Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 10474 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Alfani Prima Kusumasari
"Peningkatan Kemampuan Anak Autis Menggosok Gigi melalui Foto: Studi Subjek Tunggal di Indonesia. Autisme merupakan gangguan perkembangan pada anak dengan prevalensi kejadian 1 : 88 anak di dunia. Sebanyak 50% anak autis usia sekolah mengalami kesulitan dalam menggosok gigi secara mandiri. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan menggosok gigi anak autis usia sekolah menggunakan foto. Metodologi penelitian kuantitatif kuasi eksperimen dengan menggunakan desain subjek tunggal (single subject design). Sebanyak tiga orang subjek penelitian yang merupakan anak autis usia sekolah beserta orangtua mereka berpartisipasi dalam penelitian ini. Intervensi diberikan menggunakan rangkaian foto mengenai tahapan dalam menggosok gigi setelah terlihat trend kemampuan pada fase baseline. Pengukuran kemampuan menggosok gigi dilakukan pada fase baseline, intervensi, maintenance, dan generalisasi. Hasilnya, kemampuan menggosok gigi Anak A, B, dan C meningkat dari 14, 21, dan 22 menjadi 30, 31, dan 30. Kemampuan menggosok gigi pada ketiga anak meningkat setelah dilakukan intervensi dan menetap pada fase generalisasi.

Autism is a developmental disorder in children that now affects 1 : 88 children in the world. As many as 50% of school- age children with autism face difficulty in independently performing oral hygiene. This research seeks to increase the ability of children with autism in performing oral hygiene through the use of photographs. The methodology of the research is quantitative quasi-experimental through the single subject design. The three research subjects are school-age children with autism, and their parents also participated in this research. Intervention is conducted through a series of photographs on the steps in performing oral hygiene after the ability trend in the baseline phase is observed. Assessment of the ability to perform oral hygiene is done in the baseline, intervention, maintenance, and generalization phases. The result is that the ability to perform oral hygiene for Children A, B, and C increases from 14, 21, and 22 to 30, 31, and 30. The ability to perform oral hygiene for the three children increases after intervention and settles in the generalization phase."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2015
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Alfani Prima Kusumasari
"Peningkatan Kemampuan Anak Autis Menggosok Gigi melalui Foto: Studi Subjek Tunggal di Indonesia. Autisme merupakan gangguan perkembangan pada anak dengan prevalensi kejadian 1 : 88 anak di dunia. Sebanyak 50% anak autis usia sekolah mengalami kesulitan dalam menggosok gigi secara mandiri. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan menggosok gigi anak autis usia sekolah menggunakan foto. Metodologi penelitian kuantitatif kuasi eksperimen dengan menggunakan desain subjek tunggal (single subject design). Sebanyak tiga orang subjek penelitian yang merupakan anak autis usia sekolah beserta orangtua mereka berpartisipasi dalam penelitian ini. Intervensi diberikan menggunakan rangkaian foto mengenai tahapan dalam menggosok gigi setelah terlihat trend kemampuan pada fase baseline. Pengukuran kemampuan menggosok gigi dilakukan pada fase baseline, intervensi, maintenance, dan generalisasi. Hasilnya, kemampuan menggosok gigi Anak A, B, dan C meningkat dari 14, 21, dan 22 menjadi 30, 31, dan 30. Kemampuan menggosok gigi pada ketiga anak meningkat setelah dilakukan intervensi dan menetap pada fase generalisasi.

Autism is a developmental disorder in children that now affects 1 : 88 children in the world. As many as 50% of schoolage children with autism face difficulty in independently performing oral hygiene. This research seeks to increase the ability of children with autism in performing oral hygiene through the use of photographs. The methodology of the research is quantitative quasi-experimental through the single subject design. The three research subjects are school-age children with autism, and their parents also participated in this research. Intervention is conducted through a series of photographs on the steps in performing oral hygiene after the ability trend in the baseline phase is observed. Assessment of the ability to perform oral hygiene is done in the baseline, intervention, maintenance, and generalization phases. The result is that the ability to perform oral hygiene for Children A, B, and C increases from 14, 21, and 22 to 30, 31, and 30. The ability to perform oral hygiene for the three children increases after intervention and settles in the generalization phase."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Alfani Prima Kusumasari
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas stimulasi penggunaan foto terhadap kemampuan menggosok gigi anak autis usia sekolah. Metodologi penelitian kuantitatif kuasi eksperimen dengan menggunakan desain subyek tunggal (single subject design). Sebanyak tiga orang responden yang merupakan anak autis usia sekolah beserta orangtua mereka berpartisipasi dalam penelitian ini. Intervensi diberikan menggunakan rangkaian foto mengenai tahapan dalam menggosok gigi setelah terlihat trend kemampuan pada fase baseline. Pengukuran kemampuan menggosok gigi dilakukan pada fase baseline, intervensi, maintenance, dan generalisasi. Hasilnya, kemampuan menggosok gigi pada ketiga anak meningkat setelah dilakukan intervensi dan menetap pada fase generalisasi.

The aim of this research is to know the effectiveness of stimulation using photograph to the ability of school-age children with autism in performing oral hygiene. The methodology used in this research is quantitative approach using quasi experiment, single subject design. There are three school-age children with autism together with their parents participated in this research. Intervention is given to the children right after the exact trend has measured in the baseline phase. Measurements are done in baseline, intervention, maintenance, and generalization phase. Result showed that the ability of those children is increasing after given the intervention.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
T41877
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gambhir, Natasha
Saarbrücken: LAMBERT Academic Publishing, 2013
613 GAM o
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
618.928 982 How c
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Alfani Prima Kusumasari
"Kanker merupakan penyakit degeneratif yang dapat diderita oleh orang dewasa dan anak-anak dengan angka kejadian cukup tinggi di dunia. Sebanyak 50 anak dengan kanker mengalami gangguan dalam melaksanakan aktivitas perawatan diri sebagai akibat dari kanker tersebut maupun efek samping dari terapi kanker. Tujuan dari pembuatan karya ilmiah akhir ini adalah untuk memberikan gambaran mengenai aplikasi teori self-care Orem pada klien anak dengan kanker yang mengalami defisit perawatan diri: perawatan mulut di RSUPN Dr Cipto Mangunkusumo Jakarta. Selain itu, karya ilmiah akhir ini juga bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai peran perawat spesialis anak di ruang rawat anak non infeksi. Terdapat lima kasus kelolaan yang dibahas dalam karya ilmiah ini yang semuanya memiliki masalah defisit perawatan diri: perawatan mulut. Asuhan keperawatan diberikan menggunakan pendekatan teori self-care Orem mulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi. Hasil evaluasi menunjukkan ada klien yang dapat lebih mandiri dalam melakukan higiene oral namun ada pula yang tidak berhasil. Penulis merekomendasikan untuk memperhatikan usia dan tahap tumbuh kembang klien yang akan diberikan intervensi dengan aplikasi teori self-care karena hal tersebut berpengaruh terhadap keberhasilan intervensi.

Cancer is a degenerative illness suffered by adults and children with high incidence in the world. Around 50 children with cancer are having difficulties in performing daily activities as a result of cancer itself or side effect of cancer therapy. This final report is a description of Internship Pediatric Nursing Program clinical practice. The aim of this final report is to give a brief description about the application of Orem rsquo s self care theory on children with cancer performing self care deficit oral hygiene thus giving description about the role of pediatric nurse in non infection children ward. There are five cases of children who are performing self care deficit oral hygiene explained here. Nursing care was performed using self care theory approach from assessment to evaluation. The result is that there are children who finally able to do oral hygiene independently, but there are also children who can not do oral hygiene independently. The recommendation of this report is that the children must be selected based on their age and developmental stage because those two factors contribute to the success of intervention.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2015
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Seach, Diana
New York: Routledge , 2007
371.94 SEA i
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Bunting, Russell W.
Philadelphia: Lea & Febiger, 1962
613 BUN o
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Fitria Kusuma Dewi
"ABSTRAK
Kemampuan oral hygiene dan status oral health mempengaruhi status nutrisi lansia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kemampuan oral hygiene dan status oral health dengan status nutrisi pada lansia. Desain deskriptif korelasional dengan pendekatan cross sectional di PSTW Budi Mulia 02 & 04 DKI Jakarta dengan 93 responden. Instrumen untuk mengukur status nutrisi MNA dan penilaian status oral health dengan OHAT. Responden penelitian ini 65,6% perempuan, kemampuan oral hygiene 54,8% tidak adekuat serta oral health 66,7% tidak sehat dan 68,82% mengalami masalah nutrisi. Ada hubungan yang bermakna antara status oral health dengan status nutrisi (p=0,028) dengan OR 3,104 (1,219-7,907). Kemampuan oral hygiene tidak berhubungan secara langsung dengan status nutrisi (p=0,493) namun, secara tidak langsung status oral health dipengaruhi oleh kemampuan oral hygiene (p=0,046) dengan OR 2,685 (1,105-6,522). Care giver diharapkan melakukan oral hygiene untuk meningkatkan status oral health pada lansia di panti sehingga dapat meningkatkan status nutrisi.

ABSTRACT
Ability of oral hygiene and oral health status influence nutritional status in elderly. This research aims to determine correlation between the ability of oral hygiene and oral health status with nutritional status in elderly. This research uses descriptive correlation design with cross-sectional approach which is applied to 93 elderly from PSTW Budi Mulia 02 & 04 DKI Jakarta. Instrument used to assess nutritional status in this research is MNA and to assess status oral health use OHAT. The research?s respondent is consisted of 65.6% female, 54.8% have inadequate oral hygiene, and 66.7% have unhealthy the oral health status and 68.82% have nutritional problem. There is a correlation between oral health status and nutritional status (p=0,028) with OR 3.104 (1.219-7,907). Besides, result shows that there was no correlation between the ability of oral hygiene and nutritional status (p=0.493), but it proves how oral health status is influenced by the ability of oral hygiene (p=0.046) with OR 2.685 (1.105-6.522). The ability of oral hygiene doesn?t correlate directly to nutritional status but it fairly correlates to oral health status. Care giver in the institution advised to execute the ability of oral hygiene and oral health status in other to improve nutritional status in elderly."
2014
S55300
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Ainina Novara
"Anak dengan autism spectrum disorder (ASD) memiliki kemampuan komunikasi yang belum berkembang optimal karena adanya gangguan pada masa perkembangan. Mereka memiliki cara meminta yang kurang tepat, misalnya menampilkan perilaku yang kurang sesuai sebagai bentuk permintaan. Diperlukan cara lebih efektif untuk mengganti perilaku meminta yang kurang tepat pada anak dengan ASD. Picture Exchange Communication System (PECS) merupakan sistem komunikasi berbasis gambar yang dirancang untuk membantu meningkatkan kemampuan komunikasi fungsional anak dengan ASD. PECS memungkinan anak untuk berkomunikasi dengan cara menukarkan kartu untuk mendapatkan keinginan dan kebutuhannya yang dilatih menggunakan reinforcement, prompt, dan error-correction. Pada penelitian ini, terdapat dua subjek anak dengan ASD, yakni laki-laki berusia 8 dan perempuan berusia 9 tahun dengan kemampuan komunikasi verbal yang terbatas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas penerapan program intervensi PECS fase dua dalam meningkatkan kemampuan komunikasi. Desain penelitian yang digunakan adalah single subject research design dengan metode pengukuran pre dan post intervensi. Program intervensi PECS fase dua merupakan kelanjutan dari intervensi PECS fase satu yang sebelumnya dilakukan. Hasil dari intervensi ini menunjukkan terdapat peningkatan kemampuan anak dalam melakukan PECS fase dua sebelum dan sesudah intervensi. Hasil ini dipengaruhi oleh faktor karakteristik anak, motivasi terkait reinforcement, serta dukungan orang tua.

Children with autism spectrum disorder (ASD) have communication difficulties due to developmental disorders. They have inappropriate ways to communicate, such as displaying aggressive behavior as a form of request. Therefore, a more effective way to replace inappropriate behaviors in children with ASD is required. Picture Exchange Communication System (PECS) is a communication system designed to help improve the functional communication skills of children with ASD. PECS allows children to communicate by exchanging cards to get their wants and needs which are trained using reinforcement, prompt, and error-correction. In this study, there were two children with ASD (8 years-old boy and 9 years-old girl) with limited communication skills. The purpose of this study was to determine the effectiveness of PECS phase two in improving children communication skills. This study used single subject research design with pre and post intervention measurement method. The PECS phase two program is a follow-up intervention to the previously implemented PECS phase one program. The results of this intervention showed that there was an increase in children's ability to perform PECS phase two before and after the intervention. This result was influenced by child characteristics, motivation, and parental support."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>