Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 58413 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mugi Nindya Laraswati
"Bahasa iklan memiliki peranan penting, baik untuk perusahaan yang mempromosikan
produknya, maupun untuk masyarakat yang mengkonsumsi iklan tersebut. Di dalam
sebuah iklan, biasanya produsen menggunakan kalimat-kalimat yang bersifat persuasif
agar orang yang melihat iklan tersebut ingin membeli produk yang diiklankan. Namun
sayangnya, beberapa iklan ada yang mengandung unsur seksisme. Seksisme sendiri
merupakan pernyataan atau kepercayaan yang membuat pembedaan yang tidak penting
dengan mendeskriminasikan orang-orang berdasarkan gender. Saya meneliti beberapa
poster iklan jam tangan IWC yang berbahasa Jerman untuk menunjukkan pentingnya
pemilihan kata dalam menarik perhatian konsumen. Berdasarkan hasil penelitian,
keempat iklan jam tangan IWC menunjukkan unsur seksisme dengan menempatkan
perempuan pada posisi yang lebih rendah daripada laki-laki. Terdapat pula makna
afektif dan makna asosiatif dalam iklan jam tangan IWC tersebut.

ABSTRACT
Advertising language has an important role for companies that promote their products,
as well as for people who consume the ad. Usually the producers of the ad use
persuasive sentences to make people who see the ad wants to buy the advertised
product. But unfortunately, there are some ads that contain elements of sexism.Sexism
itself is a statement or belief that makes unnecessary differences to discriminate people
based on gender. I research some of IWC advertisement posters in German language to
show the importance of the choice of words in attracting consumer attention. Based on
the research result, all four ads show the elements of sexism by putting women in lower
position than men. There is also affective meanings and associative meanings within
IWC advertisement posters.;"
[, ], 2016
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Alicia Wynona Tjahjadi
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dinamika direksi terkait gender, khususnya dampak seksisme dan keberadaan sutradara perempuan. Sampel yang digunakan adalah direktur wanita yang masih menjabat di perusahaan publik. Penelitian ini melakukan triangulasi terhadap dua metode penelitian. Metode kuantitatif bertujuan untuk menguji hubungan frekuensi pengalaman seksisme dengan persepsi dinamika direksi, serta mengkaji peran masa kritis sebagai variabel moderasi. Instrumen pengumpulan data berupa kuesioner dengan menggunakan skala likert 5 poin dengan 46 responden. Metode kualitatif melalui wawancara terstruktur dengan 8 informan bertujuan untuk mengetahui perlakuan yang dialami direktur wanita di dunia kerja, serta persepsi peran direktur wanita dalam dinamika direksi dan kontribusinya terhadap kinerja perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif antara frekuensi pengalaman seksisme terhadap persepsi dinamika direksi, serta pengaruh moderasi yang kuat dengan pencapaian situasi massa kritis. Hasil penelitian kualitatif membuktikan bahwa sutradara perempuan sering mengalami perlakuan seksis di dunia kerja. Ada juga persepsi bahwa direktur wanita memiliki peran sebagai mediator dan spesialis dengan keterampilan unik, dan mereka berkontribusi pada kinerja non-keuangan perusahaan. Terakhir, kehadiran direktur perempuan membawa feminitas ke dalam tata kelola perusahaan, sehingga prinsip-prinsip etika kepedulian lebih mungkin diterapkan.

This study aims to analyze the dynamics of directors related to gender, particularly the impact of sexism and the existence of female directors. The sample used is a female director who is still serving in a public company. This study triangulated two research methods. The quantitative method aims to examine the relationship between the frequency of sexism experiences and the dynamic perceptions of the directors, as well as to examine the role of the critical mass as a moderating variable. The data collection instrument was a questionnaire using a 5-point Likert scale with 46 respondents. The qualitative method through structured interviews with 8 informants aims to determine the treatment experienced by female directors in the world of work, as well as the perceptions of the role of female directors in the dynamics of directors and their contribution to company performance. The results showed that there was a negative relationship between the frequency of sexism experiences on the dynamic perception of directors, as well as a strong moderation effect with the attainment of critical mass situations. Qualitative research results prove that female directors often experience sexist treatment in the world of work. There is also a perception that women directors have a role as mediators and specialists with unique skills, and they contribute to the non-financial performance of the company. Finally, the presence of female directors brings femininity to corporate governance, so that ethical principles of care are more likely to be applied."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Galuh Kania Anindita
"Penelitian ini membahas seksisme yang terdapat dalam novel Tiga Orang Perempuan (1983), Burung Merak (1985), Pilihan Terakhir (1986), dan Kau dan Aku Adalah Satu (1987) karya Maria A. Sardjono. Di dalam novel-novelnya, Maria A. Sardjono menggunakan seksisme sebagai alat untuk membangun alur dan perwatakan tokoh di dalam cerita. Hal tersebut tidak dilakukan oleh penulis perempuan tahun 1980-an lainnya. Penggunaan seksisme telah membuat empat karya Maria A. Sardjono tersebut unik. Hal itulah yang membuat peneliti tertarik untuk meneliti tentang seksisme dalam karya-karya Maria A. Sardjono. Melalui keempat novel tersebut penelitian ini mengkaji seksisme yang terkandung di dalamnya. Untuk mencapai tujuan itu, penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang bersifat deskriptif dan teori seksisme. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat dua tingkat seksisme yang terdapat dalam keempat novel Maria A. Sardjono, yaitu seksisme interpersonal dan seksisme yang diinternalisasi. Seksisme interpersonal hadir dalam berbagai keyakinan, mulai dari peran gender, objektivikasi perempuan, hingga munculnya istilah penghinaan terhadap perempuan. Seksisme yang diinternalisasi hadir dalam praktik ketidakberdayaan dan invalidasi. Kedua seksisme tersebut hadir sebagai inti cerita sekaligus konflik yang menggerakkan cerita. Melalui keempat novel tersebut, Maria A. Sardjono ingin menyuarakan kritik terhadap nilai-nilai patriarkat dalam masyarakat yang masih meletakkan perempuan ke dalam kondisi inferior yang merugikan.

This study discusses the sexism contained in Tiga Orang Perempuan (1983), Burung Merak (1985), Pilihan Terakhir (1986), and Kau dan Aku Adalah Satu (1987) novels by Maria A. Sardjono. In her novels, Maria A. Sardjono uses sexism as a tool to build the plot and character of the characters in the story. This was not done by other female writers of the 1980s. The use of sexism has made the four works of Maria A. Sardjono unique. This is what makes researcher interested in researching sexism in the works of Maria A. Sardjono. Through these four novels, this research examines the sexism contained in them. To achieve this goal, this research uses descriptive qualitative methods and sexism theory. The results showed that there are two levels of sexism contained in the four novels of Maria A. Sardjono, namely interpersonal sexism and internalized sexism. Interpersonal sexism is present in various beliefs, ranging from gender roles, objectification of women, to the emergence of the term insulting women. Internalized sexism exists in the practice of powerlessness and invalidation. Both sexisms are present as the core of the story as well as the conflict that drives the story. Through these four novels, Maria A. Sardjono wants to voice a critique of patriarchal values ​​in society which still puts women in a disadvantageous inferior condition."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Devi Istiani
"Kepopuleran video game online mobile berjenis MOBA (Multiplayer Online Battle Arena) di Indonesia telah menyebar ke seluruh kalangan tanpa melihat batasan umur, jenis kelamin dan pendapatan. Salah satu video game online mobile yang terkenal di Indonesia adalah “Arena of Valor” (AOV). Awalnya permainan bergenre ini sangat laris dimainkan di kalangan laki-laki, tetapi seiring dengan kepopulerannya yang meningkat kini para perempuan turut ikut serta dalam memainkan permainan bergenre MOBA. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan bagaimana praktik-praktik seksisme yang terjadi pada gamers perempuan yang bermain video game online mobile “Arena of Valor” di Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode Etnografi yang dilakukan pada lingkup gamers perempuan di Indonesia (Jakarta, Tasikmalaya dan Yogyakarta). Hasil penelitian ini menunjukan bahwa praktik-praktik seksisme masih dapat kita temui di dalam lanskap video game online mobile “Arena of Valor”. Hal tersebut terjadi karena peran konstruksi sosial dan budaya yang berkembang di masyarakat tentang peran gender. Akhirnya untuk dapat tetap bertahan di dalam industri dan lanskap ini, perempuan melakukan strategi koping sebagai bentuk resistensi terhadap praktik-praktik seksisme yang dialami.

The popularity of the online mobile video game genre MOBA (Multiple Online Battle Arena) in Indonesia has reached every circle without any limitation of age, sex and income. One of the most popular is called “Arena of Valor” (AOV). In the beginning, this type of genre is adored by males player only but as times goes on, females player also begins to spread their wings and play this type of game. The purpose of this research is to describe how sexism practice applied on female gamers who played online mobile video game “Arena of Valor” in Indonesia. The method used in this research is Ethnography applied within the scope of female gamers in Jakarta, Tasikmalaya, and Yogyakarta. The outcome of this research shown that sexism practice can be found in the industry and in the circle of online mobile video game AOV. These situations occurred in response to the construction of the social and cultural roles that develop in the society about gender roles. In order to be able to survive inside this industry, female gamers use a coping strategy as a form of resistance to the sexism practice that occurred."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tatag Handaka
"Iklan adalah salah satu media komunikasi untuk menyampaikan pesan-pesan tertentu. Iklan Pond's adalah media komunikasi untuk menyampaikan pesan-pesan agar kulit perempuan menjadi putih. Ada iklan tentang moisturiser, pelembab, losyen, dan cairan pembersih wajah dan kulit. Iklan ini ditayangkan di televisi, diterbitkan di surat kabar, dan media luar ruang.
Penelitian ini meneliti 22 iklan Pond's yang disiarkan melalui media televisi. Teori komunikasi yang digunakan adalah teori tanda dari Roland Barthes. Teori ini mengatakan bahwa pesan komunikasi terdiri dari pesan denotatif dan konotatif. Metode penelitian yang digunakan adalah semiotika, terutama semiotika Roland Barthes.
Hasil analisa data penelitian menunjukkan bahwa pesan komunikasi, khususnya pesan dalam iklan. Selain mengandung pesan denotatif dan konotatif, juga mengandung mitos. Terutama apabila pesan itu diulang secara terus menerus. Kesimpulan penelitian menunjukkan, bahwa putih adalah mitos. Penanda putih bisa diamati dalam setiap iklan Pond's. Baik berupa kulit wajah, kulit tubuh bintang iklan, tulisan, narasi, latar, maupun lirik lagu yang mengiringinya.
Dalam mitos putih, terdapat normalitas perempuan. Konsep normalitas yang digunakan adalah konsep normalisasi dan kuasa dari Michel Foucault. Putih Pond's telah menormalisasi perempuan untuk memiliki wajah dan kulit putih. Kulit putih adalah kulit ideal bagi perempuan. Maka apapun warna kulit perempuan saat ini, idealnya kulit mereka harus menjadi putih. Selain kulit putih ideal, juga ada kulit putih fresh look, kulit putih kilau mutiara, juga kulit putih yang bersinar, dan kulit putih hingga ke ujung kaki.
Subyek kuasa dalam normalitas ini bersifat anonim. Tidak hanya berasal dari Pond's atau Unilever, tapi dari berbagai arah, kuasa ini menyebar. Iklan Pond's menunjukkan bahwa kuasa itu bisa berasal dari laki-laki, anak laki-laki, perempuan itu sendiri, teman-teman perempuan, ibu mertua, keluarga calon mertua, dan tentu dari Pond's."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2006
T22444
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuniarti Eka Basuki
"Studi ini memfokuskan diri pada iklan di media televisi. Dunia iklan di televisi dipenuhi dengan beraneka ragam bentuk gambaran kehidupan masyarakat dari yang sangat realistis hingga gambaran tentang mimpi-mimpi imajinatif. Ukuran modernitas, kemewahan, dan kecantikan dirujuk dari penampilan iklan di media massa. Kekuatan inilah yang digunakan oleh oleh produsen barang dan jasa untuk menampilkan pesan komunikasinya untuk menjangkau kesan maupun rangsangan bagi konsumen untuk mengkonsumsi produknya sehingga membentuk realitas semu. Iklan televisi mempunyai struktur yang terdiri dari tiga unsur : problem, nasihat dan resolusi (Wilson dalam Dedi Mulyana, 1997: 103). Menggunakan pendekatan Martin Esslin (1982), kebanyakan iklan televisi adalah suatu drama, meskipun hanya berlangsung singkat sekali (15-60 detik). Sebagai drama, ia mempunyai tiga unsur pokok: tokoh fiktif, jalan cerita (plot) dan dialog.
Penelitian ini didasari atas beberapa teori tentang proses komunikasi dan penandaan iklan yang membentuk citra tertentu. Teori Reymond Wiliams dan Simon During (1993) mengatakan bahwa iklan membentuk sebuah dunia magis yang mengubah komoditas ke dalam situasi gemerlap dan mempesona melalui media massa. Melalui proses kreatif iklan mampu mengkonstruk suatu realitas daari realitas dari realitas sosial yang terjadi dan membentuk realitas bentukan baru (Berger dan Luckman, 1990), yang disebut sebagai kesadaran palsu (Marx). Terjadinya proses pengaruh atau transformasi citra tersebut akibat dari interaksi simbolik yang menghadirkan dunia kesadaran dan mempengaruhi pandangan budaya manusia. Penelitian ini berusaha untuk meneliti bagaimana perempuan direpresentasikan dalam iklan shampo.
Penelitian menggunakan tipe kualitatif yang memakai teknik semiotika. Ikian yang diteliti adalah Iklan Shampo Rejoice Rich dan Man Shampo Sunsilk Clean and Fresh. HasiI penelitian menunjukkan bahwa dalam Iklan Shampo Rejoice Rich baru perempuan direpresentasikan sebagai hal yang disukai atau diinginkan dan juga sebagai yang ideal adalah perempuan yang berambut lurus. Rambut lurus, hitam dan panjang, lebih jauh dimaknai sebagai kecantikan yang ideal dan dinaturalisasi. Iklan Shampo Rejoice Rich ingin menunjukkan bahwa rambut yang ikal bukanlah rambut yang diinginkan oleh "pasar". Perempuan dengan rambut ikal seolah-olah dijadikan "tidak sempuma" versi feminitas "pasar". Sedangkan dalam iklan Sunsilk Clean and Fresh ada sesuatu yang baru yang hendak ditawarkan. Walaupun iklan ini menawarkan produk shampo tetapi model perempuan yang direpresentasikan adalah gadis remaja yang berkerudung. Dimana dalam iklan ini sama sekali tidak pemah memperlihatkan rambutnya sebagai hasil akhir dari penggunaan Sunsilk Clean and Fresh. Hanya digambarkan seeara non verbal bahwa model yang berperan sebagai Annisa tidak merasa kepanasan lagi jika berkerudung.
Implikasi penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan kepada kaum perempuan tennasuk di dalamnya remaja putri. Agar bersikap kritis terhadap media, khususnya iklan televisi yang dirasakan lebih efektif di banding dengan iklan media cetak. Definisi cantik yang digaungkan oleh media sangat tidak beragam. Seperti harus berkulit putih, berambut lurus panjang dan berbadan langsing, Ketidakmajemukan media dalam membentuk wacana ini menjadi sangat mengkhawatirkan, karena dalam hal kulit maupun rambut. Potensi diskriminasi dan penyingkiran bagi yang tidak memilkinya sangat besar. Efeknya adalah ketidak percayaan din dan lain sebagainya.
Oleh karena itu diperlukan wawasan yang lebih bagi kaum perempuan dan remaja putri tentang bagaimana bersikap kritis pada media (melek media) yang membawa mereka kesadaran tentang apa yang menurut mereka balk dan nyaman. Bahwa media mereka adalah tubuhnya sendiri."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
T14097
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Metty Deviana Andriani
"Dalam skripsi ini saya membandingkan dan menjabarkan perilaku berbahasa perempuan Jerman dalam iklan kontak jodoh pada dua Buah surat kabar Jerman Die Zeit dan Bildzeitung. Fokus penelitian saya adalah perbandingan citra perempuan Jerman yang ditampilkan dalam iklan tersebut. Berdasarkan perbandingan dan perbedaan ini saya juga menganalisis adanya perbedaan status social yang didasarkan atas pilihan kata. Selain itu saya juga menganalisis perbandingan karakteristik iklan kontak jodoh yang muncul pada dua surat kabar tersebut.
Skripsi ini terdiri dari empat bab. Teori-teori yang tersaji dalam bab II terdiri dari teori tentang iklan dan ragam bahasanya dari Ruth Roemer, teori makna Blanke, teori jenis dan fungsi teks Brinker, teori ragam bahasa perempuan dari Key, Lakoff dan Troemel Ploetz, serta teori mengenai karakteristik iklan kontak jodoh.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan beberapa ciri ragam bahasa perempuan terlihat pada kedua surat kabar tersebut. Pada iklan kontak jodoh dalam surat kabar Die Zeit, perempuan Jerman banyak menggunakan kata-kata yang berkaitan dengan hobi, minat dan lapangan pekerjaan. Pada Bildzeitung ciri ragam bahasa perempuan yang muncul juga sama, hanya saja perempuan pada surat kabar ini juga memunculkan pilihan kata yang berlawanan dengan ciri ragam bahasa perempuan itu sendiri, yaitu menghindari penggunaan kata vulgar. Selain itu mereka juga menggambarkan diri mereka sebaga ibu rumah tangga yang baik. Berbeda halnya dengan perempuan pada Die Zeit yang lebih menggambarkan bahwa mereka adalah wanita karir. Karakteristik iklan kontak jodoh yang muncul pada kedua surat kabar ini juga hampir sama, yang berbeda hanya pada bagian penulisan nama dalam iklan pada Bildzeitung."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2003
S14799
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Silalahi, Aster
"Representasi gender dalam iklan ikut memiliki andil dalam memperkuat persepsi masyarakat tentang konsep perempuan yang cantik. Tontonan iklan mengagungkan kecantikan perempuan lewat wajah cantik, kulit putih dan halus. Iklan di televisi cenderung menjual mimpi dan imajinasi yang melambung tinggi. Media mengkonstruk sebuah realitas semu dari realitas sosial yang terjadi. Pasar perempuan merupakan pasar potensial yang selalu dieksplorasi oleh pemasar karena perempuan merupakan pengambil keputusan dalam pembelanjaan barang kebutuhan sehari-hari. Dari sini, peran kreativitas periklanan dalam mengadu rayuan menjadi sangat penting. Perempuan akhimya menjadi sasaran utama dari iklan sebuah produk. Mereka menjadi incaran utama dari sebuah pemasaran produk. Melalui interaksi simbolik, persepsi khalayak perempuan dibangun sedemikian rupa sehingga terbentuk suatu konstruksi realitas mengenai perempuan cantik yang mendorong perempuan untuk menjadi serupa dengan perempuan cantik tersebut.
Penelitian ini membahas mengenai persepsi perempuan terhadap iklan sabun kecantikan dalam kaitannya dengan konstruksi realitas mengenai kecantikan yang terbentuk di dalam masyarakat. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif. Peneliti menggunakan tehnik wawancara terhadap 9 informan perempuan yang adalah wanita pekerja, ibu rumah tangga dan mahasiswi. Kerangka konsep yang digunakan adalah proses persepsi yang melalui 4 tahapan, yaitu Attention, Interest, Memory dan Impact (Moriarty, 1991). Melalui proses kreatif iklan mampu membangun suatu realitas sosial yang sering disebut sebagai kesadaran palsu (Berger, 1990) Ditinjau dari persepsi informan, mereka menggunakan sabun kecantikan karena keinginan mereka menjadi perempuan yang sesuai dengan iklan tersebut. Hal ini membuat iklan sabun kecantikan mengutamakan keindahan, kecantikan dan mengkonstruksi wanita sebagai mahiuk yang harus cantik dan mendorong khalayak untuk mencontoh dan berpola pikir sesuai dengan apa yang dipesankan di dalam iklan. Pemasar dengan sengaja membuat suatu konstruksi realitas sosial mengenai pola pikir ataupun gaya hidup masyarakat melalui iklan televisi yang dapat dijangkau oleh masyarakat secara luas. Konstruksi realitas sosial ini membuat wanita selalu ingin mengungguli sesama wanita dengan berpatokan pada suatu bentuk ideal yang sebenamya adalah semu. ReaIitas semu ini dibentuk dari interaksi simbolik yang muncul pada saat menonton iklan. Melalui penelitian ini membantu pemaharnan terhadap konstruksi realitas sosial yang terjadi di masyarakat mengenai bentuk ideal seorang perempuan dan persepsi perempuan terhadap suatu produk. Hal ini dapat digunakan oleh pengiklan dalam membuat kreatif iklan untuk menarik minat khalayak perempuan. Sebaliknya penelitian ini juga membantu konsumen agar tidak serta merta memilih produk. Di satu sisi akan menguntungkan produsen dalam memperkenalkan produknya melalui iklan, di sisi lain konsumen harus dapat menyikapi sikap konsumtif dan mengikuti konstruksi iklan yang dibangun oleh produsen agar tidak terjadi pembodohan terstruktur.

Gender representation in advertising contributes a big part in constructing audience perception regarding `beauty' concept. Advertisements mostly highlight `beauty' concept with using female star which have a beautiful face, white and smooth skin. The TV ad usually sells unreal reality and high expectations. Media construct this unreal reality from social reality which already occurred. Women segmentation always becomes potential segment which always explore by marketers due to women are the decision maker in buying daily need. From this point of view, creativity in making an ad especially for women is very important. Women finally the main target from the marketers and from the ad itself. Women perception is build using symbolic interaction in the ad and it construct a social reality regarding `beautiful' women and insist them to become those `beautiful' women by using their products.
This research explains women perception regarding a beauty soap TV ad from the reality social construction about `beautiful' women. Method that being used in this research is qualitative method. Researcher interviewed 9 (nine) women, who is professionals, housewives and students to know their perception. Researcher used perception process which has 4 steps which is attention, interest, memory and impact (Moriarty, 1991). The ad creative process can construct social reality which sometimes said as an unconsciously awareness (Berger, 1990). From informants perception can conclude that they using a beauty soap because they want to be the same with the women in the ads. This make soap ad always using beautiful women and always stress on beauty, smooth skin and these construct women's idea about `beautiful' women and encourage them to duplicate the ad. Marketers construct a social reality regarding beauty by using TV ad which can reach a big number of people. This social reality construction make women always want to be perfect which means the same as the social construction which already exist. This research hopefully can help audience understanding regarding the social construction about `beautiful' women and their perception about soap ad, which can used by advertising in making attractive ad for women. Also help consumers in selecting product from advertisement.
"
2005
T14092
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Budi Utomo
"Media memiliki pengaruh yang cukup besar dalam membentuk gambaran masyarakat tentang kecantikan. Hal ini dikarenakan media memiliki tujuan untuk memanipulasi pasar sehingga tercipta pasar baru bagi para produsen produk-produk kecantikan. Dengan demikian para perempuan yang menontonnya akan memiliki kebutuhan untuk bisa memenuhi standar kecantikan yang dibuat oleh media melalui penggunaan produk-produk yang diiklankan. Tulisan ini membahas tentang hiperrealitas yang terbentuk melalui iklan televisi, yaitu iklan Pond’s W Kasus Iklan Pond’s White Beauty Spotless White Cream versi Bukan Cinta Biasa. Dalam iklan ini ditemukan bahwa perempuan yang cantik adalah perempuan yang memiliki kulit putih, mulus, tanpa noda hitam di wajah. Selain itu, dalam iklan ini juga digambarkan bahwa perempuan dengan kriteria cantik di atas akan mudah menarik perhatian pria idamannya. Hal ini sesuai dengan konsep hiperrealitas, yakni kriteria perempuan cantik dimanipulasi sedemikian rupa sehingga sesuai dengan kegunaan produk yang dipasarkan dalam iklan tersebut.

Media has big roles in shaping how people see about the concept of beauty. It is because media has a goal to manipulate its market to create a new market for the beauty industries. Thus the women who saw it would have some new needs, regarding their desire to become pretty and start to consume the products that is advertised in those media. This paper is studying about hiperreality that is formed by those media, in this case by advertisement of Pond’s White Beauty Spotless White Cream, Bukan Cinta Biasa Version. In this advertisement, a beautiful women is described by having a white, flawless skin, without black spots in her face. Moreover, this advertisement also describes that those kind of woman can get attention from her crush easily. Those descriptions are showing that there is hiperreality in the advertisement. It means that there are manipulations in the advertisement, and it is done according to the benefit of the product in the advertisement.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Arnaisya Rachyu Putri
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana perempuan direpresentasikan pada iklan cokelat merek Lotte Ghana di hari Valentine. Khususnya, pada iklan yang ditayangkan di televisi Jepang selama satu dekade terakhir (2010-2019) yang dianalisis dalam aspek stereotip peran gender. Penulis menggunakan metode deskriptif analisis dengan teori representasi dari Stuart Hall dan konsep stereotip sifat dan peran gender oleh Mary E. Kite dalam Worell untuk menelaah representasi perempuan dalam iklan cokelat Lotte Ghana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa iklan cokelat Lotte Ghana mendukung wacana perempuan ideal yang sesuai dengan standar norma patriarki. Setelah ditelaah lebih dalam, pada hari Valentine perempuan di Jepang memiliki kuasa serta peran aktif untuk berekspresi, tidak terikat pada peran gender yang biasanya mengharuskan perempuan untuk pasif. Namun, kuasa yang ditampilkan tetap ada kaitannya dengan menyenangkan hati laki-laki, terbatas hanya pada hubungan laki-laki dan perempuan dan tidak berfokus untuk perempuan itu sendiri. Selain itu, perempuan dalam iklan juga digunakan sebagai alat untuk menarik pembeli cokelat demi meraup keuntungan pasar. Hal tersebut dilakukan dengan menggunakan storyline yang umum diterima masyarakat yaitu wacana dominan patriarki, sehingga dapat disimpulkan bahwa pada pembacaan di level yang lebih dalam, iklan Lotte Ghana merupakan wujud kelindan antara wacana patriarki dan kapitalisme.

This research aims to see how women are represented in Lotte Ghana brand chocolate advertisements on Valentine`s Day. Specifically, the advertisements aired on Japanese television over the past decade (2010-2019) were analyzed in terms of stereotyped gender roles. The author uses a descriptive analysis method with the representation theory of Stuart Hall and the stereotypical concept of the nature and role of gender by Mary E. Kite in Worell to examine the representation of women in Lotte Ghana chocolate advertisements. The results showed that the Ghana Lotte Chocolate advertisements support an ideal women's discourse following patriarchal norms. After further study, on Valentine's Day women in Japan have the power and active role for expression, not bound by gender roles, which usually require women to be passive. However, the power displayed still has to do with pleasing men, limited only to the relationship between men and women and not focusing on women themselves. In addition, women in advertising are used as a tool to attract chocolate buyers who are trying to reap market profits. This is done by using the storyline that is generally accepted by the public, namely patriarchal dominant discourse so that it can be concluded that on reading at a deeper level, Lotte Ghana adverts are a form of longevity between patriarchal discourse and capitalism."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>