Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 141150 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas proses pelatihan softball putri di Pusat Latihan Klub Softball Provinsi Jawa Barat sebagai cabang olahraga unggulan melalui penerapan metode latihan mental imaginery. Penelitian ini menggunakan metode tindakan. Rangkaian prosesn penelitian dilakukan dengan empat tahapan yaitu 1)perencanaan tindakan; 2) pelaksanaan tindakan; 3) observasi dan interpretasi; 4) analisis dan refleksi. Subjek penelitian 30 orang atlet putri softball di Jawa Barat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perubahan pencapaian target dari setiap diantaranya indikator jumlah atlet yang menunjukkan semangat tinggi (65,1%), menunjukkan tanggung jawab tinggi (69,2%), semakin rileks (66,5%). "
JIO 15:1 (2013)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Juriana
"Sport confidence merupakan aspek psikologi penting bagi para atlet agar kineija mereka mencapai kesuksesan. Perenang di SMP/SMA Ragunan adalah atlet junior berbakat untuk mempercepat prestasi di bidang olahraga. Penelitian ini meneliti peran pelatihan mental dalam meningkatkan sport confidence perenang SMP/SMA Ragunan ini. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pelatihan mental memiliki peran aktif dalam meningkatkan sport confidence perenang SMP/SMA Ragunan. Relaksasi dan pelatihan visualisasi memainkan peran terbaik dalam meningkatkan sport confidence. Penelitian ini menunjukkan bahwa perenang Ragunan ini melanjutkan latihan mental sampai mereka mendapatkan efek positif dalam kineija mereka. Selain itu, bidang olahraga membutuhkan lebih banyak psikolog olahraga di masa depan untuk memberikan pelatihan mental dan program pendidikan di bidang olahraga lainnya."
Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Pancasila, 2016
150 MS 7:2 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Budiman
"Tulisan kajian ini ingin mengidentifikasi perubahan perubahan dalam teamwork sebagai hasil pelatihan out door team building. Satu perusahaan yang mengikutsertakan seluruh karyawan tetapnya (48 orang/terbagi menjadi dua batch) di sebuah program pelatihan outdoor team building; dipakai sebagai subjek kajian untuk menjawab permasalahan : Bagaimana profile hasil program pelatihan outdoor team building berdasarkan kriteria ciri dan karakteristik tim yang efektif.
Dalam kajian ini dipakai pendapat Stott & Walter (I995) yang mengatakan bahwa pada umumnya ada enam sasaran/tujuan diselenggarakannya suatu program POT yaitu : (i). membangun mutual trust & mutual respect, (ii). memberdayakan diri sendiri dan orang lain, (iii). mengembangkan interpersonal skill, (iv). menciptakan iklim kerja yang kondusif (v). mendorong motivasi untuk selalu dalam kesadaran team work dan (vi). saling memberikan inspirasi mengenai arah dan strategi kerja dari tim kerjanya. Dan berdasarkan pada beberapa pendapat yang ada di susunlah sepuluh ciri/karakateristik tim yang efektif yang dipakai sebagai kriteria atau patokan terjadinya perubahan perubahan tersebut.
Dengan memakai beberapa kuesioner dan pendekatan kualitatif terutama saat pengumpulan data melalui teknik wawancara mendalam pada beberapa orang responden yang dilakukan empat bulan setelah pogram selesai dilaksanakan, didapatkan hasil sebagai berikut :
1. Kajian ini tampaknya menguatkan pendapat Stott & Walter (1995), walau yang terungkap secara nyata dari jawaban responden ada empat sasaran yaitu : membangun mutual trust & mutual respect, memberdayakan diri sendiri dan orang lain, mengembangkan interpersonal skill dan menciptakan iklim kerja yang kondusif. Meskipun demikian hasil ini, secara umum juga dapat menambah keyakinan bahwa program POT memang cukup efektif mempengaruhi kemampuan teamwork pesertanya.
2. Disamping itu, dari sepuluh karakteristik tim yang telah ditentukan terungkap ada lima karakteristik yang dapat bertahan (relatif tetap) dirasakan dampaknya meskipun sudah melewati masa empat bulan setelah pelatihan. Ke lima karakteristik itu adalah : Komunikasi efektif dan asertif, Peduli terhadap kondisi fisik & psikis rekan, Peduli terhadap hak & perasaan rekan, Semakin kenal karakter & potensi rekan dan Kesediaan untuk tampilkan ide ide baru.
3. Dari segi jenis kegiatan yang dilakukan dalam program tersebut terungkap bahwa jenis kegiatan group initiative mempunyai efek dan kesan lebih lama dibandingkan dengan jenis kegiatan lainnya.
Untuk kajian Iebih lanjut dibutuhkan suatu bentuk penelitian dan evaluasi program POT yang Iebih sistematis dan terencana, sehingga diperoleh hasil yang lebih komprehensif."
2001
T38236
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Budiaman
"Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan strategi adaptasi masyarakat nelayan dalam menghadapi masa lanjut usia. Masa lanjut usia bagi masyarakat nelayan secara sosial budaya ditentukan berdasarkan tingkat produktivitas yang dihasilkan, apakah masih aktif menncari ikan di lautan lepas atau hanya sepanjang pantai. Batasan usia produktif berpengaruh secara langsung terhadap berkurangnya pendapatan nelayan. Kenyataan ini menyebabkan munculnya berbagai permasalahan yang dialami nelayan lanjut usia, baik dari aspek ekonomi, psikologis, sosial, dan budaya.
Keluarga-keluarga nelayan lanjut usia sebagai unit analisis dalam penelitian ini memiliki karakteristik yang relatif sama dengan nelayan lanjut usia pada umumnya. Pendekatan kualitatif sangat ditekankan dalam proses mengumpulkan dan menganalisis data. Untuk itu, meskipun menggunakan analisis pada beberapa keluarga nelayan lanjut usia, namun permasalahan nelayan lanjut usia secara representatif dapat terjabarkan.
Permasalahan hidup yang dihadapi keluarga nelayan lanjut usia pada umumnya berkisar pada kekurangan sumber ekonomi dalam memenuhi kebutuhan, transisi psikososial akibat berubahnya kedudukan dan pola hubungan sosial, sulitnya mendapatkan modal untuk mengembangkan usaha, serta kesehatan yang mulai menurun. Kondisi fisik dan lingkungan sosial budaya yang telah berubah membuat nelayan lanjut usia harus menerima kenyataan yang ada. Akan tetapi hal ini tidak harus menjadikan nelayan lanjut usia sebagai beban keluarga dan masyarakat.
Eksisitensi manusia sebagai makhluk hidup akan tetap berusaha memenuhi kebutuhan, meskipun sudah lanjut usia. Realitas bahwa mereka tidak dilibatkan oleh kelompok juragan mengharuskan mereka untuk menerapkan berbagai strategi agar pemenuhan kebutuhan hidup untuk diri sendiri dan keluarga tetap terpelihara. Pilihan strategi ini dimungkinkan sebagai upaya adaptasi nelayan lanjut usia dalam mengantisipasi berbagai perubahan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat nelayan.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh temuan bahwa strategi utama yang diterapkan nelayan lanjut usia adalah tetap mempertahankan pekerjaan yang berkenaan dengan kenelayanan, mengingat lingkungan sosial dan budaya masyarakat nelayan sulit menawarkan altematif pekerjaan lain. Mereka bekerja sebagai nelayan harian, pengusaha pengolahan ikan, atau buruh nelayan. Strategi lain adalah bekerja dan melakukan aktivitas di luar 'kenelayanan, yaitu sebagai pedagang, kuncen, petugas kebersihan jalan, paranormal, petugas kebersihan mushola, dan ulem-elem. Sebagai strategi pendukung, mereka mengaktifkan fungsi kerabat, meminimalkan pengeluaran, dan menjaga kesehatan."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
T1006
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dyah Ratu Rosari
"ABSTRAK
Minat untuk memilih judul tulisan ini berawal dari kenyataan bahwa pada
dasarnya narpidana yang kurang percaya diri itu enggan untuk bergaul,
tidak mempunyai gairah untuk menghasilkan karya sendiri. Disamping itu
khususnya narapidana yang akan bebas, mereka tidak mempunyai
pandangan atau cita-cita setelah hebas nanti. Kurang percaya diri ini
disebabkan karcna adanya sikap pesimis, mereka masih khawatir atau ragu
kalau tidak diterima di Iingkungan masyarakat. Apalagi stigma masyarakat
masih bersifat negatif Berdasarkan wawancara dan pengisian kuesioner, diperoleh hasil bahwa mereka berkeinginan untuk melakukan usaha setelah hebas nanti, akan
tetapi mereka masih kurang percaya diri, apakah bisa terlaksana dengan
baik. Sedangkan masyarakat mungkin sebagian bclum pcrcaya dengan eks
narapidana. Berdasarkan pandangan-pandangan tersebut, maka menurut penulis,
program untuk meningkatkan rasa percaya diri terhadap narapidana yang
akan bebas menjadi penting untuk dilakukan. Hal tersebut didasari oleh
pandangan bahwa dengan memiliki rasa percaya diri yang tinggi, mereka
akan menjadi manusia yang kreatifl akan dapat mcnciptakan sendiri lahan
kerja bagi dirinya dan bahkan mungkin bagi orang Iain.
Oleh karena itu, dalam tugas akhir ini penulis memilih pelatihan tehnik
meningkatkan rasa percaya diri sebagai upaya memberikan bekal mental
bagi narapidana yang akan bebas.

"
2007
T34075
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Noerzamanti Lies Karmawati
"Program Promosi Kesehatan merupakan salah satu program pokok pembangunan kesehatan, untuk penatalaksanaan promosi kesehatan tersebut oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 1996 disusun Strategi Peningkatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (SP2HBS) yang ditujukan agar terjadi perubahan perilaku hidup yang bersih dan sehat. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) meliputi 5 tatanan yaitu tatanan di rumah tangga, institusi pendidikan, institusi kesehatan, tempat umum dan tempat kerja.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dan intervensi pelatihan PHBS terhadap pengetahuan, sikap dan perilaku dari petugas promosi kesehatan puskesmas di Kota Depok. Penelitian ini menggunakan rancangan quasi experimental, dengan jumlah sampel 26 orang petugas promosi kesehatan puskesmas dari 26 puskesmas di Kota Depok. Metode pelatihan yang dipilih adalah metode ceramah, tanya jawab dan dinamika kelompok.
Hasil intervensi pelatihan PHBS secara umum menunjukkan bahwa pengetahuan, sikap, dan perilaku petugas berbeda yaitu meningkat secara bermakna ;.setelah pelatihan dibanding sebelum pelatihan, pada kemaknaan a < 0,05 dengan p.value 0,045.. Kesimpulan dari penilitian ini adalah bahwa intervensi pelatihan PHBS berpengaruh terhadap pengetahuan, sikap dan perilaku petugas promosi kesehatan Puskesmas se Kota Depok.
Agar dapat mewujudkan peningkatan PHBS di tatanan institusi kesehatan maka disarankan kepada petugas promosi kesehatan puskesmas untuk melaksanakan pelatihan manajemen PHBS di tatanan institusi kesehatan dan membuat jadwal kegiatan program PHBS. Untuk puskesmas se Kota Depok disarankan membuat surat tugas untuk petugas promosi kesehatan puskesmas secara khusus (tidak tugas rangkap), deseminasi informasi program PHBS, melaksanakan manajemen promosi kesehatan melalui 4 fungsi tahapan manajemen promosi kesehatan puskesmas, membuat uraian tugas bagi petugas promosi kesehatan puskesmas, dan meningkatkan serta mempertahankan hasil penilaian klasifikasi PHBSnya. Untuk Dinas Kesehatan Kota Depok disarankan melembagakan pelatihan yang berkesinambungan bagi petugas promosi kesehatan puskesmas, menyediakan sarana yang diperlukan, melakukan bimbingan pelakasanaan pengkajian PHBS, monitoring evaluasi pelaksanaan PHBS, membantu proses penilaian, dan menindakianjuti hasil penilaian PHBS. Bagi peneliti lain diharapkan dapat melakukan penelitian secara bertingkat, studi kualitatif dan kuantitatif, atau melakukan eksperimental murni.
Daftar bacaan: 35 (1979 - 2003)

Effect from Clean and Healthy Life Behavior Training toward Knowledge, Attitude, and Behavior of Health Promotion Staff at Health Center in Depok City, West Java, 2003Health promotion program is one of the main health development program an to manage its program the Ministry of Health (MOH) of Republic of Indonesia has prepared Strategy of Increasing Clean and Healthy Life Behavior in 1996. The program encompasses 5 issues as follows: education institution, health institution, public facility, and work place. As mentioned by Green (1980) that health promotion is combination of health education, health service, organization resource, and health environment effort that aims to generate the behavior that is valuable to the health.
The objective of this study was to assess the effect of Clean and Healthy Life Behavior Training toward knowledge, attitude, and behavior of health promotion staff of health center in Depok City. This study used a quasi-experimental research design and took 26 health promotion staffs as samples out of 26 health centers in Depok City. The methods that used in this study were lecture, discussion, and group dynamic.
The result of the study showed that generally there was a significant relationship between the staffs knowledge and Clean and Healthy Life Behavior with alpha <0.05 (p value--0.000) as well as between the staffs behavior and Clean and Healthy Life Behavior (p value=0,000). Nevertheless, the result showed that there was no significant relationship between the staff's attitude and Clean and Healthy Life Behavior. In addition, there was a negative attitude change toward the lecture using cassette radio and group education at health center. The study concluded that Clean and Healthy Life Behavior Training affected to the knowledge and behavior of health promotion staff at health center in Depok City.
In order to accomplish the increase of Clean and Healthy Life Behavior surrounding health institution, it was recommended to conduct Clean and Healthy Life Behavior and to arrange the schedule of program. Besides, for all health centers in Depok City should conduct dissemination of information of the program, apply management of health promotion through 4 levels of function of health promotion in health center, set out the job description for health promotion staff in health center, and improve the evaluation result of the program as well. In addition, Health Office of Depok City should propose to publish regional regulation of health promotion, make the director regulation for health promotion staff of health center, provide the needed facilities, give technical assistance to the program, monitor and evaluate the program, facilitate the evaluation process, and follow up the evaluation result.
References: 35 (1979-2003)
"
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T12995
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jajang Gunawijaya
"ABSTRAK
Kesehatan mental seorang remaja atau dewasa muda, adalah produk dari tahapan-tahapan perkembangan mental sebelumnya. Tahapan-tahapan perkembangan mental itu terjadi dalam proses sosialisasi di dalam keluarga dan masyarakat, melalui pranata sosial budaya yang tersedia. Selain itu, pengaruh kelompok bermain turut menentukan kesehatan mental seseorang. Bila individu berhasil melalui suatu tahapan perkembangan mental maka ia akan mempunyai kesempatan untuk mampu menyelesaikan tahapan perkembangan selanjutnya. Namun, bila gagal ia akan mengalami hambatan dalam menyelesaikan tahapan perkembangan berikutnya, bahkan dapat mengalami berbagai penyakit yang tidak jelas sebab dan cara penyembuhannya.
Mampu atau tidaknya individu beradaptasi terhadap lingkungan tergantung kepada sehat atau tidak mental yang dimilikinya dalam menghadapi tantangan-tantangan yang datang dari lingkungannya. Situasi dalam keluarga, keadaan mental kedua orangtua adalah yang paling dominan membentuk sahat atau tidaknya mental seseorang. Mental yang sehat atau tidak dapat dilihat dari tahapan-tahapan perkembangan mental individu, sebagaimana yang telah dikemukakan oleh Erikson (1989).
Pendidikan tradisional berupa pengajian, nasihat-nasihat tradisional, dan berbagai bantuk ceritera rakyat, tidak hanya menjadi sarana berlangsungnya proses enkulturasi, tetapi juga membentuk mental iandividu yang sehat sejak dini.
Pranata-pranata.sosial budaya yang ada dan kelompok bermain yang sehat, menjadi sarana membina kebersamaan dan pembentukan kepribadian yang kokoh dalam beradaptasi terhadap lingkungan sosial dan fisik yang keras. Namun, kebebasan yang berlebihan dalam kelompok bermain ini justru menjadi rawan gangguan jiwa, meskipun pada tahap-tahap sebelumnya telah terbentuk mental yang sehat.
Studi menjadi penting bukan hanya karena bertujuan untuk mengkaji keterkaitan antara praktek-praktek sosialisasi dengan kesehatan jiwa dan penyakit-penyakit psikosomatik, tetapi lebih ditujukan mencari dan memberikan masukan dalam membantu membentuk karakter yang tangguh untuk menghadapi perubahan sosial yang sedemikian cepat yang berdampak terhadap kerusakan lingkungan.
Sasaran penelitian di arahkan kepada keadaan mental remaja beserta kehidupannya, karena masa remaja adalah masa yang paling kritis yang menentukan baik atau tidak mental dan perilaku mereka pada masa berikutnya, bukan hanya terhadap dirinya, tetapi juga terhadap keturunannya di kelak kemudian hari. Selain itu, masa remaja dan dewasa awal adalah masa yang seharusnya paling enerjik dan produktif yang menjadi tulang punggung kehidupan masyarakat. Remaja yang sehat menunjukkan masyarakat yang sehat, dan remaja yang sakit baik mantal maupun fisiknya, menunjukkan sakitnya masyarakat yang bersangkutan.
Metode yang digunakan dalam studi ini adalah wawancara riwayat hidup, wawancara mendalam dan observasi. Penggunaan metode penelitian tersebut diharapkan dapat diperoleh informasi, baik dari dalam diri anggota masyarakat maupun dari luar informan yang bersangkutan."
1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aida Argaputri
"ABSTRAK
Self-confidence adalah keyakinan terhadap diri Sena kemampuan yang
dimiliki (Websters Dictionary, 1996). Gejala tidak percaya diri pada anak erat
kaitannya dengan persepsi anak terhadap konsep dirinya (Surya, 2007). Orangtua
yang mcmpersepsikan anaknya sebagai ?segalanya buruk?dapat menciptakan
konsep diri yang menekankan pada anak bahwa anak kurang diterima, buruk, dan
tindakannya tidak disetujui oleh orangtuanya (Frankel-Bnmswilk, dalam Burns,
1993).
Cognilfve-Behavior Therapy (CBT) adalah sebuah istiiah yang digunakan
untuk menjelaskan bentuk innervensi yang bersifat psikoterapeutik dan bertujuan
untuk mengurangi distress psikologis dan perilaku maladaptifdengan cara
mengganti proses kognitif (Kaplan et al., dalam Stallard, 2002). Program CBT
pada dasamya didasari oleh pemyataan bahwa keyakinan negatifmengenai hidup
dan seseorang adalah hasil dari se%taIk negatif yang berujung pada perasaan
negatif mengenai diri sendiri, sebf-esteem rendah, dan kepada perilaku yang
bersifat menghambat individu mencapai hasil yang diinginkan (Bumett, 1996).
Intervensi cognizive behavioral dinilai paling sukses mcningkatkan harga diri dan
konsep diri. Program diasosiasikan dengan peningkatan positive seMta1k dan CBT
dihubungkan dengan pengurangan negative se%talk (Bumett, Craven, dan Marsh,
1999).
Program CBT dalam tugas akhir ini bertujuan untuk meningkatkan
kepercayaan diri sorang anak berusia 9 tahun dengan tingkat kecerdasan rata-rata.
Ia merasa kurang percaya diri menjawab pertanyaan guru atau orangtua saat
belajar. Ia takut menjawab dengan salah. Sctelah intervcnsi, anak mampu
menyadari kcsalahan berpikimya, menjadi lebih percaya diri di sekolah. Di sisi
lain, sikap ayah yang marah saat anak melakukan kesalahan membuat anak sulit
menunjukkau perubahan positif di mmah. Anakjuga sangat memperhatikan
cvaluasi dari teman scbayanya.

ABSTRACT
Self-confidence is faith about oneself and one?s own ability (Webster?s
Dictionary, 1996). Lack of confidence of symptom in a child is tight with the
child?s perception of his/her self-concept (Surya, 2007). Parents, who perceive
their child as ?all bad", create a self-concept that emphasize the child that he/she
is less accepted, bad, and does not have any approval of his action from the parent
(Frenkel-Brunswilk, in Bums, 1993).
Cognitive-Behavior Therapy (CBT) is an intervention that aims to
psychological distress and maladaptive behavior by altering cognitive processes
(Kaplan et al., in Stallard, 2002). CBT program is based on the notion that
negative beliefs about life and oneself is the result of negative self-talk which
leads to negative feelings about oneself; low self-esteem, and self-defeating
behavior (Bumett, 1996). Cognitive behavioral based interventions were the most
successful enhancers of self-esteem and self-concepts. 'I'he program was
associated with an increase in positive self-talk and CBT was linked to a decrease
in negative self-talk (Bumett, Craven, and Marsh, 1999).
CBT?s program on this final assignment was aimed to improve the self-
conlidence ofa nine year old girl with an average intelligence. She feels little of
confidence in answering the teacher?s or pa1°ent's questions. She was afraid that
she might give a wrong answer. As the result ofthe intervention, the child now is
aware of her faulty think and become more confident in school. On the other side,
her father-'s attitude that always become angry whenever she gives a wrong
answer make her more difficult to show some improvement at home setting. The
child also pays much of attention on her peer?s evaluation.
"
2007
T34197
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tuti Indrawati
"Penulisan ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran yang lebih mendalam mengenai langkah-langkah dalam melakukan evaluasi program pelatihan. Pentingnya melakukan evaluasi pelatihan erat kaitannya dengan komitmen manajemen untuk membiayai pelaksanaan program pelatihan bagi karyawannya, PT Z, sebagai perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa, sangat membutuhkan kualitas sumberdayanya dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan. Kinerja organisasi yang cenderung menurun membutuhkan adanya pemecahan masalah. Pilihan untuk mengatasi keadaan tersebut, adalah dengan melakukan pelatihan. Namun dalam pelaksanaannya dibutuhkan adanya informasi mengenai evaluasi terhadap efektivitas program pelatihan 'basic supervisory' bagi para asisten supervisor. Oieh karena itu tulisan ini akan membahas : evaluasi program pelatihan dengan menggunakan evaluasi 4 ienjang dari Kirkpatrick.
Evaluasi pelatihan yang dilakukan menggunakan 4 level (jenjang) evaluasi pelatihan dari Kirkpatrick. Mengingat Sulitnya untuk melakukan evaluasi level 4 di perusahaan Z, maka untuk melengkapi data akan dilakukan perhitungan 'Return On Investment on Training' program pelatihan tersebut. Melalui perhitungan ROI ini, tergambar dengan jelas nilai rupiah keuntungan perusahaan sebagai dampak dilaksanakannya program pelatihan 'basic supervisory' bagi para asisten superviror di perusahaan Z. Hasil ini juga dapat digunakan untuk meyakinkan manajemen dalam menyelenggarakan program pelatihan. Kekhawatiran yang selarna ini berlangsung sebagai akibat tidak adanya informasi yang jelas mengenai manfaat dan efektivitas penyelenggaraan program pelatihan sudah dapat diatasi.
Dengan melakukan evaluasi 4 level program pelatihan dari Kirckpatrick terhadap pelaksanaan program pelatihan, diperoleh gambaran bahwa :
1. Pelatihan telah terselenggara dengan menarik dan berhasil menciptakan iklim yang kondusif untuk tercapainya proses pembelajaran
2.Pemandu berhasil membuat para peserta termotivasi untuk memahami dan mendalami materi yang disampaikan.
3. Telah terjadi peningkatan pengetahuan dan pemahaman peserta terhadap materi yang dibahas.
4. Secara umum telah teljadi perubahan perilaku.
5. Secara spesifik terdapat perilaku yang belum menunjukkan perubahan, yaitu:
- Personal Communication
- Work Quality
6. Perusahan perilaku perlu didukung dengan kemauan individu dan ditunjang dengan iklim kerja yang kondusif
7. Pelatihan telah memberikan manfaat baik bagi individu maupun bagi organisasi.
Untuk terlaksananya evaluasi program pelatihan, dibutuhkan profesinalisme penyelenggara pelatihan dau komitmen dari perusahaan."
Depok: Universitas Indonesia, 2001
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fenny Hartiani
"ABSTRAK
Tidak semua anak beruntung dapat berkembang secara normal. Pada masa perkembangannya, seorang anak yang oleh sebab-sebab tertentu dapat rnengalami hambatan sehingga aspek-aspek perkembangannya tidak berfungsi sebagaimana anak lain seusianya Anak-anak yang tidak berkembang secara normal disebut juga dengan anak dengan kebutuhan khusus. Anak-anak dengan kebutuhan khusus tersebut antara lain adalah anak retardasi mental. Sesuai dengan defsnisi dari retardasi mental menurut The American Association on Mental Retardation (AAMR 1992), maka anak retardasi mental mengalami keterbatasan dalam fungsi intelektual yang dibawah rata-rata dan memiliki defisit dalam dua atau lebih area perilaku adaptilnya seperti: komunikasi, perawatan diri, tempat tinggal. keterampilan sosial, kemasyarakatan, pengarahan diri, kesehatan dan keamanan, fungsi akademis, waktu luang dan pekerjaan serta retardasi ini terjadi sebelum usia 18 tahun (dalam Smith et al, 2002).
Perilaku adaptif ini penting karena dengan adanya defisit pada dua atau lebih area dalam perilaku ini maka seorang anak akan sulit untuk mengembangkan kemandirian dan tanggung jawab pribadi yang sesuai dengan usia dan budaya tempat anak tersebut tinggal.
Untuk dapat mengembangkan salah satu area perilaku adaptif di atas diperlukan suatu perencanaan program untuk mengajarkan perilaku baru yang sebelumnya belum dikuasai anak. Pada anak dengan kebutuhan khusus seperti anak retardasi mental sedang, program tersebut perlu dilatihkan agar anak mampu mandiri dalam melakukan tugas merawat diri. Salah satu bentuk perilaku adaptif yakni ranah fungsi berdikari sub ranah makan akan dilatihkan dengan metade successive approximation atau shaping (Morris, 1985 ; Martin & Pear 2003). Perilaku yang menjadi target untuk dikembangkan melalui program pelatihan ini adalah keterampilan makan dengan sendok tanpa tumpah.
Penelitian yang dilakukan ini merupakan suatu studi kasus. Subyek pada penelitian ini adalah anak retardasi mental sedang usia 7 tahun 8 bulan, dengan IQ 51 menurut skala Binet. Keterampilan ini merupakan bidang yang memungkinkan untuk dikembangkan dikarenakan karakteristik anak retardasi mental sedang yang mampu untuk dilatih keterampilan menolong diri, khususnya dalam hal makan. Pelatihan mengembangkan perilaku baru yakni makan sendiri dengan sendok tanpa tumpah dilakukan dalam 9 sesi.
Dalam penelitian ini digunakan tipe disain AB3. Dalam disain ini suatu fase baseline diikuti dengan suatu fase tretment dan akan dilakukan suatu perbandingan antara frekuensi perilaku selama baseline dan treatment. Sebelum sesi pelatihan dilakukan pengambilan data base line sebanyak 10 kali observasi dan menghitung frekuensi perilaku menumpahkan makanan. Selanjutnya observasi saat pelatihan dilakukan dan melakukan penghitungan frekuensi perilaku mernunpahkan makanan kemudian kedua data tersebut diperbandingkan. Effektivitas suatu treatment diukur melalui jumlah meningkatnya perilaku yang tepat yakni perilaku makan sendiri dengan sendok tanpa tumpah. Kerajuan dari program pelatihan dicatat melalui observasi perilaku yang dapat dicapai anak pada tiap sesi pelatihan berdasarkan urutan kompleksitas tugas yang dapat dilakukan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelatihan keterampilan makan sendiri dengan sendok tanpa tumpah dapat diterapkan pada anak retardasi mental sedang dengan metode shaping. Pada dua sesi terakhir pelatihan terlihat frekuensi perilaku menumpahkan makanan sudah tidak ada. Namun demikian pelatihan ini memiliki banyak kelemahan. Kelemahan utama dari penelitian ini adalah dalam hal tipe disain yang dipilih, yaitu disain AB. Disain ini terlalu sederhana umuk melihat efek treatment terhadap suatu perubahan perilaku. Banyak kejadian di War program treatment yang mungkin berpengaruh pada perubahan perilaku yang diobservasi. Peneliti juga tidak boleti begitu saja menyatakan bahwa perubahan perilaku merupakan efek dari program treatment. Kelemahan lain adalah dalam hal kejelasan penentuan target behavior yang stabil, penentuan ukaran langkah perilaku awal hingga terbentuk stabil, perencanaan tentang banyaknya sesi pelatihan yang akan diiakukan, pemilihan bentuk reinforcernent rnaupun prompting yang benar-benar efektif, menu dan peralatan makan yang terbatas variasinya.
Saran penelitian terutama adalah dalam hal pemilihan tipe disain penelitian yang sebaiknya dipilih pada penelitian selanjutnya. Saran lain menyangkut penentuan reinforcement maupun prompting yang lebih efektif, penentuan ukuran langkah yang jelas untuk perilaku awal hingga terbentuk stabil, perencanaan yang matang tentang jumlah sesi, penambahan waktu pengambilan data base line dart adanya menu dan alat makan yang bervariasi. Pembentukan perilaku dengan metode shaping perlu dicoba dilatihkan pada perilaku adaptif anak retardasi mental sedang yang mengalami defisit selain perilaku makan.
"
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2007
T17816
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>