"Penelitian ini menganalisis pergeseran bentuk dan makna dalam penerjemahan cerita anak Die Geschichte vom Löwen, der nicht schreiben konnte karya Martin Baltscheit, yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Nathalie Sugondho Nasution dengan judul Kisah Seekor Singa yang Tidak Bisa Menulis. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pergeseran bentuk dan makna yang terjadi selama proses penerjemahan juga dampaknya terhadap kualitas terjemahan berdasarkan teori transposisi Catford (1965), teori penerjemahan Larson (1984), dan parameter penilaian Nababan, Nuraeni, dan Sumardiono (2012). Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif-kualitatif dengan pendekatan komparatif terhadap teks sumber (bahasa Jerman) dan teks sasaran (bahasa Indonesia). Hasil analisis menunjukkan 76 data yang mengalami pergeseran bentuk, terdiri atas pergeseran tingkat (11 data), pergeseran struktur (26 data), pergeseran kelas kata (23 data), pergeseran unit (9 data), dan pergeseran intrasistem (7 data). Struktur kalimat dalam teks sasaran cenderung disederhanakan dibandingkan teks sumber, khususnya dalam pemilihan kata dan struktur kalimat, namun makna utama cerita tetap terjaga. Penilaian kualitas terjemahan menunjukkan bahwa aspek keakuratan memperoleh skor 48,6%, keberterimaan 81,3%, dan keterbacaan 96,3%. Temuan ini menunjukkan bahwa fokus utama penerjemahan lebih menekankan keberterimaan dan keterbacaan untuk memastikan cerita dapat dinikmati pembaca anak-anak sesuai dengan tujuan penerjemahan. Dengan demikian, terjemahan Kisah Seekor Singa yang Tidak Bisa Menulis dinilai berhasil menyampaikan pesan cerita dengan baik, relevan, dan mudah dipahami oleh pembaca anak-anak di Indonesia.
. This study analyzes the shifts in form and meaning in the translation of the children's story Die Geschichte vom Löwen, der nicht schreiben konnte by Martin Baltscheit, translated into Indonesian by Nathalie Sugondho Nasution under the title The Story of a Lion Who Could Not Write. This study aims to identify the shifts in form and meaning that occur during the translation process and their impact on the translation quality based on Catford's transposition theory (1965), Larson's translation theory (1984), and Nababan, Nuraeni, and Sumardiono's assessment parameters (2012). The research method used is descriptive-qualitative with a comparative approach to the source text (German) and target text (Indonesian). The results of the analysis show 76 data that experience shape shifts, consisting of level shifts (11 data), Universitas Indonesia structural shifts (26 data), word class shifts (23 data), unit shifts (9 data), and intrasystem shifts (7 data). The sentence structure in the target text tends to be simplified compared to the source text, especially in word choice and sentence structure, but the main meaning of the story is maintained. The assessment of translation quality shows that the accuracy aspect scored 48.6%, acceptability 81.3%, and readability 96.3%. This finding shows that the main focus of translation emphasizes acceptability and readability to ensure that the story can be enjoyed by children readers in accordance with the purpose of translation. Thus, the translation of The Story of a Lion Who Could Not Write is considered successful in conveying the message of the story well, relevant, and easily understood by children readers in Indonesia."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2025