Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 162967 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nurul Evi
"[Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan efektivitas mengunyah permen karet dan intervensi mobilisasi dini. Sebuah penelitian time series, 46 wanita pasca bedah sesar elektif dengan anestesi spinal dibagi ke dalam dua kelompok. Uji man-whitney dan chi-square digunakan untuk analisis statistik. Frekuensi bising usus (7 ± 5-10 dibanding 6 ± 1-8,). Waktu pertama kali flatus (7 ± 6-10 dibanding
16 ± 11-20), secara signifikan lebih cepat muncul pada kelompok mengunyah permen karet dan intervensi mobilisasi dini dibandingkan dengan yang intervensi mobilisasi dini. Nilai masing-masing p=0,00 dan p=0,00. Mengunyah permen karet dan intervensi mobilisasi dini efektif dalam mempercepat pengembalian motilitas usus pasca bedah sesar dan dapat digunakan sebagai manajemen protokol pasca operasi;The aim of study was to prove the effectiveness of gum‑chewing and early mobilization intervention. A time series study with fourty-six women for elective caesarean section under spinal anaesthesia were divided into two groups. The Student’s man-whitney and chi‑square test were used for statistical analysis. The frequency of bowel sounds (7 ± 5-10 vs 6 ± 1-8). The first passage of flatus (7 ±
6-10 vs 16 ± 11-20), were significantly reduced in patients that chewed gum and early mobilization intervention compared with early mobilization intervention. p=0,00 and p=0,00, respectively. Gum‑chewing and early mobilization intervention have a beneficial effect on early return of bowel function following cesarean section and should be included in the postoperative management protocol., The aim of study was to prove the effectiveness of gum‑chewing and early
mobilization intervention. A time series study with fourty-six women for elective
caesarean section under spinal anaesthesia were divided into two groups. The
Student’s man-whitney and chi‑square test were used for statistical analysis. The
frequency of bowel sounds (7 ± 5-10 vs 6 ± 1-8). The first passage of flatus (7 ±
6-10 vs 16 ± 11-20), were significantly reduced in patients that chewed gum and
early mobilization intervention compared with early mobilization intervention.
p=0,00 and p=0,00, respectively. Gum‑chewing and early mobilization
intervention have a beneficial effect on early return of bowel function following
cesarean section and should be included in the postoperative management
protocol.]"
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2015
T44293
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Saragih, Betty Luinta
"Gangguan sistem muskuloskeletal dapat terjadi pada semua usia dan mempengaruhi kualitas hidup penderitanya. Masalah sistem ini dapat mengakibatkan peningkatan angka morbiditas dan mortalitas bila tidak ditangani dengan segera dan tepat. Intervensi keperawatan berdasarkan hasil telaah bukti dalam praktik keperawatan medikal bedah diperlukan dalam memperoleh pelayanan professional dan berkualitas. Praktik Ners Residensi Spesialis dilakukan untuk mengimplementasikan peran Ners Spesialis sebagai care giver, pendidik, pengelola pelayanan keperawatan, peneliti, pembaharu dan pelaksana tugas berdasarkan pelimpahan wewenang. Peran Ners Spesialis sebagai care giver dilakukan secara langsung pada 1 klien sebagai kasus kelolaan utama dengan Osteoarthritis genu bilateral dan 30 klien sebagai kasus resume dengan variasi penyakit menggunakan pendekatan teori self-care Orem. Peran Ners Spesialis sebagai edukator selain dilakukan terhadap pasien juga dengan rekan sejawat di tatanan pelayanan rumah sakit melalui kegiatan journal reading berdasarkan fenomena lapangan. Peran Ners Spesialis sebagai peneliti dengan penerapan EBN (Evidence Based Nursing) menggunakan chewing gum sebagai pencegahan postoperative ileus pada fraktur hip. Sedangkan, peran Ners Spesialis sebagai pembaharu dengan melakukan proyek inovasi berupa pengkajian awal risiko deep vein thrombus (DVT) menggunakan “Autar Scale” sebagai pemikiran dasar dalam melakukan asuhan keperawatan terhadap klien gangguan ekstremitas bawah.

Musculoskeletal system disorders can occur at any age and affect the quality of life of sufferers. If not treated promptly and appropriately, this disorder can lead to increased morbidity and mortality. Nursing interventions based on the results of evidence review in medical surgical nursing practice are necessary in order to obtain professional and quality services. The Specialist Nurse Residency Practice is carried out to implement the role of Specialist Nurse as a care giver, educator, manager of nursing services, researcher, reformer, and executor of duties based on delegation of authority. The role of the Specialist Nurse as a care giver is carried out directly to 1 client as the main case managed with bilateral genu Osteoarthritis and 30 clients as resume cases with a variety of diseases. Orem's self-care theory is utilized as an approach of the research. The role of Specialist Nurses as educators is carried out not only for patients but also with colleagues in the hospital service setting through journal reading activities based on the field phenomena. The role of the Specialist Nurse as a researcher with the application of EBN (Evidence Based Nursing) is using chewing gum as a prevention of postoperative ileus in hip fractures. Meanwhile, the role of the Specialist Nurse as a reformer is carrying out an innovative project in the form of initial risk assessment of deep vein thrombus (DVT) using the "Autar Scale" as the core idea in carrying out nursing care for patients with lower limb disorders."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Eka Nurian Sharfina Irianto
"Karies gigi merupakan penyakit periodonsium yang terjadi akibat demineralisasi enamel gigi oleh asam yang berasal dari aktivitas bakteri kariogenik, khususnya Streptococcus mutans. Permen karet terbukti ampuh membantu pencegahan karies gigi dengan menstimulasi aliran saliva sehingga dapat mengurangi nutrisi bagi bakteri kariogenik. Dalam penelitian ini permen karet bebas gula diformulasikan dengan menggunakan lateks jelutong (Dyera costulata) sebagai komponen kunyahan dasar permen karet dengan penambahan zat aktif antibakteri berupa lilin propolis (1-5%) untuk menginhibisi aktivitas bakteri S. mutans sebagai upaya pencegahan karies gigi.
Hasil karakterisasi (DSC dan TGA) lateks jelutong menunjukkan bahwa lateks tersebut memiliki suhu Tg pada -22,46 ºC dan 33,86 ºC, serta mengandung komponen volatil (14,96%), komponen polimer (84,43%), komponen organik (0,36%), dan komponen anorganik (0,25%). Lilin propolis yang digunakan sebagai zat aktif permen karet merupakan produk samping pemurnian raw propolis Apis mellifera yang tersusun atas komponen resin dan lilin. Senyawa flavonoid yang berperan sebagai antibakteri pada propolis, disinyalir masih terkandung dalam lilin propolis sehingga diduga kuat bahwa lilin propolis memiliki sifat antibakteri selayaknya propolis. Hasil pengujian in vitro menunjukkan bahwa dengan konsentrasi 5% dalam sediaan permen karet bebas gula, lilin propolis 80% lebih efektif menginhibisi aktivitas S.mutans dalam pembentukan biofilm plak gigi relatif terhadap kontrol negatif (tanpa permen karet).

Dental caries is a periodontium disease caused by demineralization of tooth surface by organic acid as the result of cariogenic bacteria metabolism, especially Streptococcus mutans. Chewing gum has been proven to help prevent dental caries formation by stimulating salivary flow thus reduce the nutrients for cariogenic bacteria. In this study, sugar-free chewing gum are formulated by using latex from jelutong (Dyer costuata) with the addition of propolis wax (1-5%) as the antibacterial agent to inhibit the activity of S. mutans to prevent biofilm formation which is an earlier stage of dental caries.
Characterization of latex jelutong (DSC and TGA) shows that the latex has a temperature Tg at -22.46 ° C and 33.86 ° C, and contain volatile components (14.96%), the polymer component (84.43%), organic components (0.36%), and the inorganic component (0.25%). Propolis wax that used in this formulation is a by-product of raw propolis Apis mellifera purification which generally composed of resin and wax. Flavonoids which act as antibacterial compound in propolis, presumably also contained in propolis wax, so allegedly it also have the antibacterial properties of propolis. The in vitro test showed that 5% of propolis wax in sugar-free chewing gum is able to prevent the formation of dental caries by inhibiting biofilm formation up to 80% more effective relative to the negative control (without chewing gum).
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S65001
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yonda Gestaningrum
"Tesis ini disusun untuk menilai pengaruh latihan Functional Chewing terhadap fungsi mengunyah pasien anak palsi serebral dengan disfagia fase orofaringeal menggunakan metode penelitian evidence-based case report (EBCR). Pencarian literatur dilakukan pada Cochrane, Pubmed, Science direct, Oxford Academic dan Sage Journals sesuai dengan pertanyaan klinis. Penelitian ini menggunakan meta-analisis pada kedua jurnal yang didapat untuk menilai kualitasnya berdasarkan validitas, kepentingan dan aplikabilitasnya. Dari hasil meta-analisis didapatkan bahwa subjek penelitian adalah disfagia orofaringeal pada anak palsi serebral dengan GMFCS level V dan indikator kemampuan mengunyah Karaduman Chewing Performance Scale (KCPS) 4 yang mendapatkan latihan Functional Chewing memiliki kemampuan mengunyah yang lebih baik dibandingkan yang mendapatkan latihan oromotor tradisional. Kesimpulan penelitian ini adalah latihan Functional Chewing dapat meningkatkan kemampuan mengunyah pada pasien anak palsi serebral dengan disfagia fase orofaringeal.

This thesis was designed to assess the effect of Functional Chewing exercise on the chewing function of children with cerebral palsy with oropharyngeal dysphagia using an evidence-based case report (EBCR) research method. A literature search was performed on Cochrane, Pubmed, Science direct, Oxford Academic and Sage Journals according to clinical questions. This study uses a meta-analysis of the two journals obtained to assess their quality based on their validity, importance and applicability. From the results of the meta-analysis, it was found that the research subject was oropharyngeal dysphagia in children with cerebral palsy with GMFCS level V and the Karaduman Chewing Performance Scale (KCPS) 4 chewing ability indicator who received Functional Chewing exercise had better chewing ability than those who received traditional oromotor exercise. The conclusion of this study is that Functional Chewing exercises can improve chewing ability in children with cerebral palsy with oropharyngeal dysphagia."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Savendra Pratama
"Latar Belakang: Karies gigi merupakan penyakit yang dialami oleh masyarakat Indonesia, disebabkan oleh proses demineralisasi jaringan keras gigi. Saliva adalah faktor perlindungan alami terhadap karies yang dapat distimulasi oleh pengunyahan permen karet yang mengandung xylitol.
Tujuan: Mengetahui pengaruh pengunyahan permen karet yang mengandung xylitol terhadap laju aliran saliva.
Metode: Penelitian menggunakan metode cross-over. Total subyek 30 anak diberikan 3 macam perlakuan (pengunyahan parafin, 2 buah dan 4 buah permen karet yang mengandung xylitol) selama 5 menit. Pemeriksaan menggunakan gelas ukur salivary test kit GC.
Hasil penelitian: Uji statistik ANOVA 1 arah menunjukkan perbedaan bermakna (p < 0,05) antara semua kelompok.
Kesimpulan: Terjadi peningkatan laju aliran saliva dengan pengunyahan permen karet yang mengandung xylitol dan peningkatan terjadi seiring dengan penambahan jumlah permen karet yang mengandung xylitol.

Background: Dental caries is a common oral disease to the Indonesians, which is caused by demineralization of tooth?s hard tissues. Saliva is a natural protective agent against caries that can be stimulated by chewing xylitol chewing gum.
Objective: To identify the effect of chewing xylitol chewing gum on salivary flow rate.
Method: Cross-over method. Thirty children having decayed and filled tooth ≥ 3 teeth are given 3 kinds of treatment (chewing paraffin, chewing 2 pieces, and chewing 4 pieces of xylitol chewing gum) on a 5-minute basis. Salivary flow rates are evaluated using GC salivary test kit metric cups.
Result: Statistical evalution of one-way ANOVA shows significant differences (p<0,05) between all groups.
Conclusion: There is an increase of salivary flow rate after chewing xylitol chewing gum, and the increase is proportional to the amount of the chewing gum."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Theresia Dhearine
"Latar Belakang : Karies adalah penyakit gigi yang sering terjadi di Indonesia. Saliva berperan dalam terjadinya karies. Saat ini xylitol dapat mencegah karies dan belum ada penelitian yang melihat pengaruh xylitol terhadap pH saliva.
Tujuan: mengetahui pengaruh mengunyah permen karet yang mengandung xylitol terhadap perubahan nilai pH saliva. Metode: 30 anak berusia 10-12 tahun diberikan tiga perlakuan: mengunyah parafin, 2 permen karet xylitol, dan 4 permen karet xylitol selama 5 menit. Data dianalisis dengan uji statistik dengan p<0,05.
Hasil: Kelompok sebelum dan sesudah parafin, 2 xylitol, serta 4 xylitol didapat masing-masing nilai p=0,000; kelompok sesudah parafin dengan sesudah 2 xylitol (p=0,472); kelompok sesudah parafin dengan sesudah 4 xylitol (p=0,000).
Kesimpulan: Peningkatan pH saliva terjadi seiring dengan bertambahnya jumlah permen karet xylitol.

Background: Dental caries is one of the common dental health problem in Indonesia. Saliva has a role in caries process. Recently, xylitol usage can prevent dental caries and no research has studied the effect on salivary pH.
Objective: Identify the effect of xylitol xhewing gum on salivary pH.
Method: 30 subjects aged between 10-12 years will get three kinds of treatment (cross-over method): chewing paraffin, 2 pieces of xylitol chewing gum, and 4 pieces of xylitol chewing gum on a 5 minute basis. The research data will be evaluated with statistic analysis (p<0,05).
Result: Before and after parafin, 2 xylitol, and 4 xylitol p=0,000; between parafin and 2 xylitol p=0,472; between parafin and 4 xylitol p=0,000.
Conclusion: The increase of salivary pH is proportional to the amount of the gum chewed."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Edward Dwingadi S.
"Latar Belakang: Karies gigi merupakan penyakit yang sangat umum terjadi di Indonesia. Faktor - faktor yang menyebabkan karies gigi antara lain peningkatan retensi dan akumulasi plak, asam organic pada gigi, penggunaan flour, frekuensi diet asam dan karbohidrat, serta factor pelindung dari pelikel dan saliva. Salah satu cara untuk mencegah terjadinya karies gigi adalah dengan penggunaan xylitol sebagai pemanis pengganti gula karena tidak bisa difermentasi oleh bakteri.
Tujuan: Mengetahui pengaruh mengunyah sejumlah permen karet xylitol terhadap kapasitas buffer saliva. Metode: Menggunakan cross-over, melibatkan 30 anak berusia 10-12 tahun yang memiliki gigi karies atau ditambal ≥ 3. Setiap subyek diberikan tiga perlakuan, yaitu: pengunyahan parafin, pengunyahan 2 buah permen karet xylitol, dan pengunyahan 4 buah permen karet xylitol. Pemeriksaan kapasitas buffer saliva menggunakan Salivary Check merek GC. Data hasil penelitian ini dianalisis dengan menggunakan pengukuran statistic Kruskall- Wallis dan U Mann - Whitney.
Hasil: Terdapat perbedaan yang bermaknaan nilai kapasitas buffer setelah pengunyahan antara parafin, 2 buah xylitol, dan 4 buah xylitol (p<0,05). Simpulan: Terjadi peningkatan kapasitas dapar saliva setelah mengkonsumsi permen karet yang mengandung xylitol dan peningkatan ini terjadi seiring dengan bertambahnya jumlah permen karet yang mengandung xylitol.

Background: Dental caries is a very common disease in Indonesia. Factors that cause dental caries are increased retention and accumulation of plaque, increased production of organic acids at tooth interface, usage of fluoride, frequency carbohydrate and dietary acids, and the protective factors of pellicle and saliva. One of ways to prevent dental caries is by using xylitol as alternative sweeteners because bacteria can?t fementized it.
Objectives: To identify the effect of chewing gum that contains xylitol on salivary buffer capacity. Method: Using cross-over method, involving 30 subject aged between 10-12 years who have carious and restored teeth ≥ 3. Every subject will get three kinds of treatment for 5 minutes: chewing paraffin, chewing 2 xylitol chewing gum, and chewing 4 xylitol chewing gum. Salivary buffer capacity is checked with Salivary Test kit from GC. The research data was analized with Kruskall-Wallis and U Mann Whitney.
Result : There were reasonable level of significance of salivary buffer capacity after chewing paraffin, 2 pieces of xylitol, and 4 pieces of xylitol (p<0,05).
Conclusion: Salivary buffer capacity increased after consuming chewing gum that contains xylitol and the increasing along with the chewing gum amount."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fajar Prana
"Kerugian jatuh tekanan (pressure drop) berkaitan dengan koefisien gesek dan merupakan hal yang penting dari sistem aliran fluida di dalam pipa karena berhubungan dengan penggunaan energi. Air murni merupakan salah satu dari fluida-fluida sederhana yang digunakan pada penelitian kerugian jatuh tekan. Air merupakan fluida newtonian dimana viskositasnya hanya berpengaruh oleh perubahan temperatur. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh penambahan biopolimer xanthan gum terhadap nilai jatuh tekanan pada pipa spiral Ø 27mm dengan berbagai variasi konsentrasi yang berbeda, yaitu 150 ppm, 250 ppm dan 350 ppm. Aliran fluida memiliki karakteristik pokok (laminer atau turbulen). Didapat bahwa larutan xanthan gum mengalami pengurangan hambatan pada aliran turbulen. Percobaan dilakukan dari bilangan Reynolds rendah sampai tertinggi yaitu 25861 dengan rasio penurunan hambatan maksimumnya adalah 62,60%. Nilai Bilangan Reynolds yang tinggi berarti ada kecepatan aliran yang tinggi, perluasan fluida dan viskositas yang kecil. Gesekan antara fluida dan dinding pipa mengalami penurunan mengindikasikan keefektifan bahan uji sebagai drag reduction agent yang dapat dilihat dari koefisien gesek terhadap grafik Blasius.
Dari pengujian ini didapatkan data debit aliran, perbedaan ketinggian air dan kecepatan aliran. Spesifikasi dari alat pengujian yang diperlukan juga didapatkan untuk diolah menggunakan persamaan-persamaan empiris sehingga didapatkan hasil pengolahan, tampilan grafik hasil pengolahan yang akan dibandingkan dengan grafik secara teoritis. Grafik yang ditampilkan merupakan hubungan antara Bilangan Reynolds dan koefisien gesek dimana semakin kecil Bilangan Reynolds (laminer) maka akan semakin tinggi koefisien gesek pada. Perbedaan ketinggian air melalui alat ukur (pressure gauge) juga menunjukan besar kecilnya kerugian energi tersebut. Semakin tinggi perbedaan ketinggian air antar tiap titik alat pengukur tekanan maka kerugian energi semakin besar.

Pressure drop has a relavancy with the coefficient of friction and it's significant case of the system of fluid rate in the pipeline as it’s related with energy consumption. Pure water is one of plain fluids used on pressure drop research. Water is newtonian fluid which the viscosity depends is one of them affected temperature change. This research done in order to determine the effect of biopolymer xanthan gum to pressure drop at spiral pipe Ø 27mm with a variety of different concentrations 150 ppm, 250 ppm and 350 ppm. Fluid rate has a fundamental characteristic (laminar or turbulent). Found that xanthan gum is solution a reduction for turbulent flow. The experiment was performed from low to high Reynolds number to 25861 with the highest ratio of drag reduction is 62.6%. High value of Reynolds Number appears high velocity of fluid rate, fluid expansion and low viscosity. The Friction between the fluid and the pipe wall can neglected it mean the effectiveness of material (xanthan gum) as drag reduction agent which can be seen on grapich drag coefficient curve compare to blasius curve.
From the research obtains the capacity of rate, difference of water height, velocity of rate. Specification of the equipment required is also getting to processing that uses empirical equations, so it will get the processing result, processing result graphic will be compared with the theoritical graphic. The graphic being appeared is relation between Reynolds Number and coefficient of the friction, where on teh wane of Reynolds Number (laminar), so then the coefficient of friction increased. A difference of water height through the measuring instrument (pressure gauge) also appears amount of losses. The higher a difference of water height inter each point of pressure gauge, so the losses become bigger.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S53023
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diah Lestari
"Transdermal drug delivery system (TDDS) adalah sistem penghantaran obat yang digunakan pada permukaan kulit dengan tujuan sistemik. Untuk itu, diperlukan suatu eksipien pembentuk matriks transdermal yang dapat menghantarkan obat masuk ke dalam kulit. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan eksipien koproses xanthan gum dan amilosa tersambungsilang-6 (Ko-CLA6-XG) sebagai matriks sediaan transdermal, kemudian dilakukan uji penetrasi secara in vitro dan in vivo. Ko-CLA6-XG diformulasikan dalam bentuk hidrogel dengan model obat natrium diklofenak. Uji penetrasi in vitro dilakukan menggunakan sel difusi Franz yang kemudian dianalisis dengan spektrofotometer UV. Uji in vivo dilakukan dengan cara mengaplikasikan satu gram hidrogel dengan luas aplikasi 1,13 cm2 di atas kulit tikus bagian abdomen, kemudian sampel darah dikumpulkan melalui sinus orbitalis mata dan dianalisis menggunakan kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT). Hasil uji penetrasi in vitro menunjukkan jumlah kumulatif obat yang terpenetrasi ke dalam kulit hingga 12 jam sebanyak 1435 ± 180 µg cm-2 dengan fluks total sebesar 118,55 ± 23,01 µg cm-2 jam-1 (r=0,0994) dan waktu tunda selama 48,6 ± 15,6 menit. Profil pelepasan natrium diklofenak selama 12 jam pada uji in vivo mencapai konsentrasi puncak plasma sebesar 2236 ± 398 ng/ml pada 0,86 ± 0,21 jam dengan AUC sebesar 25273 ± 4133 ng ml-1 jam. Kedua hasil uji memberikan gambaran bahwa hidrogel mengandung natrium diklofenak dengan Ko-CLA6-XG sebagai matriks dapat dikembangkan untuk sediaan transdermal.

Transdermal drug delivery system (TDDS) is the administration of therapeutic agents through the skin for systemic effect. Therefore, it requires an excipient for transdermal matrix-forming that can deliver drug across the skin. This present research was intended to develop the utilization of coprocessed excipient of xanthan gum and 6-cross-linked amylose (Co-CLA6-XG) as a matrix for transdermal and then evaluate the in vitro and in vivo penetration. Co-CLA6-XG was formulated as hydrogel with sodium diclofenac as a drug model. In vitro penetration study was evaluated using Franz diffusion cell analysed with spectrophotometre UV. The in vivo experiment was performed by applied one gram of hydrogel spread over 1,13 cm2 to the rat abdoment skin, then the blood samples were obtained from sinus orbitalis and analysed with high-performance liquid chromatography (HPLC). In vitro study records the cumulative drug permeated across the skin for 12 hours ranged 1435 ± 180 µg cm-2 and shows the transdermal flux 118,55 ± 23,01 µg cm-2 hours-1 (r = 0,994) with the lag time value ranged 48,6 ± 15,6 min. The release profile of sodium diclofenac for 12 hours in vivo reached a maximum peak of 2236 ± 398 ng/ml at 0,86 ± 0,21 hours with the AUC value was 25273 ± 4133 ng ml-1 hour. Thus diclofenaccontaining hydrogel using Co-CLA6-XG as a matrix could be developed as transdermal drug delivery."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2014
S55177
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aprillia Wulandari
"Eksipien koproses xanthan gum-amilosa tersambungsilang (Ko-CLA-XG) beresiko mengalami degradasi enzimatis oleh α-amilase. Hal ini dapat mempengaruhi pelepasan obat dalam matriks eksipien Ko-CLA-XG. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui degradasi enzimatis eksipien Ko-CLA-XG dan melihat pengaruh α-amilase pada profil disolusi tablet lepas lambat natrium diklofenak dengan matriks eksipien Ko-CLA-XG. Eksipien Ko-CLA-XG merupakan hasil koproses dari amilosa tersambungsilang dengan xanthan gum. Amilosa disambungsilang dengan menggunakan natrium trimetafosfat dalam konsentrasi 6% dan 12%. Eksipien Ko-CLA6-XG dan Ko-CLA12-XG dibuat dengan perbandingan 1:1, 1:2, dan 2:1 kemudian dilakukan uji degradasi enzimatis dengan metode iodin. Selanjutnya eksipien Ko-CLA-XG diformulasikan menjadi tablet lepas lambat dengan metode kempa langsung. Tablet lepas lambat yang dihasilkan dievaluasi dan dipelajari profil pelepasan obat dengan dan tanpa menggunakan α-amilase.
Hasil penelitian menunjukkan derajat substitusi CLA6 dan CLA12 adalah 0,204 dan 0,319. Waktu untuk mendegradasi CLA sebanyak 20% dari eksipien Ko-CLA6-XG 1:1, 1:2, dan 2:1 berturut-turut adalah 28 menit, 43 menit, dan 24 menit serta eksipien Ko-CLA12-XG 1:1, 1:2, dan 2:1 berturut-turut adalah 44 menit, 45 menit, dan 36 menit. Seluruh tablet lepas lambat yang diformulasikan memenuhi persyaratan evaluasi tablet. Profil pelepasan tablet dengan matriks eksipien Ko-CLA-XG tidak terpengaruh oleh adanya α-amilase. Oleh karena itu, eksipien Ko-CLAXG dapat digunakan sebagai matriks tablet lepas lambat.

Coproccessed xanthan gum-crosslinked amylose (Co-CLA-XG) excipients are at risk of enzymatic degradation by α-amylase. It may affect the drug release of tablets with Co-CLA-XG excipients matrices. This study aims to know the enzymatic degradation of Co-CLA-XG excipients and to view α-amylase effect on dissolution profile of sodium diclofenac sustained release tablet with Co-CLA-XG excipients matrices. Co-CLA-XG excipients is the result of crosslinked amylose and coproccessed with xanthan gum. Amylose was crosslinked using sodium trimetaphosphate, which is 6% and 12%. Co-CLA6-XG and Co-CLA12-XG excipients were made with a ratio of 1:1, 1:2, and 2:1 then evaluated for enzymatic degradation using iodine method. Afterward, Co-CLA-XG excipients were formulated into sustained release tablets by direct compression. Tablets were evaluated and studied drug release profile using and without α-amylase.
The results showed substitution degree of CLA6 and CLA12 were 0.204 and 0.319. Time to degrade 20% CLA for Co-CLA6-XG excipients 1:1, 1:2, and 2:1 were 28, 43, and 24 minutes with Co-CLA12-XG excipients 1:1, 1:2, and 2:1 were 44, 45, and 36 minutes. Tablets fulfilled tablet evaluation requirements. The release profile of tablets with Co-CLA-XG excipients matrices were not affected by α-amylase. Therefore, Co-CLA-XG excipients can be used as a sustained-release tablet matrices.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2014
S57361
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>