Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3600 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"The diversity of wild banana species (genus Musa, listed in Flora of Java) has been revised. The present taxonomic study is based on morphological characteristics observed in the herbarium specimens deposited at the Herbarium Bogoriense (BO), living collections in the Bogor Botanical Garden, the Cibodas Botanical Garden, and during the explorations done at Mt. Salak, West Java. Eight species of Musa (Musa acuminata, M. balbisiana, M. coccinea, M. ornata, M. salaccensis, M. sanguinea, M. textilis and M. velutina) and seven infraspecific taxa of M. acuminata are recognized in Java, of which two infraspecific taxa are endemic. West Java is the center of distribution for the wild banana species in Java. Taxonomic descriptions including an identification key are presented."
[Research Center for Biology, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Research Center for Biology], 2015
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Lulut Dwi Sulistyaningsih
"The diversity of wild banana species (genus Musa, listed in Flora of Java) has been revised. The present taxonomic
study is based on morphological characteristics observed in the herbarium specimens deposited at the Herbarium
Bogoriense (BO), living collections in the Bogor Botanical Garden, the Cibodas Botanical Garden, and during the
explorations done at Mt. Salak, West Java. Eight species of Musa (Musa acuminata, M. balbisiana, M. coccinea, M.
ornata, M. salaccensis, M. sanguinea, M. textilis and M. velutina) and seven infraspecific taxa of M. acuminata are
recognized in Java, of which two infraspecific taxa are endemic. West Java is the center of distribution for the wild
banana species in Java. Taxonomic descriptions including an identification key are presented.
Keanekaragaman Pisang-pisang Liar (Marga Musa) di Jawa. Studi keanekaragaman jenis pisang-pisang liar (marga
Musa) di Jawa dilakukan untuk memperbarui informasi dalam buku Flora of Java. Studi taksonomi ini dilakukan
berdasarkan karakter morfologi dari spesimen yang berasal dari herbarium Bogoriense (BO), koleksi pisang liar di
Kebun Raya Bogor, Kebun Raya Cibodas, dan hasil eksplorasi yang dilakukan di Gunung Salak, Jawa Barat. Sebanyak
delapan jenis Musa (Musa acuminata, M. balbisiana, M. coccinea, M. ornata, M. salaccensis, M. sanguinea, M. textilis
dan M. velutina) dan tujuh infraspesifik taksa dari M. acuminata ditemukan di Jawa, dua diantaranya merupakan taksa
endemik. Jawa Barat merupakan pusat keanekaragaman pisang-pisang liar di Jawa. Deskripsi taksonomi dan kunci
identifikasi disajikan dalam tulisan ini."
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Bogor, Herbarium Bogoriense, Botany Division, Research Center for Biology, 2016
J-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"The Banana weevil, cosmopolities sordidus Germar, is an important pest o fhighland banana and plantain in Africa, but it exists in low densities in presumed area of origin in southeaast Asia such as in Indonesia. This suggests a possible exisyance of effective co-evolved natural enemies in the origin area of Indonesia, especially West Sumatra. The objectives of this study were: 1. to evaluate banana weevil pest status at selected sites in west Sumatra, 2. to survey parasitoids and predators, and 3. to determine the control potential of the most important natural enemies."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Lulut Dwi Sulistyaningsih
"Dua Catatan Baru Pisang Liar (Musa balbisiana dan Musa itinerans) dari Sulawesi. Studi keanekaragaman pisang- pisang liar di Sulawesi telah dilakukan menggunakan karakter morfologi spesimen herbarium yang dikoleksi dari Sulawesi dan disimpan di Herbarium Bogoriense, Bogor Indonesia (BO). Spesimen baru yang dikoleksi dari Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Tenggara dan gambar digital spesimen tipe juga digunakan dalam studi ini. Penelitian bertujuan mengetahui keanekaragaman pisang liar di Sulawesi, mengingat sebagian besar spesimen Musaceae yang tersimpan di BO belum teridentifikasi. Berdasarkan pengamatan terhadap 110 lembar spesimen herbarium, dapat diketahui lima jenis dari marga Musa termasuk didalamnya dua taksa intraspesifik dari M. acuminata yang tumbuh di Sulawesi . Musa acuminata, M. celebica, dan M. textilis telah dilaporkan sebelumnya tumbuh secara liar di Sulawesi. Sementara itu, Musa balbisiana dan M. itinerans merupakan dua catatan baru pisang liar di Sulawesi. Pada artikel ini kami menyediakan kunci identifikasi, deskripsi, peta distribusi, dan gambar ilustrasi dari kedua jenis tersebut.

The diversity of wild banana species in Sulawesi was investigated based on the morphological characteristics of herbarium specimens collected in Sulawesi and deposited in the Herbarium Bogoriense, Bogor, Indonesia (BO). New specimens were collected from Central, North, South, and Southeast Sulawesi, and digital type specimens were also used in this study. The aim of this study was to describe the diversity of wild banana species in Sulawesi as most Musaceae specimens stored at BO have not been identified. By examinating 110 sheets of herbarium specimens, five species of Musa, including two infraspecific taxa of M. acuminata housed in Sulawesi, were identified. Musa acuminata, M. celebica, and M. textilis were previously reported from Sulawesi. However, M. balbisiana and M. itinerans are two new records of wild banana species in Sulawesi. Identification keys, descriptions, distribution maps, and line-drawing illustrations of these two species are provided."
Institut Pertanian Bogor. Faculty of Mathematics and Natural Sciences, 2014
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Andri Hermawan
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komposisi pohon hutan pamah
dan struktur tegakannya di Hutan Adat Imbo Mengkadai (HAIM). Penelitian
dilakukan dengan menggunakan metode jalur yang dikombinasikan dengan
metode petak. Pengamatan dilakukan pada cuplikan yang berjumlah 100 petak
masing-masing berukuran 10 m x 10 m sehingga luas total petak 1 hektare, yang
disebar secara sistematis pada beberapa jalur. Berdasarkan hasil penelititan
didapat pohon sejumlah 96 spesies 34 famili dari 681 individu pohon. Famili
yang mempunyai keanekaragaman jenis terbanyak adalah Euphorbiaceae,
Moraceae, Annonaceae , Lauraceae , Dipterocarpacea dan Myrtaceae dengan
Nilai Kepentingan (NK) yang paling tinggi yaitu Sloetia elongata. Hutan Adat
imbo Mengkadai termasuk kawasan hutan pamah yang di dalamnya terdapat
sebaran pohon Artocarpus. Genus Artocarpus merupakan pohon yang banyak
menghasilkan buah dan mempunyai berbagai manfaat. Hasil inventaris genus
Artocarpus di HAIM didapat tujuh spesies Artocarpus yaitu A. integer, A.
rigidus, A. nitidus, A. anisophyllus, A. odoratissimus. A. elasticus dan A. cf.
vrieseanus. Jumlah spesies yang kerapatannya tinggi yaitu A. rigidus (15 pohon),
dan yang terendah A. cf. vriseanus (2 pohon). Untuk melihat pola sebaran
Artocarpus menggunakan Indeks Morista, hasil analisis menunjukkan setiap
spesies berbeda. Pola sebaran berkelompok terdapat pada A. rigidus, pola sebaran
acak terdapat pada A. integer dan A. anisophyllus, pola sebaran teratur terdapat
pada A. odoratissima, A. elasticus, A. nitidus dan A. cf vriseanus. Hasil
perhitungan Nilai Kepentingan (NK) tertinggi terdapat pada A. rigidus tingkat
pohon (NK=84,9) belta (NK=84,4) yang terendah A. cf vrieseanus tingkat pohon
(NK=13,6) tingkat belta (NK=13,5). Regenerasi yang bagus terdapat pada A.
nitidus dan A. rigidus di mana kerapatan tingkat belta dan pohon perbandingannya
tidak jauh berbeda. Pada masa akan datang spesies A. nitidus dan A. rigidus
mempunyai peluang terbesar untuk dapat bertahan di tegakan HAIM.
ABSTRACT
This study aims to determine the composition of tree lowland forest and structure
of the its standing in Hutan Adat Imbo Mengkadai (HAIM). The study was
conducted by using the transect method combined with the plot method.
Observations were made on samples totaling 100 plots each measuring 10 m x 10
m constituting total area of 1 hectare, which were distributed systematically. The
tree inventory recorded 96 species of 34 families and 681individuals. Families
that have the highest species diversity are Euphorbiaceae, Moraceae,
Annonaceae, Lauraceae, Dipterocarpacea and Myrtaceae. Sloetiea elongata has
the highest Important Value (IV). Hutan Adat Imbo Mengkadai is a lowland
forest area. Containing Artocarpus species are trees that produce a lot of fruits and
many other benefits. Inventory results obtained Seven species. Artocarpus were
recorded namely A. integer, A. rigidus, A. nitidus, A. anisophyllus, A.
odoratissimus. A. elasticus and A. cf vriseanus. The species with highest density
is, A. rigidus (15 trees), and the lowest A. cf vrieseanus (2 trees). The distribution
pattern of Artocarpus using Morista index, showed. Clustered distribution pattern
in A. rigidus, random distribution pattern in A. integer and A. anisophyllus,
regular distribution pattern in A. odoratissima, A. elasticus, A. nitidus and A. cf
vrieseanus. Species with highest Importance Value (IV) was A. rigidus at tree
level (IV = 84.9) sapling (IV = 84.4) is the lowest tree level was A. cf vrieseanus
(IV = 13.6) and at sapling level (IV = 13.5). Good regeneration occurred in A.
nitidus and A. rigidus where sapling and tree densities were comparably not much
different. In the future A. nitidus and A. rigidus will survive in the HAIM."
2013
T35348
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dina Akmalia
"ABSTRAK
Kadar gula total merupakan salah satu parameter internal untuk kualitas buah. Pada penelitian ini diperkenalkan sistem pengukuran kadar gula total tanpa merusak buah menggunakan hyperspectral imaging dalam rentang panjang gelombang V-NIR 400-1000 nm . Komponen utama pada sistem hyperspectral imaging adalah lampu halogen dan kamera hiperspektral. Hyperspectral imaging bekerja dengan memanfaatkan data reflektansi dari permukaan buah pisang dan menggunakan Partial Least Square Regression PLSR dan Support Vector Machine SVM untuk analisis spektral dan spasial yang menghasilkan model yang dapat memprediksi nilai kadar gula total dan klasifikasi tingkat kematangan pada buah pisang. Nilai kadar gula total pada buah pisang sebagai data pembanding diuji menggunakan refraktometer. Pada penelitian ini digunakan 15 pisang raja dan 15 pisang ambon yang terdiri dari 5 pisang mentah, 5 pisang matang dan 5 pisang terlalu matang. Dari PLSR dan SVM model didapatkan nilai RMSE 0,4091 , koefisien korelasi R2 sebesar 0,997 dan kesalahan klasifikasi 0 untuk pisang raja dan didapatkan nilai RMSE 0,4802 , koefisien korelasi R2 sebesar 0,996 dan kesalahan klasifikasi 0 untuk pisang ambon. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem hyperspectral imaging dapat digunakan sebagai instrumen untuk pengukuran kadar gula total pada buah pisang.

ABSTRACT
Sugar content is one of the internal parameters for fruit quality. In this study, a non destruction measurement system for sugar content is introduced using hyperspectral imaging in the V NIR spectral range 400 1000 nm . The main components of the hyperspectral imaging system are halogen lamps and hyperspectral cameras. Hyperspectral imaging works by utilizing reflectance data from banana surfaces and using Partial Least Square Regression PLSR and Support Vector Machine SVM for spectral and spatial analysis that create a model that can predict total sugar content and banana maturity stage classification. The value of sugar content in banana was tested using refractometer as comparison data. In this study used 15 raja bananas and 15 ambon bananas consisting of 5 raw bananas, 5 ripe bananas and 5 overripe bananas. PLSR and SVM model provided RMSE of 0,4091 , correlation coefficient R2 of 0,997 and classification error of 0 for raja bananas and provided RMSE of 0,4802 , correlation coefficient R2 of 0,996 and classification error of 0 for ambon bananas. The results showed that the hyperspectral imaging system can be used as an instrument for measuring total sugar content in bananas."
2017
S67036
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Najma
"Dalam penelitian ini, karbon aktif dari limbah kulit pisang digunakan sebagai sumber karbon untuk pertumbuhan nanokarbon dan karbon nanotube. Proses pertumbuhannya adalah dengan menggunakan metode pirolisis sederhana dan dekomposisi metana. Dibutuhkan suhu yang lebih tinggi untuk menghasilkan CNT dengan pirolisis sederhana yaitu 950°C sedangkan karbon aktif yang diimpregnasi dengan katalis Fe dan didekomposisi metana menghasilkan MWCNT tipe tip-growth. Aliran N2/CH4 memiliki hasil yang lebih baik daripada hanya aliran CH4 dalam suhu 800°C dan waktu reaksi 1 jam.
Karbon aktif yang dikalsinasi terlebih dahulu dapat menghasilkan nanokarbon dengan diameter lebih rendah yaitu 1,5-23nm dari pada karbon aktif tanpa kalsinasi (17-40nm). Konsentrasi metana rata-rata 1%wt Fe/karbon aktif 65,27% lebih besar daripada 5%wt Fe/karbon aktif 64,30%. Karbon aktif dari limbah kulit pisang ini dapat menghasilkan nanokarbon dan karbon nanotube walaupun memiliki luas permukaan rendah.

Activated Carbon (AC) from banana peel waste is used to growth of nanocarbon and carbon nanotube with Simplicity pyrolisis method and methane chemical vapour decomposition. Synthesis nanocarbon with simplicity pyrolisis have to in high temperature 950°C but with catalytic impregnation Fe and activated carbon via methane chemical vapour decomposition can produce MWCNT. CNTs formed over Fe catalyst illustrated a typical tip-growth phenomenon. The ideal condition at reaction temperature of 800°C and reaction time of 1 hour for Nanocarbons growth was noticed under N2/CH4 gas flow ratio of 2:1 rather than only CH4 atmosphere.
Activated carbon with calcination can produce nanocarbon with small diameter (1,5nm-23nm) rather than activated carbon with noncalcination (17-40nm). Average methane concentration 1%wt Fe/AC (65,27%) more high than 5%wt Fe/AC (64,30%). Therefore as a result, banana peel activated carbon can produce nanocarbon although have low-surface area.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42598
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ummi Syifa Khusnuzon Ariyat Puteri
"ABSTRAK
Penelitian mengenai pengaruh kultivar dan bentuk olahan buah pisang
terhadap pertumbuhan anggrek Paphiopedilum liemianum Karas. & Saito telah
dilakukan di Laboratorium Biosari, Taman Wisata Mekarsari, Bogor, pada
November 2013 – April 2014. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh
bubur dan tepung pisang kultivar ambon lumut, batu, dan raja sereh terhadap
pertumbuhan anggrek P. liemianum secara in vitro. Penelitian menggunakan 7
perlakuan, yaitu media RE tanpa tambahan pisang (K), RE + 100 mgl-1 bubur
pisang ambon lumut (A1), RE + 27,74 mgl-1 tepung pisang ambon lumut (A2), RE
+ 100 mgl-1 bubur pisang batu (B1), RE + 18,02 mgl-1 tepung pisang batu (B2), RE
+ 100 mgl-1 bubur pisang raja sereh (C1), dan RE + 32,02 mgl-1 tepung pisang raja
sereh (C2). Hasil penelitian dianalisis secara deskriptif dengan perhitungan ratarata
dan deviasi standar untuk setiap parameter pertumbuhan. Secara umum tidak
ada perbedaan pengaruh yang cukup besar antara penggunaan bubur pisang dan
tepung pisang. Data menunjukkan perlakuan A2 cenderung baik untuk
pertambahan panjang daun, lebar daun, dan panjang akar pada eksplan. Selain itu,
perlakuan B2 baik untuk pertambahan jumlah daun dan jumlah akar. Dengan
demikian, tepung pisang ambon lumut dan tepung pisang batu dapat digunakan
sebagai alternatif bahan tambahan media untuk mendukung pertumbuhan daun
dan akar anggrek P. liemianum secara in vitro.

ABSTRACT
Two forms (pulp and powder) of 3 banana cultivars (ambon lumut, batu,
and raja sereh) were tested to improve the in vitro growth of Paphiopedilum
liemianum Karas. & Saito plantlets. Seven experimental treatments (RE with no
banana added (K), RE + 100 mgl-1 pisang ambon lumut pulp (A1), RE + 27,74
mgl-1 pisang ambon lumut powder (A2), RE + 100 mgl-1 pisang batu pulp (B1), RE
+ 18,02 mgl-1 pisang batu powder (B2), RE + 100 mgl-1 pisang raja sereh pulp (C1),
and RE + 32,02 mgl-1 pisang raja sereh powder (C2)) were used in order to find
the best result of plantlet growth. Based on the descriptive analysis of five growth
parameter, there was no difference between the effect of banana pulp and banana
powder use. The powder of pisang ambon lumut (A2) tends to affect on the
increase of the leaf length, the leaf wide, and the root length of plantlets, while
pisang batu powder (B2) tends to increase the number of leaves and roots. Thus,
pisang ambon lumut powder and pisang batu powder can be used as an alternative
additives to support in vitro growth of P.liemianum leaves and roots."
Universitas Indonesia, 2014
S54295
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lazarus Agus Sukamto
"Buah avokad mempunyai kandungan nutrisi yang sangat baik bagi masyarakat khususnya kandungan lemak tidak jenuh dan protein yang tertinggi bila dibandingkan jenis buah lain. Untuk tujuan komersial, tanaman avokad perlu diperbanyak secara vegetatif untuk memperoleh bibit yang telah terbukti kualitas dan kuantitas tinggi, serta berbuah lebih awal. Keberhasilan penyambungan sangat dipengaruhi oleh kesegaran entres. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keberhasilan dan pertumbuhan sambungan tanaman avokad dengan menggunakan entres yang disimpan dalam pelepah batang pisang selama dua hingga sembilan hari. Parameter pengamatan meliputi persentase tingkat hidup sambungan, pertumbuhan panjang, jumlah daun, jumlah cabang, dan panjang percabangan batang atas setiap bulan sampai enam bulan. Data pertumbuhan dianalisis secara statistik dengan ANOVA dan uji lanjut Duncan. Lama penyimpanan entres berpengaruh terhadap tingkat hidup hasil sambungan dan pertumbuhan batang atas avokad. Rerata tingkat hidup bibit sambungan avokad terus menurun dari 99,5% pada umur satu bulan sampai 71% pada umur enam bulan setelah penyambungan, tetapi tidak mengalami penurunan setelah lima bulan penyambungan. Penyimpanan entres avokad dalam pelepah pisang dapat dipertahankan kesegarannya selama sembilan hari, yaitu tingkat hidup sambungan 60% - 84% enam bulan setelah penyambungan. Ada kecenderungan bahwa makin lama penyimpanan entres, makin menurun pertumbuhan batang atas avokad; sebaliknya makin lama umur penyambungan, makin meningkat pertumbuhan batang atas avokad, kecuali jumlah cabangnya yang relatif tidak meningkat setelah dua bulan penyambungan."
Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor-LIPI, {s.a.}
580 BKR 17:1 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Babatope Olufemi
"This work investigates the comparative adsorptive removal of Ni (II) ions from aqueous solution using coconut shell and banana peel. Optimum conditions for adsorption were determined by experimental design, while Analysis of Variance (ANOVA) and BonferroniHolm Posthoc significance statistical tests on operational parameters were also conducted. The parametric effect of adsorbate dose, adsorbent dose, pH, contact time, particle size and temperature were varied individually, and their effect on the percentage of Ni (II) ion removal was estimated. The maximum percentage removal was achieved at a pH of 8.0 by both adsorbents. The optimum conditions obtained for both adsorbents were 4.5 g adsorbent dose, 30 min contact time and 25 oC for coconut shell, and 4.5 g adsorbent dose, 120 mins and 25 oC for banana peel. The Langmuir isotherm best described the adsorption, with correlation coefficient (R2 ) values of 0.9821 and 0.9744 for banana peel and coconut shell respectively. The mean free energy from the Dubinin-Radushkevich isotherm suggested chemisorption, and the adsorption mechanism was found to fit the second order."
Depok: Faculty of Engineering, Universitas Indonesia, 2018
UI-IJTECH 9:3 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>