Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7828 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Farisha Sestri Musdalifah
"ABSTRAK
Berbagai program pengembangan usaha kecil telah banyak dilakukan, baik oleh pemerintah maupun pihak non pemerintah. Salah satu cara pemerintah untuk mendorong pengembangan usaha kecil adalah dengan program tanggung jawab sosial perusahaan perusahaan BUMN, yaitu program kemitraan usaha kecil. Studi ini mencoba melihat seberapa efektif program kemitraan yang dilakukan oleh PT Pusri terhadap usaha kecil mitra binaan tahun 2012 melalui metode survei. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa program kemitraan usaha kecil PT Pusri secara umum kurang efektif, namun jika dibandingkan berdasarkan sektor usaha, sektor industri cenderung lebih efektif dibandingkan dua sektor lainnya (dagang dan jasa). Faktor yang menghambat efektivitas program kemitraan PT Pusri antara lain ragam usaha, frekuensi sosialisasi, desain program, dan kurangnya monitoring. Sedangkan faktor yang dapat mendorong efektivitas program kemitraan PT Pusri antara lain pengelolaan anggaran dengan baik, aktifnya perusahaan dalam mencari mitra binaan, implementasi program merata di ketiga sektor, dan perusahaan sebagai mediator penyalur jaringan pelaku usaha.

ABSTRACT
Various programs of small business development have been carried by both government and non-government. The government offers a small business partnership program as an encouragement for small business under the social corporation program done by state-owned enterprise companies. This study has done to measure the effectiveness of the particular partnership program which done by PT Pupuk Sriwidjaja (PT Pusri) in 2012 through survey method. Research finding showed that small business partnership program by PT Pusri in general was not effective, but if it were compared based on business sector, the industry sector is more effective trading and services sectors. Detained factors which affect the effectiveness of this partnership program are the diversity of business, the frequency of socialization, the program design, and the lacks of monitoring. Whereas factors that encourage the effectiveness of this program are well-manage budget calculation, favourable partnership search, well-spread implementation in three sectors, and company as mediator for the business resources distributor."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
S62199
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Zaky
"Peran ekonomi rakyat (usaha kecil) dalam perkembangan ekonomi nasional semakin penting. Sebagai contoh dari peran usaha kecil dalam hal penciptaan lapangan kerja produktif, ada keyakinan terhadap penguatan Usaha Kecil (UK) didasarkan pada kenyataan bahwa UK merniliki kemampuan menyerap tenaga kerja dan mampu memberikan nilai tambah cukup besar. Selain itu, UK juga terbukti mampu bertahan di saat Indonesia mengalami krisis ekonomi tahun 1997/ 1998.
Tesis ini memfokuskan perhatian pada fungsi kapital sosial dalam komunitas pengerajin usaha kecil yang ada di Desa Bojong Indah. Pemilihan komunitas ini untuk dijadikan penelitian didasarkan pada berkembangnya kapital sosial yang ada pada komunitas ini, di mana ada hubungan timbal balik (resiprokal) antara pengusaha dan para pengerajinnya.
Penelitian ini bersifat kualitatif deskriptif. Dalam penelitian peneliti ingin menggambarkan bentuk-bentuk Kapital sosial antara pengusaha kecil dan pengerajin konveksi dan bentuk-bentuk kapital sosial yang terdapat di dalamnya. Selain itu agar mampu mengungkap secara mendetail mengenai peranan kapital sosial pada komunitas usaha kecil konveksi tersebut. Dengan demikian akan memahami pola pikir dan tindakan mereka dalam setiap kegiatan yang dilakukan di komunitasnya. Untuk dapat mengungkap hal tersebut di atas, peneliti mengumpulkan data melalui bebcrapa cara yaitu; Studi dokumentasi, dan wawancara mendalam.
Yang menjadi fokus awal dari penelitian ini bagaimana komunitas usaha kecil konveksi tersebut mampu menyiasati kelemahan-kelemahan yang ada pada usaha kecil umumnya dapat berjalan dan bermanfaat baik itu bagi pengusahanya maupun bagi pengerajin yang terlihat di dalamnya, hal ini menandakan adanya hubungan saling menguntungkan bagi kedua belah pihak (mutual benefit).
Definisi kapital sosiai yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari dua definisi (Fukuyama 2002, Turner 1999) yaitu, "Kapital sosial adalah sebagai serangkaian norma-norma informal yang dimiliki bersama di antara para anggota kelompok, dan menimbulkan dorongan-dorongan yang meningkatkan potensi bagi pembangunan ekonomi dalam masyarakat dengan menciptakan dan mempertahankan hubungan sosial dan pola-pola dari organisasi sosial". Maka tesis ini berusaha menjawab kebenaran kerangka konsep tersebut melalui penelitian di Desa Bojong lndah, Kecamamn Parung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Bentuk-bentuk kapital sosial yang ada pada komunitas usaha kecil konveksi ini sangat membantu memperlancar jalannya usaha. Adanya kepercayaan (trust) yang ada baik itu pada pedagang Pasar Tanah Abang terhadap pengusaha kecil konveksi maupun trust antara pengusaha dengan para pengerajinnya yang ada di Desa Bojong Indah tersebut. Bentuk kapital lainnya yaitu, jaringan kerja ( networking ) yang dijalin antara pengusaha kecil dengan para pedagang Pasar Tanah Abang dan networking yang dijalin antar para pengerajin konveksi. Bentuk kapital sosial yang terakhir adalah norma-norma ( norms ) yaitu peraturan-peraturan (tidak tertulis) yang terdapat dalam komunitas ini yang dapat menjaga antara hak dan kewajiban diantara pihak-pihak yang terlibat dalam usaha ini. Penelitian ini juga membahas tentang manfaat yang timbul dari usaha kecil konveksi ini. Diantaranya adalah manfaat ekonomi yang dirasakan oleh ke dua belah pihak. Manfaat ekonomi yang dirasakan pada komunitas usaha konveksi ini yaitu pemasukan penghasilan bagi semua pihak yang terlibat dalam usaha kecil konveksi ini dan terjalinnya hubungan harmonis antara pengusaha dan para pengerajinnya.
Tesis ini daiam kesimpulannya menegaskan kembali apa yang dikemukakan oleh Fukuyama bahwa kapital sosial adalah sebagai serangkaian nilai-nilai atau norma-norma informal yang dimiliki bersama di antara para anggota suatu kelompok yang memungkinkan terjalinnya kerja sama di antara mereka. Jika para anggota kelompok itu mengharapkan bahwa anggota-anggota yang lain akan berperilaku jujur dan terpercaya, maka mereka akan mempercayai. Fungsi kepercayaan ibarat pelumas yang membuat jalannya kelompok atau organisasi menjadi Iebih lancar dan efisien. Hal ini sekaligus merupakan implikasi teoritis dari temuan Iapangan yang ada pada komunitas usaha kecil konveksi. Di akhir tulisan, ada beberapa rekomendasi yang dimaksudkan agar bentuk-bentuk kapital sosial yang ada pada komunitas ini terus berkembang dan pada akhirnya dapat mensejahterakan semua pihak yang terlibat di dalamnya."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2006
T22298
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Esa Annisa Devia Firlana
"ABSTRACT
Penelitian ini membahas pengaruh modal sosial terhadap keberlanjutan usaha, di Desa Tutul. Konteks pengusaha yang akan diteliti adalah pengusaha kecil dalam sektor kerajinan tangan, khususnya yang memproduksi komoditas utama, yakni tasbeh, kalung, dan gelang. Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif dan jenis penelitian deskriptif, dengan responden yang berjumlah 91 orang. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa karakteristik modal sosial pengusaha kerajinan sangat tinggi dalam penguasaannya, khususnya pada dimensi linking-sanksi sosial, atau sanksi yang terbentuk antara hubungan pengusaha dengan pemerintah dan pemodal. Keberlanjutan usaha yang dimiliki oleh pengusaha kerajinan juga tergolong tinggi, khususnya pada dimensi keberlanjutan produksi dan bahan baku. Sedangkan hasil korelasi menggunakan rumus Somers rsquo;d menunjukkan jika modal sosial memiliki pengaruh yang rendah 0,063 terhadap keberlanjutan usaha kerajinan di Desa Tutul.

ABSTRACT
This study discussed the influence of social capital on business sustainability in Tutul Village. The context of entrepreneurs to be studied was the small enterprises in the handicraft sector, especially those who were producing the main commodities, namely tasbeh, necklaces, and bracelets. This study used quantitative approach and descriptive research type, using 91 respondents. The results showed that the characteristics of social capital of handicraft entrepreneurs were very high in their mastery, especially in the linking dimension of sanction, or sanction formed between the relationship of entrepreneurs with GO and NGO. The sustainability of businesses owned by handicraft entrepreneurs was also high, especially in the dimensions of sustainability of production and raw materials. While the results of the correlation using the formula Somers 39 d indicated if social capital had a weak or low effect 0,063 on the sustainability of handicraft business in Tutul Village."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rachmanto Widjopranoto, researcher
Yogyakarta : Departemen Sosial RI, Balai Penelitian dan Peninjauan Sosial, 1967
338.642 RAC p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Jakarta: Asia Foundation dan Yayasan Indonesia Forum, 1998
338.642 USA
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Center for Japanese Studies University of Indonesia, 2003
338.64 SMA
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Ruli Nuryanto
"Penulisan tesis ini dilatarbelakangi oleh kenyataan yang terjadi selama ini, bahwa usaha kecil yang secara kuantitatif merupakan bagian terbesar dari pelaku ekonomi di Indonesia belum memberikan kontribusi yang berarti dalam pembangunan nasional. Fenomena ini diyakini oleh banyak kalangan sebagi akibat kebijakan perekonomian yang tidak memihak kepada sektor usaha kecil dan lebih memberi perhatian kepada sektor usaha besar yang jumlahnya kurang dari 0,5 persen dari jumlah seluruh pengusaha di Indonesia. Akibatnya antara lain dapat dilihat dari sumbangan seluruh usaha kecil terhadap pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) yang hanya sekitar 40 persen saja. Padahal sektor usaha kecil ini mampu menyerap lebih dari 80 persen tenaga kerja di Indonesia dan relatif lebih mampu bertahan di masa krisis. Khusus untuk sektor industri kecil, pada tahun 1998 hanya mampu memberikan kontribusi kepada PDB Indonesia sebesar 4,49 persen.
Mengingat begitu luasnya cakupan bidang usaha sektor usaha kecil, maka penelitian dalam tesis ini hanya memfokuskan pada usaha kecil di sektor industri pengolahan. Dimana tesis ini mencoba mengidentifikasi dan meneliti kinerja serta karakteristik industri kecil dan rumah tangga baik dari sisi faktor pembedanya maupun dari sisi sifat fungsi produksinya kecil untuk mengetahui sejauh mana posisi industri kecil secara nasional, faktor kelemahannya dan bidang usaha yang potensial untuk dikembangkan maupun kurang potensial bagi industri kecil, dengan menggunakan alat analisis deskriptif, analisis diskriminan dan analisis cobb-douglas.
Dari analisis deskriptif antara lain dapat diketahui bahwa selama krisis jumlah industri kecil mengalami penurunan sebanyak 23 persen, dan nilai outputnya mengalami peningkatan sekitar Rp 17 trilyun, namun peningkatan ini disertai dengan menurunnya nilai tambah terhadap output yang disebabkan meningkatnya nilai input antara lain sebagai akibat kenaikan nilai dollar terhadap rupiah. Selain itu kontribusi industri kecil terhadap industri nasional selama tahun 1991 sampai 1996 relatif masih kecil, yang ditunjukkan dengan persentase nilai output dan nilai tambahnya yang hanya 10 sampai 12 persen. Demikian juga pertumbuhan nilai output dan nilai tambahnya yang lebih lambat dibandingkan industri besar yaitu berkisar 16,67 dan 18,21 persen dibandingkan 18,12 dan 20,02 persen. Hasil lain juga menunjukkan bahwa sektor industri kecil dan rumah tangga lebih bersifat labour intensif yang ditunjukkan antara lain dari pertumbuhan tenaga kerjanya selama tahun 1991 sampai 1996 yaitu sebesar 7,42 persen, lebih besar dari pertumbuhan secara nasional yang 5,0 persen. Walaupun tenaga kerja di sektor industri kecil ini masih didominasi (sekitar 70 persen) oleh sumberdaya manusia yang berpendidikan setingkat SMP ke bawah.
Selama masa krisis, secara umum industri kecil dan industri rumah tangga di semua sektor usaha menunjukkan peningkatan nilai output namun diiringi dengan penurunan nilai tambah per outputnya, kecuali industri kecil di sektor industri makanan, minuman dan tembakau (ISIC 31) yang mengalami peningkatan nilai ouputnya tanpa perubahan berarti dalam nilai tambah per outputnya. Sehingga kebijakan pembinaan yang dilakukan pemerintah sebaiknya lebih menekankan kepada kebijakan yang dapat menekan biaya produksi, seperti bantuan penyediaan bahan baku yang murah dan terjangkau serta kebijakan pengenaan tarif listrik minimum.
Hasil analisis diskriminan menunjukkan bahwa faktor pembeda yang mempunyai pengaruh sangat besar terhadap kinerja industri kecil dan rumah tangga apabila dibandingkan dengan industri besar dan sedang adalah faktor tenaga kerja. Sehingga pembinaan yang mampu meningkatkan kualitas tenaga kerja di sektor industri kecil dan rumah tangga perlu untuk menjadi perhatian pemerintah, baik melalui pelatihan-pelatihan maupun penumbuhan iklim usaha yang dapat menarik tenaga kerja yang berkualitas untuk bekerja di sektor industri kecil.
Sedangkan dari analisis Cobb-Douglas dapat disimpulkan antara lain bahwa industri kecil di sektor usaha industri makanan, minuman dan tembakau (ISIC 31), industri tekstil, pakaian jadi dan kulit (ISIC 32) dan di sektor industri kayu, bambu, rotan, rumput dan sejenisnya termasuk perabot rumah tangga (ISIC 33) menunjukkan kinerja dan prospek untuk dikembangkan yang relatif lebih baik dari sektor lainnya. Sedangkan bagi industri rumah tangga yang umumnya bersifat decreasing return to scale, pembinaan harus dilakukan dengan lebih hati-hati dan melalui pengkajian yang seksama. Mungkin pembinaan yang dilakukan tidak harus selalu ditekankan kepada upaya untuk mengembangkan mereka menjadi usaha menengah atau besar dengan resiko akan menghadapi persaingan keras dari usaha besar dan sedang yang telah eksis, akan tetapi mengarahkan mereka untuk melakukan usaha di sektor industri yang lebih menguntungkan apabila dikelola dalam skala mikro dan bagaimana agar mereka mampu berusaha secara efisien dalam skala usaha mikro dan menghasilkan produk yang dapat diterima pasar.
Sehingga secara umum dapat disimpulkan bahwa faktor tenaga kerja memang masih merupakan titik lemah kinerja sektor industri kecil dan rumah tangga, yang kemudian menyebabkan kelemahan-kelemahan lain seperti kelemahan dalam mengakses pasar, pengelolaan usaha yang tidak efisien dan profesional, ketertinggalan dalam teknologi produksi, kelemahan dalam memperoleh informasi pasar dan lain-lain. Untuk itu di masa mendatang pemerintah harus lebih sungguh-sungguh dalam melakukan kebijakan untuk meminimalkan kelemahan ini dengan upaya untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia industri kecil dan rumah tangga, antara lain melalui berbagai bimbingan dan pelatihan di bidang teknik produksi dan manajemen usaha yang disertai dengan kebijakan pendukungnya seperti, penyediaan pasar bagi produk industri kecil dan penyediaan perangkat peraturan-peraturan yang mendukung bagi penciptaan iklim usaha yang kondusif bagi industri kecil, serta ditingkatkannya koordinasi yang baik dan terpadu antara instansi pembina, baik di tingkat pusat maupun daerah."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2001
T5013
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dede Sujana
"Tesis ini merupakan hasil penelitian yang dilakukan terhadap pelaksanaan Program Lembaga Ekonomi Produktif Masyarakat Mandiri (LEPMM) dalam rangka memberdayakan pengrajin kelambu di Desa Blawe, Kecamatan Purwoasri, Kabupaten Kediri. Penelitian ini penting mengingat program LEPMM merupakan program yang menekankan pola "bottom up planning", dengan tujuan memberdayakan ekonomi masyarakat. Program LEPMM juga ditujukan dalam rangka mengatasi dampak krisis ekonomi yang telah menyebabkan kondisi masyarakat terpuruk. Kondisi masyarakat yang terpuruk akibat krisis ekonomi dapat dilihat dari perubahan-pentbahan yang sangat drastis terhadap aspek-aspek seperti jumlah pengangguran, jumlah penduduk miskin, inflasi, pendapatan riil per kapita dan tingkat pertumbuhan ekonomi. Berkaitan dengan hal itu program LEPMM di Desa Blawe ditujukan untuk meningkatkan keberdayaan masyarakat, khususnya yang bekerja di sektor kerajinan kelambu yang merupakan sentra industri kecil yang menyerap banyak pekerja. Namun demikian, bagaimana proses dan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program LEPMM, apakah telah membawa perubahan menuju kemandirian masyarakat, khususnya pengrajin industri kelambu merupakan hal yang harus dikaji. Untuk itu diperlukan suatu penelitian yang menganalisa proses pemberdayaan serta faktor-faktor yang dapat mendorong dan menghambat menuju kemandirian pengrajin.
Penelitian ini merupakan metode kualitatif yang menghasilkan data deskriptif yang diperoleh melalui proses studi kepustakaan, observasi lapangan, dan wawancara dengan informan. Selama dilakukan penelitian, penentuan informan dilakukan dengan metode selective purposive sampling, yakni pengambilan informan terpilih dengan maksud-maksud tertentu, sehingga diharapkan dapat memperoleh data yang relevan.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pada dasarnya program LEPMM dapat dirasakan manfaatnya bagi pengrajin kelambu di Desa Blawe. Namun demikian masih banyak kekurangan-kekurangan dalam proses pelaksanaannya. Baik dilihat dari proses dan partisipasi masyarakat, peran pemerintah maupun pendampingan. Peran pemerintah terlihat dominan dalam tahap persiapan program, sedangkan pengrajin lebih banyak terlibat dalam tahap pelaksanaannya.
Peran pemerintah yang dominan harus ditunjang oleh data yang mendukung, serta keterbukaan dalam menerima input yang positif baik dari masyarakat, kalangan asosiasi, atau organisasi non pemerintah lainnya. Demikian pula dengan program yang dilaksanakan harus bisa berlanjut dan terintegrasi dalam suatu kerangka kebijakan yang menyeluruh dan melibatkan semua pihak. Berdasarkan identifikasi terhadap faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kemandirian pengrajin maka diusulkan kegiatan-kegiatan yang terintegrasi sebagai berikut penbinaan, diklat, promosi produk, dan perbaikan sarana dan prasarana transportasi."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T7513
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Saragih, Jhon Bernando
"Salah satu upaya yang dilakukan untuk mencapai tujuan pembinaan dan pengembangan usaha kecil yang terarah dan terpadu serta berkesinambungan dan guna mewujudkan usaha kecil yang tangguh dan mandiri, serta dapat berkembang menjadi usaha menengah salah satunya dilakukan dengan menggalakkan program "kemitraan". Diharapkan melalui kemitraan dapat secara cepat tercipta simbiosis mutualistik, sehingga kekurangan dan keterbatasan pengusaha kecil dapat teratasi, serta usaha kecil akan memperoleh berbagai manfaat dengan prinsip win-win solution.
Dalam konteks ini akan dikaji mcngenai dampak pelaksanaan program kemitraan tersebut, di DKI Jakarta, dengan mengambil studi kasus di PIK Pulogadung - Jakarta Timur. Kajian dipusatkan pada dampak berbagai pola kemitraan yang dilaksanakan pada usaha kecil tersebut, khususnya usaha kecil furniture, garment dan kulit. Teridentifikasi ada 3 (tiga) pola kemitraan pada usaha kecil furniture, garment dan kulit tersebut, yaitu sub-contracting up-stream, sub-contracting partial dan keterkaitan operasional. Khusus pada usaha kecil garment juga dapat diidentifikasikan pola kemitraan keterkaitan dagang.
Berdasarkan argumentasi tersebut sebelumnya, baik pada furniture, garment maupun kulit di DKI Jakarta, implementasi pola kemitraan SC-upstream memiliki tingkat fleksibilitas (kecocokan) yang relatif lebih tinggi dalam memberikan dampak terhadap perkembangan UK tersebut, dibandingkan dengan pola SC-partial maupun PKO. Akan tetapi dalam hal perlu lebih dicermati bahwa, memang implementasi pola kemitraan SC-partial pada UK furniture, garment maupun kulit di DKI Jakarta relatif kurang fleksibel (cocok) dibandingkan dengan pola SC-up stream, akan tetapi pola SC-partial ini masih relatif membawa dampak yang bagus terhadap perkembangan UK tersebut. Karena pada dasarnya tingkat perbedaan yang ada hanya pada akses permodalan, dimana pada UK yang mengikuti pola kemitraan SC-partial lebih suka menggunakan penyertaan modal sendiri. Hal ini terjadi karena memang struktur permodalan mereka berada pada tingkat yang kuat.
Sementara itu pada implementasi kemitraan PKO pada UK furniture, kulit maupun garment di DKI Jakarta, teridentifikasi memiliki tingkat fleksibilitas (kecocokan) yang relatif lebih rendah dibandingkan dengan pola SC-up stream dan SC-partial. Hal tersebut terjadi karena UK yang mengikuti kemitraan PKO ini tidak memiliki posisi tawar (bargaining position) di hadapan pengusaha UM atau UB mitranya. Karena pada dasarnya UK yang mengikuti kemitraan PKO ini hanya berfungsi sebagai "tukang jahit". Karena hanya sebagai tukang jahit, maka pada kenyataannya yang terjadi UK yang bersangkutan hanya menjual "jasa tenaga kerja".
Berdasarkan pada hasil penelitian, dan beberapa kesimpulan tersebut sebelumnya, mancatat bahwa pola kemitraan sub-contracting up-stream (SC-up steam) relatif paling cocok (fleksibel) diimplementasikan pada usaha kecil furniture, kulit maupun garment di DKI Jakarta pada khususnya, dan pada usaha kecil furniture, kulit maupun garment pada umumnya. Karena usaha kecil yang mengikuti pola kemitraan SC-up stream ini memiliki keunggulan; (a) Memiliki bargaining position yang tinggi, (b) Tidak memiliki karakteristik sebagai sekedar tukang jahit (maklon), dan (c) Pola hubungan kemitraan pada SC-up stream tersebut mencerminkan pola hubungan kerjasama dagang murni (kerjasama pemasaran). Karena keunggulan tersebut maka usaha kecil relatif menjadi pemegang kebijakan tingkat harga, kapasitas, jenis, mode, hingga ke kualitas produk.
Oleh karena itu hendaknya kebijakan pembinaan terhadap pengembangan usaha kecil di DKI Jakarta pada khususnya, dan usaha kecil pada umumnya, khususnya yang terkait dengan implementasi program kemitraan, hendaknya diarahkan pada pemilihan pola kemitraan SC-up stream tersebut. Akan tetapi syarat utama yang harus dipenuhi adalah, pihak pemegang kebijakan harus memberikan dukungan bantuan permodalan usaha yang cukup, misalnya dengan melepaskan kredit lunak dan membantu membukakan akses permodalan bagi usaha kecil furniture. Karena syarat utama usaha kecil dapat melakukan pola kemitraan SC-up stream ini harus memiliki dukungan kemampuan permodalan sendiri/mandiri yang kuat."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2003
T7524
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>