Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 187142 dokumen yang sesuai dengan query
cover
R. Siddhi Andika
"[Hipospadia merupakan salah satu kelainan congenital pada penis yang paling sering terjadi, dengan angka kejadian 0.2-0.8% kasus di dunia. Prinsip dasar tehnik pembedahan hipospadia masih tetap sama dari tahun ke tahun, padahal terdapat banyak tehnik yang dapat digunakan namun belum ada penelitian yang membandingkan antara satu tehnik operasi dengan tehnik operasi lainnya. Untuk itu, kami mengumpulkan data dari para urolog di Indonesia untuk mengetahui hal tersebut, memberikan gambaran tehnik operasi hipospadia apa saja yang digunakan, dan bisa menjadi bahan pertimbangan urolog lainnya untuk mencoba tehnik operasi lainnya.
Metode
Dilakukan survey kepada ahli bedah urologi di seminar-seminar dan konferensi yang dilakukan di Indonesia dari tahun 2012-2013 dengan membagikan kuesioner mengenai tatalaksana operatif pada hipospadia distal dan proksimal. Hasil
Total sebanyak 87 partisipan menyelesaikan kuesioner yang diberikan. Sebagian besar partisipan (61%) telah menjadi urolog selam kurang dari 5 tahun, dan kebanyakan bekerja di rumah sakit pemerintahan. Jumlah pasien hipospadia yang ditangani per tahunnya rata-rata 1-5 pasien (34.5%) dan usia tersering adalah 3-6 tahun (56.3%) dengan varian tersering yakni tipe midshaft penile (57.5%).
Tehnik operasi pada tahap pembebasan kordae yang paling sering digunakan adalah dorsal placation (48.3%) dan dilakukan percobaan ereksi artificial dan turniket intraoperasi (79.3% dan 66%). Pada hipospadia distal, tehnik TIP merupakan yang paling sering digunakan (66.7%-88.5%) sementara sisanya memilih MAGPI, matthew atau onlay island flap. Untuk yang proksimal, beberapa urolog menggunakan TIP (16.1%-39.1%) sementara yang lainnya memilih onlay island flap, koyanagi, transverse preputial island flap, operasi dua tahap, dan cangkok bukal.
Penggunaan kateter foley pada stenting daerah distal dan proksimal masih dilakukan oleh sebagian besar urolog setelah prosedur operasi selesai, seperempat responden melakukan sistostomi simultan dengan kateter foley. Kesimpulan
Tren yang terkini dalam penatalaksanaan hipospadia di Indonesia masih bervariasi bergantung pada kebiasaan urolog. Hasil menunjukkan pendekatan yang berbeda- beda pada tehnik operasi hipospadia distal maupun proksimal, dan tidak sesuai juga dengan literature yang ada. Hal ini mungkin disebabkan karena faktor sosioekonomi, lingkungan, dan pengalaman pribadi.;Hypospadia is one of the most common congenital anomaly of the penis, ranging from to be 0,2 to 8.2% worldwide.The principles of hypospadia surgery remains the same throughout the years and there are many techniques of surgery which could be chosen but current practice in Indonesia have not yet been studied. With this in mind, we obtained data from urologist in Indonesia to provide an insight and hopefully be a source of discussions that may lead to a change of personal practice.
Methods
A survey was conducted in seminars and conferences in Indonesia from 2012 to 2013 with a questionairre regarding repair of distal and proximal hypospadia Results A total of 87 participants completed the questionairre. Most of the participants (61%) had been a urologist for less than 5 years, and most worked in goverment university hospital.The number of patient encountered most was 1-5 patient per year (34,5%) and the age majority was 3-6 years old (56,3%) with the highest variant seen was midshaft penile (57,5%).
Regarding technique of the operation, for chordee release most used dorsal plication (48,3%) and also performed artificial erection and tourniquet intra- operatively (79,3% and 66%). For distal repair, the tubularized incised plate (TIP) was the preferred technique (66,7% - 88,5%) while the remainder preferred MAGPI, matthew or onlay island flap. For proximal repair, some still preferred TIP (16,1% - 39,1%) while the remainder relied on onlay island flap, koyanagi, transverse preputial island flap, two-staged repair and buccal graft.
The use of foley catheter for distal and proximal stenting post repair remains majority in the case of hypospadia, with less than a quarter performed also cystostomy simultaneously. Conclusions
The current trend in the management of hypospadias in Indonesia still varies based on personal preferrence. The result also shows different approach for proximal and distal hypospadia even compared to the literature. This might be caused by socioeconomic, environmental or personal experience., Hypospadia is one of the most common congenital anomaly of the penis, ranging from to be 0,2 to 8.2% worldwide.The principles of hypospadia surgery remains the same throughout the years and there are many techniques of surgery which could be chosen but current practice in Indonesia have not yet been studied. With this in mind, we obtained data from urologist in Indonesia to provide an insight and hopefully be a source of discussions that may lead to a change of personal practice.
Methods
A survey was conducted in seminars and conferences in Indonesia from 2012 to 2013 with a questionairre regarding repair of distal and proximal hypospadia Results A total of 87 participants completed the questionairre. Most of the participants (61%) had been a urologist for less than 5 years, and most worked in goverment university hospital.The number of patient encountered most was 1-5 patient per year (34,5%) and the age majority was 3-6 years old (56,3%) with the highest variant seen was midshaft penile (57,5%).
Regarding technique of the operation, for chordee release most used dorsal plication (48,3%) and also performed artificial erection and tourniquet intra- operatively (79,3% and 66%). For distal repair, the tubularized incised plate (TIP) was the preferred technique (66,7% - 88,5%) while the remainder preferred MAGPI, matthew or onlay island flap. For proximal repair, some still preferred TIP (16,1% - 39,1%) while the remainder relied on onlay island flap, koyanagi, transverse preputial island flap, two-staged repair and buccal graft.
The use of foley catheter for distal and proximal stenting post repair remains majority in the case of hypospadia, with less than a quarter performed also cystostomy simultaneously. Conclusions
The current trend in the management of hypospadias in Indonesia still varies based on personal preferrence. The result also shows different approach for proximal and distal hypospadia even compared to the literature. This might be caused by socioeconomic, environmental or personal experience.]"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T58645
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Richard Arie Monoarfa
"Tujuan: Untuk mengetahui bagaimana upaya diagnosis kanker prostat yang dilakukan oleh spesialis urologidi Indonesia.
Metode: Dilakukan pembagian kuesioner yang dirancang sendiri kepada Spesialis Urologi di Indonesia. Kuesioner berisi 11 pertanyaan tentang jenis dan indikasi pemeriksaan yang dilakukan, serta fasilitas yang tersedia di tempat responden dalam penegakan diagnosis kanker prostat.
Hasil: Sebanyak 65 (36%) dari 182 (saat penelitian ini dilakukan) spesialis urologi di Indonesia mengembalikan formulir kuesioner. Dari jenis RS primer tempat bekerja terbanyak berasal dari RS swasta (35%), disusul RS pendidikan utama Fakultas Kedokteran (32%). Seluruh responden menjadikan lower urinary tract symptoms (LUTS) sebagai indikasi untuk melakukan pemeriksaan colok dubur. Selain itu 83% responden juga menjawab, peningkatan PSA sebagai salah satu indikasi pemeriksaan colok dubur. Pemeriksaan PSA dilakukan oleh 72% responden pada penderita dengan kecurigaan kanker prostat tanpa melihat usia. Sebanyak 66% responden mengerjakan sendiri pemeriksaan transrectal ultrasonografi (TRUS) dan biopsi, 18% merujuk pada sejawat lain di propinsi yang sama dan 15% tidak memiliki fasilitas TRUS dan biopsi di propinsi tempat bekerja. Sebanyak 75% responden memiliki fasilitas bone scan di Rumah Sakit primer, atau tersedia di RS pada propinsi yang sama. Indikasi tersering melakukan biopsi prostat adalah pada PSA lebih dari 10 ng/ml tanpa melihat usia. Sebanyak 86% responden melakukan biopsi pada kecurigaan kanker prostat melalui colok dubur tanpa melihat usia. Sembilan puluh persen responden menggunakan antibiotik profilaksis golongan Kuinolon untuk biopsi prostat. Sebanyak 46% menggunakan analgesia oral atau suppositoria atau kombinasi keduanya sebagai analgesia dalam biopsi prostat.
Kesimpulan: Dalam mendiagnosis kanker prostat, spesialis urologi di Indonesia melakukan pemeriksaan colok dubur, PSA dan TRUS biopsi prostat, namun masih terdapat perbedaan pendapat tentang indikasi dan waktu dilakukannya masing-masing pemeriksaan. Ketersediaan fasilitas diagnostik juga berpengaruh dalam diagnostik kanker prostat di Indonesia. Belum tersedianya guideline Nasional pada saat penelitian ini dilakukandiduga menyebabkan perbedaan pendapat tersebut.

Purpose: To get information on diagnosis of prostate cancer conducted by urologist in Indonesia.
Method: A self-constructed questionnare of 11 questions about the type and indication of the tests, as well as the available facilities at the place of the respondents to diagnose prostate cancer distributed to Indonesian Urologist.
Result: As much as 65 (36%) from 182 (when the survey was conducted) Indonesian Urologist returned the questionnare. Most of them worked in Private Hospital (35%), followed by Medical School Hospital (32%). All respondents performed DRE in patients with Lower Urinary Tract Symptoms (LUTS). Elevated PSA was also indication for conducting DRE in 83% respondents. PSA level was tested by 72% respondents in patients with suspicion of prostate cancer regardless of age. As much as 66% respondents did Trans Rectal Ultrasound (TRUS) and prostate biopsy by themselves, 18% referred to other urologists in the same province and 15% didn?t have TRUS and prostate biopsy facilities in their province. Bone scan was available in the Primary Hospital or another hospital in the province of 75% respondents. Main indication to perform prostate biopsy was elevated PSA level above 10ng/ml regardless of the age. Meanwhile, 86% respondents did prostate biopsy in suspiciousness of prostate cancer by DRE regardless of age. Most respondents (90%) chose Quinolon as prophylaxis antibiotic in prostate biopsy and 46% respondents used oral analgesia or suppository or both in prostate biopsy.
Conclusions: In diagnosing prostate cancer, Indonesian Urologists performed DRE, PSA serum analysis and TRUS biopsy of the prostate. But the Indonesian Urologists still had different opinions about the indications and timing of the procedure. The availability of diagnostic equipment and unavailability of National Guideline of Prostate Cancer when this study was conducted played a role of how the prostate cancer diagnosed in Indonesia.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jesita Noor Sabila
"Hipospadia adalah kelainan kongenital kedua yang paling banyak ditemui pada anak. Pembedahan merupakan tindakan utama untuk mengatasi masalah hipospadia. Nyeri akut akibat pembedahan merupakan masalah keperawatan utama yang dialami anak paska pembedahan. Tujuan dari intervensi keperawatan  yang diberikan pada anak dengan hipospadia paska pembedahan untuk perbaikan fistel adalah meningkatkan rasa nyaman aman dengan mengurangi rasa nyeri melalui penerapan teknik relaksasi napas dalam. Hasil penerapan  teknik relaksasi napas dalam yang dilakukan selama empat hari perawatan menunjukkan penurunan skor nyeri dari skor 5 menjadi 2 yang dilakukan pengukuran menggunakan numeric rating scale. Hasil karya ilmiah ini diharapkan menjadi salah satu alternatif untuk mengurangi nyeri anak khususnya pada anak dengan masalah nyeri akut paska pembedahan.

Hypospadias is the second congenital disorder that is commonly found among children. Surgery becomes the main treatment for Hypospadias. An acute pain caused by the surgery is the main nursing matter faced by the child after the surgery. The purpose of nursing intervention given to the Hypospadias child after the fistula repair surgery is to increase the feeling of comfort and secure by relieving the pain through the implementation of deep breath relaxation technique. The result of the application of deep breath relaxation technique conducted for four nursing days shows the decrease of pain scores from a score of 5 to 2 which was measured by using numeric rating scale. The result of this research paper is expected to become one of the alternatives to relieve the pain of the child especially the child who suffers from an extreme pain after the surgery."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Muhdlor
"Hipospadia merupakan kelainan kongenital dimana muara uretra anak tidak berada di ujung penis. Hipospadia dapat dikoreksi dengan operasi. Perawatan paska bedah hipospadia menimbulkan nyeri pada anak. Salah satu intervensi untuk mengurangi nyeri menggunakan tehnik distraksi dengan bermain dan bercerita. Teknik distraksi bermain dan bercerita merupakan salah satu penalaksanaan nyeri non farmakologis. Tindakan perawatan luka pasca operasi pada An. M menimbulkan nyeri pada anak sehingga perlu dilakukan penanganan untuk mengurangi nyeri yang dirasakan. Hasil dari penerapan tehnik distraksi bermain dan bercerita ini selama 3 hari terbukti efektif menurunkan skala nyeri dari 6 menjadi 3 dengan menggunakan skala FLACC.

Hypospadias is a congenital defect in which the child s urethral opening is not located at the tip of the penis. Hypospadias can be repaired by surgery. Post operative treatment of hypospadias causes pain in children. One of the interventions in reducing pain is by using distraction technique through playing games and telling stories. Distraction technique of playing and story telling is one of non pharmacological pain management. Postoperative wound care on An M causes pain therefore a nursing care is necessary needed to reduce the pain. Results showed that 3 days application of playing and storytelling was effective to reduce the pain scale from 6 to 3 measured by using FLACC scale.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Annisa Hazazi Mutiara Sumadi
"Pertumbuhan penduduk di daerah perkotaan menyebabkan munculnya masalah kesehatan bagi penduduk tersebut, salah satunya ialah kelainan kongenital pada bayi baru lahir, yakni hipospadia. Penanganan yang dilakukan ialah dengan cara pembedahan. Rasa nyeri merupakan salah satu efek dari pembedahan pada klien anak dengan hipospadia. Nyeri akut diangkat sebagai masalah keperawatan utama karena merupakan masalah aktual yang harus segera ditangani. Pengkajian keperawatan yang dilakukan pada seorang klien di ruang bedah anak memberikan hasil bahwa nyeri akut merupakan keluhan utama. Asuhan keperawatan yang bertujuan untuk mengurangi rasa nyeri telah dilakukan pada klien dengan teknik distraksi melalui terapi audiovisual. Selama enam hari perawatan klien mengalami penurunan skala nyeri yang diukur dengan Wong-Baker Face Pain Scale yaitu dari skor 3 menjadi 1. Hasil karya ilmiah ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan bagi perawat ruangan untuk meningkatkan manajemen nyeri nonfarmakologi dengan teknik distraksi melalui terapi audiovisual.

Population growth in urban areas caused health problems for the population. One of which is congenital abnormalities in newborns, that is hypospadias. Hypospadias correction is one of the common surgical procedures performed by pediatric urologists. Pain is one of the effect of surgery on a child with hypospadias. Acute pain as a major nursing diagnoses because it is an actual problem that should be completed. Based on the assessment of nursing that has done on patient results that it is a major problem. Nursing care aimed to reduce pain has done to patient with audiovisual distraction technique. During six days of treatments patient showing in decreased of pain scale measured by Wong Baker Face Pain Scale from the score 3 to 1. The result can be considered as an intervention of non pharmalogical management of pain with distraction technique through audiovisual therapy.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ririn Norma Liana Sari
"Hipospadia merupakan salah satu penyakit kelainan kongenital pada laki-laki yang paling sering terjadi pada usia anak. Untuk mengatasi masalah tersebut, diperlukan penatalaksanaan medis seperti pembedahan. Tetapi, rencana pembedahan dapat membuat anak mengalami masalah keperawatan ansietas. Melalui teknik distraksi dan edukasi kesehatan pra operative, perawat mampu mengatasi masalah keperawatan ansietas pada anak. Berdasarkan hasil evaluasi, teknik distraksi dan edukasi kesehatan mampu mengatasi ansietas pada anak. Pernyataan ini dibuktikan dengan adanya penurunan pada skala ansietas dari nilai 15 ansietas sedang menjadi 8 ansietas ringan dan dari nilai 13 ansietas ringan menjadi 7 anseitas ringan dengan menggunakan instrumen modifikasi dari ZS-RAS dan T-MAS yang dibuat oleh Solikhah 2011 . Selain itu, anak mengatakan bahwa saat ini tidak mimpi buruk kembali, dapat tidur dengan nyenyak, serta wajah terlihat ekspresif dan ceria. Keberhasilan teknik ini juga dibantu oleh dukungan keluarga dan penerapan teknik komunikasi pada anak. Agar teknik distraksi dan edukasi kesehatan lebih efektif untuk mengatasi ansietas pada anak, pihak institusi pelayanan kesehatan perlu membuat media edukasi kesehatan mengenai persiapan pra operative, yang mendorong adanya interaksi antara anak dan petugas kesehatan sesuai tumbuh kembang anak.

Hypospadias is one of the most common congenital aberrations in males at the age of the child. To solve the problem, medical management is needed such as surgery. However, a surgical plan may make the child have anxiety nursing problems. Through distraction techniques and preoperative health education, nurses are able to overcome the problem of nursing anxiety in children. Based on the evaluation, distraction technique and health education able to overcome anxiety in children. This statement is evidenced by a decrease in the anxiety scale from a value of 15 medium anxiety to 8 mild anxiety and from a value of 13 mild anxiety to 7 mild anxiety using modified instrument of ZS-RAS and T-MAS made by Solikhah 2011 . In addition, the child says that the moment is not a nightmare back, can sleep soundly, and the face looks expressive and cheerful. The success of this technique is also aided by family support and application of communication techniques in children. In order for distraction and health education techniques to be more effective to overcome anxiety in children, the institution of health services need to make health education media about pre-operative preparation, which encourage the interaction between child and health officer according to child growth.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
Pr-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Danang Tejo Pamungkas
"Latar belakang: Sindrom ovarium polikistik dapat memberi dampak yang besar
terhadap kualitas hidup wanita. Adanya informasi yang cukup dapat mendukung
perbaikan gaya hidup dan kemandirian pasien untuk menentukan tatalaksana terapi
yang tepat .Akurasi dan presisi suatu informasi yang berasal dari internet masih
sangat bervariasi. Diperlukan suatu data tentang kualitas informasi yang beredar di
internet berbahasa Indonesia.
Tujuan: Untuk mengetahui gambaran kualitas informasi tatalaksana SOPK
berbahasa Indonesia berbasis internet.
Metode: Dilakukan pencarian situs internet berbahasa Indonesia dengan kata kunci
sindrom ovarium polikistik menggunakan 2 mesin pencari (Google dan Bing).
Situs teratas pada hasil pencarian dilakukan penilaian dengan daftar tilikan
penilaian yang sudah dibuat sebelumnya.
Hasil: Terdapat 69 situs yang menjadi subjek penelitian. Dalam hal akurasi konten
dan kredibilitas, sebagian besar situs memiliki kualitas yang baik. Tidak terdapat
perbedaan kualitas situs antara kedua mesin pencari. Situs yang tampil pada 2
halaman teratas memiliki kualitas yang lebih baik dibandingkan halaman-halaman
berikutnya (p=0,02). Situs edukasi memiliki kualitas informasi yang lebih baik
(p=0,05). Situs yang dibuat oleh organisasi yang bergerak di bidang kesehatan
memiliki kualitas informasi yang lebih baik (p=0,04). Situs non komersial memiliki
kualitas yang lebih baik dibandingkan situs komersial (p=0,01).
Kesimpulan: Faktor yang mempengaruhi kualitas informasi kesehatan pada situs
adalah ditampilkan pada 2 halaman pertama hasil pencarian, dibuat untuk tujuan
edukasi, dibuat oleh organisasi kesehatan, dan bersifat non komersial.

Background: Polycystic ovarian syndrome has pronounced quality of life effect on
women. Sufficien information contribute significant role in lifestyle improvement,
as well as patient empowerment. However, data on health information quality in
the internet is limited, especially in Bahasa Indonesia.
Objectives: To investigate health information quality about PCOS on the internet
in Bahasa Indonesia.
Methods: Top website from two separate search engine (Google and Bing) was
collected using keyword of sindrom ovarium polikistik (polycistic ovarian
syndrome). Analysis of health information quality on those website was performed.
Results: Sixty-nine website were included for analysis. Majority of those website
have good infromation quality in terms of content accuracy and website credibility.
There was no difference in quality between two search engine. Website were found
at top two pages in each search engines have better quality than the latter pages
(p=0.02). Educational website had better quality (p=0.05). Website made by
healthcare organization had better quality (p=0.04). Non-commercial website had
better information quality (p=0.01).
Conclusion: Criteria affecting health information quality in the internet was as
follows: found at top two pages on search engine; educational website; made by
healthcare organization; and non-commercial purpose."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Riska Yolanda
"Hipertensi merupakan tantangan kesehatan masyarakat yang penting karena memiliki hubungan yang kuat dengan penyakit kardiovaskuler dan kematian dini. Angka penderita hipertens meningkat dari tahun ke tahun. Wanita lebih rentan mengalami hipertensi. Berbagai faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi, salah satunya adalah obesitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh obesitas terhadap hipertensi pada wanita dewasa usia 21-40 tahun di Indonesia tahun 2014. Penelitian ini menggunakan data sekunder Indonesian Family LifeSurvey IFLS 5 tahun 2014 dengan desain studi cross sectional. Jumlah sampel sebanyak 6.859 orang.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari 6.861 wanita usia 21-40 tahun di Indonesia Tahun 2014 terdapat 11,98 95 CI: 10,76-12,01 wanita mengalami hipertensi, 24,78 95 CI: 23,6-25,37 termasuk dalam kategori obesitas. Setelah dilakukan uji confounding, tidak ada variabel kovariat yang menjadi variabel confounding dalam pengaruh obesitas terhadap hipertensi dalam penelitian ini sehingga hasil akhirnya OR hubungan obesitas dengan kejadian hipertensi pada wanita usia 21-40 tahun di Indonesia berdasarkan hasil IFLS 2014 sebesar 3,29. Artinya wanita dengan obesitas mempunyai peluang 3,29 kali mengalami hipertensi dibandingkan wanita tidak obesitas. Dinas Kesehatan perlu meningkatkan program deteksi dini hipertensi di masyarakat khususnya pada wanita obesitas usia 21-40 tahun. Kepada masyarakat agar menerapkan pola hidup sehat dengan menjaga asupan makanan.

Hypertension is an important public health challenge because it has a strong effect with cardiovascular disease and premature death. The number of hypertension increases from year to year. At the same riskfactors, women are more susceptible to hypertension. Many factor that influence of hypertension, one of them is obesity. This study aims to determine the effect of obesity to hypertension in adult women 21 40 years old in Indonesia, 2014. This study uses secondary data of Indonesian Family Life Survey IFLS 5,2014 with cross sectional study design. The number of samples is 6,861 people.
The results of this studyindicate that 6,861 of women aged 21 40 years old are 11.98 95 CI 10,76 12,01 hypertension,24.78 95 CI 23,6 25,37 obesity. The results of multivariate analysis, there is no covariate variable that becomes confounding variable in influence of obesity to hypertension in this research, odds ratio influence obesity to hypertension is 3,29. This means that women with obesity have risk 3,29 to be hypertension. Health Office needs to improve the early detection program of hypertension, especially in obese women with aged 21 40 years olds. The society must apply a healthy lifestyle by maintaining food intake.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T51024
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dede Mahmuda
"ABSTRAK
Kekayaan yang merupakan salah satu unsur kesejahteraan adalah hal yang mendasar
untuk tiap individu. Namun demikian, distribusi kekayaan tidak merata pada tiap
penduduk baik di dunia maupun di Indonesia. Tren positif pertumbuhan pendapatan per
kapita justru diiringi dengan makin tingginya Gini Ratio yang mengindikasikan bahwa
ketimpangan yang semakin melebar antara penduduk kaya dan miskin. Secara budaya,
Indonesia adalah negara kaya yang terdiri dari beranekaragam suku bangsa, bahasa, ras,
adat istiadat dan agama. Indonesia juga dikenal sebagai negara yang religius dengan
sebagian besar penduduknya menyatakan bahwa agama adalah hal penting dalam hidup.
Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan mempelajari hubungan antara religiusitas dan
tingkat kesejahteraan dengan menggunakan data panel IFLS tahun 2007 dan 2014. Hasil
regresi logistik ordinal menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan
antara tingkat religiusitas dengan tingkat kesejahteraan dimana individu yang mengalami
peningkatan religiusitas memiliki kecenderungan 9,57 (95% CI: 8,64-10,63) kali lebih
besar untuk mengalami perubahan tingkat kesejahteraan yang lebih baik dibandingkan
dengan individu yang mengalami penurunan tingkat religiusitas. Dari hasil tersebut, dapat
disimpulkan bahwa semakin baik tingkat religiusitas maka semakin baik pula tingkat
kesejahteraan. Peran religiusitas dalam kesejahteraan dalam pen

ABSTRACT
Wealth, which is one of the parts of well-being, is essential for everyone. However, the
wealth is not evenly distributed among population in the world and in Indonesia. The
positive trend of per capita income growth is accompanied by a higher Gini Ratio which
indicates that widening wealth gap between rich and poor people. Culturally, Indonesia
is a rich country consisting of diverse ethnic groups, languages, races, customs and
religions. Indonesia is also known as a religious country with most of its population
stating that religion is an important thing in life. Therefore, this study aims to understand
the relationship between religiosity and welfare using IFLS panel data year 2007 and
2014. The results of ordinal logistic regression indicate that there is a significant positive
relationship between the level of religiosity with the level of welfare where individuals
who experience an increase in religiosity, have a tendency of 9.57 (95% CI: 8.64-10.63)
times greater for better welfare level than individuals who experienced a decrease in the
level of religiosity. Based on these results, it can be concluded that the better the level of
religiosity, the better the level of welfare. The role of religiosity in welfare in this study
is directly through behaviour and social networks indirectly."
2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Imam Ciptadi Putra
"Pendahuluan dan tujuan: Inkontinensia urin merupakan masalah umum pada anak-anak, dengan prevalensi berkisar antara 6-20%. Pediatric Incontinence Questionnaire (PINQ) telah dikembangkan untuk menilai kualitas hidup anak-anak dengan inkontinensia urin dan telah diadaptasi dan divalidasi ke dalam 20 bahasa. Namun, belum diadaptasi ke dalam Bahasa Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menilai realibilitas dan validitas PINQ.
Metode: PINQ diadaptasi dan diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia oleh 2 orang dokter (1 ahli urologi anak dan 1 ahli urologi fungsional) dan 1 penerjemah tersertifikasi. 110 subjek berusia 6 hingga 18 tahun mengisi PINQ-ID dua kali, pada kunjungan awal dan dua minggu setelahnya. Reliabilitas konsistensi internal dinilai dengan menghitung Cronbach. Reliabilitas tes-tes ulang diukur dengan menggunakan koefisien Intra Class Correlation (ICC) untuk ukuran tunggal. Validitas kuesioner dihitung dengan mengukur koefisien korelasi Pearson terhadap total skor PINQ-ID. Variabel sosiodemografi (jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan jenis inkontinensia) dan skor PINQ-ID dievaluasi korelasinya menggunakan ANOVA univariat, uji t independen, dan koefisien korelasi Spearman. Semua tes dilakukan dengan nilai p standar 2-tailed 0,05.
Hasil: Kuesioner PINQ terdiri dari 20 pertanyaan, masing-masing meminta subjek untuk memilih skor dari 1 hingga 5 sesuai dengan keluhannya. Skor minimal yang dapat dilaporkan adalah 20, sedangkan skor maksimum adalah 100. Pada subjek kami, skor total rata-rata untuk PINQ-ID masing-masing adalah 33,78 dan 32,32 di T0 dan T1. Perbedaan antara rata-rata ini tidak signifikan secara statistik (Tabel 1). Tidak ada perbedaan skor rata-rata antara subjek pria dan wanita pada kedua titik waktu (nilai p > 0,05). Tingkat pendidikan memiliki hubungan yang signifikan dengan skor PINQ-ID (p 0,014). Koefisien korelasi Pearson antara 0,284 dan 0,778 dengan korelasi yang signifikan.
Kesimpulan: Studi kami mengungkapkan kelayakan, validitas, dan reliabilitas PINQ-ID yang sangat baik secara keseluruhan. Namun, beberapa item pada PINQ-ID, terutama yang berkaitan dengan relevansi klinisnya dengan budaya Indonesia, dapat memerlukan studi yang lebih lanjut.

Introduction and Objectives: Urinary incontinence is a common problem in children, with prevalences range between 6-20%. Pediatric incontinence questionnaire (PINQ) has been developed to assess quality of life children with urinary incontinence and has been adapted and validated into 20 languages. However, it has not been adapted into Bahasa Indonesia. This study aims to asses realibility and validity of PINQ.
Method: PINQ was adapted and translated into Bahasa Indonesia by 2 physicians (1 paediatric urologist and 1 functional urologist) and 1 sworn translator. 110 subjects aged 6 to 18 years old filled PINQ-ID twice, at initial visit and two weeks after. Internal consistency reliability was assessed by calculating Cronbach’s 𝛼. Test-retest reliability was measured using intra class correlation coefficient (ICC) for single measure. Validity of questionnaire was calculated by measuring Pearson correlation coefficient to total PINQ-ID score. Sociodemographic variables (gender, level of education, and type of incontinence) and PINQ-ID score were evaluated for correlation using univariate ANOVA, independent t-test, and Spearman correlation coefficient. All tests were performed with 2-tailed predefined p-value 0.05.
Results: The PINQ questionnnaire consists of 20 questions, each requiring the subject to choose a score from 1 to 5 according to their complaints. The minimal score that could be reported is 20, whilst the maximum score was 100. In our subjects, the mean total score for PINQ-ID were 33,78 and 32,32 at T0 and T1 respectively. The difference between these means was not statistically significant. There was no difference in the mean score between male and female subjects at both time points (p value > 0.05). Level of education had significant correlation with PINQ-ID score (p 0.014). Pearson correlation coefficient was between 0,284 and 0,778 with significant correlation.
Conclusion: Our study revealed overall excellent PINQ-ID feasibility, validity, and reliability. However, several items on the PINQ-ID, especially in relation to their clinical relevance to the Indonesian culture and setting, may require further exploration.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>