Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 127527 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nita Azka Nadhira
"Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh modifikasi standar diet diabetes melitus terhadap penurunan sisa makanan lunak pasien diabetes melitus. Sisa makanan diukur dengan metode food weighing, sedangkan karakteristik dan penilaian pasien terhadap kualitas makanan RS diukur dengan wawancara dan pengisian kuesioner. Desain studi yang digunakan adalah eksperimental kuasi serial waktu. Sebanyak 12 orang pasien diabetes melitus yang dirawat di kelas III Gedung A RSCM diamati sisa makanan, selera makan, dan penilaiannya terhadap kualitas makanan RS selama tiga hari. Pada hari pertama pasien diberikan makanan sesuai standar diet diabetes melitus RSCM. Pada hari kedua hingga ketiga pasien diberikan intervensi berupa makanan sesuai standar diet diabetes melitus RSCM modifikasi untuk makanan lunak, kemudian sisa makanan pasien hari pertama dan rata-rata hari kedua dan ketiga akan dibandingkan.
Hasil menunjukkan bahwa sisa makanan pasien sesudah intervensi mengalami penurunan yang signifikan (p=0,001). Rata-rata total berat sisa makanan lunak sesudah intervensi (571+381,6 gr) 31,9% lebih sedikit dibanding saat sebelum intervensi (839+471 gr). Usia dan lama masa rawat inap diketahui menjadi variabel perancu dalam intervensi. Penerapan standar diet diabetes melitus modifikasi untuk makanan lunak ini dapat dijadikan alternatif untuk meminimalisasi kejadian sisa makanan pada pasien. Selain itu, diharapkan ahli gizi dapat mengoptimalikan edukasi kepada pasien terutama pasien lansia dan/atau yang baru masuk rumah sakit agar lebih termotivasi untuk menghabiskan makanan yang diberikan RS.

The objective of this study was to examine the effect of diabetes mellitus diet standard modification on diabetic patients decreased plate waste on soft food. Patients plate waste measured by food weighing method. Moreover, patients characteristics, appetite, and evaluation towards the quality of hospital food measured by interview and questionnaire. A time series quasi experimental study was conducted on twelve subjects in third class wards on RSCM A building. Subjects plate waste, appetite, and evaluation towards the quality of hospital food were observed for three days. On the 1st day, patients were given foods based on RSCM?s diabetes mellitus diet standard. After that, intervention were given to patients; food based on RSCM?s diabetes mellitus diet standard modified for soft food on the 2nd up to 3rd day. The plate waste before and after intervention were compared afterwards.
The results showed that patients plate waste after intervention were significantly less than those before intervention (p=0,001). The overall mean plate waste after intervention (571+381,6 gr) was 31,9% lower than before intervention (839+471 gr). Age and length of stay are shown as a confounding variables in the intervention. The implementation of diabetes mellitus diet standard modified for soft food can be an alternative to minimze plate waste on diabetic patients with soft food diet. In addition, dietitian should optimalize the education for the patients especially older and/or newly hospitalized patients, so that they can be more motivated in finishing the food given.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
S63723
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Purba, Chandra Isabella H.
"ABSTRAK
Diabetes Melitus (DM) merupakan kelainan heterogen ditandai oleh kenaikan kadar glukosa darah. Penyakit ini bisa dikelola dengan mematuhi 4 pilar penatalaksanaan DM meliputi pendidikan kesehatan, perencanaan diet, latihan fisik dan minum obat OHO yang harus dipatuhi seumur hidup. Penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi, bertujuan menggali berbagai pengalaman ketidakpatuhan pasien terhadap penatalaksanaan DM. Delapan Partisipan dipilih sesuai kriteria dengan metoda convenience sampling di RSUPN Dr. CM Jakarta. Data dikumpulkan melalui wawancara mendalam yang dilengkapi catatan lapangan, direkam kemudian dibuat transkrip verbatim, selanjutnya dianalisis menggunakan metoda Collaizz. Hasil penelitian mengidentifikasi tujuh tema utama yaitu: makanan diit tidak menyenangkan, tidak memahami manfaat diit menyebabkan ketidakpatuhan, tidak memahami manfaat latihan fisik untuk penatalaksanaan DM, alasan usia sudah lanjut, keterbatasan fisik menyebabkan tidak melakukan latihan fisik, pemahaman yang salah tentang manfaat obat, gagal mematuhi minum obat karena alasan ekonomi. Penelitian menyimpulkan bahwa pasien DM tidak patuh terhadap penatalaksanaan DM dengan alasan terbanyak adalah karena tidak memahami manfaat penatalaksanaan DM. Hasil penelitian mengimplikasikan perlunya pemberian pendidikan kesehatan berkelanjutan khususnya di area keperawatan medikal bedah untuk meningkatkan kepatuhan pasien DM. Peneliti menyarankan perlunya peningkatan kemampuan perawat memberikan pendidikan kesehatan, merancang program untuk meningkatkan kepatuhan pasien dan penelitian lanjutan dengan fenomenologi untuk menggali kepatuhan masing-masing pilar secara khusus
Diabetes Mellitus (DM) is a heterogeneous disorder with improvement of blood glucose. The disease can be treated by using 4 pillars of handling of DM. The pillars are health education, planning of diet, physical exercise, and the using of medicine which have to use for a lifetime. This qualitative study adopted phenomenological approach which goal was to explore various experiences of patient’s non-adherence to the treatment of diabetes mellitus. Participants were selected according to certain criteria by using convenience method. Eight participants who participated in this study had experience of non-adherence to the treatment of diabetes mellitus in RSUPN Dr. CM Jakarta. Data were collected through in depth interview process in two phases and accompanied by field notes. The interview was recorded and converted in to verbatim transcript and then analysed by using Collaizz’s method. The results identified seven major themes which consist of unhappiness diet, not understand about the benefit of diet which made non-adherence, not understand about the benefit of physical exercise for the treatment of diabetes mellitus, the age is old, physical disability makes patient didn’t do physical exercise, incorrect understanding about the benefit of medicine, fail to adhere taking medicine because of economic’s reason. This study concludes that the most reasons of patient’s non-adherence to the treatment of diabetes mellitus is “not understand the benefit of adhering the treatment of diabetes mellitus”. The results of this research give implication about the necessary of giving health education continuously, especially in medical surgical nursing area to improve the adherence of patient with diabetes mellitus. Researcher suggests the need of nursing skills improvement about how to give a good health education, make a program to improve patient’s adherence, and make other research to explore patient’s adherence with 4 pilars specificly.
"
Jakarta: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2008
T24821
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rubita Rahmarianti
"Salah satu komplikasi mikroangiopati dari penyakit DM dan merupakan penyebab kematian terpenting pada penderita DM adalah Nefropati Diabetik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran kejadian Gangguan Ginjal pada penderita DM serta faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian tersebut di RSCM tahun 2012. Penelitian ini dilakukan pada penderita DM yang berobat baik di rawat jalan (Poli DM) maupun rawat inap dengan menggunakan desain cross sectional. Sampel penelitian terdiri dari 255 pasien DM yang terpilih seara random sampling. Hasil penelitian menunjukan bahwa sebanyak 34,9% sampel mengalami Gangguan Ginjal. Hasil dari analisis chi square menunjukan bahwa terdapat hubungan antara jenis kelamin dan lama menderita DM dengan kejadian Gangguan Ginjal.

One of the microangiopathic complications and the most important cause of death in people with diabetes is Diabetic Nephropathy. The purpose of this study was to describe the incidence of renal disorders in patients with diabetes and the factors that influence the event at the RSCM in 2012. The study was conducted in patients with DM were treated well in the outpatient (Poly DM) and hospitalizations using cross-sectional design. The research sample consisted of 255 patients who elected seara DM random sampling. The results showed that as many as 34.9% of the sample had Kidney Disorders. Results of chi-square analysis showed that there is a relationship between sex and the incidence of long- suffering DM Kidney Disorders."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S44912
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agil Bredly Musa
"Hingga saat ini, belum ada penanda biologis yang menggambarkan kondisi penyakit ginjal kronik (PGK) akibat diabetes melitus (DM) sejak dini. Studi ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara rasio albumin kreatinin urin (Urine Albumin Creatinine Ratio, UACR) dengan laju filtrasi glomerulus yang diestimasi (estimated Glomerular Filtration Rate, eGFR) sebagai penanda gangguan fungsi ginjal pada pasien DM tipe 2 RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. Sampel urin dan serum diambil dari 18 subjek sehat dan 10 pasien DM tipe 2. Metode spektrofotometri digunakan untuk mengukur kadar albumin urin, kreatinin urin dan kreatinin serum. Data lain diperoleh dari kuesioner.
Hasilnya, nilai eGFR pasien DM (68,85 ± 15,36 (Cockroft); 73,94 ± 16,30 (CKD-EPI)) lebih rendah dibandingkan dengan subjek sehat (90,51 ± 15,69, p < 0,01 (Cockcroft); 91,13 ± 21,21, p < 0,05 (CKD-EPI)), sedangkan nilai UACR pasien DM (314,99 ± 494,92) lebih tinggi dibandingkan dengan subjek sehat (0,48 ± 0,75, p < 0,01). Namun, tidak ditemukan hubungan yang bermakna antara UACR dengan eGFR pasien DM.

Until now, no biological marker that describes the condition of chronic kidney disease (CKD) due to diabetes mellitus (DM) from the outset. This study aimed to determine the relationship between urine albumin creatinine ratio (UACR) with estimated Glomerular Filtration Rate (eGFR) as a marker of renal dysfunction at type 2 diabetes mellitus patients at RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. Urine and serum samples taken from 18 healthy subjects and 10 type 2 diabetic patients. Spectrophotometric methods used to measure levels of urinary albumin, urinary creatinine and serum creatinine. Other data obtained from questionnaires.
Results, eGFR values were lower in DM patients (68.85 ± 15.36 (Cockroft); 73.94 ± 16.30 (CKD-EPI)) compared with healthy subjects (90.51 ± 15.69, p < 0.01 (Cockcroft); 91,13 ± 21,21, p < 0,05 (CKD-EPI)), while the value of UACR in DM patients (314.99 ± 494.92) was higher than healthy subjects (0.48 ± 0.75, p < 0.01). However, there was no significant correlation between UACR with eGFR of DM patients.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S42858
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Maritza Andreanne Rafa Ayusha
"Latar Belakang Diabetes mellitus telah menjadi permasalahan kesehatan serius, baik secara global maupun di Indonesia. Salah satu komplikasi serius dari diabetes mellitus adalah ulkus kaki diabetes, yang dapat menyebabkan mortalitas dan morbiditas. Identifikasi faktor risiko ulkus kaki diabetes sangat penting dilakukan, sehingga dapat meningkatkan upaya pencegahan secara tepat dan efisien. Data epidemiologi mengenai hal ini di Indonesia masih terbatas, terkhusus di RSCM dengan studi terakhirnya menggunakan data tahun 2012. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor risiko ulkus kaki diabetes di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM). Metode Penelitian ini merupakan studi observasional potong lintang. Sampel penelitian adalah pasien diabetes mellitus di RSCM pada Januari—Juni 2022, dengan metode total sampling. Data yang dianalisis berupa data demografis (usia, jenis kelamin) dan faktor risiko (status hipertensi, obesitas, kontrol gula darah, kadar HbA1c, durasi mengidap diabetes), yang diperoleh dari rekam medis pasien. Data kemudian dianalisis menggunakan Microsoft Excel untuk mengetahui persentase masing-masing faktor risiko. Hasil Hasil penelitian menunjukkan distribusi demografi sebagai berikut: 90,38% pasien berusia lebih dari 45 tahun dengan 55,77% pasien berusia lebih dari 60 tahun, serta 55,77% berjenis kelamin laki-laki dan 44,23% berjenis kelamin perempuan. Hasil penelitian juga menunjukkan distribusi faktor risiko sebagai berikut: 36,54% pasien mengalami obesitas, 78,85% pasien mengalami hipertensi, 86,54% pasien memiliki kadar HbA1c ≥ 6,4%, 82,69% pasien memiliki riwayat kadar gula darah yang tidak terkontrol, serta 84,62% pasien mengidap DM lebih dari 5 tahun dengan di antaranya, 53,85% mengidap DM lebih dari 10 tahun. Kesimpulan Melalui penelitian ini, dapat diketahui persentase masing-masing faktor risiko pada sampel. Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan bagi penelitian berikutnya, ataupun sebagai untuk mengembangkan strategi pencegahan ulkus kaki diabetes.

Introduction Diabetes mellitus has become a serious health issue both globally and in Indonesia. One of the serious complications of diabetes mellitus is diabetic foot ulcers, which can lead to mortality and morbidity. The identification of risk factors for diabetic foot ulcers is crucial to improve prevention efforts accurately and efficiently. Epidemiological study on this topic in Indonesia are still limited, especially at the National Central General Hospital dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM), with its last study using data from 2012. Therefore, this study aims to identify risk factors for diabetic foot ulcers in patients at Dr. Cipto Mangunkusumo National General Hospital (RSCM). Method This study is an observational cross-sectional study. The sample consists of diabetes mellitus patients at RSCM from January to June 2022, utilizing a total sampling method. The data include demographic characteristics (age, gender) and risk factors (hypertension status, obesity, blood sugar control, HbA1c levels, diabetic duration) extracted from patient medical records. Microsoft Excel was employed for data analysis to determine the percentage of each risk factor. Results The research findings revealed the following demographic distribution: 90.38% of the patients were over 45 years old, with 55.77% of them being over 60 years old. Additionally, 55.77% of the participants were male, while 44.23% were female. The study also demonstrated the distribution of risk factors as follows: 36.54% of the patients were obese, 78.85% had hypertension, 86.54% had HbA1c levels ≥ 6.4%, 82.69% had a history of uncontrolled blood sugar levels, and 84.62% had been diagnosed with diabetes mellitus for over 5 years, among which 53.85% had been living with diabetes for more than 10 years. Conclusion This research provides insights into the percentage distribution of each risk factor within the sample population. The findings can serve as a reference for future research or as a basis for developing preventive strategies for diabetic foot ulcers."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rifda Hanun Shalihah
"Latar belakang: Selulitis merupakan infeksi kulit oleh bakteri atau pioderma yang relatif umum terjadi. Angka kejadian selulitis adalah 24,6 per 1000 penduduk per tahun dengan insiden lebih tinggi pada orang berusia 45-65 tahun, di mana selain usia paruh baya, selulitis juga sering terjadi pada lansia. Selain peningkatan usia, jenis kelamin dan diabetes melitus juga dapat meningkatkan risiko selulitis. Tujuan penelitian ini teranalisisnya hubungan antara usia, jenis kelamin, diabetes mellitus dan selulitis pada pasien rawat inap dan rawat jalan RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta. Meskipun telah ada penelitian yang meneliti hubungan antara faktor risiko selulitis dan selulitis di negara lain, jumlah penelitian mengenai hubungan tersebut masih terbatas. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut yang meneliti hubungan antara usia, jenis kelamin dan diabetes mellitus dengan kejadian selulitis. Metode: Studi cross sectional dilakukan dengan total 131 subyek. Data yang digunakan merupakan data sekunder berupa rekam medis pasien. Hasil: Hasil menunjukkan bahwa ada hubungan antara usia dan kejadian selulitis (p-value = 0,044), namun tidak ada hubungan antara kejadian selulitis dan jenis kelamin (p-value = 0,433). Selain itu, ada hubungan antara diabetes mellitus dengan kejadian selulitis (p-value = 0,035). Kesimpulan: Penelitian ini menegaskan bahwa ada hubungan antara usia dan diabetes mellitus dengan kejadian selulitis.

Introduction: Cellulitis is a relatively common bacterial skin infection or pyoderma. The incidence of cellulitis is 24.6 per 1000 population per year with a higher incidence in people aged 45-65 years, where apart from middle age, cellulitis also often occurs in the elderly. In addition to increasing age, gender and diabetes mellitus may also increase the risk of cellulitis. The purpose of this study is to analyze the relationship between age, gender, diabetes mellitus and cellulitis in inpatients and outpatients at RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta. Although there have been studies examining the relationship between risk factors for cellulitis and cellulitis in other countries, the number of studies regarding this relationship is still limited. Therefore, further research is needed to examine the relationship between age, gender and diabetes mellitus with the incidence of cellulitis. Methods: A cross-sectional study was conducted with a total of 131 subjects. The data used is secondary data in the form of patient medical records. Results: Our result shows that there is a relationship between age and the incidence of cellulitis (p-value = 0.044), but there is no relationship between the incidence of cellulitis and gender (p-value = 0.433). In addition, there is a relationship between diabetes mellitus and the incidence of cellulitis (p-value = 0.035). Conclusion: This study confirms that there is a relationship between age and diabetes mellitus with the incidence of cellulitis."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adiningsih Srilestari
"Latar belakang: Diabetes Melitus merupakan salah satu masalah kesehatan di Indonesia. Berbagai upaya penanggulangan dilakukan terutama untuk mencegah komplikasi yang sering berakibat fatal. Salah satu cara penanggulangan yang dapat dilakukan adalah cara tradisional pijat refleksi, namun efektifitas cara ini belum pernah dilaporkan.
Tujuan penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas pijat refleksi terhadap penderita Non Insulin Dependen Diabetes Melitus (NIDDM) terkendali.
Metode penelitian: Uji klinik ini dilakukan secara acak, tersamar tunggal ("single blind, randomized clinical trial pada 66 penderita rawat jalan di Poliklinik Endokrin RSUPN. Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta. Penderita adalah pasien NIDDM yang terkendali ( kadar glukosa darah stabil selama 2 bulan terakhir ) dengan Obat Hipoglikemik Oral, diet dan latihan jasmani, namun kadar glukosa darah belum dapat diturunkan sampai batas normal. Penderita dibagi menjadi 2 kelompok. Kelompok intervensi mendapat regimen pengobatan yang selama ini didapat, ditambah dengan tindakan pijat refleksi pada area pankreas yang terletak di telapak tangan dan telapak kaki. Kelompok kontrol mendapat regimen yang sama ditambah dengan pijat refleksi bukan pada area pankreas, yaitu pada bagian lateral kaki. Pijat refleksi dilakukan dengan alat khusus dari tembaga berujung tumpul. Tekanan diberikan sebesar 3 kg/cm2 untuk telapak tangan dan 5 kg/cm2 untuk telapak kaki.
Hasil penelitian: Dari penelitian didapat bahwa pada kelompok intervensi setelah mendapat pijat refleksi 5 kali, kadar glukosa darah puasa menurun sebesar 11,7 mg % (116,2 mg % menjadi 104,8 mg %), sedangkan pada kelompok kontrol meningkat 8,6mg % (113,0 mg % menjadi 121,6 mg %) ; perbedaan tersebut bermakna (p<0,005). Kadar gukosa darah posprandial setelah pijat refleksi 5 kali, pada kelompok intervensi menurun 3 mg % (144,8 mg % menjadi 141,7 mg %), sedangkan pada kelompok kontrol meningkat 17,7 mg % (145,4 mg % menjadi 163,1 mg %) ; perbedaan tersebut bermakna (p<0,005). Kadar glukosa darah puasa setelah pijat refleksi 10 kali pada kelompok intervensi menurun 21,3 mg % (116,2 mg % menjadi 94,9 mg %), sedangkan pada kelompok kontrol meningkat 2,3 mg % (113,0 mg % menjadi 115,3 mg %) ; perbedaan tersebut bermakna (p<0,005). Hadar glukosa darah posprandial setelah pijat refleksi 10 kali pada kelompok intervensi menurun 15 mg % (144,8 mg % menjadi 129,7 mg %), sedangkan pada kelompok kontrol meningkat 13,0 mg % (145,4 mg % menjadi 158,4mg %) ; perbedaan tersebut bermakna (p<0,005).
Kesimpulan: Disimpulkan bahwa pijat refleksi pada area pankreas dapat menurunkan kadar glukosa darah secara bermakna dibandingkan dengan pijat refleksi di luar area pankreas pada penderita NIDDM terkendali. Metode ini dapat digunakan sebagai pengobatan alternatif tambahan pada pasien NIDDM terkendali, disamping pengobatan baku yang diberikan."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1997
T8334
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rasmawati
"Latar Belakang: Sepsis merupakan disfungsi organ yang mengancam jiwa akibat disregulasi respon tubuh terhadap infeksi (Singer et al., 2016). Sepsis menyebabkan mikroganisme menghasilkan toksin atau zat beracun di dalam darah dan memunculkan manifestasi dari mikroganisme tersebut seperti demam, leukositosis, dan terganggunya sistem sirkulasi yang membutuhkan penanganan dengan segera (Singer, Deutschman, Seymour, 2016). Diabetes melitus adalah sekelompok penyakit metabolik yang ditandai dengan tingginya kadar gula (glukosa) dalam darah yang disebabkan kelainan dalam sekresi insulin,kerja insulin atau kedua-duanya (PERKENI, 2015). Pasien dengan diabetes melitus tipe 2 memiliki peningkatan resiko terjadi infeksi dan sepsis sekitar 20,1-22,7 % dari semua pasien sepsis. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan diabetes melitus tipe 2 dan mortalitas sepsis di IGD RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo tahun 2017.
Metode Penelitian: Desain penelitian ini adalah kohort retrospekstif menggunakan data rekam medis pasien sepsis. Sampel penelitian adalah pasien sepsis usia ≥ 18 tahun di IGD RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo tahun 2017 berdomisili di Jabodetabek, yaitu sebanyak 357 pasien.
Hasil Penelitian: Hubungan antara DM tipe 2 dan mortalitas sepsis memiliki hubungan signifikan dengan RR sebesar 0,55 (95% CI: 0,35-0,87) sedangkan RR adjusted sebesar 0,75 setelah dianalisis multivariat tidak signifikan berbeda dengan RR crude pada analisis bivariate sebesar 0,55 yang berarti kedua analisis tersebut membuktikan bahwa hubungan DM tipe 2 dengan mortalitas bersifat protektif.

Background: Sepsis is a life-threatening organ dysfunction due to dysregulation of the bodys response to infection (Singer et al. 2016). Sepsis causes microorganisms to produce toxins or toxic substances in the blood and give rise to manifestations of microorganisms such as fever, leukocytosis, and disruption of the circulatory system that requires immediate treatment (Singer, Deutschman, Seymour, 2016). Diabetes mellitus is a group of metabolic diseases characterized by high levels of sugar (glucose) in the blood caused by abnormalities in insulin secretion, insulin work or both (PERKENI 2015). Patients with type 2 diabetes mellitus have an increased risk of infection and sepsis in approximately 20.1-22.7% of all sepsis patients. This study aims to determine the relationship between type 2 diabetes mellitus and sepsis mortality in the emergency department of RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo in 2017.
Methods: The design of this study is a retrospective cohort using medical records of septic patients. The study sample was septic patients aged ≥ 18 years in the emergency room at RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo in 2017 is domiciled in Jabodetabek, which is 357 patients
Result: The relationship between type 2 DM and sepsis mortality has a significant relationship with RR of 0.55 (95% CI: 0.35-0.87) while the adjusted RR is 0.75 after
multivariate analysis was not significantly different from RR crude at bivariate analysis of 0.55 which means the two analyzes prove that the association of type 2 DM with mortality is protective."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T52769
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irianthi Panut
"Salah satu komplikasi serius akibat diabetes melitus tipe 2 adalah penyakit ginjal kronik (PGK). Deteksi dan pencegahan dini penyakit ginjal pada pasien diabetes melitus merupakan faktor utama untuk mengatasi PGK. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara kadar malondialdehid (MDA) dan nilai estimasi laju filtrasi glomerulus (eLFG) dalam serum yang dapat digunakan untuk deteksi dini gagal ginjal. Penelitian dilakukan menggunakan 18 subyek sehat (7 laki-laki, 11 wanita, rentang usia: 19-27) dan 10 pasien diabetes melitus tipe 2 (4 laki-laki, 6 wanita, rentang usia: 38-73) dari Poliklinik Penyakit Dalam Divisi Metabolik Endokrin RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. Kadar MDA diukur dengan metode spektrofotometri berdasarkan reaksi antara MDA dan asam tiobarbiturat, sedangkan nilai eLFG ditentukan menggunakan metode Jaffe. Kadar MDA pasien DM tipe 2 dan subyek sehat masing-masing adalah 2,74 ± 1,2 dan 0,28 ± 0,09. Nilai eLFG pasien DM tipe 2 masing-masing adalah 68,85 ± 15,36 (Cockcroft-Gault); 66,80 ± 13,45 (MDRD study) dan 73,94 ± 16,30 (CKD-EPI) lebih rendah dibandingkan dengan subyek sehat 90,5 1 ± 15,69 (Cockcroft-Gault); 79,82 ± 20,09 (MDRD study) dan 91,13 ± 21,21 (CKD-EPI ). Terdapat perbedaan kadar MDA dan nilai eLFG yang bermakna antara pasien diabetes melitus tipe 2 dan subyek sehat, namun tidak ditemukannya hubungan antara kadar MDA dan nilai eLFG.

One of serious complication of diabetes mellitus disease?s is chronic kidney diasease (CKD). The early diagnosis and treatment of kidney ailments of diabetes mellitus patients are the main factors to overcome its chronic disease. This study was aimed to analyze the correlation between malondialdehyde (MDA) concentration and estimation of glomerulous filtration rate (eGFR) value in blood serum which can be used as early diagnosis of kidney ailments. As many as 18 healthy subjects (7 males, 11 females, age ranges: 19-73) and 10 diabetes mellitus type 2 patients at the Metabollic and Endocrine Clinic of Cipto Mangunkusumo General Hospital (4 males, 6 females, age ranges: 38-73) were studied. MDA was measured by spectrophotometric assay based on reaction between MDA and thiobarbituric acid while eGFR value was measured by Jaffe method. MDA concentration of patients and healthy subjects were 2.74 ± 1.2 and 0.28 ± 0.09. The eGFR value were lower in patients with type 2 diabetes mellitus were 68,85 ± 15.36 (Cockcroft-Gault); 66.80 ± 13.45 (MDRD study) and 73.94 ± 16.30 (CKDEPI) compared with healthy subjects 90.5 1 ± 15.69 (Cockcroft-Gault); 79.82 ± 20.09 (MDRD study) and 91.13 ± 21.21 (CKD-EPI). There was significant difference both MDA concentration and eGFR value between patients with type 2 diabetes mellitus and healthy subjects, while there was no significant correlation between MDA concentration and eGFR value."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S44088
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Febriana Mega Puspita
"Penggunaan obat antihipertensi dari angiotensin converting enzyme inhibitor (ACEI) dan angiotensin receptor blocker (ARB) kelompok memiliki efek renoprotektif dan direkomendasikan pada pasien dengan diabetes mellitus dengan hipertensi di Indonesia. Penelitian ini dilakukan untuk menentukan efektivitas kelompok ACEI atau ARB pada fungsi ginjal, morbiditas, dan efek samping dari peningkatan nilai kalium. Penelitian ini dilakukan pada 123 pasien dengan metode kohort prospektif-retrospektif menggunakan kuesioner yang divalidasi, pengumpulan data pada catatan medis, dan pengukuran laboratorium di RSUPN Dr. Ciptomangunkusumo pada November 2018 hingga April 2019. Setelah 3 bulan pengamatan, tidak ada perubahan dalam parameter dalam kelompok ACEI kecuali untuk peningkatan BMI (p = 0,046), sedangkan pada kelompok ARB tidak ada perubahan dalam parameter kecuali untuk penurunan LDL (p = 0,016) dan penurunan HDL (p = 0,004). Tidak ada perbedaan pada kedua kelompok dalam hal perubahan nilai Urine Albumin Creatinine Ratio (UACR) (p = 0,675), eLFG (p = 0,062), morbiditas (p = 0,309), dan nilai kalium (p = 0,166 ) 3 bulan. Pengaruh BMI> 25 OR = 2.780 (95% CI = 1.181-6.544), durasi ACEI / ARB> 6 bulan ATAU 3.705 (95% CI = 1.164-11.795) dan UACR 30-300 pada awal penelitian 3.158 ( 95% CI = 1.233 -8.089) melawan UACR. Pengaruh jenis kelamin laki-laki OR = 3.674 (95% CI = 1.544-8.741), LDL OR = 3.168 (95% CI = 1.246-8.057), trigliserida 0 bulan OR = 3.024 (95% CI = 1.274-7.175), dan tekanan darah sistolik OR = 3.317 (95% CI = 1.255-8.769) terhadap eLFG. Pengaruh usia ≤ 60 tahun OR = 3.040 (95% CI = 1.378-6.710) dan kalium pada awal penelitian ≤ 5 mmol / L OR = 4.178 (95% CI = 1.791-9.748) pada peningkatan kalium. Peningkatan delta LDL OR = 10.072 (95% CI = 1.618-62.709), HDL 40-60 mg / dL OR yang dikontrol 0 bulan = 14.741 (95% CI = 3.074-70.680), peningkatan delta trigliserida OR = 6.390 (95% CI = 957 CI 1,215-33,615) dan total kolesterol yang dikontrol OR = 5,718 (95% CI = 1,570-20,828) terhadap morbiditas. Penggunaan ARB memiliki nilai eLFG signifikan yang meningkat atau tetap (p = 0,042) (OR = 2,370, 95% CI = 1,031-5,4449) setelah mengendalikan variabel pengganggu jenis kelamin, LDL, trigliserida, dan tekanan darah sistolik. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa penggunaan ARB meningkatkan eLFG atau mempertahankan eLFG dibandingkan dengan ACEI dengan beberapa variabel terkontrol.

The use of antihypertensive drugs of the angiotensin converting enzyme inhibitor (ACEI) and angiotensin receptor blocker (ARB) groups has a renoprotective effect and is recommended in patients with diabetes mellitus with hypertension in Indonesia. The study was conducted to determine the effectiveness of the ACEI or ARB group on kidney function, morbidity, and side effects of increasing potassium values. The study was conducted on 123 patients with a retrospective-prospective cohort method using a validated questionnaire, data collection on medical records, and laboratory measurements at RSUPN Dr. Ciptomangunkusumo in November 2018 until April 2019. After 3 months of observation, there were no changes in parameters in the ACEI group except for an increase in BMI (p = 0.046), whereas in the ARB group there were no changes in parameters except for a decrease in LDL (p = 0.016) and a decrease HDL (p = 0.004). There were no differences in the two groups in terms of changes in the value of Urine Albumin Creatinine Ratio (UACR) (p = 0.675), eLFG (p = 0.062), morbidity (p = 0.309), and potassium value (p = 0.166) 3 months. Effect of BMI> 25 OR = 2,780 (95% CI = 1,181-6,544), duration of ACEI / ARB> 6 months OR 3,705 (95% CI = 1,164-11,795) and UACR 30-300 at the start of the study 3,158 (95% CI = 1,233 -8,089) against UACR. Effect of male sex OR = 3,674 (95% CI = 1,544-8,741), LDL OR = 3,168 (95% CI = 1,246-8,057), triglyceride 0 months OR = 3,024 (95% CI = 1,274-7,175), and blood pressure systolic OR = 3,317 (95% CI = 1,255-8,769) against eLFG. Effect of age ≤ 60 years OR = 3,040 (95% CI = 1,378-6,710) and potassium at the start of the study ≤ 5 mmol/L OR = 4,178 (95% CI = 1,791-9,748) on the increase in potassium. Increased LDL delta OR = 10,072 (95% CI = 1,618-62,709), 0 month controlled HDL 40-60 mg/dL OR = 14,741 (95% CI = 3,074-70,680), increase in triglyceride delta OR = 6,390 (95% CI = 957 CI 1,215-33,615) and total cholesterol controlled OR = 5,718 (95% CI = 1,570-20,828) to morbidity. The use of ARB had a significant value of eLFG that increased or remained (p = 0.042) (OR = 2.370 95% CI = 1.031-5.4449) after controlling for confounding variables of gender, LDL, triglycerides, and systolic blood pressure. The conclusion of this study is that the use of ARB either increases eLFG or maintains eLFG compared to ACEI with several controlled variables."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2019
T54244
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>