Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 192061 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Haeranah Ahmad
"ABSTRAK
Konsentrasi PM2,5 di udara dapat mempengaruhi kesehatan apabila terhirup oleh
manusia karena akan terdeposit ke dalam alveoli yang akan menimbulkan reaksi
radang yang mengakibatkan daya kembang paru menjadi terbatas dan
menurunkan fungsi paru pada manusia. Pekerja yang bekerja di industri kerajinan
batu ukir mempunyai risiko tinggi terpajan oleh PM2,5 yang dihasilkan dari proses
pemotongan, pembentukan dan penghalusan menggunakan gerinda. Penelitian ini
bertujuan mengetahui hubungan pajanan debu PM2,5 terhadap gangguan fungsi
paru pada pekerja dengan desain studi cross sectional yang dilakukan pada
seluruh pekerja industri kerajinan batu ukir yang memenuhi kriteria inklusi dan
eksklusi di desa Allakuang, Kecamatan Maritengngae, Kabupaten Sidrap
sebanyak 100 orang. Pemeriksaan faal paru menggunakan spirometri sedangkan
pengukuran konsentrasi PM2,5 di ruang kerja menggunakan Haz dust EPAM 5000.
Analisis dilakukan dengan menggunakan analisis regresi logistik. Hasil analisis
menunjukkan hubungan yang signifikan antara konsentrasi PM2,5 dengan
gangguan fungsi paru (4,17 ;1,68- 10,38). Faktor lain yang mempengaruhi adalah
masa kerja (2,41; 1,05-5,52) dan kecepatan angin (4,77 ;1,93-11,77). Pada analisis
multivariat menunjukkan bahwa pekerja yang bekerja pada lingkungan kerja
dengan konsentrasi PM2,5 yang tidak memenuhi syarat memiliki risiko 6,86 kali
menderita gangguan fungsi paru setelah dikontrol dengan variabel kecepatan
angin, kelembaban, suhu, masa kerja dan penggunaan APD. Penelitian ini
menyimpulkan didapatkan hubungan bermakna antara tingkat pajanan debu batu
dengan gangguan fungsi paru. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengendalian
terhadap pajanan debu batu dan hasil penelitian ini diharapkan dapat
dipergunakan sebagai acuan pelaksanaan program kesehatan dan keselamatan
pada pekerja serta pelaksanaan monitoring lingkungan kerja serta surveilans
kesehatan kerja.

ABSTRACT
PM2,5 concentration on the air can affect health when inhaled by human. It will be
deposited in the alveoli that could inflict an inflammatory reaction that cause
reduce lung volume and decreasing the lung function in human. Workers who
work in stone carving craft industry had a high risk of PM2,5 exposure that resulted
from the process of cutting, forming and refining by using grinder. This cross
sectional study purposed to assess the relationship between exposure of PM2,5 dust
and impaired lung function among 100 workers who had fulfilled the inclusion
and exclusion criteria in the Allakuang village, Maritengngae subdistrict, Sidrap
District, South Sulawesi Province. Lung function was assessed by spirometry.
PM2,5 concentration in the workspace was assessed by Haz dust EPAM 5000.
Logistic regression analysis was carried out and showed a significant correlation
between the PM2,5 concentration with impaired lung function (4,2; 1,68- 10.38).
Another determinant factor was the work duration (2.4; 1,05-5,52) and wind speed
(4,8; 1.93-11.77). Multivariate analysis showed that worker who work on the
work space with high concentration of PM2,5 tend to have 6.86 times higher risk of
suffering from impaired lung function after adjusted by wind speed, humidity,
temperature, work duration and using PPE (Personal protective equipment). There
was significant association between the level of dust exposure with impaired lung
function. Hence, it is necessary to control the dust exposure.The finding of this
study could be used as a consideration of health and safety programs
implementation among workers and monitoring the implementation of work space
and also the surveillance of occupational health."
2016
T47074
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Haerul
"Menilai risiko pajanan partikulat PM2.5 dilakukan pada pekerja di industri pengolahan batu kapur di Kecamatan Ciampea, Jawa Barat. Penelitian ini bertujuan untuk memperkirakan besar risiko pajanan yang diterima oleh pekerja. Konsentrasi PM2.5 diukur secara langsung pada 12 titik tungku pembakaran di area pembakran dan data pola aktifitas pekerja dikumpulkan dengan kuesioner pada 50 pekerja. Konsentrasi PM2.5 tertinggi tercatat sebesar 1,141 mg/m3 dan terendah 0,065 mg/m3 dari 12 titik lokasi pembakaran. Perhitungan risiko memperlihatkan adanya kelompok berisiko pada kelompok pekerja di area tungku 1-7 (RQ > 1) sedangkan kelompok tidak berisiko lebih dominan pada area tungku 8-12 (RQ < 1). Meskipun konsentrasi PM2.5 masih dibawah nilai NAB Permenakertrans, lamanya aktifitas kerja meningkatkan risiko pada pekerja. Adanya perbedaan risiko disebabkan karena adanya perbedaan jenis bahan bakar yang digunakan pada setiap tungku. Minimalisasi risiko dilakukan dengan mengurangi waktu kontak dengan pemajan bisa dilakukan dengan menggunakan pengendalian administratif dengan cara mengatur lama pekerja per hari (tE) dan per minggu (fE).

Risk analysis of exposure to particulate matter PM2.5 was conducted on a group of workers at a limestone processing industry in the Ciampea District, West Java. This research was aimed to estimate the risk of PM2.5 exposure received by workers. PM2.5 was measured directly on 12 furnace burning point. Meanwhile workers activity pattern was collected using questionnaire to 50 workers. Highest concentration of PM2.5 was recorded at 1,141 mg/m3 and 0,065 lowest among 12 monitoring points. Risk calculation showed that there was risk group in furnace burning point 1-7 (RQ > 1), while the no-risk group was more dominant in the furnace burning point 8-12 (RQ <1). Although recorded PM2.5 concentration was lower than Permenakertrans threshold limit value, duration of working will increase the risk to workers health. Difference of risk value between each furnace area is caused kind of fuel used and type of fuel. Minimization of risk can be conducted by decreasing time of contact, administrative control by setting time of working per day or per week."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S54002
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Niko Rianda Putra
"[Particulate Matter (PM) terutama partikel <2,5 μg/m3 atau PM2.5, adalah
komponen utama yang terkandung dalam asap dari bahan bakar biomassa. Efek
yang terkait dengan paparan jangka panjang PM2,5 meliputi peningkatan gejala
pernapasan bagian bawah, penyakit paru obstruktif kronik dan penurunan fungsi
paru. Salah satu pengguna bahan bakar biomassa yang cukup tinggi di Sumatera
Barat adalah usaha rumah makan, tujuan dari penelitian ini menganalisis asosiasi
faktor lingkungan dengan konsentrasi PM2,5 pada waktu masak di dapur rumah
makan Kota Solok dan menganalisis konsentrasi PM2,5 pada waktu masak dengan
fungsi paru pekerja dapur rumah makan. Penelitian ini adalah penelitian dekriptif
analitik dengan menggunakan desain studi cross-sectional, dengan jumlah sampel
adalah 71 orang (total sampling). Analisis multivariat hubungan faktor lingkungan
dengan PM2,5 pada waktu masak didapatkan hubungan signifikan ventilasi OR:
5,655 (95% CI: 0,780 ? 40,994) dan lama waktu masak OR: 12,013, (CI: 1,113 ?
129,714). Analisis multivariat hubungan PM2,5 pada waktu masak dengan
gangguan fungsi paru, yaitu PM2,5 OR: 3,60 (CI: 95%, 0,921 ? 14,072), Umur
OR: 1,443, (CI 95%, 0,380 ? 5,477), dan masa kerja OR: 13,854, (95% CI: 3,283
? 58,388). Terdapat hubungan bermakna antara faktor lingkungan dengan
konsentrasi PM2,5 pada waktu masak yaitu variabel lama masak dan ventilasi.
Sedangkan untuk konsentrasi PM2,5 pada waktu masak ada hubungan yang
bermakna dengan gangguan fungsi paru pekerja dapur dengan dikontrol oleh
umur dan masa kerja;Particulate Matter (PM), particularly inhalable particulate ( <2,5 μm), is
the main components in biomass emission. Long term exopusre of PM2,5 had
been proved to increase lower respiratory disorder, chronic obtructive pulmonary
disease (COPD), and decrease lung function. Padang Restaurant is one of the
main user of biomass fuel in west sumatera. The aim of this research was to
analize the association of PM2,5 concentration during cooking and lung function
disorder among restaurant kitchen workers. This was a cross-sectional study with
71 workers were included. There was a significant association between PM2,5
and ventilation OR: 5,655 (95% CI: 0,780 ? 40,994) and cooking duration OR:
12,013, (CI: 1,113 ? 129,714). Multivariate analysis between PM2,5 and lung
function disorder showed significant association, PM2,5 OR: 3,60 (CI: 95%, 0,921
? 14,072), age OR: 1,443, (CI 95%, 0,380 ? 5,477), and working duration
OR: 13,854, (95% CI: 3,283 ? 58,388). There was a significant association
between environmental factors (ventilation and cooking duration) and PM2,5
concentration during cooking. Meanwhile PM2,5 concentration and lung fuction
showed significant association after controled by age and working duration., Particulate Matter (PM), particularly inhalable particulate ( <2,5 μm), is
the main components in biomass emission. Long term exopusre of PM2,5 had
been proved to increase lower respiratory disorder, chronic obtructive pulmonary
disease (COPD), and decrease lung function. Padang Restaurant is one of the
main user of biomass fuel in west sumatera. The aim of this research was to
analize the association of PM2,5 concentration during cooking and lung function
disorder among restaurant kitchen workers. This was a cross-sectional study with
71 workers were included. There was a significant association between PM2,5
and ventilation OR: 5,655 (95% CI: 0,780 – 40,994) and cooking duration OR:
12,013, (CI: 1,113 – 129,714). Multivariate analysis between PM2,5 and lung
function disorder showed significant association, PM2,5 OR: 3,60 (CI: 95%, 0,921
– 14,072), age OR: 1,443, (CI 95%, 0,380 – 5,477), and working duration
OR: 13,854, (95% CI: 3,283 – 58,388). There was a significant association
between environmental factors (ventilation and cooking duration) and PM2,5
concentration during cooking. Meanwhile PM2,5 concentration and lung fuction
showed significant association after controled by age and working duration.]"
2015
T43637
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anisa Kurniati
"Particulate matter merupakan salah satu kontaminan udara yang dihasilkan oleh industri semen. Pajanan jangka panjang ataupun jangka pendek PM2,5 mengakibatkan efek kesehatan, salah satunya gangguan fungsi pernapasan. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan konsentrasi pajanan personal PM2,5 dan efek akut pernapasan subyektif pada pekerja patrol bagian produksi di industri semen PT X, tahun 2016. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain deskriptif . Pengukuran konsentrasi PM2,5 menggunakan Leland Legacy Pump dan Sioutas Cascade Impactor selama 8 jam kerja pada patroler area reklamer, raw mill, firing, finish mill, dan packhouse. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata konsentrasi pajanan personal PM2,5 pada patroler industri semen PT X adalah 1495,651 µg/m3 dan konsentrasi pajanan PM2,5 tertinggi terdapat pada area packhouse. Seluruh patroler mengalami efek akut pernapasan subyektif, dengan keluhan tertinggi sakit tenggorokan dan bersin (64,7%).

Particulate matter is one of the air contaminant produced by cement industry. Health effect that caused by long term or short term of PM2,5 exposure lead to respiratory diseases. This study purposes to describe personal exposure concentrations of particulate matter (PM2,5) and percentage subjective acute respiratory effects on production patrol workers at PT X cement industry 2016. This research is a quantitative descriptive study by measuring the concentration of PM2,5 using personal sampling equipment such as Leland Legacy Pump and Sioutas Cascade Impactor during work hours on patrol reklamer, raw mill, firing, finish mill, and pack house work area. The result shown that the average personal exposure concentration of PM2,5 on patrol workers in PT X cement industry amounted to 1495,651 µg/m3 with the highest area of exposure in the pack house work area. All of patrol workers experienced the subjective acute respiratory effects with the highest effect are sore throat and sneezing (64,7%)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
S65317
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gelora Jelang Takbira Mulia
"Tesis ini membahas hubungan antara pajanan polusi udara yakni particulate matter (PM)2,5 dan jumlah koloni bakteri udara dalam ruang kelas terhadap gangguan fungsi paru pada siswa tiga sekolah dasar yang ada di Jakarta Barat. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang berdesain cross-sectional, dengan variabel lainnya yakni umur, jenis kelamin, aktivitas fisik, status gizi, kepadatan siswa, ventilasi, suhu dan kelembaban ruang kelas. Metode penelitian menggunakan alat ukur Haz-Dust EPAM 5000 untuk pengukuran PM2,5, MAS 100 NT untuk pengukuran total koloni bakteri, dan spirometri untuk pengukuran fungsi paru, serta kuesioner untuk pengukuran variabel lainnya. Hasil penelitian yakni ada hubungan yang signifikan antara konsentrasi PM2,5 terhadap gangguan fungsi paru namun tidak ditemukan adanya hubungan yang signifikan antara jumlah koloni bakteri udara dalam ruang dengan gangguan fungsi paru. Berdasarkan hasil dari penelitian menyarankan kepada sekolah agar dapat memperbaiki kualitas kesehatan siswa dengan cara memantau dan mengimplementasikan gerakan perilaku hidup bersih dan sehat di sekolah, kemudian diharapkan agar program sekolah sehat dapat ditingkatkan dengan memberikan promosi kesehatan kepada siswa di lingkungan sekolah, dapat bekerja sama dengan badan lingkungan hidup terkait pengendalian pencemaran udara di sekolah dengan cara melakukan pengukuran polusi udara di sekolah untuk mengetahui tingkat risiko dari pajanan yang dihasilkan di area sekolah.

This study discusses the relationship between exposure about (particulate matter) PM2,5 and the number of airborne bacterial colonies in classrooms to lung function disorders in students in three elementary schools in West Jakarta. This research is quantitative cross-sectional design, with other variables like age, gender, physical activity, nutritional status, student density, ventilation, temperature and humidity of the classroom. Measurement of PM2,5 using Haz-Dust EPAM 5000, measurement of total colony bacteria using MAS 100 NT and lung function with spirometry, and also questionnaires. The results of the study were that there was a significant relationship between PM2.5 concentration and lung function disorders but no significant association was found between the number of airborne bacterial colonies in classroom and lung function disorders. Based on the results of the study suggest suggest that schools can improve the quality of students health by monitoring and implementing healthy clean behavioral movements in schools, healthy school programs can be improved by providing health promotion to students in the school environment, can work with environmental agencies related to control air pollution in schools to determine the level of risk of exposure generated in the school area."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T52997
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novita Laela Sumbara
"ABSTRAK
Pekerja peleburan logam berisiko terhadap dampak kesehatan akibat pajanan particulate matter (PM2,5). Tujuan dari penelitian ini untuk mengestimasi risiko akibat pajanan dari PM2,5 pada udara ambien di lingkungan kerja Kawasan Perkampungan Industri Kecil (PIK) Desa Kebasen Kecamatan Talang Kabupaten Tegal. Penelitian ini menggunakan data primer dengan responden sebanyak 42 pekerja dan 5 titik sampel udara menggunakan alat DustTrak II TSI. Metode yang digunakan adalah analisis risiko kesehatan lingkungan yang menghasilkan nilai intake perhari dan risk quotient (RQ) berdasarkan konsentrasi PM2,5, pola pajanan, dan berat badan. Responden pada penelitian ini memiliki nilai rata-rata berat badan sebesar 56,926 kg dan rata rata laju inhalasi 0,6017 mg/m3. Nilai median untuk waktu pajanan 8 jam/hari, median frekuensi pajanan 273,5 hari/tahun, dan median durasi pajanan real time 8,5 tahun. Beberapa pekerja mulai berisiko (RQ>1) di saat durasi pajanan real time dengan konsentrasi minimal sebesar 254 µg/m3. Manajemen risiko dilakukan dengan mengurangi waktu dan frekuensi pajanan.

ABSTRACT
Metal smelting workers are at risk of health effects due to their exposure to particulate matter (PM2,5). The purpose of this study is to estimate the risk due exposure of PM2,5 in ambient air in the work environment of the Small Industrial Village (PIK) of Kebasen Village, Talang District, Tegal Regency. This study used primary data with 42 respondents and 5 air sample points by using the Dusttrak II TSI tool. The method used is an environmental health risk analysis that produces daily intake and risk quotient (RQ) values based on PM2,5 concentration, exposure patterns, and body weight. Respondents in this study had an average weight value of 56,926 kg and had an average inhalation rate of 0,6017 mg/m3. The median value for exposure time is 8 hours/day, the median frequency of exposure is 273,5 days/year, and the median duration of real-time exposure is 8,5 years. Some workers begin to be at risk (RQ>1) at the time of real time exposure with a minimum concentration of 254 µg/m3.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mega Utami Basra
"Pencemaran udara yang berasal dari sektor transportasi, industri, dan aktivitas domestik menjadi masalah bagi kesehatan masyarakat di Indonesia. Pengolahan semen banyak melepaskan partikulat di udara, ditambah dengan kegiatan transportasi untuk distribusinya. Menurut data yang diperoleh dari laporan tahunan Puskesmas Klapanunggal dari tahun 2016-2018, penyakit gangguan pernapasan terbanyak berada di desa sekitar industri semen.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan konsentrasi PM2,5 di dalam rumah dengan gangguan fungsi paru pada ibu rumah tangga di sekitar industri semen, Kecamatan Klapanunggal. Penelitian ini menggunakan studi cross-sectional yang dilaksanakan pada Bulan April-Mei 2018. Jumlah sampel sebanyak 97 orang ibu rumah tangga usia 20-55 tahun. Pengukuran konsentrasi PM2,5 dilakukan dengan menggunakan alat Haz-Dust EPAM 5000 dan pengukuran fungsi paru dilakukan dengan uji spirometri menggunakan alat spirometer.
Hasil penelitian menunjukkan rata-rata konsentrasi PM2,5 di udara rumah adalah 70,51 g/m3. Semua sampel mengalami gangguan fungsi paru restriktif dan 8,2 diantaranya mengalami gangguan fungsi paru obstruktif. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa tidak ada hubungan signifikan antara konsentrasi PM2,5 dengan gangguan fungsi paru restriktif pada ibu rumah tangga di Kecamatan Klapanunggal dengan nilai p=0,199. Perlu dilakukan monitoring dan penyuluhan kepada masyarakat mengenai cara menjaga kualitas udara rumah sekaligus bekerja sama dengan perguruan tinggi atau lembaga kesehatan lingkungan daerah setempat serta mengupayakan pemeriksaan fungsi paru secara berkala bagi masyarakat.

Air pollution from the transportation, industrial and domestic activities are problems for public health in Indonesia. Cement processing releases many particulates in the air, even with transport activities for its distribution. According to data obtained from the annual report of Klapanunggal Puskesmas from 2016 2018, most respiratory diseases are in the villages around the cement industry.
This study aims to analyze the correlation of PM2.5 concentration in household with impaired lung function among housewife around cement industry area, Klapanunggal sub district. This study used a cross sectional study conducted in April May 2018. The sample size is 97 housewives aged 20 55 years. Measurement of PM2.5 concentration was done by using Haz Dust EPAM 5000 and pulmonary function measurement was done by spirometry test using spirometer tool.
The results showed that the average concentration of PM2.5 in the house air was 70.51 g m3. All samples had impaired restrictive lung function and 8.2 of them had impaired obstructive lung function. The result of bivariate analysis showed that there was no significant correlation between PM2.5 concentration with restrictive lung function disorder in housewife in Kecamatan Klapanunggal with p value 0,199. Monitoring and counseling needs to be done to the public about how to maintain the quality of house air as well as working with local universities or environmental health agencies and seek fo regular lung function checks for the community.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T49806
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nelmi Silvia, auhtor
"Latar Belakang : Industri pemotongan batu memiliki potensi bahaya berupa debu batu yang dihasilkan dari proses pemotongan batu. Debu batu berpotensi besar masuk dan mengendap di saluran napas pekerja yang terpajan debu batu tersebut. Dalam penelitian ini ingin diketahui hubungan pajanan debu batu dan faktor lainnya dengan gangguan fungsi paru.
Metode Penelitian : Desain penelitian cross sectional dengan analisis regresi logistik. Subjek penelitian diambil secara cluster sampling. Tingkat pajanan debu batu ditentukan dengan metode semikuantitatif dan faktor-faktor lainnya dengan kuesioner. Pemeriksaan fungsi paru dilakukan dengan menggunakan alat spirometer.
Hasil : Subjek penelitian adalah 70 pekerja laki-laki industri pemotongan batu informal dengan masa kerja lebih dari 5 tahun. Sebanyak 21,4% subjek mengalami gangguan fungsi paru, dengan gangguan fungsi paru restriksi sebanyak 14,3% dan gangguan fungsi paru obstruksi sebanyak 7,1%. Faktor risiko yang berhubungan bermakna dengan gangguan fungsi paru adalah tingkat pajanan debu batu. Faktor umur, pendidikan, status gizi, kebiasaan olahraga, kebiasaan merokok, masa kerja, kebiasaan menggunakan alat pelindung diri (APD) dan penyediaan APD tidak memperlihatkan hubungan bermakna dengan gangguan fungsi paru. Subjek dengan tingkat pajanan debu batu tinggi mempunyai risiko 5,889 kali mengalami gangguan fungsi paru dibandingkan subjek dengan tingkat pajanan debu batu rendah [ odds rasio suaian (ORa) = 5,889; interval kepercayaan (CI) 95% = 1,436-24,153)].
Kesimpulan : Didapatkan hubungan bermakna antara tingkat pajanan debu batu dengan gangguan fungsi paru. Perlu dilakukan pengendalian terhadap pajanan debu batu untuk mencegah risiko gangguan fungsi paru pada pekerja industri pemotongan batu.

Background : Stone cutting industry have a potential hazard in stone dust resulted from stone cutting process. Stone dust has a significant potential to enter and settle inside exposed worker’s respiratory tract. This study aims to identify the relationship between stone dust exposure and other factors with lung function disorder.
Method : This study was a cross-sectional study with logistic regression analysis. Study’s subjects were taken with cluster sampling method. Level of stone dust exposure was determined by semi-quantitative method and the other factors were identified by a questionnaire. Lung function was tested with a spirometer.
Results : Study’s subject was 70 male informal stone cutting industry workers with more than 5 years of service. In this study, it was found that lung function disorders was 21.4%, which restrictive lung function disorder was 14.3% and the obstructive lung function disorder was 7.1%. Risk factor significantly related to lung function disorder was stone dust level of exposure. Age, education, nutritional status, exercise habit, smoking habit, length of employment, habit of using personal protective equipment (PPE) and provision of PPE showed no significant relationship with lung function disorder. Subjects with high level of stone dust exposure had 5.889 times the risk of lung function disorder compared to subjects with low level of stone dust exposure [adjusted odds ratio(ORa) = 5.889; 95% confidence interval (CI) = 1.436 - 24.153)].
Conclusion : The level of stone dust exposure significantly related to lung function disorder. Control measures are needed for stone dust exposure to prevent the risk of lung function disorder in stone cutting industry workers.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fandy Anshary
"Badan Perwakilan Desa (BPD) merupakan sebuah lembaga desa yang dibentuk di tiap-tiap desa di seluruh Indonesia yang pembentukannya dilatarbelakangi oleh Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah maupun Undang-Undang penggantinya yaitu Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Sesuai dengan tugas dan fungsi dari lembaga ini yakni sebagai lembaga yang menjalankan fungsi legislasi, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat serta menjalankan fungsi pengawasan, maka diharapkan dengan efektifnya pelaksanaan fungsi tersebut dapat diwujudkan keseimbangan kekuatan antara elemen masyarakat yang direpresentasikan oleh BPD dengan pemerintah desa. Di level desa perlu dibangun good governance (tata kelola pemerintahan yang baik) yang memungkinkan keterlibatan seluruh elemen desa yang direpresentasikan melalui kelembagaan BPD dalam setiap urusan publik, penyelenggaraan pemerintahan serta merumuskan kepentingan desa. Tentunya ini dapat terwujud apabila BPD memiliki posisi tawar (bargaining position) yang kuat tidak hanya terhadap pemerintah desa tetapi juga terhadap pemerintah supra desa.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan bersifat deskriptif, dengan rnenggunakan metode wawancara mendalam (in depth interview) sebagai teknik pengumpulan data utama, yang didukung dengan data sekunder sebagai data pelengkap. Purposive sampling digunakan sebagai teknik pemilihan informan, dengan kriteria penentuan informan didasarkan atas pengalaman dan pengetahuan informan dalam berinteraksi dengan para anggota BPD secara perorangan maupun secara kelembagaan. Konsep kinerja maupun faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja organisasi yang digunakan sebagai acuan dalam penelitian ini menggunakan konsep yang dikemukakan oleh Esman dan Uphoff, serta konsep-konsep lain yang dianggap relevan dalam mengkaji dan menganalisis pelaksanaan tugas dan fungsi BPD Desa Sereang.
Pelaksanaan tugas dan fungsi dari BPD pada dasarnya mengacu pada tugas dan fungsi dari lembaga ini yang telah diatur dalam peraturan perundang-undangan yaitu melaksanakan fungsi legislasi, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat, serta fungsi pengawasan. Namun dalam pelaksanaannya pelaksanaan fungsi legislasi dari BPD Desa Sereang ini, belum dilaksAnakan secara efektif.
Salah sate penyebab ketidakefektifan pelaksanaan tugas dan fungsi dari lembaga ini khususnya pelaksanaan fungsi legislasi karena minimnya pemahaman serta keterampilan dan kemampuan anggota BPD Desa Sereang terhadap pelaksanaan fungsi legislasi tersebut. Kondisi ini juga sangat dipengaruhi oleh kurang tanggapnya aparat Kabupaten Sidenreng Rappang khususnya Kasubag Pengembangan Desa dan Lembaga Desa selaku pihak yang bertanggung jawab terhadap pembinaan kelembagaan cleat.
Pelaksanaan tugas dan fungsi dari BPD Desa Sereang yang menjadi ukuran dalam menilai kinerja organisasi tersebut meskipun secara umum dinilai balk, namun terlepas dari penilaian masyarakat tersebut ternyata masih ditemukan sejumlah fakta yang apabila dikaitkan dengan indikator-indikator kinerja organisasi menunjukkan bahwa ada beberapa indikator kinerja yang belum terpenuhi dalam struktur keanggotaan BPD Desa Sereang yaitu masih adanya sejumlah elemen masyarakat yang belum terwakili dalam struktur keanggotaan lembaga tersebut Fungsi pengawasan dari BPD dinilai sebagai fungsi yang paling gencar dilaksanakan dibandingkan pelaksanaan fungsi-fungsi yang lain. Sedangkan fungsi legislasi merupakan fungsi yang paling minim dalam hal penerapan dan pelaksanaannya.
Masih terdapatnya pelaksanaan fungsi dari BPD yang dinilai masih minim, tentu raja tidak dapat dilepaskan dari sejumlah faktor yang mempengaruhi pelaksanaan tugas dan fungsi tersebut. Faktor yang dinilai sebagai hambatan dominan yaitu kurangnya pengetahuan dan pemahaman yang dimiliki oleh anggota BPD perihal pelaksanaan tugas dan fungsinya serta faktor-faktor yang lain yaitu ketiadaan ruang privasi bagi pare anggota BPD dan masih minimnya honor yang diterimanya.
Upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut adalah perlunya mengintensifkan bentuk-bentuk pembinaan dan pemberian keterampilan-keterampilan teknis kepada pars anggota BPD. Mengupayakan kaderisasi calon-calon anggota BPD yang dinilai kapabel dan sedapat mungkin mewaldli seluruh elemen masyarakat dan tidak hanya sekedar mengandalkan faktor ketokohan semata, pengadaan sarana dan prasarana serta perumusan kebijakan guna meningkatkan jumlah kompensasi atau honor yang diterima oleh pars anggota BPD.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
T19917
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iman Surahman
"Penelitian analisis kadar merkuri dalam rambut dengan gangguan fungsi sistem saraf pusat bagi pekerja pertambangan emas, dilakukan untuk dapat memberikan referensi terkait dampak penggunaan merkuri dan penanggulangannya bagi kesehatan masyarakat. Penelitian ini menggunakan metode cross sectional dengan menganalisis data sekunder dari Kementerian Kesehatan terhadap 119 sampel.
Hasil pengukuran kadar merkuri dalam rambut pekerja, didapatkan 77,9% berada diatas normal, angka Nilai Indeks Pajanan Biologi yang dipersyarakatkan ≤ 3μg/g (ACGIH, 2005). Analisis kadar merkuri dalam rambut dengan gangguan fungsi sistem saraf pusat, secara perhitungan statistik menunjukan tidak ada hubungan signifikan, namun pekerja dengan kadar merkuri tinggi berisiko 3,12 kali,CI 95% (0,67 - 14,36) terhadap gangguan fungsi sistem saraf pusat. Analisis berbagai faktor konfounding, yaitu: Lama paparan, konsumsi sayur-buah, konsumsi ikan, penggunaan pestisida dan atau insektisida dan kebiasaan merokok, berdasarkan perhitungan statistik, hanya penggunaan pestisida secara konstan mempunyai hubungan diantara keduanya dan berisiko 3,97 kali, CI 95% (1,51 - 10,43) terhadap gangguan fungsi sistem saraf pusat.
Hasil analisis multivariat, didapatkan responden dengan kadar merkuri dalam rambut tinggi, mempunyai risiko 2,82 kali lebih besar dengan CI 95% (0,595-13,379) untuk mengalami gangguan fungsi sistem saraf pusat setelah dikontrol variabel penggunaan pestisida. Pencegahan dan pengendalian dampak kesehatan akibat penggunaan merkuri perlu melibatkan berbagai pihak baik pemerintah, swasta dan masyarakat, melalui program eliminasi, subtitusi, pengendalian teknis dan administrasi.

Research into the analysis of mercury levels in hair with impaired central nervous system function for gold mining workers, was conducted to provide a reference to the impact of mercury use and its prevention for public health. The method in this research use cross sectional design. This research used secondary data from Ministry of Health, with 119 miners as samples.
The results of the measurement of mercury in the hair of workers, obtained 77.9% above normal, Biology Exposure Index value ≤ 3μg / g (ACGIH, 2005). Analysis of mercury levels in the hair with impaired function of the central nervous system, the statistical calculation showed no significant relationship, but workers with high mercury levels risked 3.12 times, 95% CI (0.67 - 14.36) against impaired functioning of the nervous system center. Analysis of various confounding factors, namely: Length of exposure, consumption of fruits, fish consumption, pesticide and or insecticide use and smoking habits, based on statistical calculations, only the use of pesticides has a constant relationship between them and 3.97 times risk, 95% (1.51 - 10.43) against impaired functioning of the central nervous system.
The result of multivariate analysis, obtained by respondent with high mercury in hair, had 2.82 times greater risk with 95% CI (0,595-13,379) for impaired function of central nervous system after controlled variable of pesticide usage. Prevention and control of health impacts due to the use of mercury should involve various parties, government, private and public, through elimination, substitution, technical and administrative control programs.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T48558
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>