Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 62980 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Latar belakang: Kolesteatoma adalah lesi keratin non-neoplastik yang berhubungan dengan proliferasi sel epitel dengan karakteristik morfologi yang menyimpang. Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK) yang disertai dengan adanya kolesteatoma dapat mengganggu keseimbangan antara pembentukan tulang dengan resorpsi tulang. Kolesteatoma dapat menghasilkan sitokin-sitokin seperti interleukin-6 (IL-6) yang berperan dalam proses destruksi tulang pendengaran. Tujuan: Mengetahui distribusi derajat kerusakan tulang pendengaran pada pasien OMSK dengan kolesteatoma, rerata kadar IL-6 pada kolesteatoma, dan adanya hubungan antara kadar IL-6 pada kolesteatoma dengan derajat kerusakan tulang pendengaran pada pasien OMSK dengan kolesteatoma. Metode: Penelitian ini melibatkan 6 pasien dengan OMSK dengan kolesteatoma yang dilakukan operasi mastoidektomi. Satu pasien menderita OMSK dengan kolesteatoma bilateral dan dilakukan operasi mastoidektomi pada kedua telinganya. Derajat kerusakan tulang pendengaran dinilai dengan menggunakan kriteria Saleh dan
Mills, sedangkan kadar IL-6 pada kolesteatoma diukur dengan menggunakan instrumen ELISA. Hasil:
Derajat kerusakan tulang pendengaran tertinggi yang ditemukan adalah derajat 3 (28,57%), sedangkan derajat kerusakan tulang pendengaran yang terbanyak adalah derajat 2 (42,86%). Kadar IL-6 pada kolesteatoma yang tertinggi adalah 2290 pg/mL, sedangkan rerata kadar IL-6 pada kolesteatoma adalah 1778,57±392,616 pg/mL. Kesimpulan: Kadar IL-6 pada kolesteatoma tidak berhubungan dengan derajat kerusakan tulang pendengaran pada pasien OMSK dengan kolesteatoma (p=0,885)."
ORLI 44:2 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Yadita Wira Pasra
"ABSTRAK
Latar belakang : Hampir seluruh penduduk dunia pernah mengeluhkan masalah di telinga. Salah satu kelainan pada telinga adalah akibat penyakit infeksi telinga Otitis media supuratif kronik (OMSK). Data yang digunakan di Indonesia pada saat ini sudah sangat lama sehingga diperlukan data epidemiologi baru untuk menentukan strategi pencegahan dan pola tatalaksana yang tepat sesuai dengan karaktersitik penyakit dan penderita di masyarakat Indonesia saat ini.
Metode: Penelitian ini bersifat survei deskriptif potong lintang, sebagai bagian dari penelitian ?Profil Otitis Media? untuk mengetahui prevalensi dan hubungannya dengan faktor risiko OMSK, di Jakarta.
Hasil : Prevalensi OMSK di Jakarta tahun 2012 berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap populasi penduduk Kotamadya Jakarta Timur adalah 3,4%. Faktor risiko yang bermakna secara statistik terhadap kejadian OMSK adalah usia (p=0,047), tingkat pendapatan keluarga (p=0,002; OR 2,65(1,35-5,27)) dan pajanan rokok (p=0,037; OR 1,92(1,02-3,59)). Faktor risiko yang secara statistik tidak bermakna terhadap kejadian OMSK adalah rinitis alergi (p=0,226;OR 1,75(0,59-4,78)), jenis kelamin (p=0,796 ; OR 0,92(0,49-1,74)) dan status gizi (p=0,143 ; OR 0,53(0,2-1,32)). Berdasarkan penelitian ini, didapatkan dua dari tiga subyek penderita OMSK di bawah lima tahun, memiliki riwayat pemberian ASI.
Diskusi: Prevalensi OMSK pada penelitian ini sebesar 3,4%, angka ini menurut WHO digolongkan sebagai negara dengan prevalensi OMSK yang tinggi (2-4%). Strategi penatalaksanaan komprehensif diperlukan untuk menurunkan prevalensi OMSK.

ABSTRACT
Introduction: Almost all of world populations complain of ear disturbance once in their life. Chronic supurative otitis media (CSOM) is one of chronic infection of middle ear. The data use in Indonesia is out of date, new data is needed to make new policy of treatment and preventive strategy.
Method: This is cross sectional survey study, as one of ?Profil Otitis Media? study. The aims of this study are to describe prevalence and risk factor of CSOM in Jakarta.
Result: The prevalence of CSOM in Jakarta in year 2012 based on this study is 3.4%. Risk factor that significantly correlated to CSOM are age (p=0.047), family economical status (p=0,002; OR 2,65(1,35-5,27)) and smoke (p=0,037; OR 1,92(1,02-3,59)). Allergic rhinitis (p=0,226;OR 1,75(0,59-4,78)), sex (p=0,796 ; OR 0,92(0,49-1,74)) and nutritional state (p=0,143 ; OR 0,53(0,2-1,32)) are not significantly correlate with CSOM. Based on this study 2 of 3 children with CSOM below 5 years age, are given breast feeding.
Discussion: CSOM prevalence based on this study is 3.4%, according to WHO recommendation this is high CSOM prevalence (2-4%). Comprehensive treatment strategy needed to decrease CSOM prevalent in Indonesia."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hably Warganegara
"ABSTRAK
Tindakan operasi timpanomastoidektomi pada pasien otitis media supuratif kronis (OMSK) perlu dipahami struktur tiga dimensi intraoperatif, yaitu diantaranya adalah jarak dinding superior liang telinga ke tegmen, jarak dinding posterior liang telinga ke sinus sigmoid dan besar sudut sinodura. Salah satu struktur yang juga berperan pada penyakit OMSK adalah aditus ad antrum. Aditus ad antrum merupakan saluran yang menghubungkan kavum timpani dengan sel-sel udara mastoid yang berfungsi sebagai penyimpan udara. Struktur-struktur tersebut dapat dievaluasi pada pemeriksaan tomografi komputer. Saat ini belum didapatkan variasi jarak struktur anatomi tersebut pada pasien OMSK dan bukan OMSK, serta kajian introperatif pada pasien OMSK di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. Penelitian ini adalah studi analisis potong lintang yang terdiri dari 2 penelitian pendahuluan. Penelitian pertama adalah penelitian variasi jarak struktur anatomi tulang temporal menggunakan pengukuran TK tulang temporal pada pasien OMSK dan bukan OMSK, masing-masing terdiri dari 30 TK tulang temporal yang dikumpulkan secara konsekutif. Penelitian kedua adalah penelitian kesesuaian variasi jarak struktur anatomi tulang temporal antara pengukuran TK tulang temporal dengan intraoperatif pada 5 pasien OMSK yang dikumpulkan secara konsekutif total sampling selama 9 bulan. Pada penelitian 30 TK tulang temporal OMSK dan 30 bukan OMSK didapatkan perbedaan ukuran yang lebih kecil pecontoh yang OMSK, yaitu pada jarak dinding superior liang telinga ke tegmen 2 (irisan tegmen sejajar spina henle), jarak dinding superior liang telinga ke tegmen 3 (irisan tengah tegmen antara skutum dan spina henle), besar sudut sinodura dan luas aditus ad antrum. Pada penelitian 5 pasien OMSK didapatkan kesesuaian yang sangat kuat antara pemeriksaan TK tulang temporal dengan intraoperatif pada jarak dinding posterior liang telinga ke sinus sigmoid.

ABSTRACT
In performing timpanomastoidectomy procedure for chronic suppurative otitis media, it is important to understand about the three dimensional structure intraoperative. Some of the important structure in the temporal bone are the distance from superior part of canalis acouticus externus to the tegmen, distance from posterior part of canalis acousticus externus to the sigmoid sinus and sinodural angle. One of another important structure related to chronic suppurative otitis media is aditus ad antrum. Aditus ad antrum is a canal which connect the tympanic cavity with mastoid air cells that functioned as air reservoir. Those structure can be evaluated in computed tomography examination. In dr. Cipto Mangunkusumo hospital, we still have no data about the variation of temporal bone anatomic structure distance in chronic suppurative otitis media and non chronic suppurative otitis media also about evaluation of chronic supurative otitis media patients intraoperative. This research is a cross sectional study that consist of 2 preeliminary study. The first research was evaluating the variation of temporal bone anatomic structure distance using computed tomography examination from chronic suppurative otitis media and non chronic suppurative otitis media, each consist of 30 computed tomography recruited consecutively. The second research was evaluating the correlation of variation temporal bone anatomic structure distance using computed tomography examination and intraoperative from 5 chronic suppurative otitis media patient recruited consecutively total sampling for 9 months. From the measurement of each 30 computed tomography from chronic suppurative otitis media and non chronic suppurative otitis media patients, there was a smaller measurement in CSOM patients in the distance from superior part of canalis acousticus externus to tegmen 2, distance from superior part of canalis acousticus exterrnus to tegmen 3, sinodural angle and the width of aditus ad antrum. From the evaluation of 5 CSOM patients there was a very strong correlation between computed tomography examination and intraoperative findings in the distance of posterior part of canalis acousticus externus to sigmoid sinus."
2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yusra
"Dalam rangka penjualan rumah susun atas satuan-satuan rumah susunnya, dewasa ini banyak dilakukan dengan cara membuat perjanjian pengikatan jual bell satuan rumah susun. Hal ini dilakukan karena Undang-Undang Nomor I6 Tahun 1985 tentang Rumah Susun (Undang Undang Rumah Susun) menetapkan persyaratan bagi rumah susun sebelum dapat diperjualbelikan. Pada prakteknya, dengan alasan ekonomis penjualan unit-unit satuan rumah susun sudah dilakukan, walaupun belum memenuhi persyaratan sebagaimana ditentukan dalam Undang-Undang Rumah Susun, yaitu dengan cara membuat perjanjian pengikatan jual beli.
Perjanjian pengikatan jual beli satuan rumah susun ini pada umumnya sudah dibuat dalam bentuk standar (Kontrak Standar) yang sudah ditentukan oleh pihak pengembang selaku penjual. Konsumenlpembeii tinggal menyetujui atau tidak, tanpa bisa menegosiasikan isi perjanjian sesuai kehendak para pihak. Apabila setuju, "take it", tetapi kalau tidak setuju "just leave it".
Kontrak standar yang dibuat secara sepihak oleh pengembang yang mempunyai kedudukan lebih dominan tersebut seringkali memuat klausula-klausula yang sudah baku yang isinya lebih mengakomodir kepentingan pelaku usaha (dalam hal ini pengembang/penjual), tetapi mengeliminir kepentingan pihak konsumen/pembeli, sehingga pihak konsumen dirugikan.
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Undang-Undang Perlindungan Konsumen), pada dasarnya sudah mengatur mengenai ketentuan klausula baku (dalam Pasal 18). Namun dalam pelaksanaannya, klausula-klausula baku yang dimuat dalam perjanjian pengikatan jual beli, khususnya pengikatan jual bell satuan rumah susun masih melanggar ketentuan baku sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen."
Depok: Universitas Indonesia, 2005
T21406
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dyah Astri Paramaramya
"Latar belakang: Timpanoplasti tipe 1 merupakan prosedur untuk menangani Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK). Prosedur ini bertujuan untuk memperbaiki membran timpani, menjaga telinga tengah dari patogen luar dan pada akhirnya memperbaiki fungsi pendengaran. Faktor yang memengaruhi hasil timpanoplasti yaitu faktor operator, alat dan pasien. Tujuan: Mengidentifikasi karakteristik klinis preoperasi sebagai faktor yang memengaruhi fungsi pendengaran pascatimpanoplasti tipe 1. Metode: Penelitian ini merupakan studi kohort prospektif pada pasien OMSK tipe aman tenang yang telah menjalani timpanoplasti tipe 1. Subjek dengan membran timpani utuh pascaoperasi masuk dalam kriteria penelitian. Karakteristik klinis preoperasi berupa ukuran perforasi, letak perforasi dan fungsi Tuba Eustachius dikumpulkan melalui rekam medis. Fungsi pendengaran pascatimpanoplasti dinilai menggunakan audiometri nada murni. Hasil: Rata-rata ambang dengar preoperasi 44,7 dB ± 15,9dB menurun menjadi 33,2 dB ± 14,4dB. Rata-rata Air Bone Gap (ABG) preoperasi 41,9 dB menurun menjadi 14,4 dB. Tidak adanya perbaikan fungsi pendengaran 1 tahun pascatimpanoplasti terjadi pada 17,6% (n = 6). Tidak ditemukan hubungan yang bermakna antara ukuran perforasi, letak perforasi dan fungsi Tuba Eustachius preoperasi terhadap fungsi pendengaran pascatimpanoplasti tipe 1. Kesimpulan: Terdapat faktor selain ukuran perforasi, letak perforasi dan fungsi Tuba Eustachius preoperasi yang memengaruhi fungsi pendengaran.

Background: Type 1 tympanoplasty is a procedure in to treat Chronic Suppurative Otitis Media (CSOM). It aims to repair the tympanic membrane, protect the middle ear from external pathogens and ultimately improve hearing function. Factors that affect the outcome of tympanoplasty, including operator, tools and patient factors. Objective: Identify preoperative clinical characteristics as factors affecting hearing function after type 1 tympanoplasty. Methods: The study was a prospective cohort design involving patients with tubotympanic type CSOM who had undergone type 1 tympanoplasty. Subjects with an intact tympanic membrane postoperatively were included in the study criteria. Data regarding preoperative clinical characteristics such as perforation size, perforation location, and Eustachian tube function were collected from medical records. Pure tone audiometry was performed to determine postoperative hearing function. Results: The preoperative hearing threshold of 44.7 dB ± 15.9dB decreased to 33.2 dB ± 14.4dB. The preoperative Air-Bone Gap (ABG) value of 41.9 dB decreased to 14.4 dB. There was no improvement found in 17.6% subjects (n = 6). There was no significant relationship between perforation size, perforation location, and preoperative Eustachian tube function on postoperative hearing function in type 1 tympanoplasty. Conclusion: There are factors other than perforation size, perforation location and preoperative Eustachian tube function that affect hearing function."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Gustav Syukrinto
"Otitis media efusi (OME) sering terjadi pada anak, dapat timbul tanpa gejala sehingga diagnosis dan penatalaksanaan sering terlambat adakalanya telah terjadi komplikasi. Salah satu komplikasinya berupa gangguan pendengaran, meskipun tidak selalu jelas namun pada anak usia dini dapat menyebabkan keterlambatan bicara, berbahasa dan bila terjadi pada usia sekolah maka anak menjadi kesulitan mengikuti pelajaran atau pendidikan, gangguan tingkah laku sehingga terlihat kurang berprestasi dan tidak fokus. Gangguan pendengaran umumnya terdapat pada kedua telinga, apabila volume cairan sedikit, maka gangguan pendengaran akan minimal. Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian Profil Otitis Media di Kotamadya Jakarta Timur yang bertujuan untuk mengetahui prevalensi otitis media efusi dan gambaran gangguan pendengarannya pada anak usia 5-18 tahun di kotamadya Jakarta Timur berdasarkan pemeriksaan audiometri nada murni. Metode penelitian berupa survey di populasi masyarakat bersifat deskriptif potong lintang terhadap 396 anak di kotamadya Jakarta Timur sesuai dengan kriteria penerimaan dan penolakan. Percontoh dipilih secara multi stage stratified random sampling, bertingkat dari kecamatan hingga kelurahan berdasarkan kepadatan penduduk. Kemudian dilanjutkan secara spatial random sampling berdasarkan nomor rumah. Dari hasil penelitian ini didapatkan angka prevalensi OME sebesar 1,52%. Ambang dengar pada anak dengan OME berkisar 10-43,75dB dan gangguan pendengaran terjadi pada 5 dari 6 anak dengan OME.

Otitis Media with Effusion (OME) is common in children. It is usually asymptomatic, causing late diagnosis and management. Sometimes OME is diagnosed very late while there is already complications, one of the complication of OME is hearing impairment. Although not always clear, but in young children OME can cause delayed speech and lingual disability. If this condition happens in school-aged-children, it will be difficult for children to catch up with the education programs and there could be behavior problems. The hearing impairment usually occur at both ear, and its degree accord to the volume of the fluid. This research is a part of research on Profile of Otitis Media at East Jakarta that aims to evaluate the prevalence of OME and the hearing impairment due to OME in 5-18 years old at East Jakarta based on pure tone audiometry examination. The research method is a descriptive cross sectional survey on 396 children at East Jakarta that match with inclusion and exclusion criteria. Sample was chosen using multistage stratified random sampling method, starts from the district to sub district according to population density. It was continued with spatial random sampling based on the house number. The research shows the prevalence of OME in 5-18 years old at East Jakarta was 1,52%. The hearing threshold in children with OME was ranged 10-43,75dB and hearing impairment occur on 5 from 6 children with OME."
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Retno S. Wardani
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1998
T58983
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Noviati Sri Racha
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2000
T58806
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Helmi
Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
617.87 HEL o
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
"[Otitis media akut atau inflamasi telinga tengah adalah penyakit infeksi yang paling sering terjadi pada anak-anak. Pajanan rokok pasif diduga berperan terhadap kejadian otitis media akut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi otitis media akut pada anak usia 0-5 tahun dan hubungannya dengan pajanan rokok pasif di Jakarta Timur tahun 2012. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional dan data diambil pada Maret-Juni 2012 dengan melakukan anamnesis dan pemeriksaan THT pada 125 anak. Data diolah menggunakan program SPSS dan dianalisis dengan uji chi square. Hasil penelitian menunjukkan prevalensi OMA pada anak yang terpajan adalah 21,95% dan pada anak yang tidak terpajan adalah 9,52%. Uji chi square tidak menunjukkan perbedaan bermakna pada prevalensi OMA dan hubungannya dengan pajanan pasif asap rokok (p=0,086). Disimpulkan prevalensi OMA di Jakarta Timur adalah 17,6% pada anak 0-5 tahun dan tidak berhubungan bermakna dengan pajanan pasif asap rokok., Acute otitis media or middle ear inflammation is a common infection disease, especially in children. Passive smoking is believed to be associated with acute otitis media (AOM). The purpose of this study was to determine the prevalence of AOM and its association with passive smoking in East Jakarta, 2012. This cross sectional study was conducted in March-June 2012 by performing anamnesis and otholaryngology examination to 125 children. Data are managed with SPSS and anayzed with chi square test. The results showed that the prevalence of AOM was 17,6% (passive smoker 21,95% and non passive smoker 9,52%). Chi square test have shown non significant difference between the prevalence of AOM with passive smoking (p=0,086). In conclusion, the prevalence of AOM in children under 5 years, East Jakarta, 2012 is 17,6% and there is n]"
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>