Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 134158 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Kebutuhan ruang anak usia prasekolah dan ruang lingkungan terapeutik rumah sakit konvensional merupakan hal yang kontradiktif, di mana kebutuhan anak tidak terpenuhi di lingkungan terapeutik. Hal ini dapat memicu timbulnya reaksi hospitalisasi pada anak yang berdampak pada waktu penyembuhan yang menjadi lebih lama. Akan tetapi anak juga memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya yang diistilahkan dengan kemampuan coping. Berdasarkan studi diketahui bahwa kemampuan tersebut dapat didukung melalui elemen-elemen interior pembentuk ruangnya melalui stimulus inderawi yang memenuhi kriteria strategi coping dan karakteristik perkembangan anak usia prasekolah. Diketahui bahwa proses coping dapat terdukung dengan menghadirkan stimulus visual, kinestetik, dan audial. Masing-masing stimulus inderawi dapat memenuhi lebih dari satu strategi coping. Diperoleh pula bahwa pemenuhan strategi coping yang terjadi bersifat kausal, di mana pemenuhan satu strategi coping dapat memicu aktivitas yang memenuhi strategi coping yang lain.

The spatial needs of preschoolers and the conventional hospital therapeutic environment are contradictory, in which children's needs are not met in the therapeutic environment. This can lead to reactions of hospitalization in children which affects the recovery time becomes longer. However, children also have the ability to adjust to the environment that is termed coping ability. Based on study it is known that this capability can be supported through the elements forming the interior space through the sensory stimulus that meet the criteria of coping strategies and developmental characteristics of preschoolers. It is found that the coping process can be supported by presenting stimulus for visual, kinesthetic, and audial.It is also found that the fulfillment of coping strategy happens to be causal, in which the fulfillment of the coping strategies can trigger an event that meets the other coping strategies."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S62404
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Fazrin Rahman
"Keberadaaan ruang khalayak yang tidak diatur tata-tertibnya dengan ketat oleh pemerintah, membuat ruang khalayak diokupasi oleh banyak pelaku-pelaku usaha yang juga membuat aturan untuk mempertahankan posisinya. Hal tersebut membuat aturan yang baku dan dipahami bersama menjadi tidak jelas bagi masyarakat. Menarik bagi saya untuk melihat bagaimana masyarakat memenuhi tujuannya di ruang khalayak ketika bertabrakan dengan banyaknya aturan tersebut.
Teleoaffective structure sebagai bentuk hubungan yang mencocokan antara pemahaman individu mengenai aturan dan masyarakat, dengan aturan yang berlaku memberi peran dalam terbentuknya jalinan timespace yang harmonis. Jalinan ini yang akhirnya mempengaruhi terbentuknya ruang relasi yang menjadi wadah bagi masyarakat memenuhi tujuannya dengan aman dan nyaman di ruang khalayak.
Jalan sebagai salah satu bentuk dari ruang khalayak yang kerap terancam keberadaannya oleh para pengokupasi tersebut. Jalan juga memungkinkan terjadinya jalinan timespace yang sangat beragam dengan berbagai tujuannya. Oleh karena itu skripsi ini berfokus pada Jalan Margonda Raya sebagai contoh kasus dengan fokus utamanya adalah Gang Sawo yang berada di ruas jalan tersebut.
Hasil pemetaan dan analisis menunjukan bagaimana peran teleoaffectiven structure dalam upaya menjaga keharmonisan di area pengamatan. Keharmonisan tersebut dapat dipengaruhi oleh tingkat pemahaman seseorang terhadap aturan yang berlaku, sehingga tingkat keharmonisan yang dapat tercapai juga beragam. Jalinan timespace yang harmonis ini dapat tampak dari ruang relasi yang terbentuk antara setiap pelaku di area pengamatan.

The existence of public spaces that are not regulated by the government, make the public space occupied by many business actors that also create rules to maintain their position. This obscures the standard rules that are widely understood by the society. So it will be interesting to see how the society meet their goals in the public space when they are faced with these kind of rules.
Teleoaffective structure, a form that joins individual understanding with the rules, has a role in the production of a harmonious interwoven timespace. This joint affects the production of relational space that become a place for the society to meet their objectives safely and comfortably in public space.
Road as a form of public space is the most threatened area by the occupant. Roads also allow the diverse interwoven timespace with different objectives. Therefore this undergraduate thesis focuses on Jalan Margonda Raya as the case study with the main focus being on the Gang Sawo segment.
The result of mapping and analysis shows the role of teleoaffective structure in maintaining harmony in this area. The level of individual understanding of the rules can influence and form diverse level of harmonization. This harmonious interwoven timespace can be seen from the relational space that established among each actor in this area.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S52700
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andrey Caesar Effendi
"Arsitketur mempunyai kemampuan untuk mengartikulasi ruang sesuai dengan tujuannya dan fotografi sebagai alat untuk mengukur kemampuan tersebut. Oleh karena itu arsitektur dan fotografi adalah sesuatu yang saling terkait. Kaitan antara fotografi dan arsitektur menjadi semakin erat apabila fotografi dapat digunakan secara lebih mendalam dalam proses perancangan. Foto sebagai hasil dari fotogafi merupakan hasil akhir dari sebuah proses fotografi.
Tesis desain ini mencoba untuk mendapatkan manfaat lebih dari foto tersebut sehingga dapat digunakan dalam proses perancangan. Riset ini dilakukan dengan menggunakan Bga metode yang berbeda, yaitu pertama pengambilan gambar yang berupa foto, kedua pembacaan foto oleh Bga agen, dan yang ketiga layering terhadap fokus foto Bap agen untuk melihat gejala simbolik yang terjadi pada foto tersebut.
Narasi dari pembacaan foto yang dilakukan oleh keBga agen akan dikolaborasikan sehingga didapat collaborative idea pada seBap foto yang dilihat untuk mendapatkan hasil pembacaan yang lebih objektif karena seBap agen mempunyai persepsinya sendiri -­‐ sendiri dan dapat di interpretasikan kembali untuk mendapatkan gejala simbolik pada seBap foto. Dengan gejala simbolik yang ada dalam setiap foto tersebut akan digunakan dalam proses perancangan sehingga pengalaman yang dihadirkan berdasarkan fokus -­‐ fokus oleh seBap agen dapat memberikan pengalaman sama pada tempat yang berbeda seperti yang dirasakan oleh seBap agen.

Architecture have the ability to articulate its intended space and photography as a tool to measure the ability. Therefore architecture and photography is something interrelated. The link between photography and architectural photography to be more closely if it can be used in more depth in the design process. Photos are the result of a photographic process.
This design thesis is trying to get more benefits from the photo so it can be used in the design process. The research was conducted using three different methods, namely, first shooting a photo, the second reading of the photograph by the three agencies, and the third to focus photo layering each agent to see the symbolic symptoms that occur in the photo.
Narrative of the readings done by third photo agency will collaborate in order to get collaborative idea on eachphoto to see to get a more objective reading of results because each agency has its own perception and can be interpreted in a symbolic return to get symptoms on each photo. With symbolic symptoms present in each photo will be used in the design process so that the experiences presented by focus by each agency can provide similarexperiences in different places as perceived by each agent.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Frista Puspita Marchamedya
"Dalam praktik arsitektur waktu memberikan dampak yang konstan pada sebuah bangunan yang seringkali dilupakan oleh seorang arsitek. Proses penciptaan sebuah karya diawali dengan sebuah gagasan dan diakhiri oleh sebuah ruang yang terbangun. Bagaimana ruang tersebut berinteraksi terhadap waktu dan perubahan yang terjadi setelahnya. Daur hidup sebuah karya arsitektur sedapatnya berkaca pada daur hidup yang terjadi di alam. Adanya momentum kelahiran yang diikuti oleh proses penuaan yang berujung pada kematian yang diikuti oleh proses dekomposisi. Daur hidup tersebut merupakan sebuah sistem alam yang mampu menjaga keseimbangan alam. Tugas akhir ini berdasar pada gagasan tersebut dalam upaya menyelesaikan masalah kepadatan kota oleh ruang bangun melalui pembahasan potensi proses dekomposisi yang mengeluarkan potensi sebuah material luffa.

In the practice of architecture, time gives a constant amount of impact to a building that is often being forgotten by the architect. The process of creation usually started by an idea and ended with a built environment or a built space but not how the space itself interact with the time changes that happen after. Life cycle of an architecture should be able to mimic the life cycle that happens in nature. Nature has a momentum of birth followed with an aging process that leads to death which still be followed by a decomposition process. Such life cycle is a potent system in nature that is able to maintain balance and sustainability. This graduation project is based of that perspective in the objective to try to solve the suffocicating growth of building that is happening in big cities by redefining and comprehending the potential of a decomposition process leading towards finding the potentials of a luffa sponge in architecture."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Niken Anjani
"Dalam arsitektur grid banyak menjadi dasar untuk memberi bentuk, dimensi, dan susunan dalam skala interior maupun eksterior. Selain fungsi yang mewujud grid juga dapat digunakan sebagai proses yang memberi kerangka pada rancangan. Dengan memelajari grid dalam proses merancang Le Corbusier dan Peter Eisenman, dapat terlihat peran grid dalam praktek arsitektur dan arsitektur interior. Penggayaan dan konsep merancang dari masing-masing arsitek tersebut memengaruhi bagaimana grid diaplikasikan ke dalam rancangan. Terdapat dua realitas penggunaan grid yang bertolak belakang dari kedua arsitek. Le Corbusier menginginkan keteraturan dalam rancangannya, sedangkan Eisenman menciptakan dislokasi sebagai aturan baru dalam merancang.
Le Corbusier bermain dengan dimensi dan permukaan bidang grid yang diproyeksikan secara tiga dimensi untuk menghasilkan elemen interior dan keseluruhan bangunan, sedangkan Eisenman memanipulasi bidang-bidang grid dalam rancangannya sehingga terjadi ruang-ruang interior dan eksterior bangunan. Akan tetapi keduanya memiliki kesamaan yaitu adaptasi grid sebagai proses sistematis. Dalam hal ini grid menghasilkan elemen-elemen interior dan ruang-ruang yang tersusun dalam keseluruhan bangunan. Penggunaan grid sangat beragam sesuai tujuan yang ingin dicapai masing-masing arsitek. Elemen arsitektural dan elemen interior dapat dieksplorasi dan diekspresikan melalui berbagai metode merancang berbasis grid.

In the architecture grid is widely used as bases in providing the shape, dimension and structure in the interior as well as exterior scale. Beside its forming function, grid is also utilised as a process which provides structure in the design. By studying the grid in Le Corbusier and Peter Eisenman designing process, one can notice the role of grid in the practice of architecture and interior architecture. Styling and designing concept of both architects influence how grid being applied in the designs. There are two opposite use of grid between the two. Le Corbusier desires order in his designs, while Eisenman creates dislocation as new rules in designing.
Le Corbusier plays with dimension and grid plane which are projected into three dimension in order to create interior elements and the whole building, while Eisenman manipulates grid planes in his designs in such a way that creating interior spaces and the exterior of building. However, they have similarity, i.e. the adaptation of grid as systematic process. In this instance grid creates interior elements and structured spaces in the whole building. The use of grid can be so varies, depends on the goal of individual architects. Architectural and interior elements can be explored and expressed through all kind of grid-based designing methods.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S53875
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anthya Dwita Mahatidana
"ABSTRAK

Skripsi ini berfokus pada pembentukan programming melalui proses

pengalaman ruang pengguna dengan alat pancaindera dan gerak terkait dengan
keberadaan media digital interaktif di ruang publik. Kehadiran media digital
interaktif memiliki potensi dalam mengembangkan programming pada ruang
publik baik berupa reprogramming maupun deprogramming. Hal ini dapat terjadi
dengan masing-masing pengguna mengalami ruang secara aktif dengan
menggunakan media digital interaktif hingga membentuk kombinasi event yang
repetitif dan memberikan kebiasaan baru. Persepsi dalam mengalami ruang juga
dapat dipengaruhi oleh keberadaan media digital interaktif terhadap elemen ruang
itu sendiri. Pemahaman akan peran kehadiran media digital interaktif di ruang
publik ini dapat memberikan perspektif baru dalam perancangan arsitektur.


ABSTRACT

This study focuses on the establishment of programming experience

through users senses and movement associated with the presence of interactive
digital media in public spaces. The presence of interactive digital media has the
potential to develop programming in public spaces either through deprogramming
or reprogramming. This can occur with each of the user actively experience space
using interactive digital media to form the combination of repetitive events and
provide new habits. Perception in the space experience can also be influenced by
the presence of interactive digital media in relation to spatial elements. An
understanding of the role of interactive digital media presence in a public space
can provide a new perspective in the design of architectural.

"
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S56367
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cindy Thearas
"ABSTRAK
Diagram merupakan salah satu tools yang sangat umum digunakan dalam proses desain. Dalam proses desain, diagram berperan sebagai generator atau alat generatif. Mencari bagaimana diagram beroperasi dalam proses desain merupakan tujuan dari penulisan skripsi ini. Dalam skripsi ini akan dibahas mengenai peran diagram sebagai mesin abstrak melalui proses dan karakternya sebagai mesin abstrak. Proses reduksi dan proliferating dalam diagram bekerja secara terus-menerus dalam mengolah matter, yang merupakan input utama. Melalui proses reduksi dan proliferating, diagram melakukan proses konstruksi pemahaman baru secara terus menerus, yang dapat dilihat sebagai proses desain yang dilakukan dalam diagram. Pemahaman ini kemudian dipakai untuk membaca proses desain pada House IV oleh Peter Eisenman. Proses desain yang dilihat dari diagram House IV terjadi melalui operasi transformasi dan operasi Boolean.

ABSTRACT
Diagram is a common tool used in the design process. Diagram acts as a generator or a generative tool in the design process. The purpose of this paper is to look for how the diagram operates in the design process. This paper will discuss the role of the diagram as an abstract machine through the processes in it, as well as the characteristics of the abstract machine. The reduction and the proliferating process in the diagram worked continuously in processing the matter, which is the main input. Through the processes of reduction and proliferating, diagrams construct a new understanding of matter continuously, which can be seen as a design process done in a diagram. This comprehension is then used to read the design process of House IV by Peter Eisenman. The design process seen in the diagrams of House IV by Peter Eisenman is done with the transformation and Boolean operation."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S66418
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Hadyan Farizi
"Secara singkatnya, arsitektur adalah cara “membuat desain dari suatu ruang”, tetapi dia dibuat dari pelbagai elemen dan faktor (Merriam Webster). Memang bisa dinyatakan bahwa proses membangun suatu bangunan tidaklah terbatasi oleh bentuk luar bangunannya, melainkan dibentuk oleh berbagai analisa dari konteks tapak, material, tekstur, bebauan, dan akal sehat, namun itu merupakan pekerjaan dari arsitek tersebut untuk memanipulasi berbagai elemen arsitektur tersebut untuk membentuk suatu perjalanan yang baik bagi para pengunjung dalam suatu ruang tersebut. Maka dari itu, karya tulis ini akan fokus membuat analisa dalam proses membentuk mixed use development yang melingkupi lingkungan yang sehat dan ramah lingkungan melalui langkah langkah yang berbeda, seperti responsif atas konteks tapak secara natural dan kultur, dan pembentukan hubungan yang kuat antara arsitektur dan lokasi sekitarnya.

In short , architecture is the “act of planning and designing space”, but there are various more elements and factors that it constitutes (Merriam Webster). Indeed, the process of constructing a building is not solely limited to just creating the external form, but also accompanied by thorough analyses on the site conditions, materiality, textures, scents, and others more, to produce an immaculate atmosphere for living. This is because humans respond through their senses and reasoning, and it is therefore the job of the architect to manipulate architectural elements to produce the best living experience for the people. Consequently, this report will focus on the process of creating a mixed use development that embodies a healthy and sustainable environment for the people through multiple steps, such as by responding to the surrounding site’s natural and cultural conditions, and establishing a strong relationship between the architecture and its site."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S61590
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>