Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 76037 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jocelyn Budipranoto
"Artikel ini membahas mengenai serial kartun Tom and Jerry yang diciptakan oleh William Hanna dan Joseph Barbera yang diproduksi oleh Metro-Goldywn-Mayer dengan didasarkan pada konteks pemikiran absurditas yang dikemukakan oleh Albert Camus. Analisis karakter Tom dan Jerry yang dihubungkan dengan teori absurditas Camus adalah mengenai pemberontakan, kebebasan, dan kesadaran, dan hasil dari penelitian ini memperlihatkan bahwa dari pemberontakan, kebebasan, dan kesadaran yang terdapat pada karakter tokoh Tom dan Jerry, hal ini membawa mereka kepada penciptaan makna baru akan kebahagiaan, sesuai dengan teori absurditas Camus."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Harefa, Christiara Adinda
"Rangkaian pengalaman pahit yang dihadapi Albert Camus mengarahkannya pada pemikiran absurditas mengenai pertanyaan akan makna hidup manusia di tengah penderitaan yang tidak tentu akhirnya. Absurditas memaksa manusia untuk memilih jalan keluar yang diinginkannya; bunuh diri atau pemberontakan. Pemikiran mengenai absurditas itu kemudian disampaikan oleh Albert Camus dalam karyanya berjudul Le Malentendu. Drama ini memperlihatkan impian yang dimiliki tokoh Martha sebagai tokoh utama, serta absurditas yang dihadapinya karena penolakan dari ibunya. Kajian atas struktur alur drama yang menggunakan model piramida Gustav Freytag memperlihatkan bahwa dalam rangkaian babak drama Le Malentendu terdapat keterkaitan antara kebahagiaan yang sebenarnya sudah dimiliki Martha dan absurditas yang lahir dari kebahagiaan tersebut. Pada bagian akhir disimpulkan bahwa drama Le Malentendu menunjukkan bahwa kebahagiaan dan absurditas saling berlawanan sekaligus saling berkaitan.

The bitterness of life which Albert Camus has undergone led him to an idea of the absurdity that questions the meaning of life in the midst of sufferings that knows the end. Absurdity compels someone to choose a way out committing suicide or going against it revolting. Camus then brought the idea of absurdity, Le Malentendu, one of his plays. It shows the dream of Martha, the main character, and the absurdity she has to face because of her mother rsquo s rejection. The study of dramatic structure using Freytag rsquo s Pyramid model shows that the sequences of drama rsquo s chapters reflect a connection between Martha rsquo s happiness that she already has and the absurdity that occured. In the conclusion, it shows that both happiness and absurdity in Le Malentendu are contradictory, yet related to each other.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2017
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
B.R.Aj. Kooswardini Retno Wulandari
"Gagasan absurditas Albert Camus membahas mengenai konfrontasi antara nalar manusia yang selalu mencari jawaban dan kepastian mengenai kehidupan dan dunia yang tidak pernah memberikan jawaban tersebut. Satu-satunya hal yang pasti hanyalah kematian, hal ini membuat Camus mengatakan bahwa hidup yang dijalani manusia di dunia ini adalah sia-sia dan membandingkannya dengan mite Sisifus. Skripsi ini membahas bagaimana gagasan absurditas Camus tersebut ditampilkan dalam L?Étranger, sebuah roman yang bercerita mengenai Meursault, seorang manusia yang hidup tanpa mempedulikan norma-norma masyarakat dan dijatuhi hukuman mati. Pembahasan ini dilakukan baik melalui analisis alur dan pengaluran maupun analisis tokoh serta latar.

Albert Camus's idea on absurdity highlights the confrontation between men?s ratio that always seeks out answers and certainty on life and a world that never seems to provide that answer. The only certainty is death. This is what made Camus to mention that the life that we are all living is meaningless and have compared it to the Myth of Sisyphus. this thesis describes how Camus? idea of absurdity are shown in L?Étranger, following the story of Meursault, a man living outside the realms of civil conducts, who was sentenced to death. This paper will dissect the story through analysis of plot, characters and also settings.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2009
S14459
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nadiah
"Dalam skripsi yang berjudul Tema Absurditas dalam Le Malentendu karya Albert Catus ini, dibahas mengenai sub tema absurditas yang ditemukan dalam penyajian karya tersebut. Subtema tersebut adalah sub tema kesadaran, kebisuan, pertanyaan yang ti_dak terjawab, keterasingan, kesia-siaan, ketiadaan makna hidup, kesalahpahaman, kebebasan, rairah, pemberontakan dan rasa bersa_lah. Jumlah keseluruhan sub tema tersebut adalah sebelas. Kesebelas sub tema tersebut ditemukan dalam semua unsur struktur karya, yaitu alur, pengaluran, tokoh, latar ruang dan latar waktu, dengan menggunakan teori aktan, penokohan, waktu dan tempat yang diungkapkan oleh Anne Ubersfeld dalam bukunya yang berju_dul Lire Le Theatre. Le Malentendu ini adalah salah satu karya terbesar Albert Camus yang membicarakan mengenai absurditas. Dalam karya tiga babaknya ini, Caaus menampilkan pemikirannya mengenai absurditas yang juga merupakan gambaran dari karyanya, yang lain, sebuah esai yang berjudul Le Mythe de Sisyphe."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2000
S13841
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yugianti S. Soelaiman
"Skripsi ini adalah pemikiran Albert Camus mengenai pembrontakan sebagai suatu sikap hidup. Secara sepintas, pada umumnya semua kita tahu apa itu pemberontakan. Tetapi pemberontakan yang bagaimanakah yang dipikirkan Camus itu? Dan mengapa ia sampai kepada ajuran untuk mengambil pemberontakan sebagai sikap hidup manusia dalam menghadapi kehidupan dunia ini?. Tentu saja itu ada alasannya. Pada mulanya Camus merasa bahwa ada sesuatu yang tidak memuaskan perasaannya, yang menekan kebebasannya sebagai manusia, dan ini perlu diberontaki agar kebebasannya bisa dimilikinya kembali. Kemudian, jalan untuk memulihkan kebebasan yang terenggut tadi adalah lewat pembrontakan. Manusia harus mampu mengatakan 'tidak' kepada hal-hal, peristiwa-peristiwa, situasi-situasi, atau apa saja yang menurut dia cenderung memerosotkan martabat manusia..."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1983
S16071
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Firman Arif
"Bunuh diri merupakan diskursus sepanjang zaman dalam kehidupan manusia. Menilik sejarah, sebut saja seperti kaum stoa, tradisi Seppuku di Jepang, dan yang paling baru peledakan diri para teroris merupakan sebagian contoh yang menunjukkan bahwa bunuh diri terus dilakukan. Kendati nilai-nilai kemanusiaan terus berubah sepanjang zaman, tapi bunuh diri tetap menjadi sebuah tindakan yang dilakukan untuk mengakhiri kehidupan lebih cepat. Albert Camus mempertanyaan bunuh diri sebagai sebuah tindakan yang dipilih manusia. Pertanyaan itu memiliki keterkaitan dengan konsep eksistensialisme. Sehingga pemaknaan bunuh diri pun hanya sebatas problem eksistensilis-filosofis. Di sinilah letak persoalan bunuh diri pada masa kini. Pada kenyataannya, di zaman sekarang bunuh diri bukan lagi hanya persoalan eksistensialis-filosofis. Ada sesuatu yang melebihi hal itu, tindakan bom bunuh diri dapat dijadikan contoh. Bunuh diri adalah persoalan kemanusiaan. Maka, dengan tetap berpijak pada pemikiran Albert Camus, akan dijelaskan mengenai perluasan pemahaman bunuh diri sebagai sebuah tindakan mengingkari humanitas.

Suicide is a discourse throughout the ages in human life. Tracing the history, there are some examples that show suicide still exist, let says the stoic from early ages, Seppuku tradition in Japan, and terrorist who blew up themselves. Despite values of humanity keep changing throughout the ages, suicide is still the alternative choices to end live faster. Albert Camus questioning suicide as an action that choices in human life. This question is related to his existentilism concept. So that, the values of suicide just be the existentialism problem. This is the problem of suicide in the contemporary era. In fact, in the contemporary era, suicide is not just existentialist problem, there is something beyond, suicide bombing for example. Suicide is humanity problem. Through the thought of Albert Camus, it will be explained about expansion suicide as a disavowal of humanity."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2017
S67955
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ditya Farrashani Hartono
"Jurnal ini membahas gambaran tayangan kekerasan pada film serial kartun Tom and Jerry. Pemilihan ini didasarkan pada anggapan umum bahwa kartun selama ini dianggap aman dan ditayangkan pada jam-jam aktivitas anak, namun konten film serial tersebut justru mengandung unsur kekerasan. Diharapkan, hasil analisis ini dapat menjadi bahan pertimbangan bagi orang tua untuk melakukan pengawasan terhadap tayangan anak dan bersikap selektif terhadap pemilihan program yang dikonsumsi oleh anak. Adapun teori yang menjadi dasar berpikir adalah teori Kultivasi dari Gerbner, khususnya menganalisis tahap pertama dari empat proses yang disebut message system analysis. Hasil penelitian menemukan adegan kekerasan dalam bentuk penyiksaan lebih dominan ditayangkan dalam film serial kartun, selain itu adegan sadis memiliki durasi lebih lama dengan diperlihatkan jelas proses tindakan kekerasan dan akibat bagi korban.

This journal discusses about portrayal of violence in cartoon as movie television series in Tom and Jerry. This selection is based on the common belief that cartoon has been considered as the safe program for child and aired during the hours of child’s activity, but on the other hand this series contain the violence matter. Hopefully this journal can become material for parent’s consideration for monitoring and being selective when choosing the television program that consumed by children. While, theoretical framework that used is Cultivation Theory from Gerbner, particularly analyzing the first step from four process that called “Message System Analysis”. The result of this research are found that the violence scene that shown in that cartoon predominantly in the torture form, moreover the sadistic scenes have a longer duration and the process of violence scene are shown clearly with that impact for the victims.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
MK-PDF
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Indiana Salsabila
"Kondisi dunia setelah Perang Dunia II melahirkan tema-tema terkait kematian dalam kesusastraan Prancis. Salah satu contoh karya sastra dengan tema ini adalah LEtranger, sebuah roman yang dipenuhi aspek-aspek absurditas yang ditulis oleh Albert Camus. Konsep absurditas Camus menyatakan bahwa untuk menghadapi absurditas, manusia harus berkonfrontasi dengan kondisi absurd secara langsung dengan kesadaran. Dengan begitu, manusia dapat menjalani hidup absurd hingga kematian tiba. Artikel ini memperlihatkan bagaimana peristiwa kematian yang secara konsisten hadir dalam roman LEtranger berkaitan dengan absurditas Camus.
Melalui analisis perkembangan fokalisasi dalam cerita, narasi Meursault menunjukkan hubungan gagasan absurditas Camus dengan kematian melalui perubahan Meursault dalam memaknai kematian. Selain itu, analisis struktur naratif teks melalui alur cerita menunjukkan bahwa peristiwa kematian mengantarkan tokoh utama dalam menjadi Manusia Absurd. Terasingkan dari masyarakat akibat pandangannya terkait kematian, Meursault sampai pada kesadaran bahwa menjadi orang asing di dunia yang absurd berarti menerima kepastian kematian dengan terus menjalani hidup dengan tanggung jawab.

The worlds condition after World War II gave birth to death-related themes in French literature. One example of literature work is LEtranger, a novel rich with aspects of absurdity written by Albert Camus. Camus concept of absurdity states that to face absurdity, one must confront it with consciousness and live through the absurd life until death. This article aims to reveal how death, which consistently occurs in LEtranger, is related to Camus concept of absurdity.
Through the analysis of focalization development apparent in the story, the recurring events of death as told through Meursaults narration connects Camus idea of absurdity and death. Moreover, storyline and narrative breakdowns show that death occurrences expose the main character to the steps towards becoming the Absurd Man. Alienated in a world of absurdity, Meursault shows how being the stranger means accepting the inevitability of death by continuing to live the absurd life with consciousness and responsibility.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2019
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Cambridge, UK: Cambridge University Press, 2007
843.912 CAM
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Dyra Daniera
"Kumpulan cerpen Sepotong Senja untuk Pacarku karya Seno Gumira Ajidarma merupakan salah satu karya sastra yang mengangkat pemikiran eksistensialisme absurditas melalui tokoh-tokoh di dalamnya. Penelitian ini mengangkat persoalan bagaimana absurditas dalam kumpulan cerpen Sepotong Senja untuk Pacarku digambarkan melalui tokoh Tukang Pos. Tujuan penelitian ini adalah untuk menunjukkan absurditas dalam kumpulan cerpen Sepotong Senja untuk Pacarku melalui tokoh Tukang Pos. Penelitian dilakukan terhadap bagian "Trilogi Alina" yang memuat tiga cerpen, “Sepotong Senja untuk Pacarku”, “Jawaban Alina”, dan “Tukang Pos dalam Amplop”, dengan menggunakan metode kualitatif deskriptif. Aspek tokoh dan penokohan Tukang Pos dianalisis berdasarkan konsep absurditas Albert Camus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa absurditas digambarkan oleh tokoh Tukang Pos melalui pencarian konstannya akan jati diri dan makna hidup dalam dunia yang tidak rasional. Perasaan keterasingan akibat pekerjaannya sebagai tukang pos mendorongnya untuk mendapatkan kejelasan makna hidup. Kejelasan ini berusaha diwujudkan ketika ia masuk ke dalam amplop berisi senja, bertransformasi menjadi manusia ikan, dan membangun peradaban baru. Setelah keluar dari amplop, Tukang Pos tetap melanjutkan pekerjaannya mengantar surat. Perilaku ini sejalan dengan tokoh Sisifus yang dikisahkan Albert Camus dalam esai filsafat legendarisnya, Mitos Sisifus (Le Mythe de Sisyphe).
Sepotong Senja untuk Pacarku by Seno Gumira Ajidarma is a short story anthology that explores existentialism and absurdity through its characters. This study examines how absurdity is portrayed in the short stories through Tukang Pos. The aim of this research is to demonstrate the absurdity in Sepotong Senja untuk Pacarku through Tukang Pos. The research focuses on the "Trilogi Alina" chapter, which includes three short stories, “Sepotong Senja untuk Pacarku”, “Jawaban Alina”, and “Tukang Pos dalam Amplop”, using a descriptive qualitative method. Aspects of the character and characterization of Tukang Pos are analyzed based on Albert Camus' concept of absurdity. The results show that absurdity is portrayed by Tukang Pos through his constant search for identity and the meaning of life in an irrational world. The feeling of alienation caused by his job as a postman drives him to seek clarity in the meaning of life. This clarity is attempted when he enters an envelope containing sunset, transforms into a human-fish body, and builds a new civilization. After exiting the envelope, Tukang Pos continues his job delivering letters. This behavior aligns with the character of Sisyphus as illustrated by Albert Camus in his legendary philosophical essay, The Myth of Sisyphus (Le Mythe de Sisyphe)."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>