Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 115613 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Indriyati Srikandi Putri
"The number of HIV positive and AIDS cases in 2013 indicate a significant increase. Provinces with the highest number is DKI Jakarta. A shift in the pattern of the epidemic of injecting drug users to key populations. Estimated number of people living with HIV among trangender increased. Based on research by Pisani, et al (2004) group who did not use condoms during anal sex is the most widely Transgender group (59.3%). Srikandi Sejati Foundation (YSS) is an institution that accompany Transgender group in Jakarta. The purpose of this study was to determine the behavior of the use of condoms for prevention of HIV on Transgender sex workers in Jakarta in 2015. It is a quantitative study using cross sectional study design with the Health Belief Model theory approach. Sample of 217 sex workers under the auspices of YSS. Results: behavior inconsistent condom use (46.5%), the largest age group is ≤ 34 th (55.7%), 74% of respondents have had a good comprehensive knowledge, the perception of susceptibillity (84,6%), as many as 89% of respondents have the perception that the HIV is a serious illness, 86,3% of respondents have the perception that condoms are useful to prevent, 62% of respondents have a perception of low barriers, 76% of respondents have had the High Self Efficacy, and 68.5% were exposed information with high frequence about HIV / AIDS. Statistical test results indicate a relationship between the variables of age, knowledge, perception of vulnerability, perceived severity, perceived benefits, perceived barriers, self-efficacy, and exposure information with condom use behavior. Study suggestions that the parties continue to develop an effective intervention programs especially to holding partner / "husband" or customers Transgender sex workers.

Jumlah kasus HIV positif dan AIDS pada tahun. 2013 mengalami peningkatan yang signifikan. Provinsi dengan jumlah tertinggi yaitu DKI Jakarta. Terjadinya pergeseran pola epidemi dari pengguna jarum suntik ke penyebaran melalui hubungan seksual. Estimasi jumlah ODHA di kalangan Waria meningkat. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Pisani, dkk (2004) kelompok yang tidak menggunakan kondom saat melakukan seks anal paling banyak adalah kelompok Waria (59,3%). Yayasan Srikandi Sejati (YSS) merupakan lembaga yang menaungi kelompok Waria di Jakarta. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perilaku penggunaan kondom sebagai upaya pencegahan HIV pada Waria Penjaja Seks di Jakarta Tahun 2015. Merupakan penelitian kuantitatif dengan desain penelitian menggunakan cross sectional dengan pendekatan teori Health Belief Model. Sampel sebanyak 217 Waria penjaja seks dibawah naungan YSS. Hasil : perilaku penggunaan kondomnya yang tidak konsisten (46,5%), kelompok umur terbesar adalah ≤ 34 th (55,7%), 74% responden telah memiliki pengetahuan komprehensif yang baik, persepsi bahwa dirinya rentan terhadap HIV (84,6%), sebanyak 89% responden memiliki persepsi bahwa HIV/AIDS merupakan penyakit yang parah, 86,3% responden memiliki persepsi bahwa kondom bermanfaat untuk mencegah HIV, 62% responden memiliki persepsi hambatan yang rendah, 76% responden telah memiliki Self Efficacy yang Tinggi, 68,5% sudah terpapar informasi dengan frekuensi tinggi mengenai HIV/AIDS. hasil uji statistik menunjukkan adanya hubungan antara variabel umur, pengetahuan, persepsi kerentanan, persepsi keparahan, persepsi manfaat, persepsi hambatan, self efficacy, dan paparan informasi dengan perilaku penggunaan kondom. saran penelitian agar pihak-pihak terkait terus mengembangkan program intervensi yang efektif serta memperkaya materi edukasi demi menanamkan persepsi-persepsi yang mempengaruhi perilaku pencegahan."
Universitas Indonesia, 2015
S61056
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sihombing, Monika
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menggali faktor predisposisi, pemungkin dan
pendorong yang berhubungan dengan keberhasilan dan kegagalan WPS melakukan
negosiasi pemakaian kondom di lokalisasi Rawa Malang, Jakarta Utara. Desain studi
adalah studi kualitatif dengan 8 informan yaitu WPS berpendidikan tinggi dan rendah
pada informan WPS pemakai kondom an yang bukan pemakai kondom. Digunakan
teknik wawancara mendalam dan dilakukan triangulasi sumber data pada informan
kunci serta triangulasi analisis oleh pakar. Umur, pengetahuan, sikap, penghasilan,
ketersediaan/akses kondom, kenyamanan pelanggan, tenaga kesehatan dan mucikari
berpengaruh positif terhadap keberhasilan perilaku negosiasi.Terkait HIV/AIDS serta
praktik pemakaian kondom.Disarankan untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap
WPS.

ABSTRACT
This study aims to explore the predisposing, enabling and reinforcing factors
associated with the success and failure of FSW?s negotiating condom usage in Rawa
Malang localization, North Jakarta. The study design was a qualitative study with
eigth informants of highly and low educated of FSW that consistency and do not use
condoms consistently. The data were collected through interviews and triangulation
of data sources include key informants and triangulation analysis by experts. Ages,
knowledge, attitudes and income, availability/access to condoms, customer comfort,
the health workers and pimps were a positive effect on thesuccess of the negotiation
behavior. It is suggested to increase the FSW?s knowledge and attitudes related
HIV/AIDS and condom usage practices."
2015
S60564
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nirwanto K. Rahim
"Prevalensi HIV/AIDS di dunia semakin meningkat. Lelaki seks lelaki (LSL ) merupakan populasi yang paling mudah terkena HIV/AIDS. Penularan terjadi karena rendahnya penggunaan kondom. Penelitian ini bertujua untuk mengidentifkasi hubungan self-efficacy kondom dan spiritualitas
terhadap perilaku penggunaan kondom. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan teknik consecutive sampling pada 250 ODHA LSL.Hasil penelitian menunjukkan bawah ada hubungan yang signfikan antara self-efficacy kondom dengan perilaku penggunaan kondom p-value <0.05 (OR = 11.298; 95% CI: 4.35-20.1 ) dan spiritualitas terhadap perilaku penggunaan kondom p-value< 0.05 (OR = 3.405; 95% CI : 0.85-3.21). Pada analisis multivariat regresi logistik berganda, self-efficacy kondom merupakan faktor yang paling mempengaruhi perilaku penggunaan kondom. Sehingga untuk meningkatkan konsistensi penggunaan kondom perawat perlu mengedepankan intervensi misalnya kegiatan konseling yang berfokus pada peningkatan keyakinan diri (self-efficacy).

The prevalence of HIV/AIDS in the world is increasing. Men who have sex with men (MSM) is the populations most vulnerable to HIV/AIDS. Transmission occurs because of the low use of condoms. This study aimed to identify the relationship of condom self-efficacy and spirituality to condom use behaviour. This study used a cross-sectional design with consecutive sampling techniques in 250 ODHA MSM. The results show that there was a significant relationship between condom self-efficacy and condom use behavior p value <0.05 (OR = 11.298; 95% CI: 4.35-20.1 ) and spirituality towards condom use behavior p-value< 0.05 (OR = 3.405; 95% CI : 0.85-3.21). In multivariate analysis of multiple logistic regression, condom self-efficacy is the factor that most influences condom use behaviour. So to improve the consistency of condom use nurses need to prioritize interventions such as counselling activities that focus on increasing self-confidence (selfefficacy)."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Firda Azizah Ahmad
"Latar belakang: Pemerintah DKI Jakarta melakukan berbagai upaya untuk mengatasi HIV/AIDS melalui berbagai inisiatif: layanan tes HIV, pengobatan PrEP, dan kondom gratis. LSL di wilayah ini masih menghadapi tantangan dalam mengakses kondom gratis. Perilaku berganti-ganti pasangan melalui aplikasi meningkatkan risiko hubungan seksual tanpa kondom, yang berpotensi menyebabkan penularan HIV/AIDS yang lebih tinggi. Penelitian ini membahas faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku pencegahan HIV/AIDS melalui perilaku seks aman menggunakan kondom pada LSL di DKI Jakarta. Metode: Studi cross-sectional melalui kuesioner pada bulan November 2023 melibatkan 208 responden, menganalisis perilaku seks aman menggunakan kondom, pengetahuan tentang HIV, dan persepsi pencegahan HIV/AIDS. Pengetahuan terkait HIV dinilai dengan menggunakan kuesioner HIV-K18 dan teori Health Belief Model. Menggunakan analisis univariat dan bivariat dengan p-value <0,05 dianggap signifikan. Hasil: Di antara 189 responden yang memenuhi syarat, tingkat seks aman dengan menggunakan kondom termasuk moderat. Persepsi manfaat (p-value 0,006), persepsi hambatan (p-value 0,039), dan efikasi diri (p-value 0,015) memiliki korelasi positif dengan perilaku seks aman menggunakan kondom, sementara persepsi keparahan (p-value 0,035) berkorelasi negatif. Kesimpulan: Sebagian besar LSL di DKI Jakarta masih berisiko tinggi terinfeksi HIV/AIDS karena tidak menerapkan perilaku seks aman. Pemerintah perlu merancang program edukasi yang lebih spesifik dan relevan dengan konteks LSL, serta memastikan distribusi kondom gratis yang mudah diakses untuk mengatasi masalah ini.

Background: Despite the Jakarta government's efforts to address HIV/AIDS through various initiatives: HIV testing services, availability of PrEP treatment, and distribution of free condoms. MSM in the region still face challenges in accessing free condoms. The common practice of changing partners through applications increases the risk of unprotected sexual encounters, potentially leading to higher HIV/AIDS transmission. This study examined the factors that influence the behaviour of MSM in DKI Jakarta to prevent HIV/AIDS by practicing safe sex using condoms. Methods: A cross-sectional questionnaire was conducted in November 2023 with 208 respondents to assess safe sex behaviour using condoms, HIV knowledge, and perceptions of HIV/AIDS prevention. HIV-related knowledge was assessed using the HIV-K18 questionnaire and the Health Belief Model theory. Univariate and bivariate analyses were used and p-value < 0,05 was considered significant. Result: Among the 189 qualified respondents, the rate of safe sex practice with the use of condom was moderate. Perceived benefits (p-value 0.006), perceived barriers (p-value 0.039), and self-efficacy (p-value 0.015) were positively correlated to safe sex practice with the use of condom, while perceived severity (p-value 0.035) was negatively correlated. Conclusion: A significant number of MSM in DKI Jakarta remain at high risk of HIV/AIDS infection due to unsafe sex. The government should design more specific and contextualised education programmes for MSM and ensure that free condoms are easily accessible to address this public health concern."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Karyati
"Tujuan penelitian adalah menganalisa berbagai faktor yang mempengaruhi konsistensi wanita penjaja seks (WPS) dalam pemakaian kondom di Kabupaten Pati. Desain cross sectional study digunakan pada penelitian ini dengan populasi WPS di sebuah lokalisasi di Pati sebanyak 76 orang (total sampling). Data dianalisa dengan chi square dan regresi logistik. Ditemukan hubungan signifikan antara karakter pelanggan (p=0,004) dan persepsi kesehatan reproduksi diri (p=0,037) dengan konsistensi pemakaian kondom. Karakter pelanggan merupakan faktor yang paling dominan mempengaruhi konsistensi pemakaian kondom (OR= 14,344). Pendidikan kesehatan reproduksi perempuan seharusnya mentargetkan WPS agar konsisten menggunakan kondom.

The aim of this study was to analyze factors influencing consistency of condom use among female sex workers (FSW) at Pati District. This study used crosssectional design involving 76 FSWs in localization at Pati as population (total sampling). Data was analyzed using chi square and binary regression logistic. It found significant relationships between customer's character and perception of their reproductive health with the consistency of condom use. Cuscomer's character was the most dominan factor (OR=14,344). The women reproductive health education should focus on the FSW so that they can consistently use condoms."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2011
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Verlina Yohana Kawangung
"Masih tingginya kejadian IMS pada WPS (83,2%) dan perilaku pencegahan yang kurang berpotensi penularan IMS dan peningkatan penyebaran kasus HIV-AIDS. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ketersediaan kondom terhadap penggunaan kondom di Lokasi Batu 24 dan Batu 80. Penelitian ini menggunakan dua metode yaitu, kuantitatif dengan disain cross sectional dan kualitatif dengan disain RAP. Sampel pada penelitian ini adalah WPS di Lokasi Batu 24 dan Batu 80 berjumlah 136 orang (total sampel) dan 22 orang informan. Ada 81,6 % menggunakan kondom pada seks terakhir dan 47,2 % selalu menggunakan kondom seminggu terakhir. Penggunaan kondom seminggu terakhir dipengaruhi oleh ketersediaan kondom (OR=1,7) dan tetap berpegaruh setelah dikontrol oleh variabel konfounder (OR=2,4).

The high prevalence of STI among sex worker (83.2%) and low condom used behaviors potentially increase the spread of transmission of STI and HIV-AIDS cases.This study aims to determine the effect of condom availability on condom use among sex worker at Lokasi Batu 24 and Batu 80. Quantitative and qualitative methods had been used in this study. Samples in this study are direct sex workers in Lokasi Batu 24 and Batu 80, total 136 person (total sample) and 22 informen. There are 81.6% used condom at last sex, and 47.2% always used condoms in past a week. Condoms used in past a week are influenced by the availability of condoms (OR = 1.7) and still having effect after controlled by confounder variables (OR = 2.4)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
T31137
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ririn Febriana Anggraeni
"Latar belakang: Hubungan seks yang berisiko menularkan HIV adalah hubungan seks dengan banyak pasangan dan berganti-ganti pasangan yang sebagian besar didominasi dengan hubungan seks komersial, baik pada kelompok heteroseksual maupun pada kelompok homoseksual atau sejenis. Kelompok yang paling berisiko tertular HIV adalah kelompok homoseksual dan biseksual yang biasa dikategorikan sebagai lelaki seks lelaki atau disebut LSL. Di banyak bagian wilayah, HIV di kalangan LSL muncul dengan penularan HIV yang sangat cepat.
Metode: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tahu status HIV terhadap penggunaan kondom konsisten pada LSL di Yogyakarta dan Makassar dan melihat adakah perbedaan hasil analisis dengan menggunakan metode RDS dan non RDS terhadap indikator program. Penelitian ini menggunakan data STBP 2013.
Hasil: Dari hasil analisis diperoleh bahwa di Yogyakarta ada pengaruh tahu status HIV terhadap penggunaan kondom konsisten dengan OR sebesar 6,6 dan 95% CI 2,1-20,9, sedangkan di Makassar belum dapat diketahui pengaruh tahu status HIV dengan penggunaan kondom konsisten dengan OR sebesar 1,6 dan 95% CI 0,6 - 4,4. Ada perbedaan hasil analisis dengan menggunakan metode RDS dan non RDS terhadap indikator program.
Kesimpulan: Terdapat pengaruh tahu status HIV dengan penggunaan kondom konsisten pada lelaki yang seks dengan lelaki di Yogyakarta sedangkan di Makassar belum dapat diketahui pengaruh tahu status HIV dengan penggunaan kondom konsisten. Terdapat perbedaan hasil analisis dengan menggunakan metode RDS dan non RDS terhadap indikator program.

Introduction : Sex which higher risk of spreading HIV is sex with multiple partners and change partners that is largely dominated by commercial sex, either on the heterosexual and homosexual group, or similar sexual behaviour. Groups most at risk of contracting HIV is a group of homosexual and bisexual men are commonly categorized as men sex with men, or so-called MSM. In many parts of the region, HIV among MSM appears with HIV infection very quickly.
Methods: This study aimed to determine the effect knowing their HIV status toward consistency condom use in MSM in Yogyakarta and Makassar and to see the differences between analysis using RDS and non RDS to indicator of program. This study uses data IBBS 2013.
Summary: From the results of the analysis showed that in Yogyakarta there was an effect Yogyakarta of knowing HIV status toward consistency condom use with an OR of 6,6 and 95%CI 2,1-20,9. while in Makassar unclear knowing HIV status toward consistent condom use with an OR of 1.6 and 95% CI 0,6 - 4,1. There is differences between analysis using RDS and non RDS to indicator of program.
Conclusion: There is Influence of knowing HIV Status to consistent Condom use in Yogyakarta while in Makassar unclear knowing HIV status toward consistent condom use. There is differences between analysis using RDS and non RDS to indicator of program.
"
Jakarta: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
T42956
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Franciscus Adi Prasetyo
"Epidemi HIV/AIDS di Indonesia pada saat sekarang sudah merupakan salah satu masalah kesejahteraan sosial , khususnya berkaitan dengan persoalan kesehatan masyarakat. Semakin banyaknya jumlah penderita HIV/AIDS salah satunya disebabkan oleh hubungan seks bebas tanpa menggunakan kondom sebagai alat pengaman. Hubungan seks bebas secara heteroseksual dengan berganti-ganti pasangan dan tanpa menggunakan kondom tercatat sebagai faktor tertinggi penambahan jumlah penderita HIV/AIDS yaitu sebesar 635 kasus. Jumlah ini dicatat dalam laporan Komisi Penangguiangan HIV/AIDS Nasional (KPAN) triwulan Juli-September 2005.
Kondom sejauh ini diyakini sebagai alat yang paling tepat untuk mencegah penularan HIV/AIDS, khususnya di lingkungan seperil Iokalisasi. Semakin banyak pekerja seks komersial dan pelanggan yang menyadari tujuan dan manfaat pemakaian kondom. maka secara otomatis akan berpengaruh terhadap menurunnya angka penularan serta membatasi ruang Iingkup penularan virus HIV/AIDS tersebut. Tetapi dalam prakteknya masih ditemui adanya keengganan dan keinginan untuk memakai kondom diantara para pelaku seks bebas untuk memakai kondom pada saat berhubungan seks. Keinginan untuk mengutamakan kesehatan, kekhwatiran ditinggal oleh pelanggan. keyakinan terhadap antibiotik, kurangnya informasi tentang HIV/AIDS, ketidaksukaan laki-laki terhadap kondom, subordinasi perempuan terhadap dominasi laki-laki. kurangnya ketersediaan kondom di lokasi, serta dukungan pihak berpengaruh merupakan sebuah situasi kompleks yang terjadi di lokalisasi.
Dengan melihat pada problematika tersebut, maka sangatlah panting untuk mengetahui tentang proses negosiasi antara pekerja seks komersial dengan pelanggan dalam pemakaian kondom untuk mencegah penularan HIV/AIDS, serta kendala-kendala dan upaya peningkatan kemampuan negosiasi tersebut. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif untuk mengamati fenomena sosial tersebut. Jenis penelitian ini adalah studi kasus dengan memilih beberapa orang informan yang mewakili konteks penelitian. Lokasi penelitian ini adalah di Lokalisasi Boker Ciracas Jakarta Timur. Teknik pengambilan sampelnya menggunakan snow ball dan teknik pengumpulan data menggunakan wawancara mendalam serta melakukan observasi baik overt observation maupun unstructure observation. Teknik analisa data yang dipergunakan adalah analisa taksonomi dan dalam proses analisa tersebut akan dilakukan pengkodean dengan berdasarkan kepada tema-tema hasil wawancara.
Hasil temuan lapsngan menunjukan bahwa dalam proses negosiasi pemakaian kondom terdapat perbedaan tujuan dan hasil yang diharapkan dari pekerja seks komersial dengan pelanggan. Kemudian juga diketahui bahwa dalam pengambilan keputusan pemakaian kondom, pekerja seks komersial juga mempunyai dominasi yang cukup besar. Kompromi yang terjadi diantara kedua belah pihak adalah pelanggan bersedia untuk memakai kondom walaupun mengurangi kenikmatannya, dan pekerja saks komersial bersedia melayani permintaan pelanggan untuk berhubungan seks dalam posisi tubuh tertentu atau oral seks.
Salah satu analisa penting dalam penelitian ini adalah bahwa pekerja seks komersial tidak mudah untuk tergiur pada tawaran uang yang lebih tinggi dari pelanggan apabila bersedia melayani tanpa kondom. Pekerja seks komersial lebih mengutamakan kesehatan daripada sekedar keuntungan materi. Bahkan ditegaskan oleh pekerja seks komersial, bahwa kesehatan adalah hak semua orang. Rasa percaya diri dan keberanian untuk bernegosiasi dengan pelanggan telah meletakan posisi pekerja seks komersial setara dengan pelanggan. Dengan ini, maka pekerja seks komersial dapat menentukan pilihan terbaik untuk dirinya sendiri. Kendala utama dalam proses negosiasi ini adalah sikap pelanggan yang kurang peduli tentang pentingnya kondom serta inkonsistensi dari pekerja seks komersial sendiri.
Kesimpulan yang dapat diambil adalah kondom sebagai alat pencegah penularan HIV/AIDS, dalam penerapannya masih memerlukan proses negosiasi. Tetapi, makna yang lebih dalam lagi adalah bahwa kesehatan dan masa depan dipertaruhkan di dalam negosiasi pemakaian kondom tersebut. Oleh karena itu, edukasi berkelanjutan sebagai upaya peningkatan pengetahuan pekerja seks komersial dengan pelanggan tentang HIV/AIDS dan kondom adalah langkah konkret untuk meningkatkan kesehatan bagi kelompok masyarakat beresiko tinggi."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T22450
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sry Heniwati
"Tingkat penggunaan kondom pada kelompok Waria sebesar 39% pada tahun 2007 terjadi sedikit peningkatan sebesar 36% tahun 2011 (Kemenkes 2011), tetapi masih dibawah target (60%) (KPAN, 2010). Penggunaan kondom pada seks komersial dipengaruhi oleh kemampuan penjaja seks untuk menawarkan pemakaian kondom ketika berhubungan seks kepada pelanggannya. Dari penjaja seks yang tidak pernah menawarkan penggunaan kondom kepada pelanggannya ternyata pemakaian kondom pada seks komersial terakhir cukup rendah, hanya sekitar 10–20%. Determinan yang diduga berhubungan dengan perilaku Waria dalam menawarkan penggunaan kondom kepada pasangan seks antara lain : umur, tingkat pendidikan, pengetahuan pencegahan HIV/AIDS, riwayat IMS, kemudahan memperoleh kondom, lama melakukan seks komersil, kontak dengan petugas, konsumsi alkohol/napza sebelum berhubungan seks.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui determinan perilaku Waria dalam menawarkan penggunaan kondom kepada pasangan seks. Penelitian ini menggunakan data STBP tahun 2011 yang dilakukan di 5 kota besar di Indonesia, dengan desain studi Cross Sectional. Jumlah data yang dapat dianalisis sebanyak 684.
Hasil menunjukan bahwa proporsi Waria yang menawarkan penggunaan kondom kepada pasangan seks sebesar 81,3%. Determinan yang berhubungan signifikan adalah kontak dengan petugas (p=0,000), OR = 3,847 (95% CI= 2,507-5,902) dan kemudahan memperoleh kondom (p=0,000), OR = 3,010 (95% CI=1,934–4,685). Umur, tingkat pendidikan, pengetahuan pencegahan HIV/AIDS, riwayat IMS, lama melakukan seks komersil dan konsumsi alkohol/Napza sebelum melakukan hubungan seks tidak berhubungan.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka saran yang dapat diberikan adalah peningkatan frekuensi kontak petugas dengan Waria baik petugas dari pemerintah maupun dari LSM yang peduli terhadap masalah HIV/AIDS dengan Waria untuk membahas risiko tertular HIV dan cara pencegahannya terutama tentang pentingnya menggunakan kondom dalam hubungan seks berisiko dan menjamin agar kondom selalu tersedia dan terjangkau dalam jumlah cukup terutama di dalam tempat kerja Waria.

Levels of condom usage on MTF transgender group was found 39% at 2007, there was a increase of 36% in 2011 (Ministry of Health, 2011), still below the target (60%) (KPA, 2010). Condom usage in commercial sex is influenced by the ability to negotiation sex workers condom usage to sex patner. At sex workers who do not ever negotiation to sex patner of condom usage turns was found condom usage at last sex is quite low, only about 10-20%. Determinants related to MTF transgender behavior in condom usage negotiation to sex partner among others: age, level of education, knowledge of HIV/AIDS, STI history, ease of obtaining condoms, old of commercial sex, contact with the officer, the consumption of alcohol/drugs before sex.
The purpose of this study to knowing determinants of MTF transgender behavior in condom usage negotiation to sex partner. This study uses producted IBBS conducted in 2011 in 5 major cities in Indonesia, with a cross-sectional study design. The amount of data that can be analyzed as many as 684.
Results showed that the proportion of MTF transgender behavior in condom usage negotiation to sex partner was 81.3%. Determinants significantly related are contact with the officer (p = 0.000), OR = 3.847 (95% CI = 2.507 to 5.902) and the ease of obtaining condoms (p = 0.000), OR = 3.010 (95% CI = 1.934 to 4.685). Age, level of education, knowledge of HIV / AIDS, STI history, the old of commercial sex and alcohol / drugs before sex are not related.
Based on these results, the suggestions can be given are to increase the frequency of contact of the officers with MTF transgender both officers of the government and NGOs concerned with the problem of HIV/AIDS with MTF transgender to discuss the risk constracting HIV and how to prevent it, especially about the importance of condom usage in unsafe sexual behavior; and affordable in sufficient quantities, especially in the workplace MTF transgender.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T35434
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Wayan Putri Larassita Parwangsa
"Pendahuluan : Sebagian besar LSL merupakan orang-orang yang menjalankan prinsip hidup bebas dimana 88% gaya seksual pada LSL tidak aman yaitu memiliki pasangan seks multipel. Kecenderungan perilaku seksual berisiko dengan banyak pasangan yang dilakukan oleh kelompok LSL ini dapat dikaitkan dengan perilaku penggunaan kondom secara konsisten dalam rangka pencegahan penularan HIV dan IMS pada kelompok LSL. Penelitian ini bertujuan ntuk mengetahui hubungan Pasangan Seks Multipel dengan Perilaku Penggunaan Kondom pada kelompok LSL di 5 Kota Besar di Indonesia tahun 2015.
Metodologi : Penelitian ini menggunakan cross sectional design. Lokasi penelitian ini dilaksanakan di 5 Kota Besar di Indonesia yaitu Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, dan Denpasar dengan menggunakan data sekunder. Data sekunder pada penelitian ini diperoleh dari data Survey Terpadu Biologis dan Perilaku (STBP) pada tahun 2015.
Hasil : Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi LSL yang tidak konsisten menggunakan kondom di 5 Kota Besar di Indonesia tahun 2015 yaitu sebesar 67,55%, proporsi LSL yang memiliki pasangan seks multipel yaitu sebesar 83,80%, dan pasangan seks multipel memiliki hubungan yang signifikan dengan perilaku penggunaan kondom dengan nilai PR sebesar 1,571 (95% CI 1,171 – 2,108) setelah dikontrol variabel riwayat IMS.
Kesimpulan : Kesimpulan dari penelitian ini yaitu LSL yang memiliki pasangan seks multipel berisiko 1,571 kali lebih besar untuk berperilaku tidak konsisten dalam menggunakan kondom dibandingkan dengan LSL yang tidak memiliki pasangan seks multipel setelah dikontrol variabel riwayat IMS.

Background : Most MSM are people who live the principle of free life where 88% of sexual styles in MSM are unsafe, namely having multiple sex partners. The tendency of risky sexual partners with multiple partners conducted by MSM groups can be associated with consistent behavior of condom use in the context of preventing HIV and STI transmission in MSM groups. This study aims to find out the relationship of Multiple Sex Couples with Condom Use Behavior in MSM groups in 5 Big Cities in Indonesia in 2015.
Methods : This study used a cross sectional design. The location of this study was carried out in 5 major cities in Indonesia, namely Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, and Denpasar using secondary data. Secondary data in this study were obtained from data from the Biological and Behavior Integrated Survey (STBP) in 2015.
Results : The results showed that the proportion of MSM who were inconsistent in using condoms in 5 big cities in Indonesia in 2015 was 67.55%, the proportion of MSM who had multiple sex partners were 83.80%, and multiple sex partners had a significant relationship with condom use behavior with a PR value of 1.571 (95% CI 1.171 - 2.108) after being controlled by STI History.
Conclusion : The conclusion of this study is that MSM who have multiple sex partners have a risk of 1.571 times greater behavior that is not consistent in using condoms compared with MSM who do not have multiple sex partners after being controlled by STI History.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T52760
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>