Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 77870 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fitri Suryani
"ABSTRAK

Upaya pembangunan rel ganda Jakarta-Surabaya, membuka peluang bagi sistem

transportasi logistik dengan kereta api sebagai moda utamanya menjadi alternatif utama
angkutan barang. Peningkatan kinerja diperlukan untuk dapat bersaing dengan moda jalan
raya yang selama ini mendominasi, untuk itu diperlukan pengukuran kinerja aktual sebagai
acuan pengembangan dan peningkatan kinerja selanjutnya. Tujuan dari penelitian ini adalah
mengukur kinerja dari kereta api sebagai moda utama angkutan barang (dalam hal ini
kontainer) menggunakan indikator kinerja waktu yang ditunjang dengan persepsi pengguna
kereta api barang. Sistem utama yang menjadi fokusan dalam penelitian ini adalah sistem
yang langsung berhubungan dengan aktifitas kereta api. Data primer diperoleh berdasarkan
survei lapangan terkait waktu pergerakan kontainer di Stasiun Sungai Lagoa, Jakarta dan
Stasiun Kalimas,Surabaya. Data sekunder yang didapat adalah data terkait perjalanan kereta
api barang. Total waktu perjalanan kontainer dari Stasiun Sungai Lagoa, Jakarta ke Stasiun
Kalimas,Surabaya membutuhkan waktu ±93 jam dengan 73% waktu dihabiskan kontainer di
terminal. Persentase ketepatan waktu kereta yang rendah dan mengalami keterlambatan
kedatangan di Surabaya rata-rata 1,5 jam jam serta waktu tunggu kontainer yang mencapai
±90% waktu total kontainer di terminal membuat waktu pengiriman kontainer Jakarta-
Surabaya dengan kereta menjadi lama.


ABSTRACT

Double track rail that was already built from Jakarta to Surabaya creates the

opportunities of logistics transportation system by freight rail as the main alternative
transportation of goods. Improvement is required by the rail system to compete with the road
transportation which have been dominant mode. It is necessary to measure the actual
performance to be a reference for performance improvement. The purpose of this study is to
measure the freight rail performance as the main mode of freight transportation (i.e using
container) by using time performance indicator and supported by user perception. The rail
system is the focus of this study. Primarly survey is conducted to estimate the duration of the
container movement, i.e duration time of the all activites of container in Sungai Lagoa Station
and Kalimas Station. The secondary survey is related to operational data of the rail system.
Total travel time of container to be delivered from Sungai Lagoa Station, Jakarta to Kalimas
Station, Surabaya is ± 93 hours with 73% of total travel time spent in the station. Low
punctuality percentage, arrival delay time of ±1.5 hours and ± 90% waiting time in the
station makes the travel time of freight rail system longer.

"
2015
S60328
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"PT X merupakan salah satu perusahaan BUMN yang bergerak dalam industri manufaktur kemasan gelas. Sistem pengukuran kinerja (SPK) yang digunakan selama ini adalah SPK yang tertuan dalam Kep-215/M-BUMN/1999 yang lebih bersifat kepada pemenuhan kebutuhan para stakeholder (pihak eksternal perusahaan) dan dibangunkan berdasarkan penjabaran visi, misi dan strategi PT X. Oleh karena itu untuk terwujudnya sistem pengukuran yang utuh menyeluruh, dibutuhkan SPK yang lebih bersifat pemenuhan kebutuhan internal PT X yaitu SPK yang dapat digunakan untuk perencanaan kontrol monitoring evaluasi alokasi sumber daya, memeotivasi karyawan, memanajemen perubahana, pernaikan dan penentuan peta strategi. SPK tersebut adalah SPK dengan menggunakan Balanced Scorecard yang merupakan SPK yang dibangun atas dasar penjabaran visi, misi dan strategi PT X. Proses perancangan SPK dengan model Balanced Scorcard didasarkan pada langkah-langkah (framework) dari Balanced Scorecard yaitu penetapan arsitek pengukuran penentuan tujuan strategis (strategic objectives) dari masing masing perspektif (finansial, pelanggan, proses bisnis internal, belajar dan tumbuh), penentuan Key Performacne indicators (KPI) dan penentuan target serta inisiatif (rencana aksi). Berdasarkan proses perencanaan SPK dengan model Balanced Scorecard diperoleh 3 buah KPI untuk perspektif finansial 9 buah KPI perspektif pelanggan, 5 buah KPI perspektif proses bisnis internal dan 6 buah KPI perspektif belajar dan tumbuh."
Manajemen Usahawan Indonesia, XXXII (06) Juni 2003: 41-48, 2003
MUIN-XXXII-06-Juni2003-41
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Henky Hidayat
"Tesis ini membahas sistem penilaian kinerja di PT. Epson Indonesia yang masih dijalankan pada saat tesis ini dibuat dan selesai dikerjakan. PT Epson Indonesia adalah kantor penjualan dan pemasaran seluruh produk merk EPSON di seluruh area Indonesia dan berfungsi sebagai representasi kantor pusat Seiko-Epson Corporation di Jepang.saat ini PT Epson Indonesia menggunakan PDCA (Plan, Do, Check, and Action) dan WRD (Working-Related Dimensions) sebagai alat ukur kinerja karyawan. Untuk selanjutnya, akan digunakan KPI (Key Performance Index) dari Hay Consultant sebagai alat evaluasi kinerja karyawan.
Fokus penelitian adalah menganalisa mengenai standar penilaian kinerja yang berkaitan dengan kemampuan/kompetensi karyawan dan efektifitas pemberian umpan balik. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain deskriptif dan menggunakan kerangka teori melalui pendekatan peningkatan kompetensi bagi karyawan dan pentingnya penilaian secara adil bagi karyawan. Diakui bahwa penelitian ini masih harus dilanjutkan terutama mengenai sistem penilaian kinerja berdasarkan sistem yang mengadopsi dari Hay Consultant.
Berdasarkan penelitian didapatkan hasil bahwa masih terdapat kerancuan mengenai standar penilaian yang diberikan sehingga porsi terjadinya subyektifitas dalam penilaian atasan terhadap bawahannya masih besar. Selain itu belum semua atasan memberikan umpan balik kepada bawahannya secara efektif bahkan ada yang sama sekali tidak memberikan umpan-balik yang bisa dijadikan patokan bagi bawahan untuk melakukan peningkatan kinerjanya. Dari hasil penelitian, disarankan perlu adanya standar penilaian kompetensi terutama dalam penilaian untuk kompetensi yang bersifat Kompetensi Inti (Core Competencies); melakukan pemberian umpan-balik yang efektif yang bertujuan untuk meningkatkan kompetensi karyawan.

This thesis discusses the system performance in PT. Epson Indonesia that is still running at the time of this thesis is made and finished. PT Indonesia Epson is a sales and marketing offices throughout EPSON brand products in all areas and functions as a representation office Seiko-Epson Corporation in Japan. PT. Epson Indonesia is using PDCA (Plan, Do, Check, and Action) and the WRD (Working -Related Dimensions) as a means of measuring the performance of employees. For more, will be used KPI (Key Performance Index) from the Hay Consultant as employee performance evaluation tool.
The focus of research is to analyze the performance assessment standards relating to the ability / competence and effectiveness of employee feedback. This research is a qualitative research design with descriptive and theoretical framework through increased competency for employees and the importance of fair assessment for the employees. Recognized that this research still must be followed, especially on the performance assessment system based on the Hay system of Consultant.
Based on the research results found that there is still confusion about the standards of assessments so that the subjective portion of a given superior in the assessment of the subordinates are still large. In addition, not all supervisors to provide feedback to subordinates effectively even have a whole does not provide feedback that can be used as benchmarks for the subordinate to perform the increased performance. From the results of the research, suggested the need to assess the competency standards, especially in the assessment of competence for Core Competency (Core Competencies); make the feedback effective that aims to increase employee competence."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2009
T 25829
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nila Mutia
"Lembaga Diklat Pelayaran saat ini tengah menghadapi tantangn untuk meningkatkan kualitas pelayanannya, seiring dengan akan diberlakukannya QSS (Quality Standar System ) sebagai bagian dari persyaratan sebuah Lembaga Diklat untuk di approve oleh IMO(International Management System ).Untuk itu perlu penataan sasaran strategis kedalam program ? program yang diwujudkan kedalam sebuah strategi yang dibutuhkan agar lembaga Diklat Pelayaran tersebut mampu meningkatkan performancenya sebagai lembaga diklat yang menghasilkan lulusan diklat yang berkompetence sesuai dengan syarat minimal yang diberlakukan menurut STCW 1978 amandemen 1995.
Dalam mencapai tujuan dan menjadikan nya menuju visi menjadi lembaga diklat yang menghasilkan lulusan yang mampu bersaing dipasar global maka penerapan Service Scorecard, sebagai alat untuk menilai keberhasilan kminerja dapatlah digunakan. Karena pengukuran kinerja tradisional yang menilai kesuksesan untuk mengukur kinerja dari pesatnya pertumbuhan peserta dan revenue sudah tidak dapat dijadikan sebagai landasan keberhasilan. service scorecard adalah pengukuran kinerja khusus di bidang jasa yang pertama kali diperkenalkan oleh Praven Gupta (2008) dan memiliki elemen pengukuran kinerja yang dikenal dengan istilah GLACIER, (Growth, Leadership, Acceleration, Collaboration, Inovation, eksekution dan retention), sebuah lembaga / perusahaan akan dapat melihat kinerjanya secara komrpehensive dan integral, melalui rangkaian aliran proses.
Aplikasi pengukuran kinerja dilakukan dengan menterjemahkan visi, misi dan strategi melalui perencanaan sasaran, indicator, target serta inisatif strategis. Hasil pengukuran kinerja diperoleh nilai = 3,4 . Dari hasil pengukuran dengan menggunakan kriteria penilaian, skala yang ditetapkan serta bobot kepentingan diperoleh melalui metode pairwise comparison yang dirancang dapat diketahui apakah kategori masing ? masing elemen sangat baik, baik, cukup, kurang, atau sangat kurang.

Today The Institution of the marine training and education is facing the challenge in order to increase its service quality, in following with in effected of QSS (Quality Standard System ) as part of the requirement of in order to be approved by IMO (International Management System ).Because of that it is important to arrange the strategy target in the program that be realized into a strategy that be needed so that such The Institution of the marine training and education have an ability in increasing its performance as The Institution of the marine training and education that produce the graduate of training and education who have the competence as suitable with the minimal qualification that be effected according to STCW 1978 amendment of 1995.
In reaching the purpose and make it a vision of the institution of training and education that produce the graduate who have the ability in competing in global market so that the application of Service Scorecard, as the tool for assessing the successful of performance can be used. Because the measurement of last performance that assess the successful for measure the performance and the high growth of participant and revenue have not been become as the parameter of the successful of service scorecard is the special performance measurement in service field first be introduced by Praven Gupta (2008) and have the performance measurement element that be called by GLACIER, (Growth, Leadership, Acceleration, Collaboration, Innovation, execution and retention), An institution / the company will can look its performance comprehensively and integrally, through the serial of process flow.
The application of performance measurement be done by translating the vision, mission and strategy through target planning, indicator, target and also strategic initiative. The result of performance measurement be gotten the grade = 3,4. From the result of measurement by using the assessment criteria, scale that be decided and the quality of importance be gotten through pair wise comparison method that be designed can be known about the category of each element is very good, good, enough, less or bad."
Jakarta: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
T26179
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nila Mutia
"Lembaga Diklat Pelayaran saat ini tengah menghadapi tantangn untuk meningkatkan kualitas pelayanannya, seiring dengan akan diberlakukannya QSS (Quality Standar System ) sebagai bagian dari persyaratan sebuah Lembaga Diklat untuk di approve oleh IMO(International Management System ).Untuk itu perlu penataan sasaran strategis kedalam program ? program yang diwujudkan kedalam sebuah strategi yang dibutuhkan agar lembaga Diklat Pelayaran tersebut mampu meningkatkan performancenya sebagai lembaga diklat yang menghasilkan lulusan diklat yang berkompetence sesuai dengan syarat minimal yang diberlakukan menurut STCW 1978 amandemen 1995.
Dalam mencapai tujuan dan menjadikan nya menuju visi menjadi lembaga diklat yang menghasilkan lulusan yang mampu bersaing dipasar global maka penerapan Service Scorecard, sebagai alat untuk menilai keberhasilan kminerja dapatlah digunakan. Karena pengukuran kinerja tradisional yang menilai kesuksesan untuk mengukur kinerja dari pesatnya pertumbuhan peserta dan revenue sudah tidak dapat dijadikan sebagai landasan keberhasilan. service scorecard adalah pengukuran kinerja khusus di bidang jasa yang pertama kali diperkenalkan oleh Praven Gupta (2008) dan memiliki elemen pengukuran kinerja yang dikenal dengan istilah GLACIER, (Growth, Leadership, Acceleration, Collaboration, Inovation, eksekution dan retention), sebuah lembaga / perusahaan akan dapat melihat kinerjanya secara komrpehensive dan integral, melalui rangkaian aliran proses.
Aplikasi pengukuran kinerja dilakukan dengan menterjemahkan visi, misi dan strategi melalui perencanaan sasaran, indicator, target serta inisatif strategis. Hasil pengukuran kinerja diperoleh nilai = 3,4 . Dari hasil pengukuran dengan menggunakan kriteria penilaian, skala yang ditetapkan serta bobot kepentingan diperoleh melalui metode pairwise comparison yang dirancang dapat diketahui apakah kategori masing ? masing elemen sangat baik, baik, cukup, kurang, atau sangat kurang.

Today The Institution of the marine training and education is facing the challenge in order to increase its service quality, in following with in effected of QSS (Quality Standard System ) as part of the requirement of in order to be approved by IMO (International Management System ).Because of that it is important to arrange the strategy target in the program that be realized into a strategy that be needed so that such The Institution of the marine training and education have an ability in increasing its performance as The Institution of the marine training and education that produce the graduate of training and education who have the competence as suitable with the minimal qualification that be effected according to STCW 1978 amendment of 1995.
In reaching the purpose and make it a vision of the institution of training and education that produce the graduate who have the ability in competing in global market so that the application of Service Scorecard, as the tool for assessing the successful of performance can be used. Because the measurement of last performance that assess the successful for measure the performance and the high growth of participant and revenue have not been become as the parameter of the successful of service scorecard is the special performance measurement in service field first be introduced by Praven Gupta (2008) and have the performance measurement element that be called by GLACIER, (Growth, Leadership, Acceleration, Collaboration, Innovation, execution and retention), An institution / the company will can look its performance comprehensively and integrally, through the serial of process flow.
The application of performance measurement be done by translating the vision, mission and strategy through target planning, indicator, target and also strategic initiative. The result of performance measurement be gotten the grade = 3,4. From the result of measurement by using the assessment criteria, scale that be decided and the quality of importance be gotten through pair wise comparison method that be designed can be known about the category of each element is very good, good, enough, less or bad."
Jakarta: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
T41092
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Kurniati
"Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi fenomena berupa penyelesaian tindak lanjut rekomendasi hasil pemeriksaan (TLRHP) Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) sebagai Key Performance Indicator (KPI). Objek penelitian ini adalah Direktorat Jenderal Pajak (DJP) sebagai single unit analysis yang telah mengadopsi tindak lanjut rekomendasi tersebut dalam KPI/IKU sejak tahun 2018. Meskipun penyelesaian tindak lanjut rekomendasi telah dilekatkan pada KPI/IKU dan target KPI/IKU selalu tercapai, masih terdapat beberapa rekomendasi yang belum selesai/tuntas dalam 5 (lima) tahun bahkan 10 (sepuluh) tahun.
Penelitian ini berupaya mengisi research gap dari penelitian sebelumnya yang mengungkapkan bahwa faktor penyebab belum optimalnya penyelesaian tindak lanjut temuan pemeriksaan BPK adalah karena tindak lanjut tersebut belum dilekatkan sebagai KPI/IKU dan tidak adanya target yang menunjukkan indikator keberhasilan. Evaluasi dilakukan dengan menggunakan Kriteria SMART dan Prinsip SMART-C serta latar belakang penyesuaian KPI/IKU dari perspektif Institutional Isomorphism. Analisis data pada penelitian ini menggunakan content analysis.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan Kriteria SMART dan Prinsip SMART-C, KPI/IKU tindak lanjut rekomendasi BPK belum sepenuhnya memenuhi Kriteria SMART dan Prinsip SMART-C yaitu (1) Measurable; dan (2) Achievable/Attainable. Tidak dipenuhinya kedua kriteria/prinsip tersebut mengakibatkan masih belum idealnya klaim atas capaian realisasi KPI/IKU yang dilakukan DJP sebab terdapat gap antara periode terbitnya Laporan Hasil Pemantauan Tindak Lanjut dari BPK atas pembahasan TLRHP dengan periode berakhirnya masa penilaian kinerja pada DJP. Kondisi ini mengakibatkan capaian realisasi KPI/IKU diklaim secara subjektif dengan menggunakan tindak lanjut rekomendasi yang diusulkan selesai dengan nilai indeks yang sama dengan rekomendasi yang dinyatakan selesai/tuntas oleh BPK. Namun demikian, implementasi KPI/IKU memberikan manfaat bagi organisasi berupa peningkatan komitmen manajemen organisasi dan mendorong strategi organisasi.
Kemudian, terdapat faktor-faktor yang memengaruhi penyesuaian KPI/IKU dari perspektif Institutional Isomorphism. Pertama, faktor yang dipengaruhi fenomena isomorfisme normatif yaitu faktor yang berasal dari sisi eksternal berupa pelibatan pihak eksternal dan faktor dari sisi internal berupa insentif kinerja pegawai dan inovasi organisasi. Kedua, faktor dari perspektif isomorfisme koersif berupa tekanan koersif dari masyarakat terhadap pengelolaan keuangan negara.

This study aims to evaluate the phenomenon of completion of follow-up on the audit finding recommendations of the Supreme Audit Agency (BPK) as a Key Performance Indicator (KPI). The object of this study is the Directorate General of Taxes (DGT) as single unit analysis which has adopted such follow-up recommendations in its KPI since 2018. Although the completion of follow-up recommendations has been embedded to KPI and the KPI targets have always been achieved, there are still some recommendations that have not been completed in 5 (five) years and even in 10 (ten) years.
This study seeks to fill the research gap from previous studies which revealed that the factors causing the suboptimal completion of the follow-up on BPK audit findings are because the follow-up has not been adopted as a KPI and there are no targets showing indicators of success. The evaluation is carried out using SMART Criteria and the SMART-C Principle as well as the KPI adjustments that have been made by institution from the perspective of Institutional Isomorphism. The analysis of research data employs content analysis.
This study shows that based on the SMART Criteria and SMART-C Principles, the KPI on follow up over BPK recommendations has not fully satisfied the SMART Criteria and SMART-C Principles, namely (1) Measurable; and (2) Achievable/Attainable. The non- fulfilment of those two criteria/principles results in not ideal claim over the KPI realization by the DGT because there is a gap between the issuance period of the Follow-Up Monitoring Report from BPK and the end of the performance assessment period at the DGT. This condition causes KPI realization achievements to be subjectively claimed using follow-up recommendations proposed to be completed by the DGT with the same index value as recommendations declared completed by BPK. However, the implementation of KPI provides benefits to organizations in the form of increasing organizational management commitment and encouraging organizational strategy.
There are factors that influence the adjustment of KPI/IKU from the perspective of Institutional Isomorphism. First, factors that are influenced by the phenomenon of normative isomorphism, i.e. factors originating from the external side, namely the involvement of external parties and factors from the internal side, namely the employee performance incentives and organizational innovation. Second, the factor from the perspective of coercive isomorphism is in the form of coercive pressure from the community on the state finance management.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Yuliawati
"Kualitas merupakan inti keberlangsungan hidup rumah sakit. RSIA Hermina Jatinegara yang mempunyai letak strategis di Jakarta Timur dengan komposisi penduduk usia balita, anak dalam pertumbuhan dan wanita usia reproduksi sebesar 39,30% dapat menjadi pasar potensial bagi pengembangan Klinik Tumbuh Kembang. Peningkatan jumlah kunjungan tidak cukup memberikan kesimpulan bahwa pelayanan sesuai dengan harapan pelanggan. Harus ada kajian akan nilai yang dianggap paling penting/dibutuhkan bagi pelanggan dan bagaimana penilaian kenyataan pelayanan yang diberikan Desain penelitian berupa survei deskriptif kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Data dikumpulkan dari kuesioner terhadap 97 responden pengguna layanan dan 26 responden penyelenggara layanan (pihak manajemen dan staf pelaksana Klinik Tumbuh Kembang). Analisis data kuantitatif secara univariat, bivariat dan multivariat dan pemetaan dalam Importance Performance Matrix.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa baik pengguna maupun penyelenggara layanan memberi nilai kenyataan layanan paling tinggi pada keramahan/ kesopanan petugas sedangkan paling rendah pada jumlah petugas. Harapan paling tinggi bagi pengguna pada kejelasan kesembuhan sementara harapan paling rendah pada kecepatan pelayanan. Bagi penyelenggara, harapan paling tinggi pada kejelasan informasi, kesembuhan pasien, manfaat dan rencana terapi, sementara harapan penyelenggara paling rendah pada penampilan fisik petugas. Pendidikan pengguna mempunyai hubungan bermakna dalam penilaian kualitas layanan sedangkan jabatan dan pendidikan penyelenggara mempunyai hubungan bermakna dalam penilaian kualitas layanan.

Quality is the key point of the sustainability of hospital institution. Location of RSIA Hermina Jatinegara in East Jakarta is very strategic. People compossition in large number (39,30%) of growing children and woman in reproductive age could become potential market for the ?Growth & Development Clinic?. Growing number of customer visit is not enough to conclude that customer served in good service and meet customer expectation. So, it sholud be have evaluation of hospital performance and customer expectation. Research design method is conducted with the Quantitative Descriptive Analysis with cross sectional approach. Data collected from questionnaire of 97 customer and 26 local hospital stafs (Management stafs, Doctors and Physiotheraphiest). Data analysis is made through univariate, bivariate and multivariate analysis and map into Importance Performance Matrix.
The result shows that both of customer and provider have the same perception of the best hospital performance that is stafs courtessy while the lowest factor in hospital perforrmance is not enough number of officers. The customer highest expectation is information of recovery while the lowest expectation is on the speed of services. The provider highest expectation are the clarify of information and recovery process and benefits and programme of theraphy, while lowest provider expectation is officer personal appearance. As the result of bivariate and multivariate analysis show a significant correlation between educational customer, job and educational stafs in judge service quality.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
T30825
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Afief Riyadi
"ABSTRAK
Penelitian ini dimaksudkan untuk menganalisa karakteristik perjalanan primer (point to point) dari truk angkutan barang di kawasan Tanjung Priok, dengan memilih angkutan yang menggunakan Terminal Angkutan Barang (TAB) Tanah Merdeka dan TAB Pulo Gebang sebagai tempat perhentian sementaranya. Analisa terhadap karakteristik ini ditujukan untuk mendapat gambaran tentang produktivitas angkutan barang serta menggunakannya sebagai bahan untuk memperbaiki logistik kota yang ada saat ini. Produktivitas perjalanan angkutan barang sangat terkait dengan kegiatan “bergerak” dan “diam”. Oleh karenanya, produktivitas digambarkan oleh indikator kecepatan untuk kondisi truk bergerak dan indikator waktu untuk kondisi truk dalam keadaan diam. Melalui Travel Diary Survey diperoleh kesimpulan bahwa persentase waktu diam truk ternyata lebih lama dibandingkan waktu bergeraknya (52.15% untuk TAB Pulo Gebang dan 52.21% untuk TAB Tanah Merdeka), dimana porsi terbesar waktu diam terjadi di area pabrik atau industri untuk melakukan bongkar muat. Upaya perbaikan dapat dilakukan dengan memperbaiki sistem penjadwalan bongkar muat di pabrik maupun pelabuhan serta pengurangan kemacetan, yang kesemuanya dapat mengurangi waktu siklus truk hingga 19,80% per perjalanan dari waktu eksisting.

ABSTRACT
This study is aimed to analyze the characteristic of primary trip (point to point) of freight trucks in Tanjung Priok area, particularly the ones who use Tanah Merdeka Freight Terminal and Pulo Gebang Freight terminal as their transit point. The analysis is intended to get the overview of truck productivity, and then use it for further improvement on city logistic system. Trip productivity is related to the activities of “moving” and “stay”. Hence, trip productivity is described by the speed indicator to represent the trucks on moving, and time indicator to represent the stay condition. The Travel Diary Survey shows that the portion of idle time is bigger than the one of movement time (52.15% and 52.21% are idle times for Pulo Gebang and Tanah Merdeka, respectively), where the biggest portion of the idle time occurred at the industry and factoy area for loading unloading acitivities. Improvement can be made by improving the scheduling system of load /unload in factory/industry and port area, and reducing the congestion. They are expected to reduce the truck cycle time up to 19.80% per trip.
"
2015
S61190
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Delvi Fitryana Anisa
"Masalah logistik seperti infrastruktur tidak memadai, biaya logistik yang tinggi dan proporsi penggunaan moda transportasi barang yang masih didominasi oleh angkutan jalan raya menyebabkan kinerja sistem logistik di Indonesia masih belum optimal. Angkutan jalan raya berpotensi untuk dialihkan ke moda alternatif yaitu kereta api (KA) dan memaksimalkan penggunaan KA tersebut. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengembangkan model pemilihan moda angkutan barang antara moda rel dan moda jalan raya di Jalur Pantura dengan mengidentifikasi faktor pengaruh dan mengestimasi potensi permintaan moda rel. Potensi perpindahan moda dari moda jalan raya ke moda rel dikembangkan dengan model logit melalui identifikasi faktor pengaruh dan preferensi melalui survei stated preference (SP). Hasil analisis menunjukkan bahwa total biaya pengiriman merupakan variabel yang paling berpengaruh pada model logit yang dihasilkan. Saat selisih total biaya Rp 500.000,00 potensi pengguna KA sebesar 54,74%, sedangkan saat selisih biaya mencapai Rp 7.000.000,00 maka potensi pengguna KA mencapai 93,46%. Sensitifitas perusahaan dalam memilih moda pada setiap nilai selisih total biaya pengiriman adalah sama untuk kedua moda.

Logistics problems such as inadequate of infrastructure, high cost of logistics and the proportion of transportation mode which is still dominated by road mode cause performance of logistics system in Indonesia is still not optimal. Road transport has the potential to be transferred to rail mode and maximizing the utility of rail mode. This study is aimed to develop modal choice model of freight transportation between rail and road mode in Pantura by identifying factors and estimating the potential demand of rail mode. Potential mode transfer from road to rail mode developed by logit model through the identification of influences factors and preferences of user using staded preference (SP) survey. The analysis shows that the difference of shipping total cost is the most influential variable on logit model. When the difference in total cost of both mode is Rp 500.000,00, potential rail users reached 54,74%, whereas the difference in total cost of Rp 7.000.000,00, the potential users will reached 93,46%. The sensitivity of the company in selecting modes on each value of the difference total shipping cost is the same of both mode."
Depok: Universitas Indonesia, 2015
T43795
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Steffi Yuni Tania Susanto
"Manajemen pemeliharaan merupakan salah satu aspek pendukung yang penting bagi keberlangsungan sistem produksi pada industri otomotif. Industri otomotif sebagai asset intensive industry memerlukan pengelolaan kegiatan pemeliharaan yang efektif untuk menjawab berbagai tantangan yang dihadapi seperti mencapai target produksi, meminimalkan biaya, mengupayakan keselamatan, menjaga kualitas, dan kelestarian lingkungan. Oleh karena itu, diperlukan adanya suatu sistem pengukuran kinerja yang baik dan terstruktur. Maintenance Scorecard adalah suatu pendekatan yang didesain untuk membuat dan mengimplementasikan strategi dalam manajemen aset.
Maintenance scorecard disusun berdasarkan hirarki perusahaan yang fundamental yaitu corporate level, strategic level, dan functional level. Terdapat 6 perspektif pada MSC yaitu productivity, cost effectiveness, safety,quality, environment, dan learning. Performance dashboard adalah suatu laporan yang efektif yang dirancang dengan mengembangkan sebuah laporan yang menampilkan KPI penting dalam format visual sehingga penggunaannya bersifat komplementer terhadap scorecard.
Penelitian ini dilakukan untuk membuat rancangan maintenance scorecard dan performance dashboard pada PT. X yang merupakan industri otomotif. Hasil perancangan ini adalah usulan hirarki Key Performance Indicator (KPI) di tiap level perusahaan pada masing-masing perspektif MSC. Dihasilkan sebanyak 36 KPI yang relevan, meliputi : 10 KPI pada productivity, 7 KPI pada cost effectiveness, 7 KPI pada safety, 7 KPI pada quality, 2 KPI pada environmental, dan 4 KPI pada learning. Performance dashboard dirancang dengan memuat KPI penting berdasarkan hasil pembobotan dengan metode AHP sebagai visualisasi KPI sehingga dapat dikontrol dan dimonitor oleh semua pihak dalam perusahaan.

Maintenance management is an important supporting aspect for automotive industry. As an asset intensive industry, it needs an effective maintenance management to optimalize productivity while minimizing cost, focus on quality, safety, and environment . Therefore, it needs a comphrehensive and structural performance measurement. Maintenance Scorecard is a comphrehensive approach used to develop and implement strategy in the area of asset management.
Maintenance scorecard developed based on fundamental hierarchy in the company that are corporate level, strategic level, and functional level. MSC consist of 6 perspectives :productivity, cost effectiveness, safety, quality, environment, and learning. Performance dashboard is an effective report that designed and developed to visualized KPI in a table, chart, and diagram, so the use of performance dashboard is complement the scorecard.
This research is aimed to design a maintenance scorecard and performance dashboard in PT. X as an automotive industry.The result is propose hierarchy Key Performance Indicator (KPI) in each organization level and MSC perspective. There are 36 relevan KPI: 10 KPI on productivity, 7 KPI on cost effectiveness, 7 KPI on safety, 7 KPI on quality, 2 KPI onenvironmental, and 4 KPI on learning. Performance dashboard is designed to visualized important KPI that weighted with AHP method. This maintenance scorecard and performance dashboard can used by the company to measure, monitor, and control their performance in order to make a continous improvement.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S62227
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>