Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 164403 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Aulia Rahma Fadhilah
"Penelitian ini bertujuan untuk menguji peran trait kepribadian terhadap hubungan keberfungsian keluarga dengan kesehatan mental pada Individu dari keluarga miskin. Instrumen yang digunakan untuk mengukur keberfungsian keluarga adalah Family Adaptation and Cohesion Evaluation Scale (FACES II) serta Family Communication Scale (FCS). Kesehatan mental diukur dengan instrumen Mental Health Inventory (MHI-5). Trait kepribadian diukur menggunakan instrumen Big Five Inventory-Kurzversion. Partisipan pada penelitian ini sebanyak 155 partisipan yang berusia 19 hingga 25 tahun yang berasal dari keluarga miskin.
Dari hasil analisis menggunakan parallel multiple mediation dengan PROCESS Hayes, didapatkan bahwa trait Neuroticism merupakan mediator yang signifikan untuk hubungan antara keberfungsian keluarga dengan kesehatan mental pada individu dari keluarga miskin, ab = 0,08, p<0,05; c? = 0,101, p>0,05. Trait Neuroticism mempengaruhi hubungan keberfungsian keluarga dengan kesehatan mental sebesar 34,65%. Akan tetapi, trait Extraversion, Openness to experience, Conscientiousness, dan Agreeableness bukan merupakan variable mediator.

This study aims to examine the role of personality trait in the relationship with the family functioning on the mental health of children from poor families. The instrument used to measure the family functioning is Family Adaptation and Cohesion Evaluation Scale (FACES II) and Family Communication Scale (FCS). Mental health was measured with Mental Health Inventory (MHI-5). Personality trait was measured withBig Five Inventory-Kurzversion. Participants in this study were 155 participants, aged 19 to 25 years old who came from poor families.
The analysis using parallel multiple mediation by PROCESS Hayes, found that the trait Neuroticism is a significant mediator of the relationship between family functioning and mental health of children from poor families, ab = 0.08, p <0.05; c '= 0.101, p> 0.05. Trait Neuroticism affect the relationship of family functioning with mental health amounted to 34.65%. However, trait Extraversion, Openness to experience, Conscientiousness, and Agreeableness are not a mediator variable.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S65627
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khusnul Norma Fitriati
"Penelitian ini dibuat untuk mengetahui peran masing-masing trait kepribadian Five Factor Model dalam memediasi hubungan antara keberfungsian keluarga dan kesehatan mental. Di sini keberfungsian keluarga diukur menggunakan instrumen Family Adaptation and Cohesion Evaluation Scale II (FACES II) dan Family Communication Scale (FCS), kesehatan mental menggunakan Mental Health Inventory-5 (MHI-5), dan trait kepribadian menggunakan mini International Personality Item Pool (mini-IPIP). Penelitian dengan partisipan 185 orang ini dilakukan pada anak dari keluarga dengan riwayat kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang telah menginjak usia dewasa muda. Dari hasil analisis statistik menunjukkan hanya satu trait kepribadian yang merupakan mediator, yaitu trait neuroticism (c = 0,09, p < 0,05; a1b1 = 0,04, p < 0,05, PM = 0,39; c? = 0,06, p > 0,05). Sedangkan keempat trait lainnya, yakni extraversion, openness, agreeableness, dan conscientiousness, bukan merupakan mediator.

This study is aimed to examine the mediating role of each personality trait from Five Factor Model on relationship between family functioning and mental health. This study using Family Adaptation and Cohesion Evaluation Scale II Family (FACES II) and Communication Scale (FCS) to measure family functioning, Mental Health Inventory-5 (MHI-5) to measure mental heslth, and mini International Personality Item Pool (mini-IPIP) to measure personality trait. The 185 people who participated in this study is an emerging adulthood?s child with domestic violence history. The present result showed that neuroticism was the only personality trait which mediated (c = 0,09, p < 0,05; a1b1 = 0,04, p < 0,05, PM = 0,39; c? = 0,06, p > 0,05) the relationship between family functioning and mental health. However the other traits, extraversion, openness, agreeableness, and conscientiuosness, were not the mediator."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S65009
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arfita Noor Amalia
"ABSTRAK
Penelitian ini ditujukan untuk melihat perbandingan kepribadian dan
kesehatan mental pada musikus dan nonmusikus. Pengukuran terhadap kepribadian
dilakukan dengan menggunakan instrumen The Mini-IPIP dan kesehatan mental
diukur dengan menggunakan Mental Health Inventory 5 (MHI-5). Penelitian ini
melibatkan 679 partisipan yang terdiri dari 338 musikus dan 341 nonmusikus.
Adapun musikus yang dimaksud merupakan individu dengan pengalaman bermusik
setidaknya 10 tahun, dapat memainkan instrumen musik dan membaca partitur,
berkegiatan musik secara rutin, serta pernah mendapatkan edukasi atau pelatihan
musik. Sedangkan, nonmusikus yang dimaksud merupakan individu yang tidak
pernah mendapatkan edukasi atau pelatihan musik, tidak mampu memainkan
instrumen dan atau membaca partitur. Hasil yang didapat menunjukkan bahwa dari
segi kepribadian musikus memiliki neuroticism yang rendah (Sig.= 0.006) dan
openness to experience yang tinggi dibandingkan dengan musikus (Sig.= 0.002).
Sedangkan, dalam hal kesehatan mental musikus memiliki kesehatan mental yang
lebih baik dibandingkan dengan nonmusikus (Sig.= 0.00).

ABSTRACT
This research is aimed to find out a comparison of personality as well as
mental health between musicians and non-musicians. The personality was
measured using The Mini-IPIP as the instrument, while the mental health was
measured using Mental Health Inventory 5 (MHI-5). The research involved a total
of 679 participants, consisted of 388 musicians and 341 non-musicians. Musicians
in this research are defined as the individuals who have had experience in music of
at least 10 years, play the musical instruments regularly, and have received
education and or training in music. On the other hand, non-musicians are
individuals who have never received education or training in music, and are not
capable of playing either the musical instruments or reading music. The result
shows that the musicians have lower neuroticism in terms of personality (Sig.=
0.006), but higher openness to experience (Sig.= 0.002). On the contrary, in terms
of the mental health, the musicians have higher score on than the non-musicians
(Sig.= 0.00)."
2016
S62687
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakiah Rachmi Jufrie
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara keberfungsian keluarga dengan kesehatan mental pada single mother. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan subjek penelitian sebanyak 47 single mother, yaitu perempuan yang sudah bercerai, baik cerai hidup ataupun mati dan masih mempunyai tanggungan anak. Keberfungsian keluarga diukur dengan Family Assessment Device, sementara kesehatan mental diukur dengan Mental Health Inventory. Desain penelitian ini adalah studi lapangan dengan menggunakan teknik non-probability sampling sebagai metode pengambilan sampel. Hasil pengolahan data menunjukan adanya hubungan yang negatif antara keberfungsian keluarga dan psychological distress pada single mother, dan hubungan positif antara keberfungsian keluarga dan psychological well-being pada single mother.

This research is aimed to examine the relationship between family functioning and mental health of single mother. This quantitative study assessed 47 women who were divorce and have a dependent children. Family Assessment Device is used to measure family functioning while another instrument, namely Mental Health Inventory is used to measure mental health. The research design is field study, with non-probability sampling technique. Data analysis shown that there is a negative relationship between family functioning and psychological distress in single mother, and a positive relationship between family functioning and psychological well-being in single mother."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S45440
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Klein, D. B.
New York: Holt, Rinehart and Winston, 1961
614.58 KLE m
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Mely Putri Kurniati Rosalina
"Resiliensi keluarga menjelaskan mengenai proses keluarga dalam menyelesaikan masalah dan beradaptasi sebagai satu kesatuan yang fungsional.Walsh (2003) membuat suatu model bagi resiliensi keluarga yang di dalamnya dijelaskan mengenai tiga proses kunci yang dianggap berkontribusi terdap resiliensi keluarga : sistem kepercayaan keluarga, pola organisasi keluarga, dan proses komunikasi di dalam keluarga.
Penelitian ini ingin melihat kontribusi spiritualitas dan religiusitas yang merupakan bagian dari sistem kepercayaan keluarga terhadap resiliensi keluarga pada mahasiswa dengan latar belakang keluarga miskin. Penelitian dilakukan pada 356 mahasiswa penerima beasiswa Bidikmisi. Terdapat tiga alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Walsh Family Resilience Questionnaire (WRFQ), Spirituality Attitude and Involvement List (SAIL) dan Religious Commitment Inventory-10 (RCI-10).
Kesimpulan yang diperoleh adalah terdapat pengaruh spiritualitas dan religiusitas terhadap resiliensi keluarga. Selain itu ditemukan korelasi yang signifikan antara resiliensi keluarga dengan besar keluarga dan keutuhan orangtua. Selain itu resiliensi, spiritualitas dan religiusitas berkorelasi secara signifikan dengan keikutsertaan anggota keluarga dalam kelompok agama. Penelitian ini juga membuktikan bahwa spiritualitas memiliki kontribusi yang lebih besar dibandingkan dengan religiusitas dalam pengembangan resiliensi keluarga.

Family resilience refers to coping and adaptation processes in the family as a functional unit (Walsh, 2006). There is a model of family resilience based on Walsh (2003) consist three key processes: family believe system, organizational pattern, communication processes.
This research aims to know spirituality and religiosity?s contribution, part of family belief system, on family resilience of college students with poor family background. Total participant are 356 college students who receive Bidikmisi scholarship. There are three scales, Walsh Family Resilience Questionnaire (WRFQ), Spirituality Attitude and Involvement List (SAIL) and Religious Commitment Inventory-10 (RCI-10).
This research concludes that there is effect of spirituality and religiosity in family resilience.There is significant correlation between family resilience and family structure and marital condition. Family resilience, spirituality and religiosity also has significant correlation with family member?s participation in a religious group. This research shows that spirituality has a bigger effect than religiosity in family resilience.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S46295
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amalia Nurul Hidayah
"Pandemi Covid-19 menyebabkan sejumlah perubahan di masyarakat. Perubahan tersebut dilakukan sebagai upaya untuk mencegah penyebaran virus Covid-19. Hal ini berpengaruh pada kesehatan mental emerging adulthood (18-25) di Indonesia (Kwong dkk., 2021). Penelitian ini bertujuan untuk meneliti hubungan setiap dimensi kepribadian Big Five dengan depresi, kecemasan, dan stress pada emerging adulthood (N = 233). Skala yang digunakan adalah Big Five Inventory (BFI) dan Depression, Anxiety, Stress, Scale-21 (DASS-21). Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya dimensi neuroticism yang berhubungan positif dengan depresi, kecemasan, dan stres (r (233) = 0,535 - 0,704). Dimensi extraversion, conscientiousness, dan agreeableness berhubungan negatif dengan depresi, kecemasan, dan stres. Namun, hanya openness yang memiliki hubungan tidak signifikan dengan depresi, kecemasan, dan stres.

The Covid-19 pandemic has caused a number of changes in society. These changes was conducted in order to prevent the spread of the Covid-19 virus. These matters have affected the mental health of emerging adulthood (18-25) in Indonesia. This study aims to examine the relationship of each Big Five personality dimension with depression, anxiety, and stress in emerging adulthood (N = 233) using the Big Five Inventory (BFI) and Depression, Anxiety, Stress, Scale- 21 (DASS-21). The results showed that neuroticism is the only dimension which is positively correlated with depression, anxiety, and stress (r (233) = 0,535 – 0,704). Extraversion, conscientiousness, and agreeableness were negatively correlated with depression, anxiety, and stress. However, only openness had no significant correlation with depression, anxiety, and stress.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jauzaa Hanaa Ramadhiyani
"Meningkatnya masalah kesehatan mental khususnya pada remaja di Indonesia merupakan salah satu tanda bahwa banyaknya tekanan yang mereka hadapi di era modern ini. Ketika remaja menghadapi stressor yang tinggi maka terbentuk resiliensi pada dirinya. Resiliensi merupakan proses dimana individu berhasil beradaptasi, bangkit kembali dan menghadapi suatu masalah. Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji tingkat resiliensi yang dibandingkan dengan berdasarkan kategori remaja muda dan remaja lanjut. Penelitian ini dilakukan pada 242 remaja usia 10-19 tahun di Kota Depok yang diambil secara acak. Hasil penelitian adanya perbedaan tingkat resiliensi pada remaja muda dan remaja lanjut (p = 0,048). Mayoritas remaja muda di kota Depok memiliki tingkat resiliensi yang lebih tinggi dari pada remaja lanjut.
The increasing number of mental health problems, especially among adolescents in Indonesia, is a sign that there is a lot of pressure they face in this modern era. When adolescents encounter high stressors, they develop resilience. Resilience is the process by which individuals successfully adapt to a situation and move forward after a setback. The purpose of this study was to examine the level of resilience compared to age based on the categories of early and late adolescents. This research was conducted on 242 adolescents aged 10-19 years in Depok City who were taken randomly. The results demonstrated that there are differences in the level of resilience in early and late adolescents (p = 0.048). The majority of early adolescents in Depok city have a higher level of resilience compared to the late ones."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amatul Firdausa Nasa
"Keyakinan memengaruhi pemahaman dan reaksi keluarga terhadap kesulitan yang dihadapi dan kemampuan mereka untuk mengatasinya (Patterson, 2002). Salah satu keyakinan yang ada dalam keluarga adalah optimisme (Warter, 2009). Menurut Taylor dkk (2010), optimisme merupakan sumber psikologis bagi keluarga dalam menghadapi kesulitan, terutama keluarga yang menghadapi kemiskinan. Optimisme dipandang sebagai karakteristik yang dapat meningkatkan fungsi resiliensi (Taylor dkk, 2010). Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara resiliensi keluarga dan optimisme pada mahasiswa yang berasal dari keluarga miskin. Penelitian ini melibatkan sebanyak 247 mahasiswa penerima beasiswa Bidikmisi dengan mengisi kuesioner resiliensi keluarga dan optimisme. Resiliensi keluarga diukur dengan menggunakan alat ukur yang dikembangkan oleh Walsh (2012) yaitu Walsh Family Resiliensce-Questionnaire (WFRQ). Sedangkan optimisme diukur dengan menggunakan alat ukur Life Orientation Test-Revised (LOT-R) yang dikembangkan oleh Scheier, Carver dan Bridges (1994). Hasil penelitian menunjukkan bahwa resiliensi keluarga dan optimisme mempunyai korelasi positif yang signifikan (r = 0.331, p = 0.000). Selain itu, melalui hasil analisis tambahan juga ditemukan perbedaan mean resiliensi keluarga yang signifikan pada struktur keluarga (orangtua lengkap dan orangtua tunggal) dan juga perbedaan mean optimisme yang signifikan pada aspek pekerjaan ibu.

Belief are thougt to impact how family understands and respond to exposure the risk of adversity and ability to protect themselves (Patterson, 2002). Optimism is one of belief in family (Warter, 2009). According to Taylor et al (2010), optimism is a psychological resource for families faced adversity, especially families living in poverty. Optimism is a characteristic that may promote resilient functioning (Taylor dkk, 2010). This research was conducted to investigate the correlation between family resilience and optimism among college students from families living in poverty. This study involved 247 Bidikmisi scholarship students by filling out the questionnaire family resilience and optimism. Family resilience was measured by Walsh Family Resilience-Questionnaire (WFRQ) constructed by Walsh (2012). While optimism was measured by Life Orientation Test-Revised (LOT-R) constructed by Scheier, Carver and Bridges (1994). The results showed that family resilience and optimism has a significant positive correlation (r = 0.331, p = 0.000). In addition, through the results of additional analysis also found that were significant mean differences of family resilience on family structure (two parents and single parents) and also significant mean differences of optimism on maternal occupation aspect."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Angela Valencia Astari Dewi
"Studi tentang faktor-faktor yang mempromosikan perdamaian dapat dianggap sebagai salah satu upaya penelitian yang paling penting karena lingkungan yang damai mendukung perkembangan individu, komunitas, dan bangsa. Telah diketahui bahwa seperlima dari populasi dunia adalah remaja dan sebagai anggota kelompok yang dinamis dalam masyarakat, remaja memainkan peran penting dalam mentransformasikan situasi konflik secara positif dan menjadi agen perubahan yang membangun fondasi masyarakat yang harmonis dan damai. Penelitian ini didasarkan pada penemuan studi terdahulu bahwa kepribadian cenderung mempengaruhi sikap terhadap perdamaian, dan studi ini menyelidiki apakah terdapat hubungan trait kepribadian dengan sikap terhadap perdamaian pada remaja. Secara lebih spesifik, penelitian mengkorelasikan lima subskala The Big Five Personality atau FFM dengan sikap terhadap perdamaian. Sebanyak 91 individu yang termasuk dalam kategori remaja (usia 10-24 tahun) dan berkewarganegaraan Indonesia berpartisipasi dalam mengisi kuesioner self-report yang terdiri skala IPIP-BFM-25-INDONESIA untuk mengukur trait kepribadian dan skala Peace Attitude Scale (PAS) untuk mengukur sikap terhadap perdamaian. Data yang terkumpul mengenai kedua variabel kemudian diolah menggunakan uji korelasi Pearson untuk mengetahui hubungan antara masing-masing dimensi trait kepribadian dengan nilai total keseluruhan sikap terhadap perdamaian. Hasil yang diperoleh membuktikkan bahwa dimensi Agreeableness dan Conscientiousness terbukti memiliki hubungan yang positif dan signifikan dengan sikap terhadap perdamaian. Meski demikian, tidak ditemukannya hubungan yang positif maupun signifikan pada korelasi antara dimensi Extraversion dan sikap terhadap perdamaian bertentangan pada hipotesis berdasarkan penelitian terdahulu.

The study of factors that promote peace can be considered one of the most important research endeavors as a peaceful environment supports the development of individuals, communities and nations.It is known that a fifth of the world's population are adolescents and as members of a dynamic group in society, adolescents play an important role in positively transforming conflict situations and becoming agents of change who build the foundations of a harmonious and peaceful society. Based on the findings of previous studies that personality traits tend to influence views toward peace among adolescents, this study investigated whether there is a relationship between personality traits and attitudes toward peace. More specifically, the study correlated the five subscales of The Big Five Personality or FFM with peace attitude. In this study, a total of 91 individuals who fall into the category of adolescents (aged 10-24 years) and who are Indonesian citizens participated in filling out a self-report questionnaire consisting of the IPIP-BFM-25-INDONESIA scale to measure personality traits and the Peace Attitude Scale (PAS) scale to measure peace attitude. The data collected on both variables were then processed using Pearson correlation test to determine the relationship between each personality trait dimension and the overall total score of peace attitude. The results obtained confirmed that Agreeableness and Conscientiousness were shown to have a positive and significant relationship with peace attitude. However, neither a positive nor significant relationship was found in the correlation between the Extraversion dimension and peace attitude, contradicting the hypothesis based on previous research."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>