Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 204522 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Wiwiek Ernajanti
"[ABSTRAK
Latar Belakang: Kanker kolorektal merupakan tumor ganas ketiga di dunia.
Sembilan puluh lima persen kanker kolorektal merupakan adenokarsinoma yang
berasal dari lesi prekursor adenoma. Dilaporkan 15%-20% kanker terkait dengan
infeksi virus. Virus yang diduga berhubungan dengan kanker kolorektal adalah
human papilloma virus (HPV) dan tipe tersering adalah 16 dan 18. Hubungan
antara HPV dan kanker kolorektal masih menjadi perdebatan. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui perbedaan prevalensi infeksi HPV pada adenoma dan
adenokarsinoma kolorektal di Departemen Patologi Anatomik FKUI/RSCM
Jakarta dengan menggunakan teknik polymerase chain reaction (PCR). Bahan
dan Metode: Pemeriksaaan DNA HPV pada 33 kasus adenoma dan 33 kasus
adenokarsinoma kolorektal dengan teknik nested PCR MY/GP dan elektroforesis.
Pada kasus dengan hasil HPV positif, dilanjutkan PCR menggunakan primer
spesifik HPV 16 dan HPV 18. Subjek penelitian berasal dari Departemen Patologi
Anatomik FKUI/RSCM. Hasil: Satu dari 33 kasus (3,0%) adenoma dan 3 dari 33
kasus (9,1%) adenokarsinoma positif infeksi HPV. Satu kasus adenoma positif
HPV bukan merupakan tipe 16 dan 18. Satu kasus adenokarsinoma dengan
positif, HPV merupakan tipe 16, 2 kasus merupakan gabungan tipe 16 dan 18.
Kesimpulan: Prevalensi infeksi HPV pada adenokarsinoma lebih tinggi
dibandingkan adenoma kolorektal. Tipe HPV pada kasus adenokarsinoma
kolorektal merupakan tipe 16 dan 18.

ABSTRACT
Background : Colorectal cancer is the third malignant tumor in the world.
Ninety-five percent of colorectal cancers are adenocarcinomas derived from
precursor lesions adenoma. There are 15% -20% of cancers associated with viral
infections. Virus are suspected associated with colorectal cancer is the human
papilloma virus (HPV) and the most common types are 16 and 18. The
relationship between HPV and colorectal cancer is still being debated. This study
purpose to determine the prevalence differences of HPV infection in colorectal
adenomas and adenocarcinomas in the Department of Anatomic Pathology,
FKUI/RSCM Jakarta by using the polymerase chain reaction (PCR). Materials
and Methods : HPV DNA examination on 33 cases of adenoma and 33 cases of
colorectal adenocarcinoma by nested MY/GP PCR technique and electrophoresis.
In the cases with positive HPV results, continue by specific primers HPV 16 and
HPV 18 PCR. The subject of the study came from the Department of Anatomic
Pathology, FKUI/RSCM. Result : One (3.0%) adenomas and 3 (9.1%)
adenocarcinoma from 33 cases adenoma and adenocarcinoma are HPV positive.
One case of HPV positive adenomas are not types 16 and 18. HPV positive
adenocarcinoma, 1 case was type 16, two cases are combination of types 16 and
18. Conclusion : The HPV prevalence in adenocarcinoma was higher than
colorectal adenoma. HPV types on positive colorectal adenocarcinoma cases are
types 16 and 18., Background : Colorectal cancer is the third malignant tumor in the world.
Ninety-five percent of colorectal cancers are adenocarcinomas derived from
precursor lesions adenoma. There are 15% -20% of cancers associated with viral
infections. Virus are suspected associated with colorectal cancer is the human
papilloma virus (HPV) and the most common types are 16 and 18. The
relationship between HPV and colorectal cancer is still being debated. This study
purpose to determine the prevalence differences of HPV infection in colorectal
adenomas and adenocarcinomas in the Department of Anatomic Pathology,
FKUI/RSCM Jakarta by using the polymerase chain reaction (PCR). Materials
and Methods : HPV DNA examination on 33 cases of adenoma and 33 cases of
colorectal adenocarcinoma by nested MY/GP PCR technique and electrophoresis.
In the cases with positive HPV results, continue by specific primers HPV 16 and
HPV 18 PCR. The subject of the study came from the Department of Anatomic
Pathology, FKUI/RSCM. Result : One (3.0%) adenomas and 3 (9.1%)
adenocarcinoma from 33 cases adenoma and adenocarcinoma are HPV positive.
One case of HPV positive adenomas are not types 16 and 18. HPV positive
adenocarcinoma, 1 case was type 16, two cases are combination of types 16 and
18. Conclusion : The HPV prevalence in adenocarcinoma was higher than
colorectal adenoma. HPV types on positive colorectal adenocarcinoma cases are
types 16 and 18.]"
2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Rahadiani
"ABSTRAK
Latar Belakang :Karsinoma kolorektal (KKR) merupakan salah satu kanker tersering di dunia
dan menjadi beban kesehatan global. KKR dapat muncul melalui 4 jalur patogenenis yang
berbeda, salah satu di antaranya adalah serrated pathway. Pengaktifan jalur ini mengakibatkan
perubahan progresif lesi-lesi prekursor seperti polip serrated, termasuk di dalamnya sessile
serrated adenoma (SSA) dan tradisional serrated adenoma (TSA), menjadi karsinoma,
diantaranya adenokarsinoma serrated (AS). AS diduga memberikan prognosis yang buruk
terhadap pengobatan. Gambaran histomorfologi adenokarsinoma serrated lebih banyak
didasarkan pada kemiripan dengan lesi prekursor SSA atau TSA, sehingga sulit dikenali.
Penelitian ini bertujuan mengetahui persentasi AS diantara kasus KKR di Departemen Patologi
Anatomik FKUI/RSCM, dan mengetahui gambaran histomorfologi yang bermakna dalam
menandakan AS.
Bahan dan Metode :Dilakukan review slide dari kasus-kasus KKR yang tercatat di arsip
Departemen Patologi Anatomik FKUI/RSCM. Penilaian histomorfologi dilakukan berdasarkan
kriteria yang diajukan oleh Tuppurainen et al, meliputi epithelial serration, sitoplasma
eosinofilik, inti vesikuler, anak inti nyata, nekrosis, produksi musin, dan adanya cell balls. Kasus
dikategotikan ke dalam ?Pasti? dan ?Samar? AS, serta ?Klasik?. Dilakukan juga penilaian faktor
prognostik, berupa invasi limfovaskular, invasi perineural, infiltrasi limfosit, dan tumor budding.
Hasil :Didapatkan 41 kasus (35%) tergolong kategori ?Pasti? AS, 11 kasus (9.4%) tergolong
?Samar? AS, dan sisanya sebanyak 65 kasus (55.6%) tergolong kategori adenokarsinoma
?Klasik?. Didapatkan pula bahwa kriteria histomorfologi yang dapat dijadikan penanda serrated
adalah epithelial serration (p=0.029), anak inti nyata (p=0.041), dan nekrosis <10% (p=0.014).
Selain itu, didapatkan pula bahwa faktor-faktor yang berhubungan dengan morfologi serrated
adalah yaitu lokasi tumor (p=0.010), infiltrasi limfosit (p=0.000), dan tumor budding (p=0.012).
Kesimpulan :Adenokarsinoma serrated ditemukan 35% dari kasus-kasus adenokarsinoma kolon
di Departemen Patologi Anatomik FKUI/RSCM. Gambaran histomorfologi yang menandakan
adenokarsinoma serrated adalah adanya epithelial serration, anak inti nyata, dan nekrosis yang
sedikit.
Kata Kunci :Adenokarsinoma serrated, serrated pathway, histomorfologi, karsinoma
kolorektal.

ABSTRACT
Background: Colorectal carcinoma (CRC) is one of the most common cancers in the world and
become a global health burden nowadays. CRC may arise through 4 different pathways, one of
which is serrated pathway. Activation of this pathway results in progressive changes of precursor
lesions such as sessile serrated adenomas (SSA) and traditional serrated adenomas (TSA), into
carcinoma. One type of carcinomais serrated adenocarcinoma (SA), in which known to give a
poor prognosis to patient. Histomorphology overview shows that SA has similarity with SSA or
TSA, making it difficult to recognize. This study aims to determine the percentage of the SA
among cases of CRC in Department of Anatomical Pathology Faculty of Medicine Universitas
Indonesia/Cipto Mangunkusumo Hospital, and to know histomorphological features that are
meaningful in indicating SA.
Materials and Methods: CRC cases were collected from archive, and review slide was
conducted using morphological criteria proposed by Tuppurainen et al. This criteria includes
epithelial serration, eosinophilic cytoplasm, vesicular nuclei, prominent nucleolei, necrosis,
mucin production, and cell balls. Case were categorized into the "Definite" and "Pausy" SA, as
well as the "Classic". Assessment of prognostic factors, such as limfovascular invasion,
perineural invasion, infiltration of lymphocytes and tumor budding, were also conducted.
Results: There were 41 cases (35%) belong to the category of "Definite" SA, 11 cases (9.4%)
classified as "Pausy? SA, and 65 cases (55.6%) belong to the category of "Classic"
adenocarcinoma. Histomorphological analysis found that criteria showing significancy to SA
were epithelial serration (p = 0.029), prominent nucleolei (p = 0.041), and necrosis <10% (p =
0.014). Several factors showed relation to serrated morphology were location of the tumor (p =
0.010), infiltration of lymphocytes (p = 0.000), and tumor budding (p = 0.012).
Conclusion: Serrated adenocarcinoma were found approximately 35% among cases of colorectal
adenocarcinoma in the Department of Anatomical Pathology, Faculty of Medicine
/CiptoMangunkusumo Hospital. Histomorpoholigical features that indicates SA includes
epithelial serration, prominent nucleolei, and scanty necrosis.
Keywords: Serrated adenocarcinoma, serrated pathway, histomorphological features, colorectal
carcinoma"
2016
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rahadi Rihatmadja
"Sepengetahuan penulis, belum ada data koinfeksi VHS-2 dan T. pailidum pada individu yang terinfeksi HIV di Indonesia. Mengingat tingginya transmisi HIV melalui rute heteroseksual di Indonesia maka kiranya perlu dilakukan penelitian mengenai prevalensi kedua 1MS tersebut. Data yang diperoleh diharapkan dapat berguna bagi program pencegahan transmisi HIV di Indonesia. Diagnosis infeksi kedua IMS pada penelitian ini akan dinyatakan dengan kepositivan pemeriksaan serologik antibodi terhadap VHS-2 serta RPR dan TPHA.
Penelitian ini akan dilakukan di Poliklinik Kelompok Studi Khusus (Pokdisus) AIDS Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo - Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Kelompok ini dibentuk sejak ,kasus AIDS ditemukan pertama kali di Indonesia tahun 1986. Pokdisus AIDS mengerjakan berbagai aktivitas yang terkait dengan pengendalian HIVIAIDS, termasuk pendidikan dan pelatihan di bidang kesehatan, Iayanan telepon hotline khusus AIDS, konseling dan pemeriksaan laboratorium, akses ke fasilitas diagnostik dan pengobatan, dan juga berfungsi sebagai pusat rujukan. Dalam kegiatannya tersebut Pokdisus AIDS telah membantu Iebih dari 1000 orang penderita infeksi HIVIAIDS memperoleh ()bat antivirus sejak tahun 1999. Dalam dua tahun terakhir, Pokdisus AIDS menangani kira-kira 700-800 kasus infeksi HIV baru. Selain kegiatan medis, Pokdisus AIDS juga melakukan berbagai penelitian pada populasi penderita HIVIAIDS khususnya di Jakarta. Dari penelitian yang pemah dilakukan, dapat dikemukakan di sini bahwa herpes simpleks merupakan salah satu infeksi oportunistik yang sering dijumpai, dan infeksi HIV di kalangan IDU amat tinggi, hingga mencapai 80%.
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:
5
1. Berapakah proporsi kepositivan pemeriksaan antibodi (IgG) terhadap VHS-2 pada pasien HIV/AIDS yang berobat di Pokdisus AIDS RSCM/FKUI?
2. Berapakah proporsi kepositivan pemeriksaan serologik terhadap Treponema pallidum (RPR dan TPHA) pada pasien HIVIAIDS yang berobat di Pokdisus AIDS RSCM/FKUI?
3. Faktor sosiodemografi dan perilaku seksual apakah yang berhubungan dengan kepositivan pemeriksaan IgG VHS-2, RPR dan TPHA pada pasien HIVIAIDS yang berobat di Pokdisus AIDS RSCM/FKUI?
"
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T21451
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Grace Wilmayanti
"Salah satu media cetak yang umum dimanfaatkan oleh Puskesmas untuk upaya kesehatan promotif adalah poster. Kanker serviks menjadi kasus kanker penyebab kematian tertinggi nomor tiga dengan jumlah 21.003 (9,0%) di Indonesia. Penyebab kanker serviks diketahui adalah HPV (Human Papilloma Virus) sub-tipe onkogenik, terutama sub-tipe HPV16 dan 18. Vaksinasi HPV efektif dalam menstimulasi terbentuknya antibodi untuk memberikan perlindungan terhadap infeksi HPV. Pertambahan kasus baru dan kematian akibat kanker serviks di Indonesia mendorong vaksin HPV menjadi vaksin wajib diberikan sebagai bagian dari program Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS). Program vaksinasi HPV perlu diikuti dengan edukasi untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat dalam rangka menurunkan angka morbiditas dan mortalitas kanker serviks akibat infeksi HPV. Studi literatur dilakukan untuk mengumpulkan informasi terkait kejadian kanker serviks serta program vaksinasi HPV yang sudah dilaksanakan dalam rangka menurunkan angka morbiditas dan mortalitas akibat infeksi HPV. Informasi hasil studi literatur yang dicantumkan dalam poster meliputi statistik pertambahan kasus serta kematian akibat kanker serviks di Indonesia tahun 2020, infeksi HPV, efektivitas dan keamanan vaksin HPV, biaya vaksinasi HPV melalui program BIAS, target dan dosis vaksinasi. Intervensi oleh tenaga kesehatan, misal apoteker menggunakan media poster dapat meningkatkan efektivitas media poster terhadap pengetahuan pasien dan/atau masyarakat.

One of the common print media used by Sub-District Health Centers for promotional health program is posters. Cervical cancer is the third highest cause of cancer cases with 21,003 (9.0%) in Indonesia. The cause of cervical cancer is known to be oncogenic sub-types of HPV (Human Papilloma Virus), especially sub-types HPV16 and 18. HPV vaccination is effective in stimulating the formation of antibodies to provide protection against HPV infection. The increase in new cases and deaths due to cervical cancer in Indonesia has pushed the HPV vaccine to become a mandatory vaccine given as part of the School Immunization Month (BIAS) program. The HPV vaccination program needs to be followed by education to increase public knowledge and awareness. A literature study was carried out regarding the incidence of cervical cancer and the HPV vaccination program that has been implemented to reduce morbidity and mortality rates. Information on the results of literature studies included in the poster are statistics on the increase in cases and deaths due to cervical cancer in Indonesia in 2020, HPV infections, effectiveness and safety of the HPV vaccine, costs of free HPV vaccination through the BIAS program, vaccination targets and doses. Intervention by pharmacists using poster media, can increase the effectiveness of poster media on patient and/or public knowledge.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Novita Rizka Wardhani
"Latar belakang: Kota Depok mengalami kenaikan 110 kasus kanker serviks pada 2021-2022. Sebagian besar kasus kanker serviks disebabkan oleh infeksi human papillomavirus (HPV). Program imunisasi HPV di Indonesia terintegrasi dengan imunisasi sekolah. Cakupan HPV nasional pada 2021 adalah 78,5% pada dosis 1 dan 60,6% pada dosis 2 dan data cakupan terakhir Kota Depok tahun 2023 adalah 85,3% (di bawah target 90%). Cakupan imunisasi bergantung pada peran orang tua sebagai pemegang keputusan imunisasi anak. Penelitian ini bertujuan untuk mencari determinan status imunisasi HPV anak terutama dari aspek orang tua dan mendapatkan informasi alasan anak tidak menerima vaksin. Metode: Desain studi yang digunakan adalah cross sectional dengan teknik cluster random sampling. Studi ini melakukan analisis univariat dengan menggunakan distribusi frekuensi dan analisis bivariat menggunakan regresi logistik. Hasil: Cakupan imunisasi HPV pada populasi sampel 79,2%. Dua alasan terbanyak mengapa anak tidak vaksin adalah tidak mendapatkan informasi dari sekolah (41,5%) serta anak sakit atau tidak masuk sekolah (26,8%). Analisis bivariat menunjukkan bahwa persepsi hambatan orang tua yang rendah (OR 3,57; 95% CI: 1,69-7,51) dan orang tua yang mendapatkan cukup dukungan informasi dari penyedia layanan (OR 2,86; 95% CI 1,14-7,22) memiliki odds yang lebih besar untuk mendapatkan imunisasi HPV. Kesimpulan: Banyaknya orang tua/wali yang tidak mendapatkan informasi dari sekolah dan anak tidak hadir saat jadwal imunisasi, menyiratkan perlu adanya evaluasi prosedur penyampaian informasi serta tindakan proaktif dalam menghubungi orang tua/wali dari anak yang melewatkan imunisasi secara berulang.

Background: Depok City experienced an increase of 110 cervical cancer cases in 2021-2022. Most cases of cervical cancer are caused by human papillomavirus (HPV) infection. The HPV immunization program in Indonesia is integrated with school immunization. The national HPV coverage in 2021 is 78.5% at dose 1 and 60.6% at dose 2 and the latest coverage data for Depok City in 2023 is 85.3% (below the 90% target). Immunization coverage depends on the role of parents as decision makers for child immunization. This study aims to find the determinants of children's HPV immunization status, especially from the parents' aspect and get information on the reasons why children do not receive the vaccine. Methods: The study design used was cross sectional with cluster random sampling technique. This study conducted univariate analysis using frequency distribution and bivariate analysis using logistic regression. Results: HPV immunization coverage in the sample population was 79.2%. The top two reasons for not vaccinating children were lack of information from the school (41.5%) and sickness or absence from school (26.8%). Bivariate analysis showed that low perceived parental barriers (OR 3.57; 95% CI: 1.69-7.51) and parents who received enough information support from providers (OR 2.86; 95% CI 1.14-7.22) had greater odds of HPV immunization. Conclusions: The high number of uninformed parents/guardians from schools and missed immunizations implies the need to evaluate information delivery procedures and proactively contact parents/guardians of recurrent missed immunizations."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
R. Anna Tjandrajani
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia , 1999
T59104
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1989
362.11 UNI s (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Rayhan Farandy
"Pendahuluan : Biospesimen adalah sampel material berasal dari bagian makhluk hidup yang mengandung materi genetik berupa DNA. Untuk mendapatkan DNA dengan kualitas baik, diperlukan juga biospesimen dengan kualitas baik. Salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas DNA adalah lama waktu penyimpanan. Namun, beberapa penelitian menunjukkan hasil yang berbeda mengenai hubungan waktu penyimpanan dengan kualitas DNA. Sehingga, penelitian ini akan menganalisis kualitas DNA pada jaringan segar yang disimpan di atas dua tahun dan di bawah dua tahun. Kualitas DNA ini akan dinilai dengan tiga indikator, yakni kemurnian, konsentrasi, dan fragmentasi.
Metode : Penelitian ini adalah penelitian analitik retrospektif menggunakan 50 sampel jaringan segar kanker yang disimpan pada suhu -80oC milik Biobank Riset-FKUI RSCM tahun 2015-2018. Sampel dibagi dalam 2 kelompok yaitu kelompok waktu penyimpanan di atas 2 tahun dan di bawah 2 tahun. Uji kualitas sampel ini dilakukan dengan alat Nanodrop Thermoscientific 2000 untuk kemurnian serta konsentrasi dan Qubit Fluorometer 2.0 untuk konsentrasi DNA utuh serta Elektroforesis Gel Agarosa untuk melihat ada tidaknya fragmentasi fragmentasi DNA. Data yang diperoleh kemudian dianalisis menggunakan Mann-Whitney untuk data numerik (kemurnian dan konsentrasi), dan Chi-Square untuk data kategorik (tingkat fragmentasi). Penelitian ini sudah lulus kaji etik dengan izin etik no: KET-208/UN2.F1/ETIK/PPM.00.02/2019.
Hasil : Tidak terdapat perbedaan rerata kemurnian DNA yang diukur dengan nanodrop (p = 0,96), Konsentrasi DNA utuh (p = 0,145) dan Fragmentasi DNA (p = 0,055) pada jaringan segar yang disimpan di atas di bawah dua tahun. Namun, konsentrasi DNA total jaringan segar yang diukur menggunakan nanodrop secara signifikan lebih tinggi pada kelompok lama waktu penyimpanan dibawah 2 tahun (p = 0,025).
Kesimpulan : Penyimpanan jaringan segar di atas 2 tahun pada suhu -80o C tidak mempengaruhi Kemurnian DNA, konsentrasi DNA utuh dan Tingkat Fragmentasi DNA. Namun, penyimpanan di atas 2 tahun mempengaruhi konsentrasi DNA total.

Introduction : Biospecimen is a sample material from living thing’s part that contains a genetic material named DNA. To get DNA with a good quality, needed a good quality biospecimen too. One factor that affects DNA quality is storage duration. Nevertheless, different researches shows different results about storage duration correlation with DNA quality. Therefore, this research will analyze the quality of DNA on fresh frozen tissues that were stored above two years and below two years. This DNA quality was analyzed by three indicators, which was purity, concentration, fragmentation.
Method : The study of this research was retrospective analytic observasional using 50 fresh cancer tissue that was stored at -80oC temperature in Biobank Riset-FKUI RSCM from 2015-2018. Samples were divided into two groups, the one with storage duration over two years and under two years. The quality test was carried out with a Nanodrop Thermoscientific 2000 for purity and concentration, Qubit Fluorometer 2.0 for intact DNA concentration, Agarose Gel Electrophosis to see whether there was fragmentation of DNA or not. The datas obtained were then analyzed using Mann-Whitney for numerical data (purity and concentration), and Chi-Square for categorical data (fragmentation rate). This research has passed the ethical review with ethics permit no: KET-208/UN2.F1/ETIK/PPM.00.02/2019.
Results : There were no differences in the average Nanodrop purity (p = 0,96), Qubit concentration (p = 0,145), and fragmentation (p = 0,055) in fresh tissue stored above and under two years. However, there were differences in the average concentration using Nanodrop concentration (p = 0,025) in fresh tissue stored above and below two years.
Conclusion : The storage duration in fresh frozen tissue didn’t affect the yield of Nanodrop purity, Qubit concentration, and fragmentation. However, the storage period in fresh frozen tissue affected the Nanodrop concentration.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raden Muhammad Ali Fathoni
"ABSTRAK
Meningkatnya jumlah spesimen yang masuk ke Laboratorium Parasitologi FKUI tanpa disertai penambahan SDM menyebabkan hasil pemeriksaan terlambat diberikan. Oleh karena itu, Laboratorium Parasitologi bermaksud menambah jumlah SDM. Penelitian ini bertujuan untuk menghitung kebutuhan SDM menggunakan metode WISN. Penelitian dilakukan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Juni 2013. Pengambilan data dilakukan dengan telaah dokumen untuk mendapatkan data sekunder dan wawancara mendalam serta focus group discussion untuk mendapatkan data primer. Kategori SDM yang dianalisis adalah analis, biolog dan dokter. Tugas utama analis adalah mengambil spesimen, membuat sediaan dan mengidentifikasinya. Tugas utama biolog adalah mengidentifikasi spesimen dan tugas utama dokter adalah verifikasi spesimen serta menandatangani hasil pemeriksaan. Perhitungan SDM menggunakan WISN menunjukkan jumlah SDM yang dibutuhkan adalah 10 orang analis, 2 orang biolog dan 1 orang dokter namun jumlah analis yang ada saat ini adalah 7 orang, biolog 5 orang dan dokter juga 5 orang. Hasil tersebut menunjukkan Laboratorium Parasitologi kekurangan 3 analis, kelebihan 3 biolog dan 4 dokter. WISN rasio untuk analis 0.7, biolog 2.5 dan dokter 5.0 yang menunjukkan bahwa analis mengalami tekanan beban kerja yang tinggi sedangkan biolog dan dokter memiliki tekanan kerja yang rendah. Dengan demikian diusulkan untuk menambah 3 analis serta mempekerjakan dua biolog dan 1 dokter secara penuh
waktu.

ABSTRACT
As the increasing amount of specimen which come to FKUI's Parasitology Laboratory without any additional of human resources, causes examination result is late to be given. Therefore, Parasitology Laboratory intends to add the number of human resources. This study aims to count the needs of human resources using WISN method. This study was conducted in February - June 2013. The data was taken by analyzing the documents to obtain secondary data, interviewing and focusing group discussion to get the primary data. The analysis of human resources categorized as analyst, biologist and doctor. The main job of the analysts were taking the specimen, making slide and identifying it. The main job of biologist is identified the specimen, while the job of the doctors were verifying the specimen and sign the laboratory test result. The calculation of human resources using WISN method shows the number of human resources needed are: 10 analysts, 2 biologists and 1 doctor. However, the existing human resources were 7 analysts, 5 biologists and 5 doctors. It shows that Parasitology Laboratory lack of 3 analysts and they have more on the biologists and doctors. The ratio of WISN for analyst is 0.7, biolog 2.5 and doctor 5.0 which means that the analysts have a high pressure on their work load while the doctors and biologists have a low work pressure. In conclusion, it is suggested to add 3 analysts and hire 2 fulltime biologists and 1 doctor."
2013
T40849
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pillipus Resar Andreano
"Latar belakang. Berdasarkan WHO, lesi-lesi prekursor dapat berkembang menjadi karsinoma kolorektal melalui 2 jalur yaitu adenoma - carcinoma sequence dan serrated pathways. Adenoma carcinoma sequence diawali sel atipik - adenoma displasia ringan - adenoma displasia keras -karsinoma kolorektal, sedangkan serrated pathways dimulai dari aberrant crypt foci (ACF) - polip hiperplastik - serrated adenoma (SA) - karsinoma kolorektal. Salah satu komponen penting pada lesi tersebut adalah musin yang berfungsi untuk melindungi lapisan mukosa saluran pencernaan. Musin dapat mengalami perubahan pada tumor ganas yang berperan dalam proses diferensiasi, proliferasi dan invasi sel tumor. Kepustakaan mengatakan bahwa pulasan IHK Mucin-6 (MUC6) dapat digunakan sebagai penanda bagi serrated adenoma dan adenoma konvensional displasia keras.
Tujuan. Untuk mengetahui ekspresi MUC6 aberrant di sitoplasma sel epitel kripta mukosa kolorektal pada serrated adenoma (SA) dan adenoma konvensional displasia keras.
Bahan dan cara. Penelitian ini dilakukan secara retrospektif, menggunakan studi analitik deskriptif potong lintang, dengan mengumpulkan kasus serrated adenoma (SA) dan pembanding menggunakan kasus adenoma konvensional displasia keras masing-masing 20 kasus. Dilakukan pulasan immunohistokimia (IHK) Mucin-6 (MUC6) terhadap semua kasus.
Hasil. Indeks ekspresi MUC6 aberrant kelompok serrated adenoma menunjukkan hasil sedang-kuat pada sebagian besar kasus, sedangkan kelompok adenoma konvensional displasia keras menunjukkan hasil negatif dan positif lemah pada sebagian besar kasus. Maka dapat disimpulkan terdapat hubungan bermakna antara ekspresi MUC6 aberrant pada kelompok serrated adenoma (SA) dan adenoma konvensional displasia keras, dengan nilai p=0,005.
Kesimpulan. Terdapat hubungan bermakna antara ekspresi MUC6 aberrant kelompok kasus serrated adenoma (SA) dan adenoma konvensional displasia keras.

Background. Based on WHO, precursor lesions can develop into colorectal carcinoma through two pathways, namely adenoma - carcinoma sequence pathways and serrated pathways. Adenoma carcinoma sequence begins atypical cells - adenoma with mild dysplasia - adenoma with severe dysplasia - colorectal carcinoma, whereas serrated pathways begins aberrant crypt foci (ACF) - hyperplastic polyps - serrated adenoma (SA) - colorectal carcinoma. One of the important components of the lesion is the mucin layer which serves to protect the gastrointestinal mucosa. Mucin may experience changes in malignant tumors which play a role in the differentiation, proliferation and invasion of tumor cells. The literature says that the outward appearance of IHC Mucin-6 (MUC6) can be used as a marker for serrated adenoma and conventional adenoma with severe dysplasia.
Objective: To find expression aberrant of MUC6 in the cytoplasm of epithelial cells in the colorectal mucosal crypts serrated adenoma (SA) and conventional adenoma with severe dysplasia.
Materials and method. This study was conducted retrospectively, using a crosssectional descriptive analytic study, by collecting case serrated adenoma (SA) and a comparison using conventional adenoma with severe dysplasia case each of the 20 cases. Do outward MUC6 immunohistochemistry staining in all cases.
Results. Index aberrant expression of Mucin-6 (MUC6) serrated adenoma group showed moderate to strong results in most cases, while the conventional adenoma with severe dysplasia was negative and weakly positive in most cases. So we can conclude there is a relationship between the aberrant expression of Mucin-6 (MUC6) in the serrated adenoma (SA) group and conventional adenoma with severe dysplasia, with p= 0.005.
Conclusion. There is a relationship between the aberrant expression of Mucin-6 (MUC6) serrated adenoma (SA) group and conventional adenoma with severe dysplasia.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T58694
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>