Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 113920 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Afifa Ramadanti
"Latar belakang: Neonatal pneumonia merupakan penyakit yang menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang cukup tinggi. Faktor risiko terjadinya neonatal pneumonia perlu diidentifikasi untuk memberikan tatalaksana yang optimal.
Tujuan: Mengetahui ketuban pecah dini sebagai faktor risiko neonatal pneumonia di Rumah Sakit Mohammad Hoesin Palembang.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kasus kontrol yang dilakukan di RS Mohammad Hoesin Palembang dari bulan Januari sampai Juni 2015. Kelompok kasus adalah neonatus usia kurang dari 48 jam dengan diagnosis neonatal pneumonia yang dipasangkan dengan kelompok kontrol yaitu neonatus sehat berdasarkan usia, berat lahir, jenis kelamin dan usia gestasi yang sama. Variabel yang dianalisis adalah ketuban pecah dini, lamanya pecah ketuban, oligohidramnion, ketuban berbau busuk, riwayat ibu demam, lekositosis pada ibu dan nilai Apgar rendah. Data dianalisis dengan analisis bivariat (chi square) dan multivariat (regeresi logistik).
Hasil: Didapatkan 96 neonatus (32 kasus dan 64 kontrol). Berdasarkan analisis chi square didapatkan ketuban pecah dini lebih dari 12 jam OR 7,96 (p 0,002), ketuban pecah dini lebih dari 18 jam OR 10,3 (p 0,002), riwayat ibu demam OR 7,1 (p 0,015), ketuban berbau busuk OR 6,78 (p 0,018) dan nilai Apgar rendah OR 4,32 (p 0,038) merupakan faktor risiko terjadinya neonatal pneumonia. Setelah dilakukan analisis regresi logistik didapatkan yang masih memiliki hubungan bermakna adalah ketuban pecah dini lebih dari 18 jam OR 10,1 (p 0,006) dan nilai Apgar rendah OR 4,1 (p 0,045).

Background: Neonatal pneumonia cause high morbidity and mortality of the newborn. Risk factors of neonatal pneumonia is important to identify in order to treat neonatal pneumonia properly.
Objective: To identify premature rupture of membrane as risk factor of neonatal pneumonia at Mohammad Hoesin Hospital Palembang.
Methods: A case control study was done at Mohammad Hoesin Hospital Palembang from January to June 2015. Case group are neonates within 48 hours of age with diagnosis of neonatal pneumonia and control group are well neonates which macthed according to age, birth weight, sex and gestational age. Variables that are analyzed are premature rupture of membrane, duration of rupture, smell liquor, maternal fever, oligohydramnion, maternal leucocytosis and low Apgar score. Analyzing using bivariate analysis (chi squre) and multivariate analysis (regression logistic).
Results: Out of 96 neonates (32 cases and 64 controls). Accordng to chi square analysis premature rupture of membrane more than 12 hours OR 7.96 (p 0.002), PROM more than 18 hours OR 10.3 (p 0.002), maternal fever OR 7.1 (p 0.015), smell liquor OR 6.78 (p 0.018) and low Apgar score OR 4.32 (p 0.038) are risk factors of neonatal pneumonia. After analyzing using regression logistic it is revealed that PROM more than 18 hours OR 10.1 (p 0.006) and low Apgar score OR 4.1 (p 0.045) are still have relation with neonatal pneumonia as risk factors.
Conclusion: Premature rupture of membrane is risk factor of neonatal pneumonia at Mohammad Hoesin Hospital Palembang."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
William Timotius Wahono
"Latar Belakang: Ketuban Pecah Dini KPD merupakan kejadian yang berhubungan dengan risiko tinggi morbiditas dan mortalitas baik pada maternal maupun perinatal. KPD terjadi pada 5-10 dari seluruh kehamilan dan insiden infeksi selaput ketuban bervariasi dari 6-10 . Berdasarkan data SDKI tahun 2007, AKI di Indonesia sebesar 228/100.000 kelahiran hidup, serta hasil studi epidemiologi oleh WHO dan UNICEF pada tahun 2010 didapatkan bahwa terdapat 7,6 juta kasus kematian anak < 5 tahun, di mana 64 4,879 juta terjadi karena infeksi, dan 40,3 3,072 juta terjadi di neonatus. Belum diketahui hubungan antara lama ketuban pecah, usia kehamilan, dan jumlah periksa dalam pada kasus KPD terhadap kejadian sepsis neonatorum di Indonesia.
Tujuan: Studi ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara lama ketuban pecah, usia kehamilan, dan jumlah periksa dalam pada ibu hamil yang mengalami KPD dengan kejadian sepsis neonatorum, sehingga dapat menjadi dasar untuk evaluasi Standar Pelayanan Medik SPM KPD di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo RSCM.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain studi deskriptif analitik, dilaksanakan di RSCM Jakarta pada bulan Desember 2016 ndash; Juni 2017. Populasi pada penelitian ini adalah semua ibu hamil dengan usia kehamilan >20 minggu yang mengalami KPD dan tidak mempunyai penyulit seperti diabetes melitus ataupun penyakit sistemik serius seperti penyakit jantung atau autoimun, beserta dengan bayinya.
Hasil: Terdapat 405 ibu hamil dengan KPD yang diikutsertakan dalam penelitian ini. Didapatkan 21 kasus 5.2 sepsis neonatorum. Hasil analisis menunjukkan bahwa lama ketuban pecah sampai dengan masuk RS ge; 18 jam dengan OR 3,08, lama ketuban pecah selama perawatan di RS ge; 15 jam dengan OR 7,32, dan lama ketuban pecah sampai dengan lahir ge; 48 jam dengan OR 5,77 mempunyai risiko yang lebih tinggi terhadap kejadian sepsis neonatorum. Usia kehamilan preterm < 37 minggu mempunyai risiko yang lebih tinggi terhadap kejadian sepsis neonatorum dengan OR 18,59. Sedangkan jumlah periksa dalam pada penelitian ini tidak dapat dianalisis.
Kesimpulan: Lama ketuban pecah yang makin panjang serta usia kehamilan preterm mempunyai risiko yang lebih tinggi terhadap kejadian sepsis neonatorum.

Background: Premature Rupture of Membrane PROM is associated with high maternal as well as perinatal morbidity and mortality risks. It occurs in 5 to 10 of all pregnancy while incidence of amniotic membrane infection varies from 6 to 10. Based on the 2007 National Demography and Health Survey SDKI, Maternal Mortality Rate MMR in Indonesia is 228 per 100.000 live births. Results of epidemiological studies by the WHO and UNICEF in 2010 found that there were 7.6 million cases of under five mortality, in which 64 4.879 million occurred due to infection and the rest 40.3 3.072 million occurred in neonates. However, there is no known association between prolonged rupture of membrane, gestational age, and number of vaginal examination in PROM cases on neonatal sepsis incidence in Indonesia.
Objectives: This study aims to find out the association between prolonged rupture of membrane, gestational age, and number of vaginal examination in pregnant women with PROM on neonatal sepsis incidence. The result may provide the basis for evaluating Standards of Medical Care SPM in PROM cases at Cipto Mangunkusumo Hospital RSCM.
Methods: A hospital based analytical descriptive study was done in Cipto Mangunkusumo Hospital, Jakarta from December 2016 until June 2017. The study used total sampling method which included all pregnant women with gestational age of more than 20 weeks who experienced PROM and their babies. Samples with existing comorbidities such as diabetes mellitus or other serious systemic illnesses such as heart disease or autoimmune condition were excluded in the analysis.
Results: A total of 405 pregnant women with PROM were incuded in this study. There were 21 cases 5.2 of neonatal sepsis. The analysis showed that risk of neonatal sepsis was higher in pregnant women with prolonged rupture of membrane for 18 hours before hospital admisission OR 3.08, prolonged rupture of membrane for 15 hours during hospitalization OR 7.32 , and prolonged rupture of membrane for 48 hours until birth OR 5.77. The risk of neonatal sepsis was even higher in preterm pregnancy with gestational age of <37 weeks (OR 18.59). However, the number of vaginal examination could not be analyzed.
Conclusion: Risk of neonatal sepsis is higher in longer duration of prolonged rupture of membrane as well as preterm pregnancy.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nuswil Bernolian
"Latar Belakang: Inisiasi Menyusui Dini IMD adalah proses alami yang memberi kesempatan bayiuntuk mencari dan mengisap air susu ibu sendiri, dalam satu jam pertama pada awal kehidupannya.Pelaksanaan program IMD merupakan tanggung jawab semua praktisi kesehatan, mulai dari lingkuppelaksana dan manajerial rumah sakit.
Tujuan: Mengevaluasi pelaksanaan IMD di RSMH dan faktor-faktor yang mem, pengaruhinya.
Metode: Penelitian berdesain cross sectional dengan subjek penelitian ibu bersalin dan tenagakesehatan di Bagian Kebidanan RSMH. Subjek dipilih secara purposive sampling. Data sekunderdiperoleh dari kuesioner yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya.
Hasil: Selama periode November-Desember 2016, terdapat 19 51,3 pasien pascamelahirkan yangmelakukan IMD dan 18 48,6 pasien tidak melakukan IMD. Terdapat perbedaan bermakna padametode persalinan, dimana persalinan perabdominam mayoritas didapat pada kelompok yang tidakmelakukan IMD p = 0,003 . Penelitian ini melibatkan 43 responden pelaksana bidan dan dokter ,serta 12 responden manajerial. Kondisi medis pasien yang tidak memungkinkan IMD, tidakterlaksananya IMD pada pasien pascaseksio sesaria, dukungan dan sosialisasi rumah sakit kurangmengenai IMD, serta pengetahuan ibu rendah merupakan keluhan responden pelaksana. Penelitian inimenemukan adanya disintegrasi antara pihak manajerial dan pelaksana sehingga menimbulkanketidakjelasan pada pelaksanaan IMD.
Simpulan: Peluang terlaksana atau tidaknya IMD dipengaruhi oleh kondisi medis ibu dan janin,metode persalinan, pengenalan dan dukungan rumah sakit terhadap IMD, sosialisasi kebijakan IMD,tingkat pengetahuan ibu. Tantangan melakukan IMD adalah belum ada kebijakan melakukan IMD diruang operasi, kondisi medis ibu sering tidak memungkinkan IMD, ketidakseragaman pengetahuanmanajer terkait IMD, rendahnya sosialisasi peraturan pelaksanaan IMD, ada disintegrasi antara pihakmanajerial dan pelaksana, dan tidak adanya pengawasan IMD di lapangan.

Background: Early Initiation of Breastfeeding EIB is a natural process of breastfeeding, byallowing the baby to find and suck the breast milk itself, within the first hour of the beginning of life.EIB programme implementation is the responsibility of all health care practitioners, ranging fromexecutive staff and manager.
Objective: To evaluate the implementation of EIB and influences factors in RSMH Palembang.
Method: This is a cross sectional study. All of birth mothers and health professionals doctor andmidwives were include in this study. Samples were selected by purposive sampling. Secondary datawere obtained from the questionnaire respondents which have been tested for validity and reliability.
Results: During the period November to December 2016, there were 19 51.3 patientsswith postspontaneous delivery or abdominal delivery did EIB and 18 48.6 patients did not do EIB. Therewas no significant differences in demographic characteristics between the two groups. There wassignificant differences in the variable method of delivery. Most of patients in no EIB group hadabdominal delivery p 0,003. This study also included 43 doctors and midwives as EIB implementers also 12 managerial staffs. Most of implementer respondents stated that EIB alreadydone well. The patient 39 s medical condition that does not allow the EIB, no EIB in post cesareanpatient, less support and socialization about EIB from hospital, as well as low maternal knowledgewere the executive respondents complaints. This study found the disintegration between the managerial and executive staff, causing ambiguity in the implementation of the EIB.
Conclusion: The opportunitiy of EIB implementation is affected by medical condition of mother andfetus, method of delivery, hospital support, EIB policy socialization, and patient rsquo s level of knowledge.There are so many challenges for our hospital to implement EIB, such as no policy of EIB in operatingroom, the majority of patients are obstetric referral case with complication so that the mother 39 scondition is often not possible to run EIB, knowledge of the managerial about EIB differ greatly, lowsocialization regulations and other elements of the EIB implementation. There is also disintegration between the manager and executive staff causing ambiguity in the implementation of the EIB and thelack of supervision of EIB implementation in the field.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
T48660
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Firmansyah
"ABSTRAK
Nama : Firmansyah
Program Studi : Kajian Administrasi Rumah SakitJudul : Analisis Pelayanan Keluarga Berencana Rumah Sakit di RumahSakit Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2016
Tesis ini membahas tentang analisis pelayanan keluarga berencana KB diRumah Sakit Mohammad Hoesin Palembang yang bertujuan menganalisis faktorfaktoryang berperan dalam pelaksanaan pelayanan KB di Rumah SakitMohammad Hoesin RSMH Palembang. Penelitian ini menggunakan metodepenelitian berdesain cross sectional dengan menggunakan data primer dansekunder; dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif melalui telaah dokumen,observasi, kuesioner, wawancara mendalam, dan diskusi kelompok terfokus. Hasilpenelitian didapatkan bahwa pelayanan KB di RSMH berjalan dengan cukup baiknamun terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi pelayanan KB di RSMH padahampir seluruh aspek pelayanan KB mulai dari kebijakan dan organisasi; sarana,prasarana dan peralatan yang masih belum lengkap; kompetensi dan jumlahtenaga; prosedur pelayanan; sumber dan mekanisme alat kontrasepsi; pembiayaan;pencatatan dan pelaporan; pengendalian kualitas pelayanan; monitoring danevaluasi; pengembangan pelayanan; serta pengetahuan dan perilaku petugaskesehatan. Penelitian ini menyarankan pelayanan KB di RSMH memerlukandukungan dan perhatian yang lebih dalam dari pihak RSMH dengan mulaimemperbaiki dan mengatasi masalah dan hambatan yang terjadi serta perluadanya koordinasi dan kerja sama yang lebih baik dan lebih tegas baik secaraintern dengan divisi atau departemen lain dalam lingkungan RSMH dan dengandinas dan instansi yang terkait dengan pelayanan KB di RSMH.Kata kunci: keluarga berencana, pelayanan kontrasepsi, alat kontrasepsi.

ABSTRACT
Author Firmansyah
Study Programme Hospital Administration Research
Tittle Analysis of Family Planning Hospital Services inMohammad Hoesin Hospital Palembang Year 2016
This thesis discusses the analysis of family planing in Mohammad HoesinHospital Palembang RSMH . The aim of this study is to analyze factors that playrole in the implementation of family planning services in RSMH. It used crosssectional study design, using primary and secondary data as well as quantitativeand qualitative approaches through the study of documents, observation,questionairre, in depth interview, and focused group discussion. We found thatfamily planning services provided in RSMH has been running well, but there werefactors that played role in the implementation of family planning services, locatedin almost all aspects, such as policy system incomplete infrastructures competence and the number of health workers standard service procedure sources and mechanism of the contraceptive tools financial problems recordingand reporting system quality control services monitoring and evaluation development services also knowledge and behavior of the health workers. Familyplanning services need support and more serious attention from the directorsthrough efforts to improve and overcome the problems and obstacles. In addition,the board of directors requires better coordination effort and cooperation on theinternal level between divisions or departments within the hospital and withrelevance instance.Key words familly planning, contraceptive services, contraception tools.
"
2016
T46978
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dini Andriani Pramitasari
"ABSTRAK
Nama : Dini Andriani PramitasariProgram Studi : Kajian Administrasi Rumah SakitJudul : Analisis Waktu Tunggu Pada Pasien yang Menjalani Radioterapidi Rumah Sakit Dr. Mohammad Hoesin PalembangLatar Belakang: Peningkatan jumlah kanker menyebabkan peningkatan akankebutuhan pelayanan kanker. Tatalaksana pada waktu yang tepat akanmemberikan hasil pengobatan yang optimal. Waktu tunggu radioterapi dapatmenggambarkan kualitas pelayanan rumah sakit.Tujuan: Mengetahui waktu tunggu radioterapi pada pasien kanker serviks, kankerpayudara, dan kanker nasofaring serta faktor pasien dan manajemen yang dapatmempengaruhi.Metode: Studi kohort retrospektif dengan mengumpulkan data melalui rekammedik pasien kanker serviks, kanker payudara, dan kanker nasofaring yangdirujuk ke Sub Radioterapi RSMH sejak Januari 2015. Waktu tunggu dihitungsejak ada hasil patologi anatomi hingga mulai radioterapi. Studi dilanjutkandengan analisis kualitatif pada faktor manajerial yaitu sarana prasarana, sumberdaya manusia, rencana perbaikan, regulasi/ kebijakan, dan anggaran terhadapadanya waktu tunggu radioterapi.Hasil: Terdapat 180 pasien kanker yang dimasukan dalam penelitian, denganmasing-masing kanker berjumlah 60 pasien. Median waktu tunggu radioterapikanker serviks adalah 131 hari. Median waktu tunggu radioterapi kanker payudaraadalah 144,5 hari. Median waktu tunggu radioterapi kanker nasofaring adalah 224hari. Analisis bivariat dilakukan terhadap variabel-variabel pasien dan didapatkantidak ada hubungan yang bermakna secara statistik terhadap waktu tunggu p>0,05 . Hasil observasi, wawancara mendalam dan telaah dokumen/ teorididapatkan bahwa keterbatasan sarana prasarana, kurangnya jumlah sumber dayamanusia, ketiadaan regulasi, dan keterbatasan anggaran mempengaruhi adanyawaktu tunggu radioterapi.Kesimpulan: Waktu tunggu radioterapi masih panjang dan belum memilikistandar, baik untuk kanker serviks, kanker payudara, dan kanker nasofaring.Diperlukan koordinasi dari berbagai profesi terkait onkologi untuk mendiskusikandan memutuskan waktu optimal pelayanan kanker, khususnya dalam bentuk timmultidisiplin kanker. Pemenuhan kesenjangan antara kebutuhan dan ketersediaanalat radiasi dan sumber daya manusia dapat menjadi solusi untuk mengurangiwaktu tunggu radioterapi.Kata kunci:Faktor Demografi, Kanker Nasofaring, Kanker Payudara, Kanker Serviks,Radioterapi, Waktu Tunggu

ABSTRACT
Name Dini AndrianiStudy Program Healthcare AdministrationTitle Analysis of Waiting Time in Patients UndergoingRadiotherapy at Dr. Mohammad Hoesin PalembangGeneral HospitalBackground Increasing number of cancers caused an increase in the need forcancer services. Treatment in the appropriate time will give an optimal result.Radiotherapy waiting time can describe the quality of hospital services.Aim to describe radiotherapy waiting time in cervical cancer, breast cancer, andnasopharyngeal cancer and to examine patient factors and managerial factorsassociated with waiting time.Methods restrospective cohort study conducted by collecting data from medicalrecord for cervical cancer, breast cancer, and nasophryngeal cancer which arereferred to Radiotherapy unit since January 2015. Wait time is define as sinceanatomical pathology confirmed of cancer until start of the first radiotherapy. Thisstudy then continued using qualititative analysis in managerial factors, such asinfrastructure, human resources, plan of improvement, regulation, and funding.Result there was 180 cancer patients, with each cancer is 60. The medianRadiotherapy waiting time for cervical cancer, breast cancer, and nasopharyngealcancer is 131 days, 144,5 days, and 224 days consecutively. There is noassociation between patients demographic characteristics age, education, workingstatus, stage of cancer, domicile, and comorbidities with wait time. From indepthinterviews, observation, and literature review, it is known that shortage ofinfrastructure and medical equipment, human resources, no regulation, andlimitation of budgeting influenced the wait time.Conclusion radiotherapy wait time is still too long and have no standard forcervical cancer, breast cancer, and nasopharyngeal cancer. Coordination betweenall oncologists is needed to discuss the optimal time for cancer services. One ofthe solutions to decrease wait time is by fulfillment between needs and demand ofradiotherapy tools and human resources.Key words Breast Cancer, Cervical Cancer, Demographic Factor, Nasopharyngeal Cancer,Radiotherapy, Waiting time"
2017
T47236
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syafaruddin
"Salah satu prioritas pembangunan nasional adalah pendidikan. Untuk bidang kesehatan, salah satu fokusnya adalah pengembangan sumber daya manusia seperti yang tercantum dalam Visi Indonesia Sehat 2010. Bentuk implementasi pengembangan SDM itu diantaranya Praktek Klinik Keperawatan mahasiswa Akper Depkes Palembang.
Untuk menyempurnakan sistem pelaksanaannya perlu diadakan suatu penelitian demi mencari sumber permasalahan dan hambatan dalam praktek klinik keperawatan. Permasalahan yang diteliti menyangkut input perencanaan Praktek Klinik Keperawatan yang meliputi ketenagaan akademik, kurikulum, tempat praktek dan instrukwr klinik.
Selanjutnya penelitian informasi dari input itu difokuskan terhadap bagaimana perencanaan tersebut terimplementasikan dalam proses pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan praktek klinik keperawatan.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Karena itu, sampel penelitian ini bersifat purposive. Tehnik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam (indepth interview) dan focus group discussion (FGD) yang dilaksanakan mulai bulan Maret sampai April 2002. Informan penelitian adalah staf edukatif Akper Depkes serta Kabid Diklit, Kabid Perawatan dan Instruktur klinik RSMH Palembang.
Penelitian ini menunjukkan bahwa belum adanya perumusan perencanaan praktek klinik keperawatan yang terpadu dikarenakan belum adanya keterlibatan berbagai pihak. Perencanaan itu meliputi ketenagaan akademik, Kualifikasi Dosen pembimbing praktek yang ideal seharusnya S-1 Keperawatan, namun kenyataanya dosen pembimbing tersebut lulusan D III keperawatan dan lulusan sarjana keperawatan ataupun non keperawatan.
Dalam pelaksanaan praktek klinik keperawatan, didapatkan kurangnya koordinasi diantara sesama staf Akper Depkes dan RSMH Palembang. Hambatan dari pihak Akper Depkes adalah kurangnya keterlibatan dosen pembimbing dengan alasan transportasi dan kesibukan. Hambatan dari RSMH Palembang adalah belum optimalnya instruktur klinik dalam melakukan bimbingan terhadap mahasiswa. Selain itu, belum memadainya perencanaan fasilitas khusus mahasiswa Akper yang berupa alat kedokteran maupun keperawatan yang disediakan oleh Akper Depkes maupun RSMH Palembang.
Dalam pengorganisasian didapatkan adanya sistem kepanitiaan yang terpisah antara Akper Depkes dengan RSMH Palembang, seperti yang terlihat dalam SK kepanitiaan. Selain itu organisasi praktek klinik keperawatan belum mengacu pada pedoman pengelolaan praktek kerja lapangan yang dikeluarkan Depkes. Untuk pemantauan dan penilaian praktek klinik keperawatan, dosen pembimbing dari AKPER dan instruktur klinik RSMH Palembang masih mempunyai persepsi yang berbeda.
Berdasarkan hasil penelitian, ada berbagai saran yang perlu ditindaklanjuti. Pertanla pihak Akper Depkes, melibatkan berbagai pihak terkait dalam pembuatan prencanaan, meningkatkan koordinasi baik sesama staf maupun dengan lahan praktek. Kedua, RSMH Palembang hendaknya dapat memenuhi kebutuhan fasilitas mahasiswa untuk praktek, meningkatkan koordinasi kepanitian untuk praktek mahasiswa, serta satu panitia terpadu khusus mengelola mahasiswa praktek.
Daftar bacaan: 38 (1984 - 2001)

Study on The Nursing Clinic Practice of Nursing Academy Students of Palembang Health Department in Dr. Mohammad Hoesin Hospital in Palembang 2002One of National Development Program Priorities is education. For health education, among its focuses is human resource development as stated Indonesian Health Vision 2010. This development is implemented such as into nursing clinic practice of Nursing Academy Students of Palembang Health Department.
To make its implementation system perfect, there should be a research to find problem sources on nursing clinic practice which covers academic human power, curriculum, practicing place and clinic instructor. Then, the information is studied with the focus of how the planning is realized to the process of organization, realization and surveillance of nursing clinic practice.
As the research was qualitative, its sample way purposive. Data collecting technique used depth interview and focus group discussion done in March and April 2002. The informant were nursing academic staff and Kabid Diklit, Head of Nursing Service and clinic Instructor of RSMH Palembang.
This research shows that there is no integrated planning composition of nursing clinic practice because the related parties are not involved.
The planning consists of academic staff on. Ideal counseling lecture qualification should be from Nursing Graduate Program, yet they are from nursing diploma program or other program now.
It is proved that nursing clinic practice has problem as it is not coordinated by the academy staff and officers of RSMH Palembang. In relation to this, the academy staff is poorly involved because of their busy activities and transportation limitation. On the other hand, RSMH instructors haven't done their duties best. In addition, there is no proper facility such as medical and nursing tools for nursing academy students provided specially by the academy and RSMH Palembang.
In nursing practice organization, the academy and RSMH have their own team as proved by committee appointment letter. Then, nursing practice organization is not standard based on The Health Department. In order to supervise and evaluate nursing clinic practice, counseling lecturer of AKPER and RSMH clinic instructor still have different perception.
Based on research result, there are some suggestions. First, Nursing Academy of Health Department involve related parties to make planning and improve staff coordination and practicing facility. Second, RSMH Palembang should provide proper facilities, improve coordination committee, make an integrated committee for the nursing students for better practice.
Reference: 38 (1984 - 2001)"
Depok: Universitas Indonesia, 2002
T 8243
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yusuf Muhammad
"industri perumahsakitan merupakan usaha yang sangat kompleks, dinamis, padat karya, padat modal, bertehnologi tinggi dan multidisiplin yang selalu dipengaruhi perubahan Iingkungan yang cepat, maka manajemennya pun sangat kompleks. Salah satu komponen dasarnya adalah manajemen keuangan.
Dengan pengelolaan keuangan yang baik akan menunjang pengembangan rumah sakit melalui peningkatan pendapatan sehingga semua biaya investasi, biaya operasional dan pemeliharaan dapat tertutupi. Salah satu sumber pendapatan yang terbesar berasal dari pasien jaminan pihak ketiga. Sayangnya tidak seluruhnya berhasil ditagih, sisanya ditagih kemudian. Karena itu manajemen piutang perlu mendapat perhatian khusus.
Data keuangan RS. Dr. M. Hoesin Palembang tahun 1999 - 2002 menunjukan bahwa pendapatan jaminan pihak ketiga meningkat berturut-turut dari 126,66% (2000), 140,36% (2001) dan 153,36% tahun 2002 yang diikuti naiknya piutang jaminan pihak ketiga yang lebih besar 133,90% (2000), 217,17% (2001) menjadi 169,79% tahun 2002. Disamping itu, terdapat saldo piutang yang berumur lebih dan 90 hari per 31 Desember 2002 sebesar 52,30% dan total piutang yang berasal dan perusahaaan. Sekitar 35% dari pendapatan rumah sakit berasal dan pendapatan jaminan pihak ketiga. Dengan ditingkatkannya status rumah sakit menjadi rumah sakit Perjan pada tahun 2002, maka semakin penting untukmenganaiisis piutang jaminan pihak ketiga di RS. Dr. M.Hoesin (RSMH) Palembang tahun 2001
Penelitian ini dilakukan di RS. Dr. Mohammad Hoesin Palembang dari bulan April sampai Mei 2003, bertujuan untuk upaya yang dapat dilakukan dalam meningkatkan efektifitas manajemen piutang di RSMH Palembang. Rancangan penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan melakukan wawancara mendalam. pengamatan terhadap proses yang sedang berjalan dan kajian dokumen.
Dari hasil peneltian disimpulkan bahwa penyebab tingginya piutang karena belum diterapkannya sanksi kepada debitur yang telat membayar, kurang selektifnya pemberian piutang, kurangnya dana penagihan, kurang tegasnya protap penagihan, kurang akuratnya pembebanan biaya dan terlambatnya pembuatan surat tagihan..ladi pembayaran debitur perbulan masih rendah yaitu 41, 02%. Disamping itu saldo piutang per 31 Desember 2002 yang berumur lebih 90 hari sebesar 52,30% yang berasal dari debitur perusahaan.
Saran yang diusulkan untuk meningkatkan efektifitas manajemen piutang yaitu menerapkan sanksi lebih tegas kepada debitur yang telat bayar, mempertegas protap penagihan piutang dan membuat protap penutupan rekening, meningkatkan peran Tim verifikasi, pelimpahan wewenang dan menyediakan anggaran yang cukup untuk penagihan serta membentuk Tim Khusus untuk menangani piutang yang macet.

Hospitals industry is an enterprise and complex, dynamic, intensive capital investment and requires intensive of labor and multidiscipline. In addition, it is influenced by environment change rapidly. It requires a highly complex management. Financial management is an essential component of hospital management
The properly finance management will significantly contribute income for the hospital. This increase will in turn recovers the operational and maintenance and investment cost. One of the biggest of becoming is patient of third party. Unfortunately, not all of transaction paid in cash and remaining of payment is collected later. So, the management of account receivable is very important to handle specifically.
The financial data of RS. Dr. M. Hoesin Palembang for period 1999 - 2002, it is showed that income of the third party increased 126,66% (2000), 140,36% (2001) to 153,36% in year 2002, it is more than followed account receivable of the third party 133,90% (2000), 217,17% (2001) to 167,79% in year 2002. About 35% hospital revenues derived from revenue of the third paty. With on becoming Perjan status, it is necessary account receivable of the third party analysis on year 2002.
This study used in depth interview, direct observation, and investigated of the document on effectiveness of the management account receivable in RS. Dr. Mohammad Hoesin Palembang during April - May 2002. The design of study is qualitative approach.
The research finding causes of the high account receivable was not be applied the sanction yet for the third party pay too late, the giving of the account recievable is not selective, the collection budget is not enough, The standard operational procedure is not clear, The billing record is not accurate, The making of claim letter is very long, So the total received payment of debitor is still low is 41,02%. Beside there were account receivable which had been more than 90 days, about 52,30% of total account receivable per December 31, 2002 derived from the firm debitor.
As suggestion to effectiveness of the management of account receivable are; the aplication of sanction agree with credit policies, making more clear SOP of collecting and making SOP of Write off, The role of Verification Team increased, the delegation of authority and the budgeting of collecting is sufficient and making of specifically Team to handle bad debt.
References: 20 ( 1981 - 2002)
"
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T12634
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aswawarman
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan anemia ibu hamil dengan persalian preterm di Rumah Sakit Umum Pusat Mohammad Hoesin Palembang.
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah "Case Control", dimana sebagai kasus adalah persalinan dengan umur gestasi 28 minggu s/d kurang dari 37 minggu, sedangkan sebagai kontrol adalah persalinan dengan umur gestasi 37 minggu s/d 42 minggu.
Populasi pada penelitian ini adalah ibu yang melahirkan di Rumah Sakit Umum Pusat Mohammad Hoesin Palembang, sedangkan sampelnya adalah seluruh ibu yang melahirkan di RSUP Mohammad Hoesin Palembang dari bulan Januari tahun 2000 s/d Desember tahun 2002.
Hasil penelitian diperoleh anemia ibu hamil (Hb< 10,6 gr %) berhubungan signifikan dengan persalinan preterm dan ibu hamil dengan kadar hemoglobin < 10,5 gr % berisiko 2,5 kali dibandingkan dengan ibu yang mempunyai kadar hemoglobin normal (Hb I0,6 gr %) dengan OR = 2,53 (95 % CI : 1,37-4,68) dan nilai p = 0,003. Adapun variabel yang mempunyai risiko terbesar terhadap kejadian persalinan preterm adalah riwayat melahirkan bayi prematur dimana kelompok ibu yang mempunyai riwayat melahirkan bayi prematur berisiko 4 kali dibandingkan dengan kelompok ibu yang tidak mempunyai riwayat melahirkan bayi prematur.

The Relationship between Maternal Anemia with Preterm Delivery in Mohammad Hoesin Hospital, PalembangThis study aims to understand the relationship between maternal anemia with preterm delivery in Mohammad Hoesin Hospital, Palembang.
Design employed in this study was case-control design where cases were preterm deliveries defined as gestational age of 28 weeks to less than 37 weeks, while controls were deliveries of gestational age of 37 weeks to 42 weeks.
Population in this study was mothers delivered in Mohammad Hoesin Hospital and sample was all mothers who delivered in Mohammad Hoesin Hospital from January 2000 to December 2002.
The result found maternal anemia (Hb <10.6 gr%) significantly related to preterm delivery and mothers with hemoglobin level less than 10.6 gr% had 2-5 higher risk of having preterm delivery compared to those with normal hemoglobin level (Hb 10.6 gr%) with OR = 2.53 (95% CI: 1.37-4.68) and p value = 0.001 The biggest risk factor of preterm delivery was premature history where mothers with premature history had 4 times higher risk to have preterm delivery compared to those without premature history."
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T 12901
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kms Anhar
"[Instalasi gawat darurat (IGD) rumah sakit adalah bagian dari rumah sakit yang memberikan layanan terdepan. Di Rumah Sakit dr. Mohammad Hoesin (RSMH) Palembang sudah terdapat IGD berdasarkan SK Direktur Utama Rumah Sakit yang menetapkan struktur organisasi, tugas dan tanggung jawab, visi dan misi, dan prosedur tetap pelayanan gawat darurat. IGD RSMH Palembang dikepalai oleh seorang dokter spesialis bedah urologi dibantu oleh dua orang kepala ruangan.
Standar pelayanan di IGD sudah menerapkan standar layanan sesuai dengan standar akreditasi KARS 2012. IGD keberadaannya di rumah sakit diatur oleh Kepmenkes RI No. 856/Menkes/SK/IX/2009 tentang Standar IGD. Kepemenkes ini mengatur tentang standarisasi pelayanan gawat darurat di rumah sakit, dalam Kepmenkes tersebut
diatur standar organisasi, sumber daya manusia, pelayanan, kelengkapan sarana prasarana di IGD. Di RSMH Palembang telah dilaksanakan dokter spesialis jaga on site di IGD sejak 30 Januari 2014 sebagai tindak lanjut Kepmenkes RI tersebut. Sejak dilaksanakan kebijakan dokter spesialis jaga on site di IGD masih dijumpai kepatuhan para dokter masih belum optimal dan walaupun mutu layananan semakin membaik sejalan dengan telah terakreditasi paripurna rumah sakit versi KARS 2012. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana implementasi kebijakan dokter spesialis jaga on site di IGD sudah dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang diharapkan sesuai dengan Kepmenkes. Penelitian dilakukan dengan metode kualitatif melalui wawancara mendalam pada informan. Informan yang diwawancarai adalah jajaran Direktur RSMH Palembang, Ketua Komite Medik, Kabag. Keuangan, Kepala ruangan IGD dan para dokter spesialis. Penilaian hasil wawancara menggunakan kerangka fikir model implementasi kebijakan George Edward III dengan variabel
sumber daya, komunikasi, disposisi dan struktur organisasi.
Dari hasil penelitian ini didapatkan implementasi kebijakan dokter spesialis jaga on site belum berjalan dengan baik, disebabkan karena faktor komunikasi, disposisi dan struktur organisasi belum berjalan baik dan masih banyak perlu dukungan sumber daya. Usulan yang diberikan adalah penambahan dan kompetensi tenaga sesuai standar, revisi SOP, penyediaan media komunikasi, perbaikan fasilitas,
meningkatkan koordinasi dan fungsi pengawasan secara berkala, advokasi ke Kemenkes RI.;Emergency department (ED) is a part of hospital which giving advanced services. In dr. Mohammad Hoesin (RSMH) Palembang hospital already own an emergency department based on SK director of the hospital whom establishes the organizational structure, duties and responsibilities, vision and mission, and standard operating procedures emergency services. ED RSMH Palembang is lead by a specialist urology and assisted by two heads of the room. Standard service of ED has implementing service standards according to accreditation standards KARS 2012. ED in the hospital arranged Indonesian health minister No. 865/Menkes/SK/IX/2009 about ED standards. The head of health minister regulates the standardization of emergency services at the hospital, which managing standard organizations, human resources, services, completeness infrastructure in ED. RSMH Palembang has been implemented specialist doctors duty on site in the ER since January, 30th 2014 as a follow-up of the head of the Indonesian health minister. Ever since implemented a policy specialist on duty in the ER site still found the compliance of the doctors are still not optimal and although the quality of service has improved in line with acreditation hospital KARS version 2012. This research aims to determine how the implementation of policy specialists doctors on site in the ER has been implemented in accordance with the expected goals in accordance with the head of health minister. Research done with qualitative method by performing in-depth interviews on informants. Informants interviewed are RSMH Palembang board of directors, chairman of the medical committee, chief financial officer, head of the ED room and specialist doctors. Assessment interview results are using logical framework policy implementation model George Edward III with variable resources, communications, disposition and organizational structure. From the results of this study, the implementation of policy specialist doctors
on site guard has not run well, due to the communication factor, disposition and organizational structure has not been going well and much needed resource support. The given proposal is the addition of appropriate power and competence standards, the revised SOP, provision of communication media, improvement of facilities,
improving the coordination and monitoring functions regularly, advocacy to the head of the Indonesian health minister, Emergency department (ED) is a part of hospital which giving advanced
services. In dr. Mohammad Hoesin (RSMH) Palembang hospital already own an
emergency department based on SK director of the hospital whom establishes the
organizational structure, duties and responsibilities, vision and mission, and standard
operating procedures emergency services. ED RSMH Palembang is lead by a
specialist urology and assisted by two heads of the room. Standard service of ED has
implementing service standards according to accreditation standards KARS 2012.
ED in the hospital arranged Indonesian health minister No.
865/Menkes/SK/IX/2009 about ED standards. The head of health minister regulates
the standardization of emergency services at the hospital, which managing standard
organizations, human resources, services, completeness infrastructure in ED. RSMH
Palembang has been implemented specialist doctors duty on site in the ER since
January, 30th 2014 as a follow-up of the head of the Indonesian health minister. Ever
since implemented a policy specialist on duty in the ER site still found the
compliance of the doctors are still not optimal and although the quality of service has
improved in line with acreditation hospital KARS version 2012.
This research aims to determine how the implementation of policy specialists
doctors on site in the ER has been implemented in accordance with the expected
goals in accordance with the head of health minister. Research done with qualitative
method by performing in-depth interviews on informants. Informants interviewed are
RSMH Palembang board of directors, chairman of the medical committee, chief
financial officer, head of the ED room and specialist doctors. Assessment interview
results are using logical framework policy implementation model George Edward III
with variable resources, communications, disposition and organizational structure.
From the results of this study, the implementation of policy specialist doctors
on site guard has not run well, due to the communication factor, disposition and
organizational structure has not been going well and much needed resource support.
The given proposal is the addition of appropriate power and competence standards,
the revised SOP, provision of communication media, improvement of facilities,
improving the coordination and monitoring functions regularly, advocacy to the head
of the Indonesian health minister]"
Universitas Indonesia, 2015
T44220
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizki Fauzi Suskhan
"Latar belakang: Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya kantung ketuban sebelum persalinan. KPD dapat menyebabkan komplikasi yang dapat mengancam nyawa baik bagi ibu maupun bayi. Penelitian ini akan memberikan gambaran yang faktual, sistematis, dan terbaru mengenai fakta terkait kejadian ketuban pecah dini di RSCM dengan karakteristik demografi yang diselidiki. Metode: Penelitian observasional deskriptif ini mengggunakan desain potong lintang. Populasi penelitian adalah Ibu hamil yang bersalin di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta selama periode Agustus hingga Desember 2021 dengan besar sampel sebanyak 80 subjek yang dalam rekam medis terdiagnosis mengalami ketuban pecah dini, diambil dengan teknik purposive sampling. Hasil: Pada penelitian ini didapatkan umur pasien diantara 16—46 tahun dengan rata-rata 29.4541 6.559. Lama pendidikan formal yang ditempuh mayoritas pasien maupun pasangannya, yakni 7 – 12 tahun baik pasien (60%) maupun pasangannya (72.5%). Jenis pekerjaan pasien didominasi oleh yang tidak bekerja (62.5%) sedangkan untuk pasangan didominasi oleh karyawan swasta (52.5%). Alamat asal tempat tinggal pasien yang memiliki persentase terbesar berasal dari Jakarta Timur (33.8%). Sebagian besar pasien multigravida (63.7%), tetapi hampir setengahnya nullipara (46.3%), dan hampir seluruh pasien tidak memiliki riwayat KPD sebelumnya (96.3%). Kesimpulan: Mayoritas pasien KPD pada penelitian ini memiliki ciri-ciri: lulusan SMA/sederajat (48.8%), tidak bekerja (62.5%), bertempat tinggal di Kota Jakarta Timur (27%), multigravida (63.7%), nullipara (46.3%), dan tidak memiliki riwayat KPD (96.3%).

Introduction: Premature rupture of membrane (PROM) is defined as the rupture of the amniotic sac before the onset of labor. PROM may cause complications that threaten the mother's and her baby's lives. This research will give factual, systematic, and newest information on the case of premature rupture of membrane at RSCM. Methods: This cross-sectional study used a descriptive observational approach. The population are pregnant women that gave birth at RSCM from August to December 2021. Total of 80 samples was obtained using purposive sampling from secondary data in the medical records that were diagnosed with premature rupture of membrane. Result: In this study, the patient's age was between 16 and 46 years with an average of 29.4541 ± 6.559. The length of formal education taken by the majority of patients and their partners is 7-12 years, both patients (60%) and their partners (72.5%). The type of jobs of patients is dominated by those who do not work (62.5%) while for couples it is dominated by private employees (52.5%). The patient's residence address which has the largest percentage comes from East Jakarta (33.8%). Most of the patients were multigravida (63.7%), but almost half were nulliparous (46.3%), and almost all patients had no previous history of PROM (96.3%). Conclusion: The majority of PROM patients in this study had the following characteristics: high school graduates/equivalent (48.8%), not working (62.5%), residing in East Jakarta City (27%), multigravida (63.7%), nullipara (46.3%), and had no history of PROM (96.3%)"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>