Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 99955 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Indira Wahyu Mutidianti
"ABSTRAK
Situasi ekonomi global yang dinamis mendorong perusahaan untuk melakukan
perubahan demi dapat bersaing dan mempertahankan kredibilitas organisasi. Untuk
mencapai keberhasilan perubahan, organisasi perlu meningkatkan komitmen perubahan
pada karyawan agar karyawan bersedia berkontribusi bagi pelaksanaan perubahan
organisasi. Penelitian ini bertujuan untuk menguji proses komunikasi perubahan
sebagai parameter komitmen perubahan. Variabel komitmen perubahan diukur
menggunakan Commitment to Change Inventory yang dikembangkan oleh Herscovitch
& Meyer (2002), sedangkan variabel komunikasi perubahan diukur menggunakan
Change Communication Questionnaire yang dikembangkan oleh Harp (2011).
Penelitian dilakukan terhadap 243 karyawan yang bekerja di dua perusahaan asuransi
di Jakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komunikasi perubahan memiliki
pengaruh positif dan signifikan terhadap komitmen perubahan (β=0.243, p<0.01, onetailed).
Komunikasi perubahan juga menunjukkan pengaruh yang positif dan signifikan
terhadap dimensi-dimensi komitmen perubahan, yakni dimensi komitmen perubahan
afektif (β=0.278, p<0.01, one-tailed) dan dimensi komitmen perubahan normatif
(β=0.274, p<0.01, one-tailed). Di sisi lain, komunikasi perubahan tidak menunjukkan
pengaruh positif dan signifikan terhadap komitmen perubahan kotinuans (β=0.037,
p>0.01, one-tailed).

ABSTRACT
Global economic condition dynamically changes. It forces companies in Indonesia to
execute organizational change to fight the competition and maintain its credibility. As
the support of individual importance in the successful of change, organization needs to
increase commitment to change among employees to lead them contribute for the
implementation of organizational change. This study aims to examine change
communication as a parameter of commitment to change. Commitment to change was
measured by Commitment to Change Inventory which was developed by Herscovitch
& Meyer (2002), while change communication was measured by Change
Communication Questionnaire which was developed by Harp (2011). This study was
conducted with 243 employees who work in two insurance companies experiencing
organizational change in Jakarta. The results showed that change communication can
indeed predict commitment to change (β=0.243, p<0.01, one-tailed). Change
communication also positive and significantly predict the dimensions of commitment
to change, which are affective commitment to change (β=0.278, p<0.01, one-tailed)
and normative commitment to change (β=0.274, p<0.01, one-tailed). However, change
communication did not positive and significantly predict continuance commitment to
change (β=0.037, p>0.01, one-tailed)."
2015
S59100
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Margaretha Swanny Puspitasari
"Komitmen perubahan menjadi faktor penting untuk mencapai kesuksesan dalam perubahan yang cepat di era globalisasi ini. Penelitian ini menguji korelasi antara dimensi budaya orientasi kinerja dan komitmen perubahan. Variabel orientasi kinerja dalam penelitian ini diukur menggunakan alat ukur dari penelitian GLOBE, sedangkan variabel komitmen perubahan diukur dengan Commitment to Change Inventory (CCI) yang dikembangkan oleh Herscovitch dan Meyer (2002) dan diadaptasi oleh Mangundjaya (2014).
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah convenience sampling. Analisis data untuk meneliti korelasi dua variabel adalah teknik korelasi Pearson. Responden yang digunakan berjumlah 176 orang yang bekerja di 2 perusahaan BUMN dan memiliki kriteria sebagai karyawan yang telah bekerja minimal selama 2 tahun.
Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang positif dan signifikan antara orientasi kinerja dan komitmen perubahan pada karyawan dalam dua perusahaan BUMN di bidang energi (r=0.23,p<0.01). Hasil tersebut menyatakan semakin tinggi orientasi kinerja, maka semakin tinggi pula komitmen perubahan seseorang.

Commitment to change has become critical factor in success of rapid change in the era of globalization. This study examined the correlation between performance orientation as work-related values and commitment to change. The performance orientation variable was measured by GLOBE project inventory, whereas commitment to change variable was measured by Commitment to Change Inventory (CCI) which was developed by Herscovitch and Meyer (2002) and was adapted by Mangundjaya (2014).
Sampling technique for this study was convenience sampling. Data analysis technique to correlate these two variables was Pearson correlation. The sum of respondents were 176 employees who have worked at two state-owned corporations for at least 2 years.
The result showed that there was positive and significant correlation between performance orientation and commitment to change on employees in two energy sector stateowned companies (r=0.23,p<0.01). The results showed that high performance orientation is followed by high commitment to change."
Depok: Universitas Indonesia, 2014
S55322
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Favilia Franziska
"ABSTRAK

Komitmen perubahan menurut Herscovitch dan Meyer (2002) adalah kekuatan atau pola pikir yang mengikat seorang individu dengan serangkaian tindakan yang penting untuk kesuksesan pelaksanaan dari perubahan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui korelasi antara jarak kekuasaan dan kepercayaan organisasi dengan komitmen perubahan. Desain dari penelitian ini adalah non-eksperimental dengan memberikan kuesioner kepada responden. Kuesioner yang digunakan adalah Commitment to Change Inventory dari Herscovitch dan Meyer yang telah dimodifikasi oleh Mangundjaya (2014b), alat ukur GLOBE yang dimodifikasi dari House, Hanges, Dorfman, dan Gupta (2004), serta Organizational Trust Inventory dari Cummings dan Bromiley yang dimodifikasi oleh Mangundjaya (2014a). Penelitian ini menggunakan metode korelasi dan regresi berganda. Dari 176 responden, didapati hasil bahwa tidak terdapat korelasi yang signifikan antara jarak kekuasaan dan komitmen perubahan (r=-0,137; p>0,05, two-tail), terdapat korelasi yang signifikan antara kepercayaan organisasi dan komitmen perubahan (r=0,232; p<0,01, two-tail), serta terdapat korelasi signifikan antara jarak kekuasaan dan kepercayaan organisasi dengan komitmen perubahan (F=5,073; p<0,01, two-tail). Dengan demikian, kepercayaan organisasi memiliki peran yang penting sebagai faktor suksesnya komitmen perubahan.


ABSTRACT

Based on Herscovitch and Meyer (2002), commitment to change is a force (mindset) that binds an individual to a course of action deemed necessary for the successful implementation of a change initiative. This study was conducted to determine the correlation between power distance and organization trust with commitments to change. The design of this study is non-experimental study. Researcher used questionnaire to collect the information from respondents. Questionnaires were contained with Commitment to Change Inventory by Herscovitch and Meyer which was modified by Mangundjaya (2014b), GLOBE instrument which was modified by House, Hanges, Dorfman, dan Gupta (2004), and Organizational Trust Inventory by Cummings and Bromiley which was modified by Mangundjaya (2014a). This study was processed with correlation and multiple regression methods. The result from 176 respondents showed that there is no significant correlation between power distance and commitment to change (r=-0.137; p>0.05,two tail), and there is significant correlation between organization trust and commitment to change (r=0.0232; p<0.01, two tail), and there is significant correlation between power distance and organization trust with commitment to change (F=5.073; p<0.01, two tail). Thus, it can be said organizational trust has essential role in achieving commitmen to change.<.p>"

Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S57101
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jelpa Priantalo
"Dirjen PQR mempunyai peran penting dalam perekonomian Indonesia. Sebagian besar pendapatan Indonesia berasal dari dana yang dikumpulkan oleh Dirjen PQR. Untuk meningkatkan efektivitas Dirjen PQR, Pemerintah Indonesia memutuskan untuk mengadakan perubahan organisasi. Kesiapan organisasi untuk berubah ditentukan oleh kesiapan pegawai. Sedangkan kesiapan pegawai sangat erat kaitannya dengan pandangan pegawai terhadap organisasi tempat ia bekerja. Oleh karena itu, sangat penting untuk mengetahui kesiapan pegawai untuk berubah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh keadilan organisasi, dukungan organisasi, komitmen organisasi, dan iklim psikologis terhadap kesiapan untuk berubah. Penelitian menggunakan kuesioner dalam pengumpulan dan sampel 327 orang. Sampel diambil dari 10 kantor cabang Dirjen PQR di wilayah DKI Jakarta. Teknik analisis statistik yang digunakan adalah regresi berganda. Kesimpulan dari penelitian adalah keadilan organisasi, dukungan organisasi, dan iklim psikologis mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kesiapan untuk berubah. Sementara, komitmen organisasi tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kesiapan untuk berubah. Saran penelitian, Dirjen PQR hendaknya secara terus menerus memberikan informasi mengenai perubahan kepada pegawai.

Dirjen PQR has significant role in Indonesia economic. Most of Indonesia income comes from fund which is collected by Dirjen PQR. Indonesia government decided to do significant changes to this organization. The Aim of change is to increase work effectiveness. Organizational readiness depends on employee readiness for change. While, employee readiness depends on employee?s view on organization. It is so important to know influential factors to readiness for change. The aim of research is to know effect of organizational justice, organizational commitment, organizational support, and psychological climate on readiness for change. This research used questionnaire to gather data and 327 subjects. It was taken from 10 branch offices in DKI Jakarta. Multiple regressions was used to analyze data. The conclusion of the research is organizational justice, organizational support, and psychological climate have significant effect on readiness for change. But, organizational commitment does not. The suggestion is Dirjen PQR must give organizational change information continuously."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
158.7 JEL p
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yudis Sekar Prasasti
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan organizational citizenship behavior antara Generasi X dan Y sebagai generasi yang paling banyak ditemui di dunia kerja saat ini. Menurut Organ (dalam Podsakoff, MacKenzie, Moorman, & Fetter, 1990) organizational citizenship behavior adalah tingkah laku sukarela individu yang mendukung efektivitas perusahaan namun tidak diakui secara eskplisit dalam sistem pemberian reward yang formal. Konstruk ini memiliki lima dimensi, yaitu: altruism, civic virtue, conscientiousness, courtesy dan sportmanship. Data diperoleh dari 212 responden (127 orang Generasi X dan 85 orang Generasi Y) yang mengisi Organizational Citizenship Behavior Scale. Hasil perhitungan statistik dengan teknik independent sample t-test menunjukan bahwa skor dimensi consciencetiousness lebih tinggi secara signifikan pada Generasi X (M = 5,70, SD = 0,87) dibandingkan dengan Generasi Y (M = 3,55, SD = 0,89), t(210) = 17,339, p < 0,05, d = 1,10. Penelitian selanjutnya harus menelaah kembali dimensi organizational citizenship behavior yang sesuai dengan budaya Indonesia.

ABSTRACT
This study aims to determine the differencess on organizational citizenship behavior between Generation X and Generation Y, as the biggest generation in workplace now. Theorically, Organ (in Podsakoff, MacKenzie, Moorman, & Fetter, 1990) defines organizational citizenship behavior as individual behavior that is discretionary, not directly or explicitly recognized by the formal reward system, and that in the aggregate promotes the effective functioning of the organization. This construct has five dimensions: altruism, civic virtue, conscientiousness, courtesy and sportmanship. There are 212 respondens (85 of Generation X and 127 of Generation Y) that filled out Organizational Citizenship Behavior Scale. Independent sample t-test result indicated that Generation X employees had significantly higher score (M = 5,70, SD = 0,87) than Generation Y employees (M = 3,55, SD = 0,89) in conscientiousness, t(210) = 17,339, p < 0,05, d = 1,10. Future study should examine culturaly suitable dimensions of organizational citizenship behavior in Indonesia."
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S64524
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dhanur Purbojati
" ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara sikap terhadap telepon pintar sebagai simbol status sosial dan kepuasan hidup pada remaja perkotaan. Penelitian ini dilakukan dengan metode kuantitatif. Sikap terhadap telepon pintar sebagai simbol status sosial diukur menggunakan alat ukur The Attitude of Mobile Phone as a Social Status symbol dari Abeele et al. 2014 , sedangkan kepuasan hidup diukur dengan menggunakan alat ukur Satisfaction With Life Scale dari Diener et al. 1985 . Responden dalam penelitian ini berjumlah 158 orang remaja yang berada di daerah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara sikap terhadap telepon pintar sebagai simbol status sosial dengan kepuasan hidup. Hal ini menunjukkan bahwa perubahan dalam sikap terhadap telepon pintar sebagai simbol status sosial tidak diikuti dengan perubahan pada kepuasan hidup pada remaja perkotaan.
ABSTRACT This research was conducted to find the correlation between Attitude of Smartphone as a Social Status Symbol and Life Satisfaction in Urban Adolescents. This research used the quantitative approach. Attitude of Smartphone as a Social Status Symbol was measured by using the Attitude of Mobile Phone as a Social Status Symbol AMPSSS , developed by Abeele et al. 2014 , and life satisfaction was measured by using Satisfaction With Life Scale SWLS , developed by Diener et al. 1985 . The responden of this research are 158 adolescents that from Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi. The results of this research showed that there is no significant correlation between Attitude of Mobile Phone as a Social Status Symbol and Life Satisfaction. This indicates that changes within the Attitude of Smartphone as a Social Status Symbol scores won rsquo t be followed by changes of the Life Satisfaction in Urban Adolescents."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S66188
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raissa Dwifandra Putri
"Delinkuensi merupakan beragam bentuk perilaku antisosial yang dilakukan oleh remaja dan telah masalah serius di kalangan remaja di dunia, termasuk di Indonesia. Remaja dipanti asuhan merupakan salah satu populasi yang rentan terhadap delinkuensi karena beragam masalah yang dihadapi di panti asuhan. Namun, Perspektif Psikologi Positif menjelaskan bahwa setiap remaja memiliki inner strength untuk mencegah dirinya terhadap perilaku delinkuen, seperti religiusitas dan resiliensi. Penelitian ini ingin membuktikkan kontribusi religiusitas dan resiliensi terhadap perilaku delinkuen remajadi panti asuhan di Jakarta. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain penelitian korelasional. Partisipan penelitian adalah remaja berusia 11-19 tahun M =14,88; SD = 1,93. Penelitian ini dilakukan di 19 panti asuhan di Jakarta, dengan total partisipan sebanyak 403 remaja laki-laki = 179 remaja; perempuan = 224 remaja. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat kontribusi religiusitas dan resiliensi secara bersama-sama terhadap perilaku delinkuen remaja di panti asuhan di Jakarta. Besar kontribusi yang diberikan adalah 5,3. Secara parsial, religiusitas memiliki kontribusi terhadap perilaku delinkuen remaja di panti asuhan di Jakarta.

Delinquency is a variety of forms of antisocial behavior performed by adolescents andbecome a serious problem among adolescents in the world, including in Indonesia.Adolescents in orphanages are one of vulnerable population to delinquency because ofthe various problem which faced in orphanages. However, the Positive PsychologyPerspective explains that every adolescent has inner strength to prevent himself againstdelinquent behavior, such as religiosity and resilience. This research wants to indicatethe contribution of religiosity and resilience to delinquency among adolescents atorphanages in Jakarta. This research is a quantitative research with correlational designstudy. Participants are adolescents whose aged 11 19 years M 14,88 SD 1,93. Thestudy was conducted in 19 orphanages in Jakarta, with total participants are 403adolescents male 179 adolescents, female 224 adolescents . The results of thisstudy indicate there is a contribution of religiosity and resilience to delinquency amongadolescents at orphanages in Jakarta. Bigger contribution given is 5.3 . Partially,religiosity has contributed to the behavior of delinkuen adolescents in orphanages inJakarta."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
T49248
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amalia Adhandayani
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat peranan konformitas dan trait impulsif sebagai mediator dalam hubungan trait ekstraversi terhadap kecenderungan pembelian impulsif secara daring dalam populasi dewasa muda. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross-sectional, retrospektif dan non-eksperimental. Karakteristik partisipan penelitian ini adalah orang berusia 20-40 tahun, sudah berpenghasilan, memiliki gawai, dan pernah melakukan pembelian daring minimal 1 kali. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur keempat variabel dalam penelitian ini adalah International Personality Item Pool (IPIP-NEO) short version 120 item (Goldberg, 1999); Momentary Impulsive Scale (Tomko, Carpenter, Brown, Solhan, Jahng, Wood dan Trull, 2014); Conformity Scale (Mehrabian dan Stefl, 1995) yang telah diadaptasi oleh Saidah (2016) dan skala kecenderungan pembelian impulsif yang disusun Sulistiowati (2015). Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 670 orang. Analisis data yang digunakan adalah analisis regresi melalui program PROCESS model 4, yaitu mediasi paralel.
Berdasarkan hasil analisis, ditemukan bahwa baik konformitas maupun trait impulsif berperan secara signifikan (p < 0.01) sebagai mediator antara trait ekstraversi dan kecenderungan pembelian impulsif secara daring. Meskipun terjadi mediasi sempurna pada model yang diajukan, namun nilai koefisien jalur a dan a1 yang negatif mengakibatkan hipotesis tidak diterima karena jalur mediasi yang tidak searah. Hal ini dapat diartikan bahwa semakin tinggi trait ekstraversi seseorang, maka semakin rendah konformitas dan trait impulsif yang ia miliki, sehingga berpengaruh terhadap tingginya tingkat kecenderungan pembelian impulsif secara daring pada seseorang.

This study aims to find the role of impulsive conformity and trait as a mediator in the relationship of extraversion and online impulsive buying tendency in early adulthood. This research is a quantitative study with a cross-sectional, retrospective and nonexperimental design. Characteristics of the participants of this study were people aged 20-40 years, had income, had a device like smartphone or laptop, and had made purchase at online stores at least once. The instrument used to measure the four variables in this study are 120 items-short version of the International Personality Item Pool (IPIP-NEO) (Goldberg, 1999); Momentary Impulsivity Scale (Tomko, Carpenter, Brown, Solhan, Jahng, Wood and Trull, 2014); Conformity Scale (Mehrabian and Stefl, 1995) which has been adapted by Saidah (2016) and the Impulsive Buying Tendency Scale compiled by Sulistiowati (2015). Participants in this study amounted to 670 people. This study using PROCESS as a regression analysis in model template 4 to analyze simple mediation or parallel mediation model.
Based on the results, it was found that both conformity and impulsivity trait had a significant role (p < 0.01) as mediators between extraversion trait and the online impulsive buying tendency. Despite of model is perfect mediation, the model is not supported by hypothesis. It caused by negative score in coefficient value on proposed model. Accordingly, this model can be interpreted as the higher the extraversion in people, the lower the conformity and impulsivity trait they had, so it influences the high level of online impulsive buying tendency on them.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
T52896
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tarcisia Purnamasari
"ABSTRAK
Tesis ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan ibu mengenai membentuk perilaku makan yang baik pada anak prasekolah. Perilaku makan yang baik meliputi sikap menyukai makan dan makanan, makan makanan bervariasi, memiliki regulasi diri, dan memiliki tata krama ketika makan. Partisipan psikoedukasi ini adalah tiga puluh ibu, yang memiliki anak 3-5 tahun. Pengetahuan ibu akan diukur sebelum dan sesudah psikoedukasi dengan pre-test dan post test. Alat ukur yang digunakan adalah dibuat sendiri oleh pelaksana psikoedukasi. Pre-test dan post-test itu terdiri dari empat aspek perilaku makan yang baik. Psikoedukasi ini dilaksanakan selama dua kali, tiga sampai empat jam per sesi di mana para ibu memperoleh pengetahuan yang luas mengenai perilaku makan yang baik. Hasil analisis data menunjukkan pengingkatan nilai rata-rata pre-test dan post-test sebesar 7.83, di mana data dianalisis menggunakan uji t (pair sample t test). Berdasarkan analisis, ditunjukkan bahwa terdapat peningkatan yang signifikan antara pre-test dan post-test. Evaluasi dari hasil menunjukkan bahwa program ini merupakan pendekatan yang efektif untuk meningkatkan pengetahuan ibu mengenai perilaku makan yang baik pada anak prasekolah.

ABSTRACT
The objective of this study was to increase mother’s understanding of good eating behavior in preschooler. Good eating behavior of appreciating food, eating variety of foods, having self-regulation, and eating manners. Thirty mothers of children aged three-until-five years completed a psychoeducation about assembling good eating behavior in preschooler. Mothers’ understanding was measured after and before psychoeducation using a pre-test and post-test design. The questioner was made by the writer. It consists of four aspect of good eating behavior. The program consists of two days, three to four hour sessions in which a small group of parents become more knowledgeable in assembling good eating behavior in preschooler. The result was showed the increasement of pre- test and post-test’s mean, which it was analyzed with T-test (pair sample t test). The result was significant. The evaluation indicates that psychoeducation was an effective approach for educating mothers about good eating behavior in preschooler."
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
T32717
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>