Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 197515 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fauziah Sandra Pertiwi
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara peer pressure terkait perilaku merokok dan perilaku merokok pada remaja awal, yaitu usia 13-15 tahun di Jakarta. Peer pressure terkait perilaku merokok ialah saat teman sebaya mengkomunikasikan perilaku merokok kepada orang lain dengan cara tertentu baik eksplisit maupun implisit.
Pengukuran peer pressure terkait perilaku merokok menggunakan alat ukur Smoking Peer Pressure Scale dan perilaku merokok menggunakan alat ukur Smoking Behavior Scale. Kedua alat ukur tersebut dikembangkan oleh Leventhal (1997). Responden pada penelitian ini berjumlah 339 remaja di Jakarta. Data penelitian kemudian diolah dengan teknik statistik Pearson Product Moment Correlation.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan positif signifikan pada peer pressure terkait perilaku merokok dan perilaku merokok pada remaja awal di Jakarta, r=0.796 (p<0.01). Dengan demikian, semakin tinggi peer pressure terkait perilaku merokok maka semakin tinggi pula perilaku merokok. Implikasi dari temuan penelitian dan saran dibahas lebih lanjut.

This research examined the relationship between smoking peer pressure and smoking behavior among early adolescence, an individual with age ranging from 13 to 15 years old, in Jakarta. Smoking peer pressure is when your own age communicate smoking behavior intended to explicitly or implicitly direct one’s behavior in a certain way.
In this research, smoking peer pressure is measured by Smoking Peer Pressure Scale and smoking behavior is measured by Smoking Behavior Scale. Both scales were developed by Leventhal (1997). The respondents of this research are 339 adolescents in Jakarta. Data was processed using Pearson Product-Moment Correlation technique.
The main results of this research showed that smoking peer pressure positively correlated significantly with smoking behavior among early adolescence in Jakarta, r=0.796 (p<0.01). The result revealed that greater smoking peer pressure, was predicted by higher level in smoking behavior. Research implications of findings and suggestions are discussed.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
S58987
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anisa Farhana Sausan
"Remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak ke dewasa yang sangat rentan terhadap segala jenis perilaku berisiko, termasuk perilaku merokok. Faktor akademik memainkan peran penting bagi munculnya perilaku merokok di kalangan remaja yang juga pelajar. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh tekanan orang tua yang dirasakan pada tahun 2018, baik orang tua atau ayah dan ibu sebagai individu, pada perilaku merokok pada tahun 2019 dengan kecemasan 2018 sebagai mediator.
Penelitian ini adalah studi longitudinsl yang telah dilakukan pada tahun 2017 dan 2018 dengan peserta yang sama; siswa dari 5 sekolah menengah tersebar di 5 wilayah perkotaan di DKI Jakarta. Penelitian ini menggunakan ukuran Survei Perilaku Risiko Remaja (YRBS) untuk mengukur perilaku merokok, Inventory of Parental Influence (IPI) untuk mengukur tekanan orangtua yang dirasakan, dan The Hopkins Symptom Checklist (HSCL-25) untuk mengukur kecemasan.
Dari 466 peserta, hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh tekanan orang tua terhadap perilaku merokok di kalangan siswa sekolah menengah di DKI Jakarta tidak dimediasi oleh kecemasan. Namun, penelitian ini menemukan bahwa tekanan orang tua memiliki pengaruh langsung yang signifikan terhadap perilaku merokok di kalangan siswa sekolah menengah atas di Jakarta."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sasqia Rizqiana
"Kementerian Kesehatan RI melaporkan bahwa prevalensi merokok pada usia 10-18 tahun pada tahun 2023 di Indonesia mencapai 7,4%. Tingkat merokok pada remaja dapat dikurangi dengan mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku merokok. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan self-esteem, lingkungan keluarga merokok, pola asuh negatif, dan tekanan teman sebaya dengan perilaku merokok pada siswa SMA DKI Jakarta Tahun 2023. Penelitian ini menggunakan data Survei Perilaku Remaja Siswa Sekolah Menengah di DKI Jakarta dengan menggunakan desain studi cross-sectional yang dianalisis secara univariat, bivariat, dan stratifikasi. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan lingkungan keluarga merokok (p=0,0001), pola asuh negatif (p=0,0001), dan tekanan teman sebaya (p= 0,0001) dengan perilaku merokok pada siswa, sedangkan pada self-esteem tidak terdapat hubungan dengan perilaku merokok pada siswa (p=0,582). Analisis stratifikasi menunjukkan bahwa terdapat hubungan self-esteem, lingkungan keluarga merokok, dan tekanan teman sebaya dengan perilaku merokok siswa perempuan, sedangkan pada laki-laki terdapat hubungan lingkungan keluarga merokok, pola asuh negatif, dan tekanan teman sebaya dengan perilaku merokok. Selain itu, terdapat pengaruh pola asuh negatif pada hubungan tekanan teman sebaya dengan perilaku merokok pada siswa. Sementara itu, tidak terdapat pengaruh pola asuh negatif pada hubungan self-esteem dengan perilaku merokok pada siswa. Oleh karena itu, disarankan untuk mengadakan layanan konseling dan program peer educator/peer counselor pada siswa.

The prevalence of smoking among 10-18 years old in Indonesia reach 7,4% in 2023. Understanding the factors associated with smoking behavior can reduce smoking rates in adolescents. The purpose of this study is to determine the relationship between self-esteem, smoking family environment, negative parenting, and peer pressure with smoking behavior among high school students in DKI Jakarta in 2023. This study uses data from the Adolescent Behavior Survey of High School Students in DKI Jakarta using a cross-sectional study design that was analyzed univariate, bivariate, and stratified. The results of the study showed a relationship between smoking family environment (p=0,0001), negative parenting (p=0,0001), and peer pressure (p=0,0001) with smoking behavior among students. Meanwhile, self-esteem (p=0,582) is not related to smoking behavior among students. Stratified analysis shows a relationship between self-esteem, smoking family environment, and peer pressure with smoking behavior among female students, while among male students, there is a relationship between smoking family environment, negative parenting, and peer pressure with smoking behavior. Apart from that, negative parenting influences the relationship between peer pressure and smoking behavior among students. Meanwhile, there was no influence of negative parenting on the relationship between self-esteem and smoking behavior among students. Therefore, it is recommended to provide counseling services and peer educator/peer counselor programs for students."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahel
"Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara tekanan teman sebaya dengan emosi malu dan emosi bersalah pada remaja. Tekanan teman sebaya diukur dengan menggunakan Skala Tekanan Teman Sebaya yang merupakan adaptasi dari Peer Pressure Inventory yang dikembangkan oleh Clasen dan Brown (1985). Emosi malu dan emosi bersalah diukur dengan menggunakan Test of Self-Conscious Affect 3 yang dikembangkan oleh Tangney, Dearing, Wagner, dan Gramzow pada tahun 2000. Terdapat sebanyak 433 remaja di Jakarta yang menjadi partisipan dalam penelitian.
Hasil penelitian ini adalah terdapat hubungan yang positif antara dimensi perilaku school involvement dan emosi malu, school involvement dan emosi bersalah, family involvement dan emosi malu, serta family involvement dan emosi bersalah. Terdapat pula hubungan yang negatif antara dimensi perilaku peer involvement dan emosi malu, peer involvement dan emosi bersalah, misconduct dan emosi malu, serta misconduct dan emosi bersalah.

This research was conducted to see the correlation between peer pressure with shame and guilt in adolescent. Peer pressure were measured using Peer Pressure Scale that adapted from Peer Pressure Inventory by Clasen and Brown (1985). Shame and guilt were measured using Test of Self-Conscious Affect 3 by Tangney, Dearing, Wagner, and Gramzow in 2000. There was 433 adolescent in Jakarta participated in this study.
The result is there is a positive correlation between peer pressure in school involvement and shame, school involvement and guilt, family involvement and shame, and family involvement and guilt. There is also a negative correlation between peer pressure in peer involvement and shame, peer involvement and guilt, misconduct and shame, and misconduct and guilt.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S56936
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amallia Ashari
"Fenomena perilaku merokok pada remaja di Indonesia semakin meningkat. Perokok percaya bahwa merokok dapat mengurangi stres. Tekanan dan lingkungan pertemanan maupun akademik dapat memicu timbulnya stres yang dialami oleh remaja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat stres dan perilaku merokok pada remaja SMA/K Kabupaten Tangerang. Sampel penelitian ini berjumlah 111 remaja pelajar SMA/K Kabupaten Tangerang dengan teknik pengambilan sampel purposive sampling. Penelitian ini menggunakan instrument DASS-42 (r = > 0,6) untuk mengukur tingkat stres dan instrument perilaku merokok (r = >0,6) untuk mengukur perilaku merokok pada remaja. Analisis bivariat menggunakan Chi-square. Hasil penelitian menunjukan bahwa tingkat stress sedang tidak mempengaruhi terjadinya perilaku merokok pada remaja sehingga hasil yang di dapat perilaku merokok dapat terjadi karena pengaruh dari faktor lain. Penelitian selanjutnya dapat menggali secara kualitatif kemampuan individu dalam menghindari pengaruh teman untuk merokok atau dilakukan penelitian tentang upaya menghindari rokok dari pengaruh teman. Peneliti juga dapat menggali faktor-faktor remaja yang dapat mempengaruhu stress dan dampak yang bisa terjadi pada remaja.

The phenomenon of smoking behavior in adolescents in Indonesia is increasing. Smokers believe that smoking can reduce stress. Pressure and the social and academic environment can trigger the stress experienced by adolescents. This study aims to determine the relationship between stress levels and smoking behavior in high school adolescents in Tangerang Regency. The sample of this study amounted to 111 adolescent high school students / K Tangerang Regency with purposive sampling technique. This study used the DASS-42 instrument (r = > 0.6) to measure stress levels and the smoking behavior instrument (r = > 0.6) to measure smoking behavior in adolescents. Bivariate analysis using Chi-square. The results showed that moderate stress levels did not affect the occurrence of smoking behavior in adolescents so that the results obtained smoking behavior could occur due to the influence of other factors. Further research can explore qualitatively the individual's ability to avoid the influence of friends to smoke or conduct research on efforts to avoid smoking from the influence of friends. Researchers can also explore adolescent factors that can influence stress and the impact that can occur on adolescents."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fajri Akbani
"ABSTRAK
Artikel ini membahas budaya teman sebaya sebagai pembiasaan perilaku merokok remaja. Berdasarkan studi-studi sebelumnya, terdapat tiga aspek pada remaja yang cenderung membentuk perilaku merokok, yaitu kedekatan antar teman close friends , keromantisan dalam relasi interpersonal romantic relationship , dan kebutuhan status legitimasi atau dominasi dalam jaringan sosial wider network . Artikel ini tidak sepakat dengan ketiganya karena terlalu menekankan pada aktor sebagai agen sosialisasi. Artikel ini menggunakan metode studi kasus terhadap 1 satu kelompok remaja berusia 10-14 tahun dengan karakteristik yaitu laki-laki dan perokok aktif. Artikel ini menemukan bahwa budaya teman sebaya menjadi pembiasaan di dalam perilaku merokok berdasarkan atas kesamaan keinginan remaja melalui partisipasi remaja di dalam kelompok yang mana remaja hanya dapat merokok di dalam kelompoknya sehingga remaja membentuk pengaturan dalam berkegiatan merokok, serta remaja juga menginovasikan kegiatan merokok tersebut ke dalam bentuk yang menyenangkan dan akrobatik. Oleh sebab itu, artikel ini memiliki saran, yaitu terbentuknya kelompok oposisi yaitu kelompok remaja anti rokok; tersedianya tempat-tempat khusus bagi remaja untuk aktivitas bermain yang lebih menyenangkan; tersosialisasikannya sebuah lingkungan sehat tanpa rokok terutama kepada orang dewasa sebagai awal terbentuknya perilaku remaja; pemerintah sebaiknya memperketat aturan bagi remaja yang menjual, membeli, atau mengkonsumsi rokok.

ABSTRACT
This article discusses about peer culture as habituation for smoking behavior in adolescents. Based on previous studies, there are three social aspects in adolescents that tends to form smoking behavior i.e. proximity between friends close friends , romance in interpersonal relationships romantic relationship , and needs of the legitimacy or domination in status of social network wider network . This article disagrees with those aspects because it stresses to the actor as socialization agent. This article in a case study on 1 one adolescent group at aged 10-14 year old in characteristics of males and active smokers. This article found that peer culture as habituation for smoking behavior based on common desire by adolescents through participation which adolescents can smoke only in his group, then, adolescents form set of norms in smoking activity, and adolescents also innovate smoking activity to form of pleasure and acrobatic. Therefore, this article has any suggestions: create opposition group as group anti-smoking for adolescents; establish special places for adolescents to play better pleasure; socialize healthful environment without cigarette especially to adults as the beginning of adolescent behavior; the government should tighten rules for adolescents whom sell, buy, or consume cigarette."
2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Santrock, John W.
Boston : McGraw-Hil , 2005
305.235 SAN a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Santrock, John W.
New York, NY : McGraw-Hill Education, 2019
305.235 SAN a
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Sasmita Rany
"Latar belakang. Pandemi COVID-19 dapat menyebabkan peningkatan masalah psikososial pada remaja dari populasi umum. Talasemia merupakan penyakit kronik yang banyak ditemukan pada anak dan remaja di Indonesia. Pasien dengan penyakit kronik rmerupakan kelompok yang rentan mengalami peningkatan masalah psikososial selama pandemi COVID-19. Peningkatan masalah psikososial menyebabkan risiko peningkatan morbiditas dan penurunan kualitas hidup. Pandemi juga dapat berdampak pada praktik transfusi darah pasien talasemia. Saat ini belum diketahui gambaran masalah psikososial dan praktik transfusi darah pada remaja talasemia mayor di Indonesia selama masa pandemi COVID-19.
Tujuan. Mengetahui gambaran masalah psikososial pada remaja dengan talasemia mayor selama pandemi COVID-19 di RS Cipto Mangunkusumo, Jakarta, dan dampak pandemi COVID-19 pada praktik transfusi darah di RSCM.
Metode. Penelitian ini merupakan studi potong lintang yang dilakukan pada 121 pasien talasemia mayor berusia 10 sampai <18 tahun di RSCM. Penilaian psikososial dilakukan melalui pengisian Strengths and Difficulties Questionnaire (SDQ). Penilaian depresi dilakukan melalui pengisian Children’s Depression Inventory (CDI). Analisis komparatif kategorikal berpasangan dilakukan untuk menilai perbedaan frekuensi transfusi dan nilai rerata Hb pretransfusi sebelum dan selama pandemi COVID-19.
Hasil. Sebanyak 11,6% remaja talasemia mayor memiliki total skor SDQ abnormal dengan gambaran masalah meliputi masalah emosi (18,2%), masalah conduct (9,9%), hiperaktivitas (5%), masalah hubungan dengan teman sebaya (8.3%), dan masalah perilaku prososial (1,7%). Sebanyak 19% remaja talasemia mayor mengalami peningkatan gejala depresi berdasarkan penilaian CDI. Tidak terdapat perbedaan bermakna pada frekuensi transfusi sebelum dan selama pandemi COVID-19, tetapi terdapat perbedaan bermakna pada pola interval transfusi pasien (p=0,017) dan nilai rerata Hb pretransfusi (p=0,043) sebelum dan selama pandemi COVID-19. Volume darah yang didapatkan oleh pasien talasemia mayor lebih rendah selama pandemi COVID-19 daripada volume darah yang dibutuhkan yang bermakna secara statistik (p<0,001).
Kesimpulan. Skrining masalah psikososial pada remaja talasemia mayor menunjukkan masalah yang paling banyak ditemukan selama masa pandemi COVID-19 adalah masalah emosi dan masalah conduct, dengan sejumlah pasien mengalami peningkatan gejala depresi. Pandemi COVID-19 memberikan dampak pada pola interval transfusi darah oleh pasien talasemia mayor.

Background. The COVID-19 pandemic may increase the risk of psychosocial problems in adolescents from general population. Thallasemia is highly prevalent chronic disease in children and adolescents in Indonesia. Patients with chronic disease are vulnerable to have more psychosocial problems during the COVID-19 pandemic. An increase in psychosocial problems may lead to high morbidity and the risk of decreased quality of life. The pandemic can also have an impact on the transfusion practice of thalassemia patients. The psychosocial problems and its impact on transfusion practice in adolescents with thalassemia major during the COVID-19 pandemic in Indonesia have not been established.
Objectives. To evaluate the magnitude of psychosocial problems in adolescents with thalassemia major during the COVID-19 pandemic and the impact of the COVID-19 pandemic on the transfusion practice at Cipto Mangunkusumo Hospital, Jakarta.
Methods. This is a cross-sectional study on 121 thalassemia mayor patients aged 10-<18 years old at Cipto Mangunkusumo Hospital. Psychosocial aspect was evaluated using the Strengths and Difficulties Questionnaire (SDQ) form. Depression was further assessed using the Children’s Depression Inventory (CDI) form. A comparative paired categorical analysis was performed to analyze the difference between before and during the COVID-19 pandemic concerning transfusion frequency and average pretransfusion haemoglobin.
Results. There are 11,6% thalassemia major adolescents with abnormal total SDQ scores including emotional problems (18,2%), conduct problems (9,9%), hiperactivity (5%), peer problems (8.3%), dan prosocial behavior problems (1,7%).  Nineteen percents thalassemia major adolescents experienced elevated number of depressive symptoms. There was no significant difference between before and during the COVID-19 pandemic concerning transfusion frequency, but there were significant difference between before and during the COVID-19 pandemic concerning blood transfusion pattern (p=0,017) and average pretransfusion haemoglobin (p=0,043). The blood volume obtained by thalassemia major patients was also lower during the COVID-19 pandemic than the required blood volume that is statiscally significant(p<0,001).
Conclusion. Psychosocial screening in adolescents with thalassemia major during the COVID-19 pandemic showed that the most common problems encountered were emotional problems and conduct problems, with a number of patients experiencing elevated symptoms of depression. The pandemic had an impact on the blood transfusion pattern for thalassemia major patients.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Cobb, Nancy J.
California: Mayfield , 2001
155.5 COB a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>