Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 93786 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dianawani
"ABSTRAK
Mobilitas penduduk Kelurahan Kukusan ke tempat bekerja didominasi oleh perjalanan menuju DKI Jakarta, dimana setiap individu memiliki karakteritisknya masing-masing, baik karakteristik sosioekonomi maupun wilayahnya, sehingga perbedaan tersebut membentuk suatu perilaku perjalanan yang berbeda pula. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pola mobilitas penglaju berdasarkan karakteristik penglaju, serta pemilihan moda transportasi dan rute yang dipilih penglaju. Metode yang digunakan ialah metode analisis spasial dan deskriptif dengan teknik overlay peta dan statistik sederhana. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penglaju yang tinggal di permukiman teratur, didominasi oleh pria dan wanita mapan, dimana wanita mapan cenderung menglaju ke wilayah CBD, sedangkan pria mapan menglaju ke wilayah non CBD. Adapun penglaju yang tinggal di permukiman tidak teratur jarang terdiri dari pria dan wanita, baik mapan maupun sederhana, dimana pria mapan cenderung menglaju ke wilayah non CBD. Selanjutnya, penglaju yang tinggal di permukiman tidak teratur padat didominasi oleh pria dan wanita sederhana yang cenderung menglaju ke wilayah non CBD. Adapun wanita dewasa mapan yang tinggal di perumahan teratur cenderung menggunakan mobil melalui jalan kolektor sekunder (Jln. Raya Kukusan ? Jln. Srengseng Sawah), sedangkan pria dewasa mapan yang tinggal di perumahan tidak teratur jarang dan pria dewasa sederhana yang tinggal di perumahan tidak teratur padat cenderung menggunakan motor melalui jalan kolektor sekunder (Jln. Raya Kukusan ? Jln. Srengseng Sawah). Sedangkan kendaraan umum (kereta) cenderung digunakan untuk perjalanan jauh oleh wanita dewasa sederhana yang tinggal di permukiman tidak teratur padat melalui jalan kolektor (Jalan Palakali) menuju jalan lokal di kawasan kampus UI untuk sampai di Stasiun Pondok Cina sebagai nodal interchange-nya.

ABSTRACT
Kukusan population mobility to the working place is dominated by the travel to DKI Jakarta, where every commuters have different sosio-economic and region characteristic, that would form different travel behavior. This research is going to describe how the mobility patterns of commuters based on the characteristics of commuters, as well as transportation modes choice and routes choice. The method used is spatial analysis and descriptive analysis with map overlay and simple statistical techniques. Analysis shows that commuters who live in regular settlements, dominated by upper class men and women,as for upper class women tend to commute to the CBD, while upper class men tend to commute to the non-CBD area. As for commuters who live in irregular settlements rarely consists of men and women, both upper and middle class, as for upper class men tend to commute to the non-CBD area. Furthermore, commuters who live in irregular settlements densely, dominated by middle class men and women who tend to commute to the non-CBD area. As for upper class adult women who live in regular settlements tend to use cars through secondary arterial roads (Jln. Raya Kukusan - Jln. Srengseng Sawah), while upper class adult man who live in irregular settlements rarely and middle class adult men who live in irregular settlements densely tend to use the motor through a secondary arterial roads (Jln. Raya Kukusan - Jln. Srengseng Sawah). While public transportation (train) tend to be used for long trips by middle class adult women who live in irregular settlements densely through the collector road (Jln. Palakali) onto local roads in the area of the UI campus to get Pondok Cina Station as its nodal interchange."
2016
S65404
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Silaban, Rekson
"Bisnis platform diakui berkontribusi besar dalam memberikan akses pekerjaan yang mudah kepada jutaan pekerja, tetapi akibat keunikan proses bisnisnya, regulasi ketenagakerjaan yang tersedia tidak bisa digunakan untuk melindungi hak dasar pekerja. Kebijakan pemerintah membuat sistem kemitraan menjembatani relasi antara platform dan mitra kerjanya, ternyata memperburuk perlindungan kerja platform, karena menyebabkan pekerja tidak mendapat perlindungan upah minimum, tidak ada batasan jam kerja, jaminan sosial memburuk dan fungsi serikat pekerja untuk mengadvokasi dan merundingkan hak pekerja tidak bisa dijalankan. Pekerja mengalami diskriminasi perlindungan kerja dibanding lainnya. Disertasi ini akan memberikan analisis kritis terhadap ketimpangan perlindungan kerja yang dialami pekerja transportasi platform. Untuk menganalisis fenomena baru ini, peneliti menggunakan metode kualitatif dengan bentuk studi kasus, terhadap dua pemain utama platform transportasi di Jakarta, yaitu; perusahan Gojek dan Grab. Pengumpulan data dilakukan melalui; observasi, diskusi kelompok terfokus (FGD), wawancara mendalam (terstruktur dan semi-terstruktur), kepada 21 orang informan kunci, mewakili; pengemudi platform, perusahaan platform, pemerintah, wadah atau serikat pekerja. Peneliti menemukan sistem perlindungan kerja di perusahaan konvensional jauh lebih baik dari sistem platform dan regulasi sistem kemitraan menciptakan ketidakadilan kepada pekerja. Peneliti menawarkan lima opsi kebijakan perlidungan kerja untuk Indonesia, yang didasarkan pada pengalaman internasional untuk mengganti sistem kemitraan saat ini, melalui kebijakan berikut: Memperluas definisi undang-undang tentang “pekerja” dan “pemberi kerja”; mengkategorikan pekerja platform sebagai “pekerja bebas”; menambah kategori baru untuk pekerja platform dengan hak kerja khusus; menjadikan pekerja platform sebagai pekerja kontrak alih daya (out sourching); dan melindungi pekerja platform melalui serikat pekerja untuk bernegosiasi dengan pemilik platform (hubungan bipartit). Kelima pilihan ini diharapkan bisa menutup ketimpangan perlindungan kerja kepada pekerja platform sebagai perwujudan keadilan sosial bagi seluruh pekerja.

Platform businesses are recognised as contributing greatly to providing easy access to work for millions of workers, but due to the uniqueness of their business processes, existing labour regulations cannot be used to protect workers' basic rights. The government's policy to create a partnership system to bridge the relationship between platforms and their partners has actually worsened the protection of platform work, because it causes workers to not receive minimum wage protection, there are no restrictions on working hours, social security has deteriorated and the function of trade unions to advocate and negotiate for workers' rights cannot be carried out. Workers experience employment protection discrimination compared to others. This dissertation will provide a critical analysis of the inequality of employment protection experienced by platform transport workers. To analyse this new phenomenon, the researcher uses a qualitative method in the form of a case study, on the two main players of the transportation platform in Jakarta, namely; Gojek and Grab companies. Data was collected through observation, focus group discussions (FGDs), in-depth interviews (structured and semi-structured) with 21 key informants, representing platform drivers, platform companies, government, labour unions. Researchers found that the employment protection system in conventional companies is much better than the platform system and the regulation of the partnership system creates injustice to the workers. Researchers found that the employment protection system in conventional companies is much better than the platform system and the regulation of the partnership system creates injustice to workers. Researchers offer five labour protection policy options for Indonesia, based on international experience to replace the current partnership system, through the following policies: Expanding the legal definition of "worker" and "employer"; categorising platform workers as "free workers"; adding a new category for platform workers with special employment rights; making platform workers out sourced; and protecting platform workers through trade unions to negotiate with platform owners (bipartite relations). These five options are expected to close the gap in employment protection for platform workers as a manifestation of social justice for all workers."
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik Global Universitas Indonesia, 2024
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ihsan Wardawati
"ABSTRAK
Latar Belakang: Tinea pedis adalah dermatofitosis pada kaki terutama pada sela-sela jari kaki dan telapak kaki, tersering terdapat diantara jari IV dan V. Penyebab tersering adalah Trichophyton rubrum, Trichophyton mentagrophytes dan Epidermophyton floccosum. Penyakit ini sering terjadi pada pekerja yang harus menggunakan sepatu tertutup yang mengakibatkan kondisi kaki menjadi lembab. Beberapa faktor risiko Tinea pedis adalah perilaku higiene pada kaki yang buruk, penggunaan sepatu tertutup yang lama setiap hari, lingkungan kerja panas, pemakaian kaos kaki ketika bekerja dan paparan jamur dermatofit.
Tujuan Penelitian ini untuk mengetahui gambaran model prediksi risiko kejadian tinea pedis pada pekerja laki-laki di lingkungan panas sehingga diharapkan dapat menurunkan angka tinea pedis di pabrik elektronik PT X Tangerang.
Metode penelitian : Penelitian ini memakai pendekatan desain kasus kontrol. Subyek penelitian adalah pekerja laki-laki di daerah produksi dengan lingkungan kerja panas dan menggunakan sepatu safety sebanyak 46 orang. Data dikumpulkan dengan wawancara dan pemeriksaan fisik secara langsung. Subyek yang mengalami gejala klinis tinea pedis diambil sampel kerokan kulit. Hasil kerokan kulit dibawa ke laboratorium untuk diuji dengan menggunakan pemeriksaan KOH. Variabel terikat yaitu kejadian penyakit tinea pedis. Variabel bebas terdiri dari lingkungan panas, umur, pendidikan, status gizi, masa kerja pengetahuan higiene pada kaki, perilaku higiene pada kaki, kondisi kaos kaki, kaos kaki bau, kaos kaki lembab, kaos kaki kotor, kondisi safety shoes, sepatu safety bau, sepatu safety lembab dan sepatu safety kotor. Hasil penelitian dilakukan analisa univariat, bivariat dan multivariat untuk mengetahui faktor risiko kejadian tinea pedis pada pekerja laki-laki di lingkungan panas.
Hasil : Hasil uji kerokan kulit diperoleh sebanyak 23 orang mengalami tinea pedis. Hasil analisis bivariat dengan Chi square didapatkan 5 variabel yang bermakna yaitu Kondisi sepatu, sepatu bau, sepatu lembab, sepatu kotor dan kondisi kaos kaki dengan p< 0,05 dan satu variabel <0,25 yaitu masa kerja. Dari analisis multivariate uji regresi logistik didapatkan variabel yang nilai p nya < 0.05 adalah sepatu lembab dengan nilai p = 0.002. Dengan perhitungan maximum likelihood didapatkan nilai 0.743. Artinya probabilitas maksimal seorang pekerja dengan sepatu lembab sebesar 74.3% untuk terjadinya tinea pedis.
Kesimpulan: Model prediksi risiko kejadian tinea pedis pada pekerja laki-laki dilingkungan panas adalah sepatu lembab dengan probabilitas maksimal sebesar 74.3% untuk terjadinya tinea pedis

ABSTRACT
Background: Tinea pedis is dermatophytosis on the feet, especially on the between the toes and soles of feet, there are between the most frequent finger IV and V. Commonest cause is Trichophyton rubrum, Trichophyton mentagrophytes and Epidermophyton floccosum.The disease is frequently happens in workers who have to using enclosed shoes which resulted in feet becomes humid conditions. Several risk factors Tinea pedis is the behavior of on the bad foot hygienic, the use of closed shoes which long time each day, the heat working environment, usage socks at work and exposures of dermatophyte fungi. The purpose of this research was to know the description occurrence risk prediction model of tinea pedis on the male employees at heat environments which we expect will reducing the number tinea pedis at electronics factory PT X Tangerang.
Methods: This research used case-control design approaches. Research subjects are male employees at the production area with the heat working environment and using of safety shoes as many as 46 persons. The data collected with interviews and directly of physical examination. Subjects were experiencing a clinical symptoms of tinea pedis be taken samples the skin scrape. The results of the skin scrape brought to the laboratory for been tested by using a KOH examination. Bound variable i.e. occurrence of disease tinea pedis. Independent variable consisted from the heat environmental, ages, educational, the nutritional status of, years of knowledge on the feet hygienic, hygienic behavior of on the feet, condition of socks, smelly socks, socks humid, dirty socks, condition of safety shoes, Safety footwear is stink, humid and is Safety footwear is dirty. The results of research carried unvaried analysis, bivariate and multivariate to determine the risk factors of tinea pedis on the male employees at heat environments.
Results: Result showed from tested skin scrapping is 23 people have tinea pedis . The results of bivariate analysis with Chi square found 5 significant variables, those are conditions of the shoes, stinky shoes, damp shoes, dirty shoes and conditions of socks with p <0.05 and one additional variable <0.25 is working period. The results of multivariate analysis with logistic regression test found p value <0.05 was damp shoes with p = 0.002. The results of calculations maximum likelihood obtained value is 0.743. It means the maximum probability of a worker with damp shoes at 74.3% to the occurrence of tinea pedis.
Conclusion: Risk prediction models of tinea pedis in the male workers at heat working environment is damp shoes with maximum probability of a worker at 74.3% to the occurrence of tinea pedis.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T58876
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hanny Putri
"Penelitian ini menggunakan pengukuran tidak langsung yaitu dengan mengukur denyut nadi pada arteri radial di pergelangan tangan Pekerja Rumah Tangga (PRT). Pengukuran denyut nadi menggunakan metode 10 denyut lalu dikonversikan menjadi satuan energi dan mengklasifikasikannya dalam beban kerja. Denyut nadi yang diukur adalah Denyut Nadi Kerja (DNK) dan Denyut Nadi Istirakat (DNI). Selain itu, Peneliti menggunakan analisis dari hasil Persentase Cardiovascular Strain yang dimiliki oleh PRT, serta melakukan wawancara dengan menggunakan kuesioner untuk mengetahui karakteristik dan aktivitas dari PRT.
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui seberapa besar energi yang dikeluarkan dan beban kerja yang dialami oleh PRT dalam melakukan aktivitas fisik dari tugas-tugas rumah tangga yang dikerjakannya sehari-hari.
Hasil dari penelitian ini menunjukan sebagian besar pengeluaran energi dan beban kerja yang dialami oleh PRT berada dalam klasifikasi "Sedang", akan tetapi ditemukan 2 dari 31 PRT yang memiliki beban kerja dalam klasifikasi "Berat". Diketahui bahwa selain memiliki tugas untuk mengerjakan pekerjaan rumah tangga, 2 pekerja tersebut juga memiliki tugas untuk mengasuh balita.

The research describes energy expenditure and workload of Domestic Workers in Depok Mulya Residence, Depok, West Java. This study uses indirect measurement which is to measure the heart rate on the radial artery in the wrist of Domestic Workers. Pulse measurement using ?10 pulse method? then converted into energy units and classifies into the workload category. In addition, researchers use the analysis of the results of the Cardiovascular Strain Percentage owned by Domestic Workers. Besides, researches interviews use a questionnaire to determine the characteristics and activities of the Domestic Workers.
This purpose of research is to find out how much energy is expended and the workload experienced by domestic workers in physical activity from household in everyday activity.
The results of this study are the energy expenditure levels and workload experienced by domestic workers is classified as "Moderate". However, it was found that 2 of 31 domestic workers have a ?Heavy workload? because of not only having a task to do household, the two workers also have a duty to care for a toddler.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S56424
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hafada Choirunisa
"Mobilitas sirkuler terjadi karena adanya perbedaan desa ? kota, penduduk pedesaan sebagian besar bekerja pada sektor pertanian sedangkan penduduk kota sebagian besar bekerja pada sektor industri dan jasa. Sebagai kota yang baru memisahkan diri dari Kabupaten Tangerang, pada saat ini sektor industri dan jasa juga sedang berkembang pesat di Kota Tangerang Selatan, terbukti dengan banyaknya pekerjaan konstruksi yang sedang berlangsung.
Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Meninjau pola mobilitas sirkuler pekerja bangunan berdasarkan frekuensi kepulangan migran ke daerah asal juga sebaliknya, 2. Meninjau hubungan antara antara karakteristik migran, kepemilikan, pendapatan, jarak juga alat transportasi terhadap frekuensi kepulangan migran ke daerah asal.
Dengan menggunakan sampel acak proporsional pada setiap lokasi pekerjaan konstruksi dan dengan menggunakan kuesioner serta wawancara mendalam diperoleh hasil sebagai berikut: 1. Migran yang berstatus sudah menikah dan berusia dewasa awal lebih sering melakukan putaran ulang mobilitas. Pergerakan migran lebih disebabkan oleh kuatnya daya tarik daerah tujuan, mobilitas terjadi seiring dengan kemajuan teknologi. 2. Jarak dan alat transportasi berpengaruh signifikan terhadap putaran ulang mobilitas pekerja bangunan.

Circular mobility occurred due to differences in rural - city, the majority of rural population work on the agricultural sector while the majority of city population work in the industrial and service sectors .As a new city that developed separately from tangerang, at the moment, the industrial and services sectors are developing rapidly in south tangerang, as many ongoing construction works.
This study attempts to: 1.Reviewing the spatial pattern of circular mobility of construction workers based on the frequency of circular migration, 2. Reviewing the relationship between characteristics of migrant, the ownership, income, the distance as well as transportation modes with circular migration frequency of the migrants.
Using random samplimg and deep interview in every location of construction, the results showed that: 1. Migratns aged mature early and married more often do mobility. The movement of migrants more caused by the strenghth of the appeal of the destination area, the mobility of going along with the advancement of technology., 2. Distance and transportation mode used possess significant influences to the circular migration of construction workers.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S62952
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Fanny Wulandari
"Kelurahan Kukusan berkembang pesat setelah dibangunnya kampus Universitas Indonesia di Kota Depok. Terdapatnya populasi mahasiswa yang tinggi menyebabkan permintaan sarana hunian mahasiswa, yang dapat di identifikasi sebagai studentification. Empat aspek yang dapat dilihat dalam proses studentification, yaitu aspek fisik, ekonomi, sosial, dan budaya. Metode yang digunakan adalah analisis deskripsi dan analisis spasial, didapatkan tingkat studentification di Kelurahan Kukusan yang dilihat jarak dari titik pintu masuk UI dengan Kelurahan Kukusan. Tingkat studentification tertingggi berada pada jarak terdekat dengan kampus UI yaitu jarak hingga 400 m dari pintu masuk UI, Tingkat studentification sedang pada jarak 400-600 m, dan tingkat studentification rendah pada jarak >600 m dari pintu masuk UI. Besaran tingkat studentification di Kelurahan Kukusan mengikuti persentase perubahan fungsi bangunan yang mana rumah yang dihuni keluarga diubah fungsinya menjadi bangunan komersialisasi mengikuti kebutuhan mahasiswa. Status kepemilikan didominasi oleh pendatang dan terjadinya kenaikan harga tanah tiga kali lipat dalam lima tahun terakhir. Populasi penduduk berdasarkan mata pencaharian kategori usaha meningkat dan peningkatan populasi penduduk pendatang tinggi.

Kelurahan Kukusan expands rapidly after the constructions of the campus of Universitas Indonesia in Depok. High student populations cause high demand of house facilities, which is going to be identified as studentfication. Four aspects that can be revealed through the process of studentfication are physic, economic, social and culture. Descriptive and spatial analyses are methods that are used to obtain the level of studentfication in Kelurahan Kukusan, which is observed from the distance between UI`s entrance and Kelurahan kukusan. The high level of studentfication speards out in the nearest location to campus, which is 400 meters from campus`s entrance. The middle level is 400-600 meters while the low level is > 600 meters from campus entrance. The magnitude of studentfication level is followed with the percentage of changes in the function of building, which usually uses for family residence, but then changes to commercial building based on students needed. Ownership status is dominated by comers, and the land price increases three times in the last five years. The increasing of population based on business livelihood and the increasing of comers are high."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S63369
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
WPP 24:1(2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Yulianto P.
"Salah satu upaya dalam perekayasaan muara adalah menganalisa watak aliran dan transport sedimen yang terjadi. Untuk itu, diperlukan adanya suatu model yang dapat mensimulasikan dinamika muara. Model yang diperlukan dapat berupa model fisik dan model numerik. Dibandingkan dengan model fisik, model numerik lebih praktis dan luwes, sebab parameter-parameter yang berpengaruh dapat secara mudah diubah-ubah sesuai skenario simulasi.
Salah satu model numerik dua dimensi yang dapat diterapkan untuk kasus-kasus hidrodinamika adalah RMA2 untuk simulasi arus dan SED2D-WES (versi beta) untuk simulasi sedimen. Model SED2D-WES (versi beta) perlu diuji terlebih dahulu keandalannya mengingat model numerik ini masih dalam tahap pengembangan. Sedangkan model RMA2 sudah banyak diterapkan dan dianggap cukup mapan.
Uji spesifikasi numerik ini diperlukan sebab pada kenyataannya, hasil eksekusi suatu model numerik akan menyisakan kesalahan yang dicirikan dari nilai ketelitian (accuracy) dan ketepatannya (precision). Selain sebagai akibat penggunaan hampiran (approximation) dalam menyatakan operasi dan besaran matematis yang eksak, kesalahan numerik ini juga bisa disebabkan karena kesalahan sintaksis dan kesalahan logikanya.
Justifikasi model numerik 8E02-WES ini dilakukan dengan menilai kemampuannya dalam mensimulasi karakteristik utama dari fenomena alam yang terwakili pada governing equation-nya. Metodologi yang dilakukan adalah dengan mengaplikasikannya pada kasus perubahan bathymetri di muara dan membandingkan keluarannya dengan prediksi teoritisnya. Pada tesis ini, model SED2D-WES diaplikasikan pada muara yang didominasi oleh pengaruh pasang surut.
Menurut Nur Yuwono, 1994, muara tipe ini cenderung berbentuk corong atau lonceng dengan pola bathymetri pada bagian mulut sungai berbentuk jari-jari. Pola ini diduga terbentuk sebagai akibat proses penggerusan dan pengendapan sedimen yang tidak hanya disebabkan oleh arus longitudinal sebagai arus utamanya, tetapi juga karena adanya arus melintang (secondary flow) (Yen,1967).
Hasil keluaran simulasi ini menunjukkan pola dan bentuk yang sesuai dengan prediksi teoritisnya. Namun demikian, tidak menunjukkan adanya peristiwa penggerusan pada bagian hilir muara sebagai respon dari dominasi pasang surut. Pola jari-jari yang terbentuk hanya disebabkan oleh peristiwa pengendapan sedimen yang berasal dari sungai (hulu). Hal ini menunjukkan bahwa dominasi pasang surut saja tidak cukup kuat untuk menggerus daerah dasar muara sehingga diperkirakan ada faktor lain yang tidak terwakili pada simulasi ini dan perlu dikaji lebih lanjut."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
T16070
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zulfan Rahimy
"Daerah muara sungai Jeneberang dari waktu ke waktu memperiihatkan proses perubahan fisik yang sangat dinamis. Proses ini meliputi perubahan garis pantai dan intensitas sedimen pembentuk endapan di sepanjang garis pantainya. Untuk mensimulasikan pengendapan angkutan sedimen perlu dilakukan kalibrasi atas parameter-parameter hidrologi menggunakan perangkat lunak pemodelan numerik dua dimensi. Pemodelan dilakukan dengan memanfaatkan perangkat lunak Surface Water Modelling System (SMS).
Proses kalibrasi dilakukan melalui dua model yaitu model hidrodinamika dan model angkutan sedimen. Domain komputasi dibentuk mesh dengan jenis elemen triangular quadratic sebanyak 1319 elemen. Data kedalaman batimetri dirubah menjadi elevasi untuk mempermudah perhitungan dan analisa dengan mengambil datum elevasi pada muka air rata-rata (Mean Sea Level) 25 meter. Pada kondisi steady digunakan debit konstan rata-rata sebesar 10 m3/ detik di bagian hulu (inflow). Pada kondisi steady di bagian hilir (head boundary), digunakan elevasi sebesar 26 meter. Proses simulasi pada kondisi unsteady dilakukan dengan menggunakan data aliran debit harian selama tahun 1997 pada bagian hulu (sungai) dan pada bagian hilir (head) berupa fluktuasi elevasi muka air akibat pasang surut.
Pada simulasi awal secara steady masing-masing perubahan parameter tidak berbeda secara signifikan terutama pada grafik elevasi muka air (water surface elevation) yang dihasilkan. Pada kondisi dinamis (unsteady) dengan rentang waktu 24 jam, kalibrasi dilakukan dengan membandingkan perubahan elevasi muka air serta besaran dan arah kecepatan arus dengan hasil pengukuran lapangan. Kalibrasi yang cocok untuk arah kecepatan dihasilkan dari simulasi dengan Viskositas Eddy sekitar 10.000 dan Koefisien Kekasaran Manning antara 0,02-0,03.
Untuk simulasi dengan rentang waktu yang lebih panjang perbedaan nilai viskositas eddy tidak terlalu memberikan perubahan berarti pada proses pengendapan yang tejadi. Sedangkan pada titik-titik tertentu perubahan koefisien Manning cukup berpengaruh. Perubahan debit aliran air, koefisien difusi yang digunakan serta besamya pasokan konsentrasi sedimen tersuspensi sangat mempengaruhi pengendapan di daerah ini. Perubahan amplitudo pasang surut hanya mempengaruhi beberapa titik tertentu di daerah muara.

The Jeneberang estuary has dynamics physical change during the time. Those include coastline changes and sedimentation process along the beach. Calibration of hydrological parameters should be emphasized prior to simulate the two dimension numerical model of sediment transport process in this area. Surface Water Modeling System (SMS) has been used as the model software.
The calibration has been treated for both hydrodynamic and sediment transport model. The computation domain has been built by 1319 triangular quadratic mesh elements based on the bathymetric data from field survey in 1997.
Constant flow rate of 10 m3/sec and water surface elevation of 1 meter above mean sea
level has been used as inflow and head boundary for steady state simulation, respectively. The dynamic simulation using the daily river discharge and tidal water surface elevation during 1997 as both inputs.
There are no significant differentiations between six types of material properties composition on steady state initial condition. The dynamic simulation for 24 hours has been compared to the field survey at the same observation point for water surface elevation, velocity magnitude and velocity vector. The velocity vector shows some significant relation between simulation and field data for material properties of Eddy Viscosity about 10,000 and Manning Roughness Coefficient of 0.02- 0.03.
The sensitivity of model has been tested for longer simulation time by different variables of inflow, suspended sediment concentration, diffusion coefficient and tides amplitude. There are some significant results for above variables except for tides amplitude. The roughness coefficient of Manning affects on different nodes of mesh element.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
T16872
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>