Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 141182 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Wahyudi Akmaliah
"Saat rejim Orde Baru berkuasa, khususnya sejak tahun 1990-an, hanya segelintir kelas menengah yang memiliki ponsel. Tulisan ini memaparkan signifikansi ponsel bagi orang Indonesia dengan memfokuskan pada era rejim Orde Baru. Di sini, saya mengajukan tiga pertanyaan mengenai hal tersebut; bagaimana kemunculan ponsel pada era rejim Orde Baru? Bagaimana respon masyarakat ketika itu? Apa makna kehadiran ponsel bagi masyarakat Indonesia kebanyakan? Kehadiran ponsel pada era Orde Baru disambut hangat oleh anggota masyarakat, khususnya kelas menengah (elit) Indonesia seiring dengan perubahan sistem ponsel dari analog menuju digital. Alih-alih sekedar sebagai alat komunikasi untuk memudahkan pembicaraan, kehadiran ponsel menjadi gaya hidup sama seperti barang-barang ternama lain yang mereka konsumsi. Ponsel sebagai gaya hidup ini memunculkan ketegangan kelas antara kelas menengah dan bawah yang ditandai dengan munculnya aksi kriminal. Sebagaimana saya tunjukkan dalam artikel ini, maksud aksi kriminal ini bukanlah melulu sebagai bentuk tindakan kriminal sebagaimana umumnya, melainkan sebagai bentuk, yang saya sebut Hidup Nggayani (lifestyling), ketidakmampuan seseorang untuk mengkonsumsi barang-barang yang lebih mahal tetapi kemudian ia membeli barang-barang bekas atau mencari ponsel tiruan yang lebih murah. Artikel ini menyimpulkan bahwa gaya hidup kelas menengah itu tidak melulu dikontruksikan sebagai kelas yang mengkonsumsi pakaian, musik, dan makanan, tetapi juga terkait dengan tindakan mereka dalam menyikapi ponsel.
"
FSRD-ITB, 2016
303 JSIOTEK 15:1 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ketut Krisna
"Penelitian ini bertujuan untuk menguji ukuran yang telah ada untuk mengidentifikasi status kelas penduduk dan mengenali kelas menengah Indonesia menggunakan ukuran baru dalam bentuk indeks komposit tertimbang yang menggabungkan variabel ekonomi dan nonekonomi. Hasil penelitian menunjukkan jumlah kelas menengah Indonesia yang dihitung menggunakan Indeks lebih kecil daripada yang dihitung menggunakan ukuran pengeluaran per kapita yang mengindikasikan bahwa kelas menengah dapat dikenali tidak hanya dari tingkat pengeluarannya saja, tetapi juga dari kondisi perumahan, tingkat pendidikan, status pekerjaan, dan gaya hidup. Kelas menengah Indonesia didominasi oleh penduduk berusia produktif dan lebih banyak tinggal di perkotaan. Selain itu penelitian ini juga menemukan bahwa sebagian besar kepala rumah tangga kelas menengah masih berpendidikan di bawah SD/sederajat dengan mayoritas melakukan pekerjaan nonformal. Kelas menengah Indonesia diramalkan masih akan bertumbuh seiring dengan perbaikan pendapatan, pendidikan, dan pekerjaan.

This research aims to test the competence of existing measurement in identifying class status and to identify Indonesian middle class using a new approachment that combines economic and noneconomic measurements. The result shows that the size of middle class that counted by composite index is smaller than the estimation produced by single economic variable measurement. It means that middle class can be identified not merely by its expenditure but also its accomplishment in housing, education, job, and lifestyle. Indonesian middle class is majority constituted by young people and lives in urban area. Most of head of middle class household are low educated and having informal job. The number of Indonesian middle class is predicted to still be expanding mainly driven by the improvement in income, education level, and jobs."
Depok: Universitas Indonesia, 2017
T47869
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dharyagitha Rizal
"Globalisasi dunia yang semakin menunjukkan penet[asinya, semakin
meluas membawa konsep-konsep modernisasi ke negara-negara
berkembang, seperti halnya Indonesia. Dampak globalisasi yang membawa
pengaruh modernisasi semakin terasa di kota-kota metropolitan seperti
halnya Jakarta, yang pada akhimya tumbuh ke arah terbentuknya global
city. Yaitu, kota yang tumbuh dan sangat dipengaruhi secara Iangsung oleh
arus derasnya globalisasi, sehingga memunculkan perubahan-perubahan
sosial yang sangat berarti. _
Perubahan sosial yang terjadi salah satunya adalah, muncuinya
kelas sosial yang disebut dengan ?kelas menengah baru". Yaitu golongan
masyarakat yang elemen utamanya dibentuk oleh kaum profesional dan
eksekutif. Di Jakarta kelompok ini sering disebut sebagai kaum esmuaL
yuppies (young executive) yang selalu berpenampilan glamorous, dan
sebagai generasi yang Iebih oocok diasosiasikan dengan kafe, mal,
intemet_ Dengan kata Iain memiliki gaya hidup (hfestyfe) sebagai komunitas
yang menurut masyarakat awam diidentikkan orang modern, dan sebagai
generasi yang suka berbelanja, we!! educated well informed, memiliki
mobilitas vertikal dan sangat rasional, kosmopolit dan pro-aktif terhadap
wawasan masa depan.Penelilian ini adalah untuk menyimak pola konsumsi dalam gaya
hidup golongan masyarakat kelas menengah baru di Jakarta, khususnya di
era pasca krisis. Dimana pemasalahan utamanya adalah, apakah ada
pergeseran-pergeseran yang cukup berarti dalam gaya hidup (lifestyle)
kelas menengah baru di Jakarta di era pasca krisis ?
Berdasarkan temuan penelitian, gaya hidup (lifestyle) kelas
menengah baru di Jakarta, antara sebelum krisis berlangsung dan pasca
krisis, teridentifikasi dari hasil penelitian tidak mengalami perubahan. Jenis-
jenis aktivitas-aktivitas yang terkait dengan gaya hidup (lifestyle) mereka
relatif tetap. Yang mengalemi perubahan atau pergeseran adalah
?intensitasnya? dalam melakukan aktivitas-aktivitas tersebut. Dalam arti;
ada yang bertambah intensitasnya, dan ada yang berkurang intensitasnya.
Seperti halnya datam mengisi leisure time, kebutuhan akan pengetahuan,
pola konsumsi terhadap basic needs, dan Iainnya. Dimana pergeseran
yang terjadi Iebih disebabkan oleh faktor pendapatan riil (real income) yang
nilainya menurun akibat adanya krisis yang terjadi.
Khusus untuk kebutuhan akan penampilan pribadi (self
performance), ada keoenderungan Iebih memiiih performance yang
sederhana. Akan tetapi citra penarnpilan tetap elegan dan exelence.
Pergeseran ini Iebih disebabkan faktor kebutuhan keamanan pribadi (self
security needs) terhadap ancaman tindakdindak kriminal akibat adanya
krisis yang _me|anda_ U
Pemilihan terhadap jenis-jenis konsumsi secara menyeluruh, mulai
dari barangljasa yang bersifat bask: needs hingga ke barangdasa yang
bersifat non-basic needs, Iebih didasarkan pada;
(1) Konsumsi barang-barang atau jasa-iasa yang memberikan mereka
sifat-sifat yang mengarah pada membantu aktivitas dan kegiatan
mereka menjadi Iebih efektif dan efisien. Daiam arti bahwa dengan waktu, tenaga, biaya yang sama, kegiatan dan aktivitas yang mereka
Iakukan memberikan hasil kepuasan dan kegunaan (utditas) yang
tinggi atau maksimal.
Pertimbangan ?opportunity cost" yang ditekan seminimum mungkin.
Yaitu pertimbangan berapa kerugian yang akan diderita dalam
melakukan suatu kegiatan tertemu yang lebih menguntungkan, jika
hafus melakukan kegiatan Fainnya.
Lebih pada pertimbangan kemanfaatannya atau kegunaannya dan
memang menjadi skala kebutuhannya, bukan Iagi berorientasi pada
faktor "gengsi"."
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
T6093
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Akbar Pratomo
"Konsumsi telah menjadi bagian penting dari kehidupan masyarakat kelas menengah perkotaan yang ditujukan sebagai salah satu cara membentuk ruang gaya hidup yang diinginkan. Dewasa ini kalangan menengah perkotaan menghubungkan kegiatan konsumsi dengan kesadaran terhadap suatu barang bermerek (brand awareness) yang sekaligus menjadi sarana pembentukan identitas. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pembentukan identitas dan gaya hidup masyarakat perkotaan melalui pemaknaan terhadap produk sepatu kickers. Studi penelitian dilakukan dengan pendekatan kualitatif dengan teknik melakukan wawancara mendalam terhadap tujuh informan. Hasil penelitian menunjukkan kesadaran terhadap brand awareness pada kelas menengah perkotaan ditujukan sebagai suatu kebutuhan bukan lagi mengikuti keinginan.

Consumption has been the important part in life for middle class urban people, as a process of forming their own lifestyle based on their desire. At present the middle class urban people relate their consumption activity with the brand awarenes as a part of their identity. The purpose of this research is to find the identity and lifestyle of the urban people through their consumption of the kickers shoes. The qualitative methods was carried out with indepth interview to seven informants. The results revealed that the brand awareness among the middle class serves more as the answer to their need of quality in consumpted goods, rather than suply as a pure answer to their desires."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
S46920
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Glen Felix
"Penelitian ini menjelaskan bahwa bahasa Inggris pada era Globalisasi ini bukan hanya sekedar pengetahuan saja. Seiring perkembangan teknologi, lembaga-lembaga pendidikan bahasa Inggris tampil dalam bentuk yang lebih eksklusif. Akibatnya, munculnya fenomena-fenomena sosial baru, yaitu seseorang tidak hanya untuk meningkatkan penguasaan bahasa Inggrisnya (pengetahuan), akan tetapi sudah menjadi sebuah gaya hidup. Lokasi penelitian ini adalah Lembaga Pendidikan Bahasa Inggris Wall Street Institute di Pondok Indah Mall 1. Metode penelitian adalah studi kasus, dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data adalah pengamatan terlibat (Participant Observations), wawancara (Interviews), dan dokumentasi (Documentation). Hasil penelitian adalah Wall Street Institute telah menyediakan gaya hidup kelas menengah seperti fasilitas, pelayanan jasa, ruang yang nyaman, dan metode belajar yang modern, cepat, dan fleksibel.

The study explains that the English language in the era of globalization was not merely knowledge. As the development of technology, institutions of English language appeared in the form of the more exclusive. As a result, the emergence of new social phenomena, that a person not only to enhance the mastery of the English language (knowledge), but it has become a lifestyle. The location of the research is language education Institute United Kingdom Wall Street Institute in Pondok Indah Mall 1. Research methods are case studies, using a qualitative approach. Data collection techniques are the participant observations, interviews, and documentation. The research is Wall Street Institute provides a middle class lifestyle such as facilities, services, confident rooms, and modern learning methods, fast, and flexible."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
T35134
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Harrys Argaditya
"Kelas menengah adalah kelompok mayoritas dari masyarakat di dunia yang banyak berkontribusi terhadap perputaran ekonomi di dunia. Meskipun mayoritas penduduk di dunia maupun di Indonesia adalah kalangan menengah, namun kebijakan yang berlaku masih banyak yang belum mewadahi kalangan menengah ini, termasuk dalam aspek perumahan. Hunian adalah suatu kebutuhan primer, namun nyatanya meskipun begitu masih banyak orang yang kesulitan untuk bisa memiliki rumah pribadi. Dalam mendefinisikan kelas menengah dengan konteks Jakarta perlu dilihat dari beberapa perspektif salah satunya adalah dari pendapatan dan juga pengeluaran seseorang serta aset yang dimiliki. Tentunya hal-hal tersebut tidak dapat mendefinisikan secara jelas posisi seseorang dalam sebuah spektrum kelas menengah, namun dapat menjadi acuan dalam menentukan housing attributes yang tepat baginya. Housing attributes adalah aspek-aspek yang melekat dengan suatu hunian dan dapat berupa atribut internal dan eksternal, dan hal-hal inilah yang akan memengaruhi preferensi seseorang ketika ingin memilih suatu hunian, selain menjadi preferensi juga bisa menjadi restriksi. Sehingga dengan konteks yang ada dan restriksi yang berlaku, muncul pertanyaan apakah ada hunian yang layak bagi kalangan menengah di Jakarta? Untuk kalangan bawah sudah ada rumah subsidi dari pemerintah, kalangan atas tentu tidak memiliki permasalahan dalam membeli hunian. Dari analasis yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa kalangan menengah paling menengah di Jakarta belum bisa memiliki hunian dengan status kepemilikan pribadi karena adanya ketimpangan yang terlalu jauh antara pendapatan bulanan dengan harga hunian di Jakarta.

Middle class is a group of people that contributes the most to the world’s economy. Despite that, they’re often overlooked and the policy rarely accomodate them, including in the context of housing. Housing is a primary need, but in reality there’s a lot of people that struggle to have their own private residence. In defining the middle class with the context of Jakarta, it needs to be seen from multiple perspectives such as income, outcome, and also assets. Those things wouldn’t be able to define a person’s position in a spectrum of middle class, but can be a reference in determining the right housing attributes for them. Housing attributes are aspects that stick close to a housing and be in an internal or external form, these kinds of things that’ll affect someone's preference when they’re looking for a new house, other than preference it also can be a restriction. With the existing context and restrictions, it generates a question of is there any proper housing that fits the middle class in Jakarta? For the lower class there’s already subsidized housing from the government, the upper class surely doesn’t have the same struggle. From the theoretical and contextual analysis, it’s been found that the ultimate middle class in Jakarta won’t be able to have a private owned housing because of the imbalance of the monthly income compared to the housing prices in Jakarta."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muti Syahidah
"Skripsi ini membahas tentang pilihan mengikuti event lari yang menjadi gaya hidup masyarakat kelas menengah kota Jakarta. Event lari pada awalnya bersifat kompetitif (Sport Run), kini beralih menjadi event lari semi kompetitif (Fun Run). Memiliki kegiatan yang komplit di dalamnya, seperti perlombaan, hiburan dan sosial menjadikan event Olahraga lari ini diikuti oleh mayarakat menengah kota Jakarta. Dilihat dari pola pilihan aktivitas saat waktu luang, pola pemaknaan dan pola konsumsi bahwa mengikuti event olahraga lari adalah gaya hidup masyarakat kota Jakarta. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif melalui wawancara informan, observasi dan survey ringkas. Melalui metode kualitatif, menjelaskan proses terbentuknya aktivitas mengikuti event lari menjadi pilihan gaya hidup masyarakat kelas menengah kota Jakarta. Penelitian ini juga memperlihatkan peran dari peer group, komunitas, media dan swasta dalam pemilihan dan pengembangan event lari ini menjadi gaya hidup dan tren di kalangan masyarakat kelas menengah kota Jakarta. Namun, peran komunitas kurang sifnifikan karena tidak semua peserta lari masuk kedalam komunitas.

This thesis discuse the selection of being in a run event as a middle-class society lifestyle in Jakarta. Run event which is competitive (Sport Run), now become semi-competitivr (Fun Run). As a complete activity such as race, entertainment, and social makes this event a a Jakarta society lifestyle. This research use qualitative method explains how a run event become choice of Jakarta’s middleclass society lifestyle. This rearch also shows the role of peer group, community, media, and privat company in selection and development this run event as a lifestyle and trend in Jakarta’s middle class society. Yet, the role of community, is not significant enough because the lack of runner as a community member."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
S61409
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widya Raditya
"Jumlah pengguna internet di lndonesia semakin lama semakin bertambah. Hingga bulan April 1999 jumlah pengguna Internet di Indonesia sudah mencapai 617.000 orang (Bisnis Indonesia, 29 Juni 1999). Para pengguna Internet tersebut dapat dipandang sebagai suatu pasar yang potensial. Penulis melihat ini sebagai peluang bisnis yang sangat bagus, tetapi sayangnya belum pernah diteliti di Indonesia. Hal inilah yang mendorong penulis untuk meneliti tentang segmentasi di Internet, dalam hal ini segmentasi internet di Indonesia.
Segmentasi di Internet memang sulit untuk dilakukan. Pada pasar tradisional, yang dibatasi geografi, atau demografi, segmen pasarnya jeIas. Segmen-segmen pasar tersebut dapat diteliti, diamati dan dikenali karakteristiknya. Hal seperti itu tidak dapat dilakukan dengan mudah di Internet. Kita dapat menghitung berapa jumlah orang yang mengunjungi homepage kita, namun kita tidak dapat mengetahui siapa mereka. Dengan mempertimbangkan kesulitan yang dihadapi ini, maka penulis akan mencoba meneliti segmentasi di Internet dengan cara melihat gaya hidup dari pengguna internet itu sendiri.
Dalam pemasaran, segmentasi gaya hidup dipakai karena dipercaya memberi gambaran yang Iebih utuh dan lebih kaya tentang berbagai kelompok dalam populasi dibandingkan bila hanya menggunakan data demografis saia. Ini dikarenakan data demografis saja tidak cukup untuk menjawab pertanyaan ini.
Subyek yang dipilih dalam skripsi ini adalah mahasiswa. Dipilihnya mahasiswa diasumsikan bahwa sebagian besar pengguna Internet di Indonesia adalah para mahasiswa. Mereka sering menggunakan lnternet untuk mencari bahan untuk tugas-tugas kuliah, jurnal, maupun untuk sekedar ngobrol (chatting).
Adapun pendekatan gaya hidup yang digunakan penulis dalam skripsi ini adalah pendekatan khusus, karena penelitian terdahulu yang terlalu umum. Langkah pertama adaiah dengan cara melakukan wawancara dengan 9 pengguna lnternet yang terdiri dari pengguna yang pemakaian lnternetnya sangat minim hingga heavy user dan yang kedua adalah dengan memodifikasi kuesioner iVALS.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa pengguna lnternet dapat dikelompokkan ke dalam 6 segmen. Masing-masing tipe gaya hidup ini memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Tetapi karakteristik tersebut tidak seluruhnya berbeda, karena pada aspek-aspek gaya hidup tertentu ada persamaan karakteristik yang mereka miliki.
Untuk penelitian berikutnya studi gaya hidup akan jauh lebih baik apabila diiringi dengan metode kualitatif (wawancara) secara mendalam terhadap beberapa subyek yang mewakili masing-masing segmentasi untuk melihat kesahihan segmentasi. Saran yang kedua adalah dengan melakukan teknik discriminant analysis. Teknik ini memungkinkan untuk melakukan validasi silang untuk mengecek kestabilan sistem tipologi dan juga bila sistem tipologi terbukti baik, kuesioner gaya hidup yang digunakan bisa diberikan untuk pasar atau produk yang berbeda (Susianto, 1993)."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2000
S2897
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tommy Narotama
"Internet adalah suatu jaringan global raksasa yang berasal dari jaringan komputer yang terhubung satu sama lain, yang merupakan media baru dalam dunia pemasaran dan berpotensi untuk mengubah cara suatu perusahaan berkomunikasi dengan konsumennya. (Hoffman dan Novak, 1995). Penerapan strategi komunikasi melalui Internet memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan media tradisional pada umumnya, baik bagi pelaku bisnis maupun bagi para konsumen. Saat ini popularitas Internet, sebagai alat bantu bisnis pada umumnya dan sebagai media komunikasi dan periklanan pada khususnya, semakin meningkat. Hal ini disebabkan prospek perkembangannya yang baik di masa depan, data demografiknya yang menarik, serta potensinya sebagai sarana yang efisien untuk periklanan, pemasaran dan bahkan distribusi langsung barang tertentu serta jasa informasi.
Praktisi di bidang pemasaran menyadari bahwa pengguna Internet merupakan target konsumen yang potensial bagi barang atau jasa yang mereka tawarkan. Jumlah pengguna Internet saat ini sangat besar dan sudah tersebar ke berbagai lapisan masyarakat, tidak hanya terbatas pada kalangan perkomputeran saja, tetapi juga kalangan bisnis, pendidikan, bahkan rumah tangga.
Kesuksesan dalam menggunakan Internet sebagai media pemasaran tentu saja membutuhkan pemahaman yang lebih mendalam. Internet sebagai media permasaran memiliki lingkungan yang berbeda dengan media tradisional. Strategi pemasaran melalui Internet - termasuk periklanan, sarana distribusi, pricing, pengembangan produk - berbeda dengan strategi pemasaran dengan media lain pada umumnya (Belch dan Belch, 1998). Agar strategi pemasaran sukses, suatu perusahaan harus dapat mengenali konsumennya dengan baik serta dapat memuaskan apa yang dibutuhkan dan diinginkan oleh mereka. Para pelaku bisnis cenderung untuk mengidentifikasi kalangan konsumen yang luas dengan kebutuhan yang sama dan akan memunculkan respon yang sama. Proses pengidentifikasian yang disebut segmentasi pasar ini pada hakekatnya adalah membagi konsumen yang ada kedalam kelompok-kelompok tertentu dengan kebutuhan yang sama dan akan memunculkan respon yang sama terhadap aktivitas pemasaran tertentu, misalnya iklan (Belch dan Belch, 1998).
Salah satu metode segmentasi yang umumnya digunakan adalah psychographic segmentation, dimana konsumen dibagi kedalam kelompok-kelompok berdasarkan kepribadian dan/atau berdasarkan gaya hidup sehan-han. Penentuan gaya hidup biasanya dilakukan berdasarkan atas analisa terhadap aktivitas, minat dan opini dari konsumen. Gaya hidup ini kemudian dikorelasikan dengan produk, merek, dan/atau penggunaan media.
Pendekatan segmentasi berdasarkan gaya hidup tidak hanya dihubungkan dengan gaya hidup yang didapat dari analisa mengenai aktivitas, minat dan opini saja, tapi juga dihubungkan dengan nilai-nilai (values) yang dimiliki oleh konsumen itu sendiri. Pengertian mengenai nilai-nilai dari konsumen menjadi penting karena nilai yang dianut oleh konsumen sangat mempengaruhi tingkah laku konsumen.
Penelitian ini ditujukan untuk memperoleh gambaran mengenai gaya hidup dan sistem nilai pada pengguna Internet di daerah Jabotabek, yang diharapkan hasilnya dapat memberikan informasi dan masukkan bagi praktisi di bidang produksi, pemasaran, periklanan, tentang gambaran gaya hidup dan sistem nilai pengguna Internet di Indonesia untuk membuat strategi pemasaran yang tepat untuk kelompok konsumen pengguna Internet ini. Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dan teknik yang digunakan adalah teknik kuesioner. Penelitian kuantitatif ini dilakukan pada 408 subyek yang semuanya merupakan pengguna Internet yang berdomisili di daerah Jabotabek.
Hasil dari penelitian ini adalah didapatkannya gambaran enam profil gaya hidup dan dari pengguna Internet di daerah Jabotabek, serta gambaran nilai dari keenam profil gaya hidup tersebut. Enam gaya hidup yang dihasilkan adaiah gaya gidup ‘Sibuk’ dengan proporsi 11,5% dari seluruh subyek; gaya hidup ‘Tak Acuh’ dengan proporsi sebesar 19,2%; gaya hidup ‘Eksekutif dengan proporsi sebesar 13,9%; gaya hidup ‘Percaya Diri’ dengan proporsi sebesar 19,2%; gaya hidup ‘Soliter’ dengan proporsi sebesar 20,8%; dan yang terakhir adalah gaya hidup ‘Praktis’ dengan proporsei sebesar 15,4% dari seluruh subyek.
Gambaran nilai-nilai yang dipentingkan dan yang tidak dipentingkan dari setiap profil gaya hidup tersebut pada umumnya tidak jauh berbeda, Beberapa nilai pada domain tertentu muncul pada setiap profil gaya hidup dengan urutan kepentingan yang berbedabeda. Setiap profil gaya hidup umumnya mementingkan nilai-nilai yang berada pada domain kebajikan dan keamanan, sedangkan nilai-nilai yang berada pada domain kekuasaan dan tradisi tidak dipentingkan.
Saran untuk penelitian lanjutan adalah penggunaan teknik pengolahan data yang lebih dalam selain analisa klaster, seperti higher order factor analysis atau multiple discriminant agar didapatkan hasil yang saling melengkapi."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2001
S3043
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Fahmi Priyatna
"Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji konsep, pengukuran, dan determinan millennials berada pada kelas menengah, dengan studi kasus Indonesia. Penelitian ini menggunakan model logit dan menetapkan objek penelitian pada level rumah tangga di tiga kohort generasi yang berbeda, yaitu rumah tangga yang dikepalai oleh Millenials, Gen X, dan Baby Boomer. Dengan melakukan komparasi determinan pada kohort generasi yang berbeda, maka penelitian ini dapat memastikan estimasi yang tepat sesuai karakteristik masing-masing generasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penentu utama rumah tangga millennials berada pada kelas menengah adalah: (i) pendidikan (setidaknya lulus pendidikan sekolah menengah atas), (ii) pekerjaan (memiliki pekerjaan penuh waktu, bekerja pada sektor sekunder atau tersier, serta memiliki status sebagai wirausahawan atau karyawan formal), dan (iii) memiliki akses terhadap fasilitas dan layanan (akses terhadap sanitasi, akses terhadap internet, dan akses terhadap keuangan). Hasil estimasi juga menunjukkan bahwa terdapat beberapa perbedaan determinan kelas menengah antara rumah tangga millennials dengan generasi pendahulunya yang dibahas lebih lanjut pada paper ini.

This study aims to examine the concepts, measurements, and determinants of millennials in the middle class, a case study of Indonesia. This study uses a logit model and sets the object of research at the household level in three different generation cohorts, namely households headed by Millenials, Gen X, and Baby Boomers. By comparing the determinants of different generations, this study can ensure the precise estimatation that match the unique characteristics of each generation. The results show that the main determinants of millennials households in the middle class are: (i) education (at least graduating from high school), (ii) employment (having a full-time job, working in the secondary or tertiary sector, having an entrepreneur or a formal employee status), and (iii) having the access to amenities and services (access to sanitation, access to internet, and access to finance). The estimation results also show that there are several differences in the determinants of staying in the middle class between millennials households and their predecessors which are discussed further in this paper."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
T53777
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>