Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 156294 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Anindita Fitria Tiffany
"[ABSTRAK
Tulisan ini bertujuan untuk membandingkan kearifan budaya Jawa, yaitu
sikap rila dan nrima dengan salah satu pemikiran filsuf Prancis era
Postmodernisme yakni Jacques Derrida, yaitu le don est impossible.
Perbandingan yang dilakukan akan bersifat deskriptif. Konsep rila dan nrima
akan dibaca melalui pemikiran Derrida yaitu konsep le don est impossible,
demikian juga sebaliknya. Setelah melakukan perbandingan pembacaan,
ditemukan beberapa unsur yang saling berhubungan ataupun bertolak belakang
dari konsep-konsep tersebut.ABSTRACT This paper aims to compare the wisdom of Javanese culture specifically
Rila and Nrima with one thought of French postmodernism philosopher, Jacques
Derrida. One of his interesting ideas is le don est impossible. This text used a
descriptive method. The concept of Rila and Nrima used as material that is read
by Derrida?s concept of le dons est impossible and vice versa. After a reading of
two life stance of Javanese through Derrida's thought, the results can be drawn on
the analysis and conclusions, related or opposite on these concepts.;This paper aims to compare the wisdom of Javanese culture specifically
Rila and Nrima with one thought of French postmodernism philosopher, Jacques
Derrida. One of his interesting ideas is le don est impossible. This text used a
descriptive method. The concept of Rila and Nrima used as material that is read
by Derrida?s concept of le dons est impossible and vice versa. After a reading of
two life stance of Javanese through Derrida's thought, the results can be drawn on
the analysis and conclusions, related or opposite on these concepts., This paper aims to compare the wisdom of Javanese culture specifically
Rila and Nrima with one thought of French postmodernism philosopher, Jacques
Derrida. One of his interesting ideas is le don est impossible. This text used a
descriptive method. The concept of Rila and Nrima used as material that is read
by Derrida’s concept of le dons est impossible and vice versa. After a reading of
two life stance of Javanese through Derrida's thought, the results can be drawn on
the analysis and conclusions, related or opposite on these concepts.]"
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2015
MK-PDF
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Angelin
"Penelitian ini mengkaji konsep nrima ing pandum dalam novel Langit Mendhung Sajroning Pangangen karya Tulus Setiyadi 2017. Tujuan dari penelitian ini adalah mengungkapkan dan menjelaskan konsep nrima ing pandum yang terwujud dalam novel Langit Mendhung Sajroning Pangangen. Pendekatan yang digunakan adalah perspektif antroporeligio sastra Harsojo, 1986; Koentjaraningrat, 2009. Hasil penelitian ini adalah pengetahuan mengenai konsep nrima ing pandum yang sangat penting karena konsep tersebut masih memiliki relevansi di masa kini.

The focus of this study is nrima ing pandum concept in Langit Mendhung Sajroning Pangangen novel by Tulus Setiyadi 2017. The purpose of this study is to reveal and explain about nrima ing pandum concept which is contained in Langit Mendhung Sajroning Pangangen novel. This study uses the anthroporeligio literature theory Harsojo, 1986 Koentjaraningrat, 2009. The result of this study is knowledge about nrima ing pandum concept which is important because the concept still has relevance in the present."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Derrida, Jacques
"Signature event context -- Summary of "Reiterating the differences" -- Limited Inc a b c -- Afterword : toward an ethic of discussion"
Evanston, IL : Northwestern University Press, 1988
801.95 DER l (1);801.95 DER l (2);801.95 DER l (2)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Norris, Christopher
Yogyakarta: Ar-Ruzz, 2006
100 NOR m
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
"The work of Jacques Derrida has transformed our understanding of a range of disciplines in the humanities through its questioning of some of the basic tenets of western metaphysics. This volume is a trans-disciplinary collection dedicated to his work. The assembled contributions, on law, literature, ethics, gender, politics and psychoanalysis, constitute an investigation of the role of Derrida's work in the humanities, present and future. The volume is distinguished by work on some of his most recent writings, and contains Derrida's own address on "the future of the humanities"."
Cambridge, UK: Cambridge University Press, 2001
e20385282
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
"The work of Jacques Derrida has transformed our understanding of a range of disciplines in the humanities through its questioning of some of the basic tenets of western metaphysics. This volume is a trans-disciplinary collection dedicated to his work; the assembled contributions - on law, literature, ethics, history, gender, politics and psychoanalysis, among others - constitute an investigation of the role of Derrida's work within the field of humanities, present and future. The volume is distinguished by work on some of his most recent writings, and contains Derrida's own address on 'the future of the humanities'. In addition to its pedagogic interest, this collection of essays attempts to respond to the question: what might be the relation of Derrida, or 'deconstruction' to the future of the humanities? The volume presents the most sustained examples yet of what deconstruction is in its current phase - as well as what its possible future may be."
Cambridge, UK: Cambridge University Press, 2009
e20528294
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Melinda Sarasswati
"ABSTRAK
Kriteria pemimpin ideal dalam budaya Jawa dikenal dalam Astha Brata yang berasal dari pemikiran budaya Jawa. Ajaran Astha Brata dalam Pakem Makutharama sebagai data penelitian merupakan representasi budaya Jawa yang dituliskan melalui kata-kata yang bermakna. Makna dari ajaran Astha Brata tersebut dikomunikasikan di tengah masyarakat Jawa melalui unen-unen yang merupakan ungkapan yang menyatakan tindakan seperti yang dimaksudkan dari unen-unen tersebut. Oleh sebab itu, penelitian ini bertujuan untuk memaparkan konsep pemimpin Jawa dalam Astha Brata, khususnya watak kisma lsquo;tanah rsquo;, serta keterkaitannya dengan unen-unen. Metode penelitian kualitatif dengan Teori Segitiga Semiotik oleh Ogden dan Richards serta Teori Metafora oleh Lakoff dan Johnson 1987 digunakan untuk pemaparan Astha Brata, serta Teori Semantik Pragmatik untuk unen-unen. Hipotesis penelitian menyatakan seorang pemimpin hendaknya memiliki sifat utama layaknya kisma yaitu murah hati, mampu mengarahkan masyarakatnya, dan tidak berbelas kasih kepada rakyat yang malas, serta mampu melakukan tiga belas tindakan kepemimpinan yang terperinci seperti yang dinyatakan dalam unen-unen.

ABSTRACT
The ideal criteria of a leader on Javanese culture known as Astha Brata, that is originally from those culture itself. Astha Brata concepts that written on Pakem Makutharama as a research subject is representation of Javanese culture that written by meaningful words. The meaning of those Astha Brata concepts are communicated among the Javanese society through unen unen which consicts of metaphor that reflect the action like the meaning of unen unen. The purpose of the research is to explain Javanese leadership concept in Astha Brata, exspecially kisma character, and the corelation with unen unen. Qualitative research method Semiotic Triangle by Ogden and Ricards also Theory of Methaphor by Lakoff and Jahnson that are used to explain Astha Brata and Theory of Semantic Pragmatic for the unen unen. The research hypotesis shows that a leader should have character like kisma which is generous, have ability to direct the society, not give a pity to the society that indolent and have ability to implement thirteen leadership action that are elaborated on the unen unen."
2017
S67388
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sembiring, Dermawan,author
"Dekonstruksi kebenaran dalam seni rupa yang dimaksudkan di sini adalah praksis Dekonstruksi oleh Derrida terhadap konstruksi pemikiran beberapa filsuf dan perupa tentang status ontologis seni rupa dan juga hubungan logis antara pernyataan dengan kenyataan yang berhubungan dengan seni rupa dan penafsiran karya seni rupa. Secara umum dekonstruksi dapat dimengerti sebagai cara membaca kritis dan spontan terhadap filsafat Barat yang logo dan fonosentris, dan yang memahami ada sebagai kehadiran. Dalam hal ini, dekonstruksi adalah suatu praksis demonstratif untuk membuktikan bahwa kenyataan ada (kebenaran sejati) tidak hadir bagi yang memikirkan dan yang menuliskannya.
Sehubungan dengan ini, khusus di bidang seni dan seni rupa, Derrida menyangkal anggapan para filsuf bahwa seni memiliki kebenaran tunggal (ontologis) yang dapat dijelaskan dengan bahasa. Ia juga menyangkal dapat tercapainya kebenaran relasi (logis) antara bahasa dengan obyek bahasa dalam kegiatan penafsiran karya seni rupa. Filsuf, menurut pendapatnya "membatasi" keanekaragaman seni di dalam seni-seni diskursif : "percakapan" (phonic) dan pemikiran (logos). Oleh karena itu, wacana tentang seni (dalam hal ini seni rupa) menjadi tidak produktif. Agar produktif, Derrida menciptakan wacana yang "mobil". Bergerak di dalam dan di luar bingkai filsafat yang logo dan fonosentris.
Derrida memahami semua yang ada hanya sebagai teks dan ditandai tekstualitas. Baginya teks berasal dari, dan sebagai pengantar kepada teks-teks berikutnya. Teks juga adalah rangkaian tanda-tanda yang distrukturkan oleh "jejak jejak" (traces) otonom. Dengan demikian, seni rupa juga adalah teks yang merupakan jalinan tanda-tanda yang distrukturkan oleh jejak-jejak otonom atau berdiri sendiri-sendiri. Lebih jauh, dia juga menyikapi teks sebagai tulisan, dan tulisan sebagai barang mati. Oleh karena itu, karya seni rupa juga adalah teks atau tulisan, dan barang mati.
Berdasarkan pemikiran seperti ini, dalam mengapresiasikan karya seni rupa, ia secara bebas mengapresiasikan infrastruktur khusus atau ":jejak-jejak" goresan pada karya yang menarik perhatiannya tanpa mengindahkan makna yang dikomunikasikan oleh perupanya. Ia menghubungkan jejak-jejak atau infrastruktur karya dengan teks-teks, baik filsafat, maupun teks-teks lainnya sejauh ia menghendakinya. Teks-teks dilepas dari konstruksi kesatuannya. Dengan ini, konstruksi pemikiran tentang seni yang selalu cenderung mengarah kepada kesatuan atau totalitas, dialihkannya ke wacana pertebaran jejak-jejak otonom.
Dari pemikiran dan contoh-contoh yang diberikannya, dekonstruksi Derrida terhadap "kebenaran" dalam tema seni rupa adalah usaha untuk memperluas wacana "kebenaran" (kenyataan ada) karya seni rupa ke luar wacana yang dibingkai filsafat yang logo dan fonosentris. Gerakan ke luar "melampaui" (goes beyond) filsafat ini tidak diberi batasan yang tegas, kecuali ia bermain dengan wacana tersebut dan pada waktu dan keadaan tertentu ia memutuskan "permainan"nya sudah cukup. Putusan cukup inilah yang membatasi karya seni, dalam hal ini karya seni rupa, dengan dunia.
Dalam khasanah percakapan dan pada karya seni rupa kontemporer di Indonesia ciri dekonstruksi seperti melanggar batas-batas defenisi dan kategori-kategori dalam teori seni dan keindahan, ketidakhadiran subyek dalam karya, dan usaha memperkenalkan karya seni rupa yang menentang estetika kesatuan dan keselarasan, telah dapat diidentifikasikan. Tetapi ciri-ciri tersebut baru sebatas bagian dari ciri-ciri umumnya saja. Ciri-ciri itupun, secara terpisah, dapat diidentifikasikan pada karakteristik karya seni rupa di luar wacana dekonstruksi. Usaha untuk menunjukkan mana karya seni rupa yang sepenuhnya dekonstruktif bukan pekerjaan mudah. Karena batasan dari dekonstruksi itupun tidak mudah ditegaskan.
Khusus dalam wacana kritik pada.karya seni rupa kontemporer di Indonesia, sejauh penelitian penulis, gaya kritik dekonstruktif belum memperlihatkan fenomena yang berarti. Wacana kritik masih terfokus pada karya dan perupanya; sedangkan kritik dekonstruktif lebih terfokus kepada otoritas "pembaca" atau kritisinya, dan mengembangkan wacana ke arah wacana produktif, intertekstualitas dan tanpa batas."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1997
T8976
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fachry Romanza
"ABSTRAK
Demokrasi saat ini bukan hanya sebagai sebuah prosedural melainkan bagaimana demokrasi menghadirkan proses yang demokratis. Bagaimana cara itu terwujud menjadi tugas filsafat atau lebih spesifik tugas Filsafat Politik. Derrida, telah memberikan satu ajaran tentang demokrasi, yaitu dengan merubah demokrasi bukan hanya saat ini saja melainkan untuk saat yang akan datang, bagaimana caranya dengan cara menerima ?the other?. The other yang muncul sebagai kaum artikulatif ekstrem dalam pengertian sederhana adalah constitutive outside yang berada diluar diri kita sebagai pihak yang memaksakan pemikirannya terhadap orang lain dengan cara-cara yang melampaui batas kemampuan penerimaan masyarakat pada umumnya. Namun bukan berarti hal tersebut harus sepenuhnya di tolak melainkan harus di terima dan hal tersebutlah yang menjadi point bagi demokrasi yang menerima ruang gerak the others.

ABSTRACT
Contemporary democracy should not be perceived as a procedural concept, but more like how it can conceive a more democratic process (democratization). It is the responsibility of political philosophy to make it come into being. With his thought about democracy, Derrida determine to elucidate the concept of democracy as something that is always to come, with a will to accepting the others. To put it in the simplest way, the other as the articulate extreme other is our constitutive outside that stands to insist their every thought in many ways crossing what generally considered as agreeable within society. This condition should not to be completely refutes as it is the very point to attain a more democratic condition in accepting the others.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2012
S42689
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>