak dengan metode MODA menunjukkan terdapat 10,25% anak miskin yang terdeprivasi minimal pada 3 dimensi dan 3,56% anak miskin yang terdeprivasi pada minimal 4 dimensi. Hasil analisis regresi logistik menunjukkan bahwa faktor karakteristik rumah tangga yang memengaruhi status kemiskinan anak di Provinsi DKI Jakarta adalah pendidikan kepala rumah tangga, status bekerja ibu, dan jumlah anggota rumah tangga. Kemiskinan anak di Provinsi DKI Jakarta harus segera diatasi, diantaranya dengan memberikan prioritas terhadap dimensi yang memiliki tingkat deprivasi terparah yaitu dimensi kesehatan dan dimensi perumahan. Peningkatan angka imunsasi dasar lengkap pada anak usia balita serta memperbanyak penyediaan hunian vertikal bagi masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah dapat menjadi prioritas untuk segera dilaksanakan.

ABSTRACT
Child poverty rates that are higher than population poverty rates indicate that children are more vulnerable to the effects of poverty. Children who grow up in poor households tend to not be able to meet various basic rights and potentially inhibit their growth and development. Research with data from Susenas of DKI Jakarta Province has two objectives namely measuring the level of deprivation of basic rights of children, then testing the factors of household characteristics that influence the child poverty in DKI Jakarta Province. The analytical method used to answer the first objective is MODA, while to answer the second objective is logistic regression. The results of data processing using SPSS 22.0 showed the greatest deprivation rate experienced by children in DKI Jakarta Province was on the health dimension with 33.41%, followed by housing dimensions by 32.37%, food and nutrition dimensions with 25.92%, then dimensions facilities with 24.15%, education dimensions with 23.33%, and the lowest dimensions of child protection with 3.95%. The measurement of child poverty by the MODA method yields a rate of 10.25% of poor children who are minimally deprived of 3 dimensions and 3.56% who are deprived of at least 4 basic rights dimensions. The results of the logistic regression analysis showed that the factors of household characteristics influence the poverty status of children in DKI Jakarta Province are the education of the head of the household, the working status of mothers, and the number of household members. Child poverty in DKI Jakarta Province must be ended immediately through giving priority to dimensions that have the worst levels of deprivation. Increasing the number of complete basic immunizations for children under five years old and increasing the provision of vertical housing for people with middle to lower income can be a priority for immediate implementation.

 

"
Depok: Universitas Indonesia. Sekolah Kajian Stratejik dan Global, 2019
T51681
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ghaisani Shabrina Rahma
"[ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah : (1) Untuk menganalisis pengaruh aktivitas pelabuhan terhadap perekonomian Indonesia dilakukan melalui analisis angka pengganda (multiplier analysis), analisis kontribusi (share analysis) dan keterkaitan antar sektor pelabuhan Indonesia; (2) Untuk menganalisis posisi pelabuhan dalam sektor kunci perekonomian Indonesia; (3) Untuk menganalisis dampak investasi PT. Pelabuhan Indonesia (BUMN) terhadap pendapatan (income) dan nilai tambah bruto (NTB) perekonomian Indonesia.
Adapun data yang digunakan menggunakan data-data yang dipublikasikan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) dan Universitas Indonesia (UI) khususnya adalah Tabel Input Output 2008 Updating dan 2010. Alat analisis yang digunakan adalah menggunakan pendekatan analisis Input-Output, yaitu angka pengganda (multiplier analysis), analisa keterkaitan antar sektor (forward-backward linkage), analisis kontribusi (share analysis) dan analisis dampak investasi terhadap pendapatan (income) dan nilai tambah bruto (NTB) sektor-sektor perekonomian Indonesia.
Kesimpulan yang diperoleh adalah (1) Sektor-sektor pelabuhan memiliki nilai angka pengganda output yang relatif besar dan angka pengganda pendapatan yang relatif kecil. Hal ini menunjukkan bahwa 4 (empat) sektor terpilih yaitu Jasa Penunjang Angkutan, Jalan, Jembatan dan Pelabuhan, Angkutan Laut dan Industri Kapal dan Jasa Perbaikannya, memiliki potensi penciptaan output yang besar dari permintaannya, tetapi memiliki sedikit potensi penciptaan pendapatan rumah tangga, hal ini disebabkan karena 4 (empat) sektor ini hanya sedikit menggunakan input yang berasal dari rumah tangga atau hanya menyerap sedikit tenaga kerja rumah tangga. (2) Koefisien teknologi tahun 2008 dan 2010, terdapat perbedaan
sehingga terjadi perubahan teknologi dalam proses produksi output perekonomian. Sektor Jalan, Jembatan dan Pelabuhan merupakan sektor yang memiliki kontribusi output (output share) dan kontribusi permintaan antara (intermediate demand) tertinggi.(3) Sektor Kunci perekonomian, yaitu sektor Jalan, Jembatan, dan Pelabuhan, Angkutan Laut, dan Jasa Penunjang Angkutan, sedangkan Industri Kapal dan Jasa perbaikannya masih belum menjadi sektor kunci perekonomian. (4) Stimulus investasi terhadap sektor-sektor pelabuhan
dapat meningkatkan distribusi pendapatan ke seluruh sektor-sektor perekonomian lainnya dan terjadi peningkatan total pendapatan dari output seluruh perekonomian.(5) Stimulus investasi terhadap sektor-sektor pelabuhan dapat meningkatkan nilai tambah bruto (NTB) ke seluruh sektor-sektor perekonomian lainnya dan terjadi peningkatan total NTB dari output seluruh perekonomian.(6) penurunan dwelling time terhadap sektor-sektor pelabuhan dapat meningkatkan nilai tambah bruto (NTB) ke seluruh sektor-sektor perekonomian lainnya dan
terjadi peningkatan total NTB dari output seluruh perekonomian.

ABSTRACT
The purpose of this study were: (1) To analyze the effect of the port activity on the Indonesian economy is done through the multiplier analysis, analysis of the contribution (share analysis) and linkages between Indonesian port sector; (2) To analyze the position of the port in the key sectors of the Indonesian economy; (3) To analyze the impact of investment and dwelling time on PT. Pelabuhan Indonesia to earnings and gross value added Indonesian economy.
The data that is being used from the data published by the Central Statistics Agency (BPS) and the University of Indonesia (UI) in particular is Updating Input Output Table 2008 and 2010. The analysis tool used is using the Input-Output analysis approach, the multiplier analysis, forward-backward linkage analysis, the analysis of the contribution (share analysis) and the analysis of investment impact on income and gross value added the Indonesian economy sectors.
The conclusion is (1) Sectors port multiplier output value is relatively large and income multiplier is relatively small. This shows that 4 (four) selected sectors namely Supporting Services Transport, Roads, Bridges and Ports, Sea Transport and Industrial Ship and Improvement Services, has a great potential output
creation of demand, but it has small potential for the creation of household income, this due to the 4 (four) sector is only inconsiderably small in using the input that comes from households or just absorb small amount of household labor. (2) The coefficient of the technology in 2008 and 2010, there is a difference resulting in a change of technology in the production process of the economy's output. Sector Roads, Bridges and Ports is the one that has the highest output share and intermediate demand. (3) The Roads, Bridges, and Ports, Sea Transport, Transport and Supporting Services are the key sectors of the economy, while the Shipbuilding Industry and Services improvement is still not a key sector of the economy. (4) Stimulus investments to the port sectors can improve income
distribution to all other sectors of the economy and an increase in total revenue of the output of the entire economy. (5) Stimulus investments to the port sectors could increase the gross value added to throughout other sectors of the economy and an increase in the total value added of the output of the entire economy. (6) reduction in dwelling time for the Indonesian port could increase gross value added to all other sectors of the economy and an increase in the total value added of the whole output economy., The purpose of this study were: (1) To analyze the effect of the port activity
on the Indonesian economy is done through the multiplier analysis, analysis of the
contribution (share analysis) and linkages between Indonesian port sector; (2) To
analyze the position of the port in the key sectors of the Indonesian economy; (3)
To analyze the impact of investment and dwelling time on PT. Pelabuhan
Indonesia to earnings and gross value added Indonesian economy.
The data that is being used from the data published by the Central Statistics
Agency (BPS) and the University of Indonesia (UI) in particular is Updating Input
Output Table 2008 and 2010. The analysis tool used is using the Input-Output
analysis approach, the multiplier analysis, forward-backward linkage analysis, the
analysis of the contribution (share analysis) and the analysis of investment impact
on income and gross value added the Indonesian economy sectors.
The conclusion is (1) Sectors port multiplier output value is relatively large
and income multiplier is relatively small. This shows that 4 (four) selected sectors
namely Supporting Services Transport, Roads, Bridges and Ports, Sea Transport
and Industrial Ship and Improvement Services, has a great potential output
creation of demand, but it has small potential for the creation of household
income, this due to the 4 (four) sector is only inconsiderably small in using the
input that comes from households or just absorb small amount of household labor.
(2) The coefficient of the technology in 2008 and 2010, there is a difference
resulting in a change of technology in the production process of the economy's
output. Sector Roads, Bridges and Ports is the one that has the highest output share and intermediate demand. (3) The Roads, Bridges, and Ports, Sea Transport,
Transport and Supporting Services are the key sectors of the economy, while the
Shipbuilding Industry and Services improvement is still not a key sector of the
economy. (4) Stimulus investments to the port sectors can improve income
distribution to all other sectors of the economy and an increase in total revenue of
the output of the entire economy. (5) Stimulus investments to the port sectors
could increase the gross value added to throughout other sectors of the economy
and an increase in the total value added of the output of the entire economy. (6)
reduction in dwelling time for the Indonesian port could increase gross value
added to all other sectors of the economy and an increase in the total value added
of the whole output economy]"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2015
S59228
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mevyenna Agizta
"Skripsi ini membahas faktor-faktor perilaku konsumen apa sajakah yang mempengaruhi perilaku pembelian dan keputusan pembelian BBM Non Subsidi SPBU Lokal dan Asing (Produk: Pertamax, Pertamax Plus, Pertamina Dex, Shell Super, Shell Super Extra, Shell Diesel, Total Performance 92, Total Performance 95, Total Diesel) untuk konsumen di wilayah Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi). Penelitian ini adalah Exploratory Research yang dilanjutkan dengan Conclusive Research. Hasil penelitian menunjukkan temuan bahwa faktor sosial (kelompok acuan, peran dan status), faktor pribadi (aspek personal dan pekerjaan), juga faktor psikologi (motivasi, persepsi dan pembelajaran) secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap pembelian konsumen untuk produk BBM Non Subsidi di Jabodetabek. Selain itu, penelitian ini menghasilkan bahwa faktor psikologi berupa Motivasi Aktualisasi Diri dan proses Persepsi dan Pembelajaran konsumen memiliki kontribusi yang penting juga memberikan pengaruh yang positif dan signifikan, berbanding terbalik dengan Kelompok Acuan dan Keluarga yang memberikan pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap pembelian BBM Non Subsidi di Jabodetabek.

The focus of this study is knowing Factors that influence Consumer Behavior and its influence to Buying Behavior and Purchase Decision on Non Subsidized Fuels (Products: Pertamax, Pertamax Plus, Pertamina Dex, Shell Super, Shell Super Extra, Shell Diesel, Total Performance 92, Total Performance 95, Total Diesel) among Customers on Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi). This research is an Exploratory Research that followed by Conclusive Research. The study revealed that Social Factors (Reference Group, social roles and status), Personal factors (lifestyle, economic conditions, occupations), and pschylogical factors (motivation, perseptions, learning) together have a significant impact on Purchasing behavior of Non Subsidized Fuel Consumer on Jabodetabek. The study also revealed that psychological factor; Self Actualization Motive, Persepsion and Learning process, have an important contribution alos a significantly positive impact to Purchasing behavior and decision, inversely with Reference Group and Family which gives a significantly negative impact to Non Subsidized Fuel Purchasing behavior and decision."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
S43950
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Koes Martini S.W.
"Dalam kondisi perekonomian yang belum pulih dari krisis pada tahun 1997, serta situasi politik yang masih tak menentu, Pemerintah mengambil langkah kebijakan yang kurang populer di masyarakat yaitu menaikkan harga jual BBM rata-rata 12% dalam bulan Oktober 2000. Kebijakan ini bertujuan untuk mengurangi beban subsidi BBM dalam APBN tahun 2000, yang semula dianggarkan sebesar Rp. 22,5 trilyun (diperkirakan akan membengkak menjadi Rp. 43,5 trilyun), jumlah ini sangat besar bila dihubungkan dengan defisit anggaran tahun 1999/2000 sebesar Rp. 44,1 trilyun. Dengan kenaikan harga BBM tersebut diperhitungkan dapat menurunkan subsidi BBM sebesar Rp. 800 milyar, dan selanjutnya penghematan subsidi ini dikembalikan ke masyarakat sebagai kompensasi. Di sini Pemerintah menghadapi situasi yang dilematis, di satu sisi subsidi BBM harus diupayakan dihapus karena sangat membebani keuangan negara (APBN), di lain pihak keadaan sosial ekonomi masyarakat masih dalam keadaan yang memprihatinkan, sehingga sebagian masyarakat cenderung bereaksi menolak kebijakan tersebut.
Kondisi yang diuraikan tersebut di atas melatarbelakangi penelitian ini, yang dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui seberapa jauh dampak yang ditimbulkan oleh kenaikan harga BBM dan kompensasi tersebut terhadap distribusi pendapatan rumah tangga masyarakat, dengan menggunakan peralatan analisa Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) tahun 1999. Untuk keperluan ini SNSE tahun 1999 perlu dimodifikasi dengan memunculkan Pengilangan Minyak Bumi sebagai sub sektor tersendiri, tidak lagi tergabung dalam sub sektor pertambangan lainnya.
Dari SNSE yang telah dimodifikasi tersebut kemudian dapat diketahui angka-angka pengganda, yang menggambarkan dampak dari kebijakan tersebut terhadap distribusi pendapatan rumah tangga, dalam bentuk dampak global/keseluruhan, transfer, open loop maupun close loop.
Hasil analisis menunjukkan beberapa hal berikut :
1. Dilihat dari segi kebijakan, penurunan subsidi BBM selama ini hanya ditempuh melalui intervensi terhadap harga BBM, sedangkan variabel lain yang cukup dominan dalam menentukan besarnya subsidi BBM, yaitu volume konsumsi BBM dan biaya pengadaan BBM belum pernah dijadikan alternatif pemecahan.
2. Angka-angka pengganda pada kenaikan harga BBM menunjukkan bahwa:
- Secara keseluruhan kenaikan harga BBM tersebut menurunkan pendapatan rumah tangga sebesar Rp. 20.839,33 milyar (2,65%), dengan dampak terbesar diatami oleh rumah tangga Golongan Atas dan Golongan Rendah di perkotaan, yaitu dua kelompok rumah tangga yang mendominasi penggunaan BBM sebanyak 43,69% dari konsumsi BBM nasional, dengan meliputi penduduk sebanyak 23,50% dari penduduk Indonesia.
- Secara transfer, kenaikan harga BBM belum menimbulkan dampak pada sektor-sektor pendapatan. Secara open loop, kenaikan harga BBM menurunkan pendapatan rumah tangga pada sektor neraca institusi sebesar 0,74%, dengan dampak terbesar dialami oleh rumah tangga Golongan Atas dan Golongan Rendah di perkotaan.
- Secara close loop kenaikan harga BBM menurunkan pendapatan sektorsektor pada neraca produksi sebesar 1,91%, dengan dampak terbesar dialami oleh rumah tangga Golongan Atas dan Golongan Rendah di perkotaan.
3. Angka Pengganda pada kompensasi sebesar Rp. 800 milyar. Secara keseluruhan, kompensasi Pemerintah tersebut menaikkan seluruh pendapatan rumah tangga sebesar Rp. 1.624,90 milyar atau 0,21% dari pendapatan rumah tangga semula. Kenaikan pendapatan ini terdiri dari kenaikan secara transfer sebesar Rp. 0,95 milyar (0%), secara open loop Rp. 375, 28 milyar (0,05%) dan secara close loop sebesar Rp. 1.048,67 milyar atau 0,13% dari pendapatan semula.
4. Dari penurunan pendapatan dan kenaikan pendapatan pada butir 2 dan 3 tersebut di atas diperoleh dampak netto berupa penurunan pendapatan rumah tangga sebesar Rp. 19.214,43 milyar atau 2,44% dari total pendapatan semula.
5. Kenaikan harga BBM dan pemberian kompensasi dari Pemerintah ternyata membawa dampak perbaikan pada kesenjangan pendapatan rumah tangga. Kalau sebelumnya, perbandingan rata-rata pendapatan perkapita dari masingmasing golongan rumah tangga yang terendah dengan tertinggi adalah 1:5,766, maka dengan adanya kebijakan tersebut perbandingan ini menjadi I:5,442. Dari data ini terlihat bahwa penurunan subsidi memperbaiki kesenjangan pendapatan rumah tangga, sehingga secara umum dapat disimpulkan bahwa subsidi BBM sebaiknya dihapuskan dan BBM diperjualbelikan dengan harga pasar.
Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah bahwa secara prinsip subsidi BBM perlu dihapuskan karena memperbaiki kesenjangan distribusi pendapatan rumah tangga. Namun mengingat rumah tangga masyarakat kita masih menghadapi permasalahan perekonomian, yang diindikasikan oleh tabungan masyarakat yang negatif di tahun 1999, maka pada kelompok rumah tangga masyarakat tertentu, yakni yang kurang mampu, masih perlu diberikan subsidi BBM secara langsung. Untuk itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut guna menentukan target subsidi dimaksud beserta mekanisme pemberian subsidi yang seefektif mungkin."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2001
T4691
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>