Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 185064 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Kharisma Utari
"Berat lahir dan panjang lahir bayi merupakan ukuran yang dapat digunakan sebagai indikator status kesehatan bayi. Ketidaksesuaian berat lahir dan panjang lahir dengan standar yang telah ditetapkan menunjukkan rendahnya status kesehatan bayi. Bayi kecil atau besar untuk usia kehamilan dapat diidentifikasi dengan menggunakan grafik persentil. Namun Indonesia belum memiliki grafik persentil berat lahir dan panjang lahir bayi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui distribusi berat lahir dan panjang lahir bayi hidup tunggal intrauterine sesuai usia kehamilan di Puskesmas Kramatwatu Kabupaten Serang, tahun 2011-2015 dan membandingkan grafik persentil berat lahir bayi tunggal sesuai usia kehamilan dengan populasi dari negara lain.
Penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Pengambilan data sekunder sebanyak 1.021 data dilakukan pada bulan Mei hingga Juni tahun 2015 dengan kriteria inklusi ibu hamil yang melahirkan bayi hidup, bayi tunggal, dan bayi yang tidak mengalami kecacatan, serta melakukan pemeriksaan kandungan dan persalinan dengan dibantu oleh tenaga kesehatan profesional (bidan) di Puskesmas Kramatwatu. Penelitian mendapati hasil distribusi berat lahir dan panjang lahir bayi terhadap usia kehamilan ibu secara umum mengalami peningkatan di setiap persentilnya. Pada rentang persentil 5th hingga 95th, ibu dengan usia kehamilan 30 minggu memiliki berat lahir 900 hingga 2030 gram, dan panjang lahir 34 hingga 47 cm; ibu dengan usia kehamilan 37 minggu memiliki berat lahir 2085 hingga 3475 gram, dan panjang lahir 39 sampai 50 cm; ibu dengan usia kehamilan 42 minggu melahirkan bayi dengan berat 2535 hingga 4000 gram dan panjang lahir 44,6 hingga 53 cm. Persentil berat lahir sesuai usia kehamilan di negara Malaysia bila dibandingkan hampir sama dengan di Kramatwatu, Indonesia pada persentil 50th dan 90th. Namun pada persentil 10th Indonesia berada dibawah Malaysia dengan berat lahir sesuai usia kehamilan 30 hingga 43 minggu sebesar 1100 hingga 2700 gram.

Birth weight and birth length is a measure that can be used as an indicator of the health status of the baby. Incompatibility birth weight and birth length with a predetermined standard show low health status of the baby. Baby is small or large for gestational age can be identified by using the percentile chart of birth and length for gestational age. However, Indonesia does not have a birth weight and birth length by gestational age percentile chart. The purpose of this study to determine the distribution of single birth weight and length infants by gestational age in Kramatwatu Public Health Center, Serang District in 2011-2015 and compared the birth weight and length percentile chart of single infants by gestational age with the population in another countries.
This study used cross sectional design. As many as 1.021 secondary data collected in May until June 2015 with the inclusion criteria of pregnant women who delivered live infant, single baby, and babies who do not have disabilities, as well as prenatal and delivery assisted by health professionals (midwives) in PHC Kramatwatu. This study found that the distribution of birth weight and birth length for gestational age in general have increased in each percentile. On the 5th to 95th percentile range, mothers with gestational age 30 weeks had birth weights 900 to 2030 grams, and birth length 34 to 47 cm; mothers with gestational age 37 weeks had birth weight 2085 to 3475 grams, and birth length 39 to 50 cm; mothers with gestational age 42 weeks had birth weight 2535 to 4000 grams and birth length 44.6 to 53 cm. Birth weight percentile by gestational age in Malaysia when compared to almost the same as in Kramatwatu, Indonesia on the 50th and 90th percentiles. But at the 10th percentile Indonesia slightly below Malaysia with birth weight by gestational age of 30 to 43 weeks of 1100 to 2700 grams.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
S60227
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Ramadhika
"Latar belakang: World Health Organization mencetuskan tiga penyebab utama terjadinya kematian neonatal di Indonesia yaitu sepsis, prematuritas dan asfiksia. Lebih lanjut, sebuah studi menemukan bahwa lingkungan rumah sakit yang kurang memadai dapat menjadi risiko terjadinya sepsis neonatal awitan lambat (SNAL) dan dapat memperpanjang masa perawatan. Metode: Data rekam medis dari 1706 neonatus yang dirawat di Divisi Perinatologi Departemen IKA Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM) selama tahun 2020 dikumpulkan secara retrospektif. Didapatkan hanya 262 neonatus yang terbukti mengalami SNAL, dilakukan pencatatan dan analisis usia gestasi, berat lahir dan mikroorganisme penyebab sepsis. Hasil Penelitian: Dari 1706 subyek, insiden SNAL adalah 15,4%. SNAL lebih banyak ditemukan pada kelompok bayi prematur dengan usia gestasi kurang dari 37 minggu (58.4%) daripada kelompok bayi cukup bulan (41.6%). Mayoritas SNAL terjadi pada bayi berat lahir rendah (<2500 gram) yaitu sebanyak 67.6%, dengan persentasi terbanyak terjadi pada kelompok bayi berat lahir rendah (≥1500-<2500 grams) yaitu sebanyak 35.1%. Mikroorganisme penyebab SNAL di RSCM pada tahun 2020 didominasi oleh bakteri gram negatif, yaitu Klebsiella pneumonia, Acinetobacter spp., Escherichia coli, Enterobacter spp., dan Pseudomonas aeruginosa. Kesimpulan: Insiden SNAL pada tahun 2020 adalah 15,4%. Proporsi SNAL pada bayi berat lahir rendah dan bayi prematur secara signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok bayi berat normal dan bayi cukup bulan. Sebagian besar kasus SNAL disebabkan oleh bakteri gram negatif. Adanya mikroorganisme penyebab SNAL yang beragam dari studi ini dapat digunakan sebagai acuan dalam pedoman penggunaan antibiotik empiris di RSCM.

Introduction: The three main reasons for neonatal death in Indonesia according to WHO are sepsis, prematurity, and asphyxia. A study stated that late-onset sepsis (LONS) was a risk of poor hospital environment and could prolong the duration of hospitalization. Methods: Clinical data from 1706 hospitalized neonates who were treated in the Neonatal Unit in Dr. Cipto Mangunkusumo Hospital (CMH) Jakarta in the year 2020 were analysed retrospectively through medical record. Only 262 neonates that were proven with LONS, and related risk factors such as gestational age, birth weight and microbial in blood stream were analysed.

Results: From a total of 1706 neonates, the incidence of proven LONS was 15,4%. It was more prevalent (58.4%) in preterm neonates aged less than 37 weeks than in term (41.6%) neonates. Majority (67.6%) of proven LONS subjects were neonates with low birth weight (<2500 grams) and the largest percentage between them (35.1%) were in ‘low birth weight (≥1500- <2500 grams)’ group. Gram negative bacteria have emerged as predominant pathogens of LONS patients in our hospital, with most common were Klebsiella pneumonia, Acinetobacter spp., Escherichia coli, Enterobacter spp., and Pseudomonas aeruginosa. Conclusions: The incidence of LONS in 2020 is 15,4%. The proportion of LONS among LBW and preterm neonates is significantly higher compared to normal birth weight and term neonates. Both LBW and NBW neonates, preterm and term neonates suffering LONS in CMH’s neonatal unit are mostly caused by gram-negative bacteria and this finding is statistically significant. Different pathogens causing LONS in this study can be utilized further to analyse the susceptibility of these pathogens to the current empirical antibiotic guideline used in CMH."

Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rizky Kusuma Wardani
"Latar belakang: Kelahiran prematur menjadi salah satu penyebab utama kematian pada neonatus. Risiko mortalitas neonatus prematur akan menurun dengan bertambahnya usia kehamilan. Kondisi hipoksia akut akan menyebabkan insufisiensi plasenta, sehingga transfer nutrisi dari maternal ke janin akan terganggu. Hipoksia menstimulasi ekspresi faktor transkripsi HIF-1α, dan renin akan di ekspresikan lebih tinggi pada kondisi hipoksia.Renin angiotensin system (RAS) berperan dalam menjaga tekanan darah dan homeostasis elektrolit dalam tubuh.Renin dapat menstimulasi prostaglandin sebagai salah satu pencetus kelahiran diduga menjadi penyebab kelahiran prematur.
Tujuan: Mengukur ekspresi renin pada usia kehamilan dan berat lahir pada jaringan plasenta neonatus prematur.
Metode: Desain penelitian menggunakan cross sectional, plasenta neonatus prematur dibagi menjadi dua kelompok berdasarkan usia kehamilan (28-32 minggu dan 33-36 minggu) dan berat lahir neonatus (<1500 dan 1500-2500 gram) untuk neonatus prematur yang disertai preeklampsia maupun tanpa disertai preeklampsia. Pengukuran ekspresi relatif mRNA renin menggunakan metode two step RT-PCR. Pengukuran protein renin menggunakan metode ELISA.
Hasil: Ekspresi renin yang lebih tinggi dijumpai pada plasenta neonatus prematur disertai preeklampsia usia kehamilan 28-32 minggu dan plasenta neonatus prematur tanpa disertai preeklampsia usia kehamilan 33-36 minggu. Ekspresi renin lebih tinggi pada plasenta neonatus prematur dengan berat lahir<1500 gram, baik pada prematur yang disertai preeklampsia maupun tanpa disertai preeklampsia.
Kesimpulan: Tingginya ekspresi renin menunjukkan adanya penghambatan transfer nutrisi dari maternal ke janin sehingga janin tidak berkembang dengan optimal.Ekspresi renin lebih tinggi dijumpai pada neonatus dengan SGA. Ekspresi renin seluruh plasenta neonatus prematur lebih rendah dari plasenta aterm.

Background: Preterm birth has become a main cause of neonanus mortality. Preterm neonatus mortality risk will decrease along with the increasing gestational age. Acute hypoxia will lead placental insufficiency, which results disruption on transfer nutrition from maternal to fetus. Hypoxia stimulates expression HIF-1α transcription factor, and renin will be highly expressed in hypoxia. Renin angiotensin system (RAS) plays a role in maintaining blood pressure and electrolyte homeostatic in the body. Renin stimulates prostaglandin synthesis that induces labor, and it was suspected as a cause of preterm birth.
Objective: Measure renin expression in gestational age and birth weight of preterm neonates placental tissue.
Methods: The research design used cross sectional, placental preterm neonates were divided into two groups based on gestational age (28-32 and 33-37 weeks) and birth weight (<1500 and 1500-2500 grams), preterm neonates with and without preeclampsia. Renin mRNA relative expression was measured by two step RT-PCR method. Renin protein was measuredby ELISA method.
Results: Renin expression is found higher in placental preterm neonates with preeclampsia 28-32 weeks gestational age, placental preterm neonates without preeclampsia 33-36 weeks gestational age. Renin expression was higher in placental preterm neonates <1500 grams birth weight, for both placental preterm neonates with and without preeclampsia.
Conclusion: The high renin expression showed inhibition nutrition transfer from maternal to fetus, so that the fetus does not optimally being develop.The higher renin expression found in fetus with SGA. Renin expression in preterm neonates placenta is lower than at term neonates placenta.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marpaung, Dhorkas Dhonna Ruth
"Bayi kecil atau besar untuk usia kehamilan dapat diidentifikasikan dengan menggunakan grafik persentile berat lahir untuk usia kehamilan. Indonesia belum memiliki grafik persentile ini. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui distribusi berat lahir bayi tunggal sesuai usia kehamilan pada ibu-ibu hamil di Puskesmas Kabupaten Tangerang tahun 2011 dan membandingkan grafik persentile berat lahir bayi tunggal sesuai usia kehamilan dengan populasi dari negara lain.
Penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Penelitian ini dilakukan 5 Puskesmas di Kabupaten Tangerang yaitu Puskesmas Curug, Puskesmas Cikupa, Puskesmas Cisoka, Puskesmas Balaraja, dan Puskesmas Salembaran Jaya.
Pengambilan data sekunder sebanyak 1178 data dilakukan pada bulan Juni hingga Juli tahun 2012 dengan kriteria inklusi ibu hamil yang melahirkan bayi hidup, bayi tunggal, dan bayi yang tidak mengalami cacat.
Penelitian mendapati hasil distribusi berat lahir bayi terhadap usia kehamilan ibu secara umum mengalami peningkatan di setiap persentilnya. Ibu dengan usia kehamilan 31 minggu dengan rentang persentil 3th hingga 97th memiliki berat lahir 1200 hingga 2200 gram. Ibu dengan usia kehamilan 42 minggu memiliki bayi dengan berat lahir 2500 hingga 4471 gram dengan persentil 3th hingga 97th. Percentile berat lahir sesuai usia kehamilan di negara Meksiko bila dibandingkan hampir sama dengan di Tangerang, Indonesia pada percentile 3rd dan juga 50th. Namun, pada percentile 97th Indonesia sedikit berada di bawah Meksiko dengan berat lahir sesuai usia kehamilan 31 hingga 42 minggu sebesar 2200 hingga 4500 gram.

Baby is small or large for gestational age can be identified by using the percentile charts of birth weight for gestational age. Indonesia does not have these percentile charts. The purpose of this study to determine the distribution of single-birth weight infants according to gestational age in pregnant women in Tangerang district health center in 2011 and compared the birth weight percentile charts of single infants with gestational age of the population of other countries.
This study uses cross-sectional design. The research was conducted five health centers in Tangerang district health center is waterfall, Cikupa Health Center, Health Center Cisoka, Balaraja Health Center and Health Center Salembaran Jaya. Secondary data capture as many as 1178 data is done in June and July of 2012 with the inclusion criteria of pregnant women who delivered live infants, a single baby, and babies who do not have disabilities.
The study found that the distribution of birth weight for gestational age infants mothers in general have increased in each percentile. Mothers with gestational age 31 weeks with a range of 3th to 97th percentile had birth weights 1200 to 2200 grams. Mothers with gestational age 42 weeks had a baby with a birth weight 2500 to 4471 grams with 3th to 97th percentile. Birth weight percentile according to gestational age in the country of Mexico when compared to almost the same as in Tangerang, Indonesia on the 3rd and 50th percentile. However, at the 97th percentile Indonesia slightly below Mexico with a birth weight according to gestational age 31 to 42 weeks of 2200 to 4500 grams.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Noor Asiah
"Skripsi ini membahas kejadian Berat Bayi Lahir Rendah di wilayah kerja puskesmas Sungai Ulin Kota Banjarbaru Provinsi. Kalimantan Selatan berdasarkan data sekunder register kohort ibu dan bayi tahun 2010 sampai 2011. Desain penelitian cross sectional melibatkan 107 sampel yang diambil secara simple random sampling, sebagai variabel independen : jenis kelamin bayi, pertambahan berat badan selama kehamilan, umur ibu, Lingkar lengann atas (LILA), Paritas, Jarak kehamilan, umur kehamilan, ANC dan variabel dependen berat lahir. Analisis bivariat menggunakan uji khi kuadrat, hasil penelitian terdapat 30,8 % Bayi Berat Lahir Rendah, terdapat hubungan yang bermakna antar pertambahan berat badan selama hamil,LILA dan ANC terhadap Berat Lahir. Perlu dilakukan tindak lanjut ibu hamil dengan risiko BBLR.

This thesis discussed the incidence of low birth weight baby in the the working area of Sungai Ulin Health Center, Banjarbaru City, South Kalimantan Province, based on the secondary data of cohort registered of mothers and infants in 2010 and 2011. Cross sectional is the design of study involved 107 samples taken by simple random sampling Independent variables : sex, weight gain during pregnancy, mothers age, LILA, pregnancy distance parity, gestational age, ANC, and birth weight infants as a dependent variable Analysis bivariat. Using Chi-Square test, the results are 30.8% Low Birth Weight Babies, there was a significant association between weight gain during pregnancy, Lila and the ANC on Birth Weight. Need to do a follow up of pregnant women with risk of LBW."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Mona Lisa
"Kelangsungan hidup bayi didefinisikan sebagai kemampuan bayi untuk bertahan hidup menjalani kehidupan sampai berusia 1 tahun. Tahun 2012, AKB Indonesia sebesar 32 per-1000 kelahiran hidup. Status ekonomi akan mempengaruhi kekangsungan hidup bayi melalui faktor maternal, gizi, kondisi janin saat lahir, pengendalian penyakit dan lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh berat lahir menurut usia kehamilan terhadap kelangsungan hidup bayi di Indonesia. Metode penelitiannya adalah kohort retrospektif dengan pemanfaatan 13.295 data anak yang terdapat pada data Riset Kesehatan Dasar tahun 2013.
Hasil analisis menunjukkan bahwa kelangsungan hidup bayi berat lahir kecil masa kehamilan memiliki probabilitas paling rendah sebesar 97. Hasil cox regresi diperoleh berat lahir kecil masa kehamilan pada status ekonomi kaya, HR=8,95, pada ekonomi menengah, HR=3,72, dan pada ekonomi miskin, HR=7,36. Kecil masa kehamilan memiliki kontribusi terhadap kematian bayi di populasi sebesar 42. Peningkatan kualitas antenatal care selama kehamilan dan sosialisasi metode perawatan kanguru pada bayi baru lahir merupakan salah satu alternatif untuk menurunkan kejadian kecil masa kehamilan.

Infant survival is defined as the ability of infants to survive through life until the age of 1 year. In 2012, Indonesia IMR reported as 32 per 1,000 live births. Sosio economic status will affect infant suvival through maternal factors, nutrition, fetal condition at birth, disease control and environment. This study aims to determine the effect of birth weight for gestational age on the infants survival in Indonesia. The Method of study is a retrospective cohort, utilize of data 13 295 child data contained in the Riskesdas data 2013.
Result of the analysis showed that the survival of small for gestatioanal age had the lowest probability of 97. Results cox regression showed that small for gestational age on the high economic status , HR 8.95, the middle income status, HR 3.72, and the poor economic status, HR 7.36. Small for gestational age have contributed to infant mortality in the population by 42. Improving the quality of antenatal care for during pragnancy and socialization of kangaroo care method for birth weight small for gestational age is an alternative to decrease the incidence of small for gestational age.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T47252
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nuryasni
"Tujuan: Beberapa istilah telah digunakan untuk menggambarkan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) untuk usia kehamilannya, yaitu kecil untuk usia kehamilan (KMK) dan pertumbuhan janin terhambat (PJT). Sebanyak 6,2% anak di Indonesia lahir dengan BBLR setiap tahunnya. Evaluasi pertumbuhan janin dapat dilakukan dengan berbagai cara, namun penggunaan indeks pertumbuhan jarang diteliti meskipun dapat mendiagnosis lebih dini masalah tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menggunakan indeks pertumbuhan untuk memprediksi kejadian kecil masa kehamilan pada janin.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan metode Nested case control yang membandingkan indeks pertumbuhan antara bayi sesuai masa kehamilan dan kecil masa kehamilan. Subjek dari penelitian ini merupakan bayi yang dilahirkan di RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo pada Januari 2015 hingga Desember 2019 dan telah dilakukan pemeriksaan USG dua kali dengan interval 3-6 minggu. Janin dengan kelainan kongenital atau kehamilan ganda dieksklusi dari penelitian. Berat badan lahir dibagi menjadi kecil masa kehamilan dan sesuai masa kehamilan.
Hasil: Didapatkan 38 bayi kecil masa kehamilan dan 152 bayi sesuai masa kehamilan. Berdasarkan hasil penelitian ini, didapatkan pertambahan diameter biparietal, lingkar kepala, lingkar perut dan panjang femur yang lebih tinggi secara statistik pada kelompok berat badan lahir kecil masa kehamilan dibandingkan kelompok berat badan lahir sesuai masa kehamilan (p < 0,05). Kejadian kecil masa kehamilan dapat diprediksi dengan perubahan HC < 4,9 mm/minggu (sensitivitas 66.5%, spesifisitas 57,9%) dan perubahan AC < 6,9 mm/minggu. (sensitivitas 65.1%, spesifisitas 65,8%).
Kesimpulan: Kejadian kecil masa kehamilan pada janin dapat diprediksi dengan pertumbuhan lingkar kepala < 4,9 mm/minggu dan pertumbuhan lingkar perut < 6,9 mm/minggu.

Background: Several terms have been used to describe infants with low birth weights (BW) for their gestational age. These include small for gestational age (SGA) and fetal growth restriction (FGR). About 6.2% of all children in Indonesia were born with LBW. Evaluation of growth impairment can be utilized using various methods. However, use of ultrasound growth index is understudied despite it’s usefulness in early diagnosis of low birth weight infants. This study aims to utilize growth index for predicting low birth weight infants.
Method: This study was an observational analytic study using nested case-control method comparing fetal growth index between small gestational age and appropriate gestational age babies. Subjects of this study were babies born in Cipto Mangunkusumo National General Hospital on January 2015 to December 2019 and had been examined twice using ultrasound examination, three to six weeks apart. Fetus with congenital abnormalities or twin pregnancy were excluded from this study. Birth weight was divided into small gestational age and appropriate gestational age.
Result: There were 38 small gestational age subjects and 152 appropriate gestational age subjects included in this study. Growth of biparietal diameter, head circumference, abdominal circumference, and femur length was higher on smallfor- gestational-age birth weight group than on appropriate-for-gestational-age group (p < 0.05). Incidence of small gestational age birth weight can be predicted using head circumference growth < 4,9 mm/weeks (sensitivity 66.5%, specificity 57,9%) and abdominal circumference growth < 6,9 mm/weeks. (sensitivity 65.1%, specificity 65,8%)
Conclusion: Small gestational age fetus could be predicted using head circumference growth < 4,9 mm/weeks and abdominal circumference growth < 6,9 mm/weeks.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Adlina Briliani
"Prevalensi berat bayi lahir rendah (BBLR) dan panjang lahir pendek di Indonesia masih cukup tinggi. BBLR dan panjang lahir pendek dapat memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan bayi serta dapat meningkatkan risiko penyakit degeneratif saat dewasa, oleh sebab itu pemahaman hubungan antara antropometri ibu sebelum hamil, usia ibu, dan usia kehamilan dengan berat dan panjang lahir bayi menjadi sangat penting.
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui adanya hubungan antara antropometri ibu sebelum hamil, usia ibu, dan usia kehamilan dengan berat dan panjang lahir bayi di Jakarta, sehingga dapat diperkirakan tindakan preventif dalam rangka menurunkan angka morbiditas penyakit degeneratif dan angka mortalitas pada neonatus dan bayi di masa yang akan datang.
Metode potong lintang digunakan untuk mengetahui hubungan antara pengukuran antropometri ibu sebelum hamil, usia ibu saat melahirkan, dan usia kehamilan dengan berat dan panjang lahir bayi di Jakarta berdasarkan data sekunder dari penelitian berjudul Longitudinal Study on the Effect of Multiple Micronutrients Supplementation on Haemoglobin Level of 8 to 22 Month-old Indonesian Children. Populasi terjangkau ibu dan bayi baru lahir dengan jumlah sampel sebesar 179. Pengolahan data meliputi analisis univariat Kolmogorov Smirnov dan bivariat dengan uji Chi Square dan uji korelasi Pearson dengan menggunakan perangkat lunak Stastistical Program for Social Science (SPSS) 20.
Hasil utama penelitian ini memperlihatkan bahwa terdapat hubungan bermakna dengan kekuatan korelasi sangat rendah antara berat lahir bayi dengan usia kehamilan (r=0,199; p=0,008), berat badan ibu sebelum hamil (r=0,165; p=0,028), dan indeks massa tubuh (IMT) ibu sebelum hamil (r=0,172; p=0,022). Selain itu, terdapat hubungan bermakna dengan kekuatan korelasi rendah antara panjang lahir bayi dengan usia kehamilan (r=0,257; p=0,001).
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan bermakna antara usia kehamilan, berat badan dan IMT ibu sebelum hamil dengan berat dan panjang lahir bayi. Sedangkan, tinggi badan dan usia ibu tidak memiliki hubungan bermakna dengan berat dan panjang lahir bayi.

The prevalences of low birth weight (LBW) and short birth length in Indonesia are still quite high. LBW and short birth length can affect the growth and development of infants and increase the risks of degenerative diseases as adult, therefore an understanding of the relationship between maternal anthropometry before pregnancy, maternal age, and gestational age with birth weight and length is very important.
The purpose of this study was to determine the relationship between maternal anthropometry before pregnancy, maternal age at delivery, and gestational age with birth weight and length in Jakarta, so that preventive measures can be estimated in order to reduce the morbidity of degenerative diseases and mortality rates in neonates and infants in the future.
The cross-sectional method was used to determine the relationship between maternal anthropometry before pregnancy, maternal age, and gestational age and length of birth in Jakarta based on secondary data from a study entitled Longitudinal Study on the Effect of Multiple Micronutrients Supplementation on Hemoglobin Level of 8 to 22-Month-old Indonesian Children. Covered population of mothers and newborns with samples of 179. Data processing included univariate analysis of Kolmogorov Smirnov and bivariate with Chi Square test and Pearson correlation test using the Statistical Program for Social Science (SPSS) 20 software.
The main results of this study show that there are significant relationships with very low correlation between birth weight and gestational age (r=0,199; p=0,008), maternal body weight before pregnancy (r=0,165; p=0,028), and maternal body mass index (BMI) before pregnancy (r=0,172; p=0,022). In addition, there is also a significant relationship with a low correlation between birth length and gestational age (r=0,257; p=0,001).
Based on the results of this study, it can be concluded that there are significant relationships between gestational age, maternal body weight and BMI before pregnancy with birth weight and length. Meanwhile, maternal height and age do not have a significant relationship with birth weight and length.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Usep Rusependhi
"Bayi berat lahir rendah kurang dari 2500 gram berisiko lebih lambat tumbuh kembangnya dibandingkan bayi yang lahir dengan berat badan normal, dan berisiko terjadinya penyakit Hipertensi, Jantung dan Diabetes di masa dewasa. Beberapa teori dan hasil penelitian menyatakan bahwa BBLR dapat disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya riwayat anemia ibu hamil, status KEK ibu, status IMT ibu, tinggi badan ibu, penambahan berat badan selama hamil, usia ibu, paritas, jarak kehamilan, kuantitas ANC, pekerjaan ibu, dan pendidikan ibu. Prevalensi BBLR di Kabupaten Kuningan tahun 2018 mencapai 5,2%, dengan prevalensi paling tinggi di UPTD Puskesmas Manggari sebesar 11,8%. Tujuan: menganalisis faktor determinan kejadian BBLR di wilayah kerja UPTD Puskesmas Manggari Kabupaten Kuningan tahun 2018-2019. Metode: desain case control dengan total sampel 93 orang, terdiri dari 31 kasus, dan 62 kontrol sesuai kriteria inklusi. Data dari register kohort ibu hamil dan buku KIA, dianalisis univariat, bivariat, dan multivariat. Hasil: analisis bivariat dengan uji Chi-Square diketahui ada hubungan yang signifikan (95% CI) antara BBLR dengan status anemia ibu hamil trimester I (p=0,002, OR=4,962), status anemia ibu hamil trimester III (p=0,000, OR=21,667), status KEK ibu (p=0,001, OR=5,675), penambahan berat badan selama hamil (p=0,001, OR=9,158), jarak kehamilan (p=0,005, OR=3,583), dan tingkat pendidikan ibu (p=0,011, OR=3,214). Analisis multivariat dengan regresi logistik ganda, diketahui faktor-faktor risiko yang secara bersama-sama berpengaruh terhadap kejadian BBLR adalah status anemia ibu hamil trimester III (OR=25,247), status KEK ibu (OR=10,212), status IMT ibu (OR=0,066), dan jarak kehamilan (OR=6,934). Kesimpulan: variabel status anemia ibu hamil trimester III, lebih dominan berpengaruh terhadap kejadian BBLR, karena mempunyai nilai Odds Ratio paling tinggi (OR=25,247 (95% CI: 2,705-235,57), artinya bahwa ibu hamil yang anemia trimester III berpeluang 25,247 kali untuk melahirkan BBLR

Low birth weight babies less than 2500 grams are at risk of slower growth and development than babies born with normal weight, and the risk of developing hypertension, heart disease and diabetes in adulthood. Several theories and research results state that LBW can be caused by various factors, including a history of anemia in pregnant women, mother's KEK status, mother's BMI status, maternal height, weight gain during pregnancy, maternal age, parity, pregnancy distance, quantity of ANC, occupation. mother, and mother education. The prevalence of LBW in Kuningan Regency in 2018 reached 5.2%, with the highest prevalence in the UPTD Puskesmas Manggari at 11.8%. Objective: to analyze the determinants of the incidence of LBW in the work area of the Manggari Public Health Center, Kuningan Regency in 2018-2019. Methods: case control design with a total sample of 93 people, consisting of 31 cases and 62 controls according to the inclusion criteria. Data from the cohort register of pregnant women and the KIA handbook were analyzed univariate, bivariate, and multivariate. Results: bivariate analysis with Chi-Square test found that there was a significant relationship (95% CI) between LBW and anemia status of pregnant women in trimester I (p=0.002, OR=4,962), anemia status of third trimester pregnant women (p=0.000, OR=21.667), mother's KEK status (p=0.001, OR=5.675), weight gain during pregnancy (p=0.001, OR=9.158), pregnancy interval (p=0.005, OR=3.583), and mother's education level (p = 0.011, OR=3,214). Multivariate analysis with multiple logistic regression, it is known that the risk factors that simultaneously affect the incidence of LBW are anemia status of third trimester pregnant women (OR=25.247), maternal KEK status (OR=10.212), maternal BMI status (OR=0.066 ), and pregnancy interval (OR=6,934). Conclusion: the anemia status variable for pregnant women in the third trimester has a more dominant effect on the incidence of LBW, because it has the highest Odds Ratio value (OR=25,247 (95% CI: 2,705-235,57), meaning that pregnant women who have anemia in the third trimester are likely to be 25,247 times to give birth to LBW"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mustaqimah
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan usia gestasi dengan tumbuh kembang anak usia 1 tahun yang lahir prematur. Penelitian kuantitatif yang menggunakan desain cross sectional dengan metode wawancara dan pemeriksaan tumbuh kembang (z-score dan Denver II). Subyek penelitian adalah anak yang dilahirkan prematur (usia gestasi < 37 minggu) yang berusia 1 tahun pada tahun 2013 dengan jumlah responden sebanyak 44. Hasilnya tidak ada perbedaan proporsi kejadian gangguan pertumbuhan pada perbedaan usia gestasi (p value = > 0,05) dan terdapat perbedaan proporsi kejadian suspek keterlambatan perkembangan pada perbedaan usia gestasi (p value = 0,002, OR 1,7). Semakin muda usia gestasi akan berisiko mengalami suspek keterlambatan perkembangan sebesar 1,7 kali lebih tinggi dibandingkan dengan usia gestasi yang lebih tua.

This study aimed to know the correlation of gestational age with the growth of children development in 1 year old who were born prematurely. The study used quantitative cross-sectional design with interviews and examination of growth (z-score and the Denver II). The subjects of this research were children who were born prematurely (gestational age <37 weeks) 1 year old in 2013 with a number of respondents were 44 patients. The results is there was no differences of impaired growth in the proportion of gestational age (p value> 0.05) and there were differences in the proportion of events with suspected developmental delays in gestational age difference (p value = 0.002, OR 1.7). The younger of gestational age would be at risk of developmental delay at 1.7 times higher than the older gestational age.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
T43254
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>