Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 135868 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Antonia C.C. Paramitha
"Latar belakang: Perkembangan anak merupakan isu besar di dunia dan jumlah kasus ketelambatan tumbuh kembang anak di Indonesia masih tinggi. Banyak faktor dapat mempengaruhi terjadinya keterlambatan tumbuh kembang anak, salah satunya adalah nutrisi anak pada awal kehidupannya yang diperoleh melalui ASI (Air Susu Ibu). WHO merekomendasikan agar semua bayi menerima ASI eksklusif dengan periode minimal 6 bulan untuk mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. Di Indonesia, terdapat peningkatan jumlah pemberian ASI tetapi jumlah tersebut masih dianggap rendah dan tidak memuaskan.
Tujuan: Penelitian bertujuan untuk mempelajari hubungan antara ASI eksklusif dengan perkembangan anak pada anak umur 9 ? 36 bulan.
Metode: Metode penelitian yang digunakan adalah potong lintang. Data mengenai perkembangan anak diperoleh dari tes dengan menggunakan Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP) sedangkan status ASI diperoleh dari kuesioner yang diisi oleh ibu dari anak yang dites. Dari 222 anak di Puskesmas Jatinegara dan Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), terdapat 89 anak yang memenuhi kriteria inklusi.
Hasil: Dari 89 anak yang dites, terdapat 39 anak dengan keterlambatan tumbuh kembang (43,82%) dan 29 anak dengan ASI eksklusif (32,58%). Proporsi anak dengan perkembangan normal adalah 56,18% dan persentase anak dengan ASI tidak eksklusif adalah 67,42%. Anak yang tidak mendapatkan ASI eksklusif memberikan kontribusi besar dalam kelompok anak dengan keterlambatan perkembangan (79,49%) dan 2,806 lebih tinggi mengalami keterlambatan perkembangan dibandingkan anak dengan ASI eksklusif.
Kesimpulan: Anak yang menerima ASI eksklusif memiliki perkembangan bahasa, motor dan sosial personal yang lebih baik dibandingkan dengan anak tanpa ASI eksklusif.

Background: Child development is a big issue in the world and the number of children with delayed development case in Indonesia is considered high. There are many factors that influence the occurrence of developmental delay including child's early nutrition, which is obtained through breastfeeding. WHO recommends for all babies to receive exclusive breastfeeding for at least 6 months to achieve optimal growth and development. In Indonesia, there is an increase percentage of breastfeeding however it is still considered low and unsatisfactory.
Aim: This research is conducted to study about the relationship between exclusive breastfeeding and child development in children aged 9 - 36 months old.
Methods: A cross sectional study was conducted using Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP) to obtain child development status and questionnaire on breastfeeding completed by mother. From 222 children in both Puskesmas Jatinegara and Cipto Mangunkusumo Hospital, there were 89 children who met the inclusion criteria of this study.
Results: From the 89 children, there were 39 children with developmental delay (43.82%) and 29 children with exclusive breastfeeding (32.58%). Children with normal development were 56.18% and the percentage of children with nonexclusive breastfeeding was 67.42%. Children with non-exclusive breastfeeding contributed higher in the delayed development group (79.49%) and have 2.806 times higher possibility to experience delayed development. compared with those with exclusive breastfeeding.
Conclusion: Children who get exclusive breastfeeding have better outcome in language, motor and social personal development compared to those with nonexclusive breastfeeding.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Armitha Putri
"Latar Belakang: Permasalahan gizi pada anak di Indonesia cenderung meningkat setiap tahunnya. Anak yang tidak mendapatkan ASI eksklusif akan menjadi lebih rentan mengalami masalah kesehatan di masa depan dan dapat berakibat fatal pada kesehatan. Oleh karena itu penelitian ini membahas tentang hubungan pemberian ASI eksklusif dengan perkembangan neurologis anak usia 6-24 bulan.
Tujuan: Mengidentifikasi peran ASI eksklusif dan susu kombinasi (ASI dan susu formula) untuk memprediksi keterlambatan perkembangan neurologis anak usia 6-24 bulan.
Metode: Penelitian kasus kontrol pada anak usia 6-24 bulan di Poli Neurologi Anak Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM (RSUPN Cipto Mangunkusumo) Jakarta dan Klinik Anakku Pondok Pinang Center Jakarta Selatan, dari Maret 2021 sampai Mei 2021. Data dikumpulkan dari wawancara orang tua dan pengamatan dengan subjek. Data yang diperoleh diolah dengan SPSS Statictics for Windows.
Hasil: Jumlah subjek pada studi ini adalah 140 anak, dengan 70 anak mendapatkan ASI eksklusif dan 70 anak lainnya mendapatkan ASI non-eksklusif (ASI dan Formula). Keterlambatan perkembangan neurologis pada ASI eksklusif lebih rendah dibandingkan ASI dan formula. Pada uji multivariat, variabel yang signifikan adalah usia awal bermain gadget (p = 0,002; OR= 3,035; IK 95%= 1,497-6,156).
Kesimpulan: ASI eksklusif menyebabkan keterlambatan neurologis lebih rendah dibandingkan dengan non-eksklusif. Salah satu keterlambatan neurologis yaitu keterlambatan bicara dapat dipicu oleh usia awal anak bermain gadget

Background: Sustainable Development Goals (SDGs) are the government's commitment in the national long-term plan in Indonesia related to child development. Child nutrition problems in Indonesia tend to increase every year. Children who do not get exclusive breast milk will be more susceptible to health problems in the future and can be fatal for child’s health. Therefore, this study discusses about the relationship between exclusive breastfeeding and neurological development of children 6-24 months.
Objective: Identify the role of exclusive breastfeeding and combination milk (breast milk and formula) in predicting delay in neurological development of children 6-24 months.
Method: A case-control study for children 6-24 months in Poli Neurologi Anak Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM (RSUPN Cipto Mangunkusumo) Jakarta dan Klinik Anakku Pondok Pinang Center Jakarta Selatan, from March 2021 to May 2021. The data was collected from parental interviews and observations with the subject. The data obtained is processed with SPSS Statistics for Windows.
Results: The total number of subjects in these research was 140 children, 70 children consuming exclusive breastfeeding and 70 children consuming non-exclusive breastfeeding (Breastmilk and Formula). Delay in neurological development in exclusive breastfeeding is lower than breast milk and formula. In the multivariate analysis, the significant variables are the early age of children playing gadgets (p = 0.001; OR = 3.140; IK = 1.603-6.883).
Conclusion: Exclusive breastfeeding causes less neurological delays compared to non-exclusive. One of the neurological delays is speech delay, which can be trigger by the early age of children playing gadgets.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sembiring, Kevin Xaverius Bastanta
"Perkembangan anak di Indonesia masih menjadi salah satu masalah kesehatan yang belum terselesaikan. Padahal, perkembangan anak yang optimal menentukan kualitas sumber daya manusia nantinya. Faktor yang memengaruhi perkembangan seorang anak dapat dibagi menjadi dua, yaitu faktor genetik dan faktor lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mencari hubungan antara faktor sosiodemografi yang terdiri dari usia, jenis kelamin, pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, status ekonomi, dan besar keluarga dengan perkembangan anak usia 6 sampai 36 bulan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi anak dengan perkembangan meragukan adalah 40% sedangkan perkembangan menyimpang sebesar 4,8%. Karakteristik anak berdasarkan faktor sosiodemografi adalah sebagai berikut: 44,8% berusia 6-18 bulan; 48% adalah perempuan; 28,8% memiliki ayah dengan pekerjaan formal; 93,6% memiliki ibu dengan pekerjaan informal; 71,2% memiliki ayah dengan pendidikan menengah ? tinggi; 34,4% memiliki ibu dengan pendidikan rendah; 77,6% berada di atas garis kemiskinan; dan 32% tergolong keluraga extended. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa pendidikan ayah dan status ekonomi memiliki hubungan yang bermakna secara statistik (p-value < 0,05) dengan perkembangan anak. Faktor sosiodemografi lainnya tidak menunjukkan adanya hubungan yang bermakna secara statistik (p-value > 0,05).

Child development remains one of many unsolved health problems in Indonesia. Eventually, optimal child development determines the quality of human resources in one country. Factors that influence the child development can be divided into two, genetic and environment. This research aims to look for the association between sociodemographic factors such as age, gender, parents? occupation, parents? educational background, economic status, and family structures with development on children aged 6 to 36 months old.
Results show prevalence of doubted development was 40% and deviated development was 4,8%. Characteristics of subjects by sociodemographic factors were as follows: 44,8% aged 6-18 months old; 48% were female; 28,8% had father with formal job; 93,6% had mother with informal job; 71,2% had father with intermediate ? high education; 34,4% had mother with low education; 77,6% were below the poverty line; and 32% classified as extended family. Bivariate analysis test shows father?s educational background and economic status have statistically relevant relation with child development. Other sociodemographic factors show no statistically relevant relation with child development.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Edwin Adhi Darmawan
"Gangguan tidur pada bayi atau anak merupakan masalah yang sering didapatkan orang tua. Sekitar 20-30 % bayi di dunia mengalami gangguan pada tidurnya. Gangguan tidur pada anak dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak baik dalam aspek fisik, sosial, kognitif, dan perilaku anak. Hal ini penting karena perkembangan dan pertumbuhan memegang peranan penting hingga usia lima tahun. Penelitian ini bertujuan untuk mencari prevalensi gangguan tidur dan hubungan antara gangguan tidur dengan perkembangan dan pertumbuhan anak usia usia 6 sampai 36 bulan di Kelurahan Kampung Melayu, Jakarta Timur. Penelitian ini dilakukan April 2014 hingga Juli 2015 terhadap 62 anak usia 6-36 bulan di Kelurahan Kampung Melayu, Jakarta Timur. Pengambilan sampel dilakukan secara consecutive dan merupakan studi analitik seksi silang. Pengambilan data pada sampel dilakukan melalui wawancara dengan kuesioner yang telah di uji coba dan BISQ.
Hasil analisis bivariate menunjukkan P-value >0,05 yang menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan bermakna. Hasil penelitian menunjukkan prevalensi gangguan tidur sebanyak 17,7% dari 62 subjek terdiri dari 33 anak laki-laki dan 29 anak perempuan. Dari tingkat pendidikan ayah dan ibu sebagian besar masuk ke dalam kategori menengah dengan 63,4 % dan 59,6%. Sebanyak 59,6 % anak minum ASI pada variabel perilaku anak sebelum tidur dan 38,7 % mengaku biasa saja pada kategori kesulitan menidurkan anak. Pada status gizi dan status perkembangan, 72,7 % anak dikelompokkan ke kategori status gizi normal dan 58% anak dikelompokkan ke kategori status perkembangan sesuai. Setelah dilakukan uji hipotesis Fisher, tidak ditemukan hubungan bermakna secara statistik antara gangguan tidur dengan pertumbuhan dan perkembangan (P>0,05).

Sleep disorder on kids is a problem that is often faced by parents. Around 20 to 30% babies have sleep disorder worldwide. Sleep disorder can cause disturbance to children?s growth and development. This issue needs to be addressed well, considering this particular age is the golden period that determines the children?s future growth and development. This research aims to seek for the relation between sleep disorder with growth and development on children aged 6 to 36 months in Kampung Melayu, East Jakarta. This research is a cross-sectional study, and the data is taken through anthropometry measurement and filling two sets of questionnaires, general questionnaires regarding growth and development and BISQ. Data is then analyzed in bivariate, which the result shows p value > 0,05. This means that there is no statistically relevant relation between sleep disorder with nutritional status and development.
This study shows that the prevalence of sleep disorder is 17,7% out of 62 subjects, which consist of 33 boys and 29 girls. The education status shows that 63,4% of fathers and 59,6% of mothers are in average category. 59,6% of children are breastfed before sleep and 59,6% of parents don?t undergo significant problems while putting their children to sleep. For the categories of nutritional status and development, 72,7% of children have normal nutritional status and 58% have appropriate development. Through Fisher test, there is no statistically relevant relation between sleep disorder and growth and development (p>0,05).
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Juliawita Andrieni
"Stunting masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia yang disebabkan oleh faktor yang bersifat konteks dan penyebab langsung yang akan tampak pada usia 2 tahun. Stunting mencerminkan kekurangan gizi kronis yang pada jangka pendek berdampak pada meningkatnya kesakitan dan kematian, hambatan pertumbuhan dan perkembangan anak, adanya ketidak seimbangan dari fungsi-fungsi tubuh, rendahnya kemampuan kognitif, motorik dan bahasa serta dampak jangka panjang berupa postur tubuh yang pendek, obesitas, menurunnya kesehatan reproduksi dan selanjutnya akan berpengaruh terhadap produktifitas kerja sehingga mempengaruhi kualitas sumber daya manusia. ASI merupakan zat gizi sempurna untuk bayi yang sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangannya. WHO merekomendasikan pemberian ASI eksklusif pada 6 bulan pertama kehidupan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengatahui hubungan antara riwayat mendapatkan ASI eksklusif terhadap kejadian stunting setelah di kontrol variabel jenis kelamin, status BBLR, status PBLR, status mendapatkan Vitamin A pada anak, dan status gizi pada anak pada usia 24-59 bulan di Kota Cilegon. Penelitian menggunakan desain studi kasus-kontrol pada 273 anak stunting (kasus) dan 546 anak tidak stunting (kontrol). Data diperoleh dari e-PPGBM Kota Cilegon bulan Agustus tahun 2022. Analisis multivariat pada hubungan ASI eksklusif terhadap kejadian stunting diperoleh nilai aOR 2,55 pada 95% CI 1,337-4,879 setelah dikontrol variabel jenis kelamin, status BBLR, status PBLR, status mendapatkan Vitamin A pada anak, status gizi, interaksi ASI eksklusif dengan jenis kelamin, dan interaksi ASI eksklusif dengan status gizi. Kandungan zat gizi pada ASI perlu diperhatikan agar anak memperoleh ASI yang cukup secara kualitas dan kuantitas untuk pertumbuhan dan perkembangan.

Stunting is still a health problem in Indonesia caused by contextual factors and direct causes that will appear at the age of 2 years. Stunting reflects chronic malnutrition which in the short term has an impact on increasing morbidity and mortality, hinders the growth and development of children, there is an imbalance of bodily functions, low cognitive, motoric and language abilities as well as long term impacts in the form of short stature, obesity, decline in reproductive health and will further affect work productivity thereby affecting the quality of human resources. Breast milk is the perfect nutrient for babies according to their growth and development. WHO recommends exclusive breastfeeding in the first 6 months of life. The purpose of this study was to determine the relationship between a history of exclusive breastfeeding and the incidence of stunting after controlling for variables such as gender, LBW status, LBL status, status of getting Vitamin A in children, and nutritional status in children aged 24-59 months in Cilegon City. The study used a case-control study design in 273 stunted children (cases) and 546 non-stunted children (controls). Data were obtained from the Cilegon City e-PPGBM in August 2022. Multivariate analysis on the relationship of exclusive breastfeeding to stunting events obtained an aOR value of 2,55 at 95% CI 1,337-4,879 after controlling for the variables gender, LBW status, PBLR status , status of getting Vitamin A in children, nutritional status, interaction of exclusive breastfeeding with gender, and interaction of exclusive breastfeeding with nutritional status. It is necessary to pay attention to the nutritional content of breast milk so that the child obtains sufficient quality and quantity of breast milk for growth and development."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Silva Audya Perdana
"Perkembangan bahasa anak dipengaruhi oleh banyak faktor. Sekitar 5-8 anak usia prasekolah di Indonesia mengalami keterlambatan bicara. Anak pada usia yang sangat muda butuh stimulasi yang cukup agar dapat berkembang dengan optimal. Oleh sebab itu, jika anak dibiarkan lama menonton TV, kesempatan untuk mendapatkan stimulasi yang baik menjadi terhambat. Kurangnya stimulasi yang disebabkan oleh anak yang terlalu lama menonton TV, dapat berpengaruh terhadap perkembangan bahasa anak.
Tujuan: Untuk mengetahui hubungan lama menonton TV dan perkembangan bahasa anak pada anak usia 18 bulan sampai 3 tahun.
Metode: Studi potong lintang digunakan pada studi ini dengan menggunakan data primer yang didapat melalui kuesoner. Adanya gangguan perkembangan bahasa anak ditentukan dengan menggunakan KPSP dan ELM Scale 2 Test.
Hasil: Durasi lama menonton TV pada anak dengan perkembangan bahasa normal dan keterlambatan perkembangan bahasa dibandingkan dan didapat p value senilai 0,002 dan OR = 4,4 95 CI . Bahasa yang digunakan pada tayangan TV Indonesia atau Indonesia dan Inggris berpengaruh secara signifikan p = 0,004 . Tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada umur pertama anak menonton TV, pemakaian gadget, dan kepemilikan TV di dalam kamar.
Kesimpulan: Studi ini menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara lama menonton TV dan perkembangan bahasa. Anak yang menonton TV lebih dari 4 jam sehari memiliki risiko 4 kali lebih tinggi mengalami keterlambatan bicara.

Background: There are many factors that contribute to child language development. About 5 8 children in Indonesia experience delayed language. Children at young age are still learning to develop and need stimulation so that they can process it and learn from it. When children watch TV for a long time they get less stimulation. Less stimulation in this case may contribute to child language development.
Aim: To know if there is an association of intensity of watching TV and child language development.
Methods: This was a cross sectional study using primary data collected from questionnaires. The child language development was tested using KPSP and ELM Scale 2 Test.
Results: Duration of watching TV from both children with normal and delayed language development was measured. Result showed in p value of 0.002 and OR 4.4 95 CI . The language used in TV program Indonesian or both Indonesian and English also showed a significant data p 0.004 . Other variables such as gender, first age exposed to TV, the use of gadget and TV in bedroom had no significant association with child language development.
Conclusion: This study demonstrates that there is an association between intensity of watching TV and child language development. Children who watch TV exceeding 4 hours a day had four times higher risk to develop language delay.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Veronica Zahra Lydia Cross
"ASI eksklusif terbukti menjadi makanan terbaik yang dapat diberikan ibu kepada anaknya selama 6 bulan pertama. Rendahnya cakupan ASI eksklusif di Indonesia perlu menjadi perhatian mengingat tingginya risiko kesehatan yang dapat mengancam pertumbuhan, kesehatan, hingga menyebabkan kematian bayi jika tidak ASI eksklusif. Berbagai faktor ditemukan menjadi penentu dalam praktik pemberian ASI eksklusif. Penelitian ini dilakukan untuk melihat faktor dominan yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif hingga 6 bulan pada anak usia 6-23 bulan di Indonesia. Desain yang digunakan adalah cross-sectional dengan menggunakan data sekunder IFLS-5 tahun 2014-2015 yang memiliki sampel anak usia 6-23 bulan sebanyak 1550 orang. Data dianalisis menggunakan uji chi square dan uji regresi logistik ganda. Hasil analisis menunjukkan prevalensi pemberian ASI eksklusif hingga usia minimal 5 bulan adalah sebesar 24,9%. Analisis bivariat menemukan beberapa faktor yang berhubungan signifikan dengan pemberian ASI eksklusif, yaitu usia ibu, pendidikan ibu, berat badan lahir, tempat persalinan, penolong persalinan, dan kunjungan ANC. Faktor status pekerjaan, status perkawinan, paritas, pengetahuan terkait ASI eksklusif, jenis kelamin, wilayah tempat tinggal, dan kunjungan PNC ditemukan tidak berhubungan signifikan dengan pemberian ASI eksklusif dalam penelitian ini. Hasil analisis multivariat menemukan usia ibu sebagai faktor dominan pemberian ASI eksklusif pada ibu dengan anak usia 6-23 bulan di Indonesia dengan OR 2,13. Penelitian ini menunjukkan bahwa optimalisasi praktik menyusui pada usia reproduktif dapat meningkatkan keberhasilan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan hingga 2,1 kali lebih tinggi.

Exclusive breastfeeding (EBF) is proven to be the best food a mother can give to her child during the first 6 months. The low prevalence of EBF in Indonesia needs to be a concern given the many health risk of not breastfeeding exclusively, such as delayed growth, threatened health, and infant mortality. Various factors were found to be determinants in the practice of exclusive breastfeeding. This study was conducted to identify the dominant factor associated with 6-month EBF among children aged 6-23 months in Indonesia. The design used in this study is cross-sectional using IFLS-5 2014-2015 as a secondary data with a sample of 1550 children aged 6-23 months. Data were analyzed using chi square test dan multiple logistic regression test. The result found the prevalence of 5-month EBF was 24,9%. Bivariate analysis found several factors that were significantly related to EBF, which are maternal age, maternal education, birth weight, place of delivery, birth attendant, and ANC visits. The factors of employment status, marital status, parity, knowledge related to EBF, gender, area of residence, and PNC visits were not found to be significantly related to EBF practice in this study. The result of multivariate analysis showed maternal age as the dominant factor of EBF practice in mothers with children aged 6-23 months in Indonesia with an OR of 2,13. This study shows that optimizing breastfeeding practices at reproductive age can increase the success of 6-month EBF up to 2,1 times."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Azka Aghnianuri
"Angka Kematian Bayi merupakan salah satu indikator keberhasilan program kesehatan Ibu dan anak. Pemberian ASI eksklusif kepada bayi merupakan salah satu cara efektif agar dapat menurunkan Angka Kematian Bayi di Indonesia. Cakupan ASI eksklusif berdasarkan Riskesdas 2018 sebesar 37,3%, hal tersebut belum memenuhi minimal 50% dari target nasional. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan faktor yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif 6 bulan pada anak usia 6-23 bulan di Pulau Jawa. Penelitian ini menggunakan data sekunder dari Riskesdas tahun 2018 dengan desain cross-sectional. Sampel penelitian berjumlah 3.623 yang terdiri dari ibu berusia 15-49 tahun yang memiliki anak berusia 6-23 bulan terakhir. Analisis data berupa analisis bivariabel dengan metode chi-square dan analisis multivariabel dengan metode regresi logistik berganda. Faktor yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif 6 bulan yaitu umur ibu, pendidikan ibu, paritas, berat lahir bayi, metode persalinan, tempat persalinan, IMD, frekuensi kunjungan ANC, dan konseling ASI saat PNC. Faktor yang paling berpengaruh dalam pemberian ASI eksklusif adalah berat bayi lahir, dimana bayi yang lahir dengan berat <2500 gram 1.62 kali lebih berisiko untuk tidak diberikan ASI eksklusif dibandingkan yang memiliki berat ≥2500 gram (OR 1,52;95%CI: 1,02-1,60), serta konseling ASI, dimana  ibu yang tidak memperoleh konseling ASI saat PNC secara signifikan berisiko 1.50 kali lebih besar untuk tidak memberikan ASI eksklusif 6 bulan dibandingkan memperoleh konseling ASI saat PNC, setelah dikontrol oleh variabel lainnya (OR 1.50; 95%CI: 1.17-1.92).  Diperlukan konseling ASI yang adekuat sejak masa kehamilan kepada ibu serta penambahan jumlah konselor laktasi sebagai upaya peningkatan capaianpemberian ASI Eksklusif.

The infant mortality rate was an indicator of the success of maternal and child health programs. Giving exclusive breast milk to babies is one effective way to reduce the infant mortality rate in Indonesia. Exclusive breastfeeding coverage based on Riskesdas 2018 is 37.3%. This number does not meet the minimum 50% of the national target. This study aims to determine the factors that influence exclusive breastfeeding for Six months in children aged 6-23 months on the island of Java. This research uses secondary data from the 2018 Riskesdas with a cross-sectional design. The research sample was 3,623 consist of mothers aged 15-49 years who had children aged 6-23 months. Data analysis took the form of bivariable analysis using the chi-square method and multivariable analysis using the multiple logistic regression method. Factors that influence exclusive breastfeeding for six months are the mother's age, mother's education, parity, baby's birth weight, delivery method, place of birth, IEB, frequency of ANC visits, and breastfeeding counseling during PNC. The most influential factor in giving exclusive breastfeeding is the birth weight of the baby, where babies born weighing <2500 grams are 1.62 times more likely to not be given exclusive breastfeeding than those weighing ≥2500 grams (OR 1,52;95%CI: 1,02-1,60), as well as breastfeeding counseling, where mothers who did not receive breastfeeding counseling during PNC had a significantly 1.50 times greater risk of not providing exclusive breastfeeding for six months compared to receiving breastfeeding counseling during PNC, after controlling for other variables (OR 1.50; 95%CI: 1.17 – 1.92).  Adequate breastfeeding counseling is needed from the time of pregnancy to mothers as well as increasing the number of lactation counselors as a support to improve rates of exclusive breastfeeding.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dini Nurdianti Puspitasari
"Indonesia mempunyai masalah gizi ditandai dengan masih besarnya prevalensi gizi kurang pada anak balita. Kekurangan gizi pada usia anak sejak lahir hingga tiga tahun akan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan sel glia dan proses mielinisasi otak, sehingga berpengaruh terhadap kualitas otaknya. Di Kabupaten Karawang proporsi gizi buruk (BB/U) balita pada penimbangan bulan Juli 2013 adalah sekitar 0,4%, dan 35,76% dari jumlah itu merupakan anak berusia 6-35 bulan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan riwayat pemberian ASI eksklusif dengan status gizi buruk (BB/U) anak usia 6-35 bulan di Kabupaten Karawang tahun 2013 setelah dikontrol oleh variabel berat badan lahir, status kesehatan anak, asupan makanan, pendidikan ibu, pengetahuan ibu, status pekerjaan ibu, pendapatan keluarga, jumlah anggota keluarga dan keaktifan berkunjung ke posyandu.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2013 di Kabupaten Karawang dengan menggunakan desain kasus kontrol. Kasus adalah anak usia 6-35 bulan di Kabupaten Karawang yang diukur berat badannya pada penimbangan di Bulan Juli 2013 dan memiliki status gizi buruk (BB/U) dan kontrol adalah anak usia 6-35 bulan di Kabupaten Karawang yang diukur berat badannya pada penimbangan di Bulan Juli 2013 dan memiliki status gizi baik. Dalam penelitian ini jumlah sampel sebanyak 276 (kasus 138 dan kontrol 138).Data dianalisis dengan uji regresi logistik ganda.
Hasil penelitian didapatkan hubungan riwayat pemberian ASI eksklusif dengan status gizi buruk (BB/U)anak usia 6-35 bulan di Kabupaten Karawang Tahun 2013.Anakusia 6-35 bulan yang memiliki riwayat ASI eksklusif berisiko 0,26 kali (95% CI 0,12-0,55) untuk terkena gizi buruk (BB/U) dibandingkan yang tidak memiliki riwayat ASI eksklusif setelah dikontrol oleh asupan makanan, pengetahuan ibu, dan keaktifan berkunjung ke posyandu. Riwayat pemberian ASI eksklusif menurunkan risiko terjadinya gizi buruk (BB/U) pada anak usia 6-35 bulan di Kabupaten Karawang tahun 2013 sebesar 74%. Upaya pencegahan terjadinya gizi buruk pada balita salah satunya adalah dengan pemberian ASI eksklusif.Perlunya peningkatan promosi kesehatan mengenai pemberian ASI eksklusif yang baik dan benar kepada kelompok sasaran secara efektif guna mendapatkan status gizi anak yang baik.

Indonesia has a nutritional problem is characterized by the magnitude of the prevalence of malnutrition among children under five. Malnutrition in children from birth to age three years will greatly affect the growth and development of glial cells and brain myelination process, and therefore contributes to the quality of his brain. In Karawang district proportion malnutrition (weight / age) infants weighing in July 2013 was approximately 0.4 % , and 35.76 % of that number is children aged 6-35 months. The purpose of this study was to determine the relation of exclusive breastfeeding history with severe malnutrition status (weight/age) children aged 6-35 months in Karawang district in 2013 after being controlled by the variable birth weight, child 's health status, dietary intake, maternal education, knowledge mother, maternal employment status, family income, number of family members and liveliness visit the neighborhood health center.
This study was conducted in August 2013 in Karawang district using casecontrol design. Cases were children aged 6-35 months in Karawang measured weight on the weighing in July 2013 and have severe nutritional status (weight / age) and controls were children aged 6-35 months in Karawang measured weight onthe weighing in July 2013 and had a good nutritional status. In this study a total sample of 276 (138 cases and 138 controls). Data were analyzed by multiple logistic regression.
The results showed a relation of exclusive breastfeeding history with severe malnutrition status (weight/age) children aged 6-35 months in Karawang districtin 2013. Children aged 6-35 months who had a history of exclusive breastfeeding risk 0.26 times (95% CI 0,12-0,55) exposed to severe malnutrition (weight/age) compared with no history of exclusive breastfeeding after controlled by food intake, maternal knowledge, and liveliness visit the neighborhood health center. History of exclusive breastfeeding decrease the risk of severe malnutrition (weight/age) in children aged 6-35 months in Karawang district in 2013 by 74%.Efforts to prevent malnutrition in infants one of which is the exclusive breastfeeding.Necessary of increases the health promotion of exclusive breastfeeding with good and correct way to the target group effectively in order to get a good nutritional status.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitriarni
"Di era globalisasi ini banyak terjadi masalah gizi ganda. Masalah ini terutama banyak terjadi di negara berkembang dan negara miskin. Masalah gizi ganda adalah munculnya masalah gizi lebih dengan gizi kurang juga masih menjadi masalah di negara tersebut. Masalah gizi lebih ini terjadi karena makanan murah yang dikonsumsi banyak mengandung tinggi gula, tinggi lemak, tinggi garam dan tinggi kalori yang dapat menyebabkan kegemukan terutama pada anak-anak. Kegemukan pada anak-anak akan menyebabkan menyebabkan timbulnya risiko penyakit degeneratif seperti penyakit kardiovaskuler, diabetes mellitus, dan lain-lain kelak jika mereka dewasa nanti.
Masa anak-anak merupakan masa yang penting untuk proses tumbuh kembangnya, untuk itu sangat diperlukan konsumsi makanan yang mengandung zatzat gizi yang diperlukan oleh tubuh anak-anak sesuai dengan kebutuhannya. Jika berlebihan akan menimbulkan dampak yang buruk bagi anak-anak. Konsumsi makanan pada anak-anak ditentukan dari apa yang mereka konsumsi sejak dini. Makanan yang pertama kali dikonsumsi oleh anak-anak adalah air susu ibu (ASI). ASI diketahui banyak mengandung gizi penting yang dibutuhkan oleh bayi, untuk itu pemerintah dan World Health Organization (WHO) merekomendasikan untuk memberikan ASI eksklusif selama enam bulan kehidupan pertama bayi. ASI juga diketahui memiliki efek protektif terhadap kegemukan pada anak. Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk mengkaji mengenai hubungan antara konsumsi ASI eksklusif dan faktor lainnya dengan kejadian kegemukan pada anak usia 6-23 bulan.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan data sekunder Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010. Desain penelitian Riskesdas 2010 adalah cross sectional (potong lintang). Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis univariat, bivariat dan multivariat. Variabel dependen yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah status kegemukan pada anak usia 6-23 bulan berdasarkan IMT/U.
Dalam penelitian ini didapatkan hasil proporsi kegemukan pada anak usia 6-23 bulan adalah 22,6% dan proporsi ASI eksklusif sebesar 19,9%. Dari hasil uji chisquare diketahui tidak ada hubungan bermakna antara ASI eksklusif dengan kegemukan, sedangkan hubungan yang bermakna ditemukan pada variabel berat lahir, pekerjaan ibu dan pengeluaran keluarga. Faktor yang paling berhubungan dari semua variabel independen yang diteliti adalah berat lahir.

Globalization era has make a double burden on nutrition problem. This problems happened in the develeloped and poor country. Double burden on nutrition is a problem with overnutrition has come while the undernutrition still become a problem. Overnutrition arise because a children consume cheap food that contain of high sugar, high fat, high salt and high calory that can cause a degenerative diseases such as cardiovaskuler, diabetes mellitus when they grow up later.
Children period plays an important role for their development and growth, and for that they need the food that contain of nutrition that they need. If it more than they need, it will become a bad impact for the child. For babies, the first food that they consume is breastmilk. Breastmilk has been known as an important nutrition for the baby so that the World Health Organization has recommend to give breastmilk only for the first six months of their early life. Breastmilk has a protective effect for overweight on child. Based on that reason, the writer interested to analyze the association between breastfeeding and other factors with overweight on children ages 6-23 months in Indonesia 2010.
This research is a quantitative research using a secondary data from health research 2010 (Riskesdas 2010). Riskesdas 2010 design is a cross sectional. Data analysis are univariat, bivariat and multivariat. The dependent variable is an overweight status based on Basal Metabolism Index per Age (BMI/Age).
This research has found that overweight proportion is 22,6% while the breastfeeding proportion is 19,9%. Chi-Square test has found that there is no relationship between breastfeeding with overweight while the significant relationship has been found on birth weight, mother occupation and family expenses.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
T29791
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>