Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 103159 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"During the time society as consumer is only recognizing Institution Consumer Foundation. Role of Government ought to more socialization of law, not only to consumer but also must be done to perpetrator effort so that having a line on rights and obligations and responsibility as perpetrator effort such as those which have been arranged in Consumerism Law. Involvement of Consumer Foundation in the case of conducting enablenessis assisting consumer althoughcan be told not yet earned maximal caused limitation by this institute in the case of finance, human source and also facility and infrastructure. The spirit to fight to give consumer rights motivation and appreciation is so good from Government and society. Because during the time the independency of this institute to be trusted by all of society from consumerside and also perpetrator effort.Keywords : perpetrator effort, advocation, enableness of consumer"
320 AJH 1:3 (2010)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"This paper is based on a study of sample of small manufacturing firms operating in Semarang region of Central Java. On the basis of the perceptions of owner/managers,the study attempts to identify a set of variables that may contribute to the performance of small manufacturing firms....."
JUEKBIE
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ricardo Indra
"Kondisi pasar selular di Indonesia mengalami pertumbuhan yang spektakuler sejak hadirnya teknologi GSM. Kini konsumen memiliki banyak alternatif operator selular, sehingga brand switching sangat dimungkinkan. Itulah sebabnya operator selular memerlukan loyalitas dari pelanggannya, khususnya konsumen yang dapat melakukan Advokasi atas penggunaan produk. Walaupun konsumen masuk dalam kategori loyal, tetapi loyalitas kelompok konsumen Advokasi lebih diharapkan dari pada loyalitas kelompok konsumen Non-Advokasi karena mereka juga berfungsi sebagai agen promosi bagi perusahaan dalam mempengaruhi lingkungan di sekitarnya. Agar dapat mengetahui strategi promosi mana yang tepat maka dilakukan analisa dengan menggunakan discriminant analysis, dimana analisa ini menunjukkan faktor pembeda di antara strategi promosi serta variabel lainnya terhadap kelompok konsumen Advokasi dan konsumen Non-Advokasi. Berdasarkan latar belakang di atas, maka penelitian ini dilakukan untuk menjawab beberapa permasalahan sebagai berikut : - Variabel-variabel apakah dari strategi promosi yang menjadi pembeda terhadap kelompok konsumen Advokasi dan konsumen Non-Advokasi? - Di antara variabel-variabel tersebut, mana yang paling membedakan terhadap kelompok konsumen Advokasi dan konsumen Non-Advokasi? - Variabel-variabel apa di luar strategi promosi yang dapat membedakan kelompok konsumen Advokasi dan konsumen Non-Advokasi? Penelitian dengan metode survei dan bersifat eksplanatif ini dilakukan pada populasi pelanggan kartu pasca bayar GSM kartuHALO yang berada di wilayah Regional Jawa Barat. Sampelnya dipilih secara stratified random sampling yang mencerminkan pelanggan yang berasal dari tiga kota di Jawa Barat yang menjadi pusat layanan pelanggan Telkomsel yang disebut graPARI, yakni di Bandung, Tasikmalaya, dan Cirebon. Total keseluruhan responden yang diambil adalah 312 responden yang telah memiliki usia berlangganan di atas 17 tahun. Variabel independen dari strategi promosi dalam penelitian ini adalah Advertising, Sales Promotion, Exhibition, dan Word of Mouth. Sedangkan variabel independen di luar strategi promosi adalah Pengetahuan Atribut Produk dan Customer Satisfaction. Hasil pengolahan data dengan menggunakan discriminant analysis menujukkan bahwa dari enam faktor tersebut terdapat empat faktor yang dapat membedakan kelompok Konsumen Advokasi dan Konsumen Non-Advokasi, yaitu Word of mouth, Advertising, Customer Satisfaction dan Pengetahuan Atribut Produk. Faktor yang paling membedakan adalah Word of Mouth. Analisa lanjutan dengan menggunakan multiple regression dilakukan atas variabel yang tidak masuk dalam analisis diskriminan yakni sales promotion dan exhibition terhadap Customer Satisfaction. Hasilnya adalah kedua faktor tersebut memiliki efek tidak langsung terhadap kelompok Konsumen Advokasi dan Konsumen Non-Advokasi. Rekomendasi yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian ini adalah dengan memberikan exposure lebih intens agar dapat mempengaruhi Word of Mouth di kalangan pengguna kartuHALO, kemudian diikuti dengan peningkatan pada aktivitas Advertising_ Perlu pula ditingkatkan kualitas dari Sales Promotion dan Exhibition yang memiliki indirect effect terhadap kelompok Konsumen Advokasi dan Konsumen Non-Advokasi. Disamping itu Pengetahuan Atribut Produk dan Customer Satisfaction juga penting untuk diperhatikan karena menjadi faktor pembeda yang signifikan.

Differentiated Factors Between Advocacy Consumer And Non-Advocay Consumer (Case Study : Kartu Halo's Promotional Strategy at PT Telkomsel - West Java Region)Condition of cellular market in Indonesia has a spectacular increased since the raise of GSM technology. Nowadays, consumer has various alternative of cellular operator, hence brand switching is very possible. That's why cellular operator needs consumer loyalty, specially consumer who can do advocacy of product usage. Even a consumer include in loyal category, but group loyalty of advocacy consumer is more expected than group loyalty of non-advocacy consumer due to their function also as a promotional agent for the company in influencing environment. To find out which promotional strategy that is appropriate, thus We can analyze using Discriminant Analysis. Discriminant Analysis points differentiated factors among promotional strategy and other variables for groups of advocacy consumer and non-advocacy consumer. According to the background mentioned, this research is taking place to answer the following problems : - What variables of promotional strategy that differentiates between advocacy consumer and non-advocacy consumer ? - Among those variables, which is the most differentiates between advocacy consumer and non-advocacy consumer ? - What variables apart from promotional strategy that differentiates between advocacy consumer and non-advocacy consumer ? A research using survey method with explanative character is being implemented to population of post-paid GSM kartuHALO's customers which located in the West Java region. The samples are chosen by stratified random sampling that reflected customers origin of three city in West Java as a customer service center, called graPARI. The cities are Bandung, Tasikmalaya and Cirebon. Total respondents is 312 who has been joining kartuHALO for over 1 year. Independent variables of promotional strategy in this research are Advertising, Sales Promotion, Exhibition, and Word of Mouth. While Independent variable apart from promotional strategy are Product Attribute Knowledge and Customer Satisfaction. Result of data processing using discriminant analysis showing there are four factors from six factors that differentiates for advocacy consumer And non-advocacy consumer. The factors are Word of Mouth, Advertising, Customer Satisfaction and Product Attribute Knowledge. The most differentiates factor is Word of Mouth. Further analysis using multiple regressions has been done for variables exclude in discriminant analysis which is Sales Promotion and Exhibition to Customer Satisfaction. The result is both factors have indirect effect to advocacy consumer and non-advocacy consumer. Recommendation given according to this research are giving more intensive exposure to influence Word of Mouth among kartuHALO users, then followed by increasing advertising activities. Quality of sales promotion and exhibition which have indirect effect to advocacy consumer and non-advocacy consumer need to be increased. Product Attribute Knowledge and Customer Satisfaction are important due to both becomes also significant differentiates factors.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T12266
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Wayan Nuada
"ABSTRAK
Agungnya makna kesehatan sering menyebabkan orang mau mengorbankan segala sesuatu untuk menelihara dan menjaga kesehatannya. Ditinjau dari aspek bisnis, gejala tersebut dipandang sebagai peluang pasar produk yang dapat memelihara dan menjaga kesehatan. Indikasi ini mengakibatkan mnunculnya beberapa merk dagang suplemen makanan dalam kemasan botol kaca, di antaranya ada yang diposisikan sebagai "minuman kesehatan". Konskuensinya, kondisi persaingan produk yang dimaksud menjadi relatif ketat karena pasar sasaran dan/atau pangsa pasarnya tumpang tindih dengan jenis produk lain. Adanya larangan mencantumkan kata kesehatan dalam: kemasan, label, dan penyelenggaraan promosi dapat pula dipandang sebagai ancaman pemasaran bagi produk yang diposisikan sebagai minunan kesehatan dan dipromosikan sebagai produk yang dapat memelihara dan menjaga kesehatan.
Hal yang menarik untuk dikaji lebih mendalam adalah, bagaimanakah persepsi konsumen terhadap perlengkapan suplemen makanan?, kepekaan konsumen terhadap perlengkapan suplemen makanan?, seharusnya suplemen makanan diposisikan?, dan strategi pemasaran yang bagaimanakah seharusnya dirumuskan dan dilaksanakan dalam pemasaran suplenen makanan?. Sejalan dengan uraian di atas, thesis ini nenganalisis tentang persepsi dan kepekaan konsumen terhadap perlengkapan dari delapan suplenen makanan dalam kemasan botol kaca, yang selanjutnya dalam penelitian ini penulis sebut "minunan kesehatan". Implikasi strategisnya adalah untuk menunjukkan alternatif strategi positioning dan strategi pemasaran (menurut manajemen pemasaran) yang berorientasi pada persepsi dan kepekaan konsunen terhadap perlengkapan (harga, kualitas, dan manfaat) "minuman kesehatan".
Karena penulis mengalami kesulitan untuk mengidentifikasi populasi penelitian ini, maka penetapan subyek penelitian ini dilakukan secara aksidental, yaitu menetapkan mereka yang penulis ketahui suka atau penulis temui meminun "minuman kesehatan" sebagai subyek penelitian ini, jumlahnya sebanyak 215 orang. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah: untuk mendeskripsikan temuan penelitian digunakan ukuran kecendrungan pemasaran, untuk mengetahui hubungan antar variabel digunakan analisis Chi-kuadrat dan Koefisien Kontingensi, dan untuk mengetahui kepekaan konsumen terhadap perlengkapan suplemen makanan digunakan "Conjoint Analysis".
Penelitian ini meiiperoleh hasil analisis, yakni sebagai berikut;
a) Analisis hubungan antar variabel pada tingkat a 0,05 adalah sebagai berikut:
a.1. Perbedaan kepemilikan informasi berhubungan secara signifikan dengan perbedaan persepsi terhadap: harga; kualitas; dan manfaat "minuman kesehatan"
a.2. Persepsi konsumen terhadap tingkat harga berhubungan secara signifikan dengan persepsi konsumen terhadap tingkat kualitas, dan persepsi konsunen terhadap tingkat harga hubungannya tidak signifikan dengan persepsi konsumen terhadap manfaat "minuman kesehatan",
a.3. Persepsi konsunen terhadap kualitas berhubungan secara signifikan dengan persepsi konsunen terhadap manfaat "minuman kesehatan",
a.4. Persepsi konsunen terhadap harga dan kualitas barhubungan secara signifikan dengan persepsi konsunen terhadap manfaat yang tinggi "minuman kesehatan",
a.5. Status sosial ekonomi konsunen berhubungan secara signifikan dengan persepsi konsunen pada tingkat: harga; kualitas; dan manfaat "minuman kesehatan",
a.6. Persepsi konsunen terhadap: harga; kualitas; dan manfaat "minuman kesehatan" berhubungan secara signifikan dengan jumlah suplemen makanan yang mereka beli dalam seminggu.
b) Konsunen yang mempersepsikan harga sebagai keseluruhan pengorbanan/biaya dan tingkat harga minunankesehatan mahal cendrung peka terhadap biaya resiko konsunen yang menpersepsikan kualitas "minunan kesehatan" rendah mereka cendrung peka terhadap perlengkapan intrinsik "minuman kesehatan" dan konsumen yang mempersepsikan manfaat "minuman kesehatan" rendah mereka cendrung peka pada manfaat sosial ekononi dari "minuman kesehatan",
c) Mengacu pada tenuan dan analisis penelitian ini, penulis mengajukan alternatif :
c.1. Strategi positioning, yakni memposisikan "minuman kesehatan" sebagai minuman pemelihara dan/atau penjaga kebugaran serta dapat meningkatkan produktifitas kerja bagi para penakainya,
c.2. Strategi harga, yakni nenaikkan harga per botol "minuman kesehatan",
c.3. Strategi produk, yakni menyempurnakan komposisi bahan dan rasa "minuman kesehatan",
c.4. Strategi promosi, yakni nempromosikan adanya panyenpurnaan komposisi bahan dan rasa "minuman kesehatan", serta nengisyaratkan bahwa "minuman kesehatan" dapat meningkatkan produktifitas kerja, dan
c.5. Strategi distribusi, yakni nenpertahankan strategi distribusi yang menjangkau saluran distribusi yang paling dekat dengan konsunen.
Uraian lebih lengkap atau rinci, disajikan dalam tubuh dan lampiran thesis ini."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indra Budi
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2023
PGB 0623
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
Jennifer
"Pandemi Covid-19 telah menyebabkan kondisi krisis yang berkepanjangan bagi para pedagang warung makan dan minum pinggir jalan. Mereka menghadapi krisis finansial yang disebabkan penurunan omset drastis. Mereka juga mengalami beberapa hambatan lain sebagai efek domino dari kebijakan pembatasan sosial yang dicetuskan pemerintah. Sebagian besar pedagang terpaksa menutup warung, bahkan gulung tikar. Sebagian lainnya berusaha mempertahankan usahanya sepanjang pandemi agar dapat tetap hidup. Tulisan ini membahas tentang keterlekatan sosial pedagang warung dan ikatan-ikatan sosial mereka berperan di tengah upaya bertahan tersebut. Penelitian ini menggunakan kasus tenant atau penyewa lapak di Kantin Mangga Besar IX dengan pengumpulan data melalui teknik observasi partisipasi dan wawancara mendalam. Saya menemukan bahwa kemampuan tolong-menolong di antara tenant, yang memiliki ikatan kuat (strong ties), justru melemah di masa pandemi ini. Oleh karena kesulitan yang sama, mereka terhambat untuk membantu satu sama lain. Kemampuan dan kesempatan bertahan tenant justru diperoleh dari kenalan-kenalan yang menjalin ikatan lemah (weak ties) dengan mereka.

The Covid-19 pandemic has caused a prolonged crisis condition for roadside food stall vendors. They are facing an income, thus financial crisis marked by drastic decline in turnover. They also experienced several other obstacles as a domino effect of the Indonesian government's large-scale social distancing policy. Most of the vendors opted to close their stalls, even went out of business. Some others have been struggling to keep their business going throughout the pandemic in hope for survival. On this paper, I discuss how social embeddedness and social ties of food stall vendors play roles in the midst of the survival effort. This study uses the case of tenants of Kantin Mangga Besar IX with participation observatory and in-depth interviews to collect data. I found that the ability to mutually assist among tenants, which they have strong ties to each others, has been weakened during Covid-19 pandemic. Because of the same predicament, they were hindered to help each others. Tenants' survival ability and opportunity are instead obtained from several acquaintances with whom they share weak ties."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ignatius Heruwasto
"Latar belakang Perusahaan PT Saptaforta Universal (PT SFU) adalah perusahaan perikanan yang didirikan di Jakarta pada tanggal 19-10-1990 Perusahaan dimiliki oleh 3 orang yang sekaligus duduk sebagai Direktur Utama, Direktur Keuangan, dan Direktur Operasi. Usaha yang dilakukan perusahaan awalnya adalah memancing/fishing ikan Tuna dengan kapal baja berukuran 464 GT, produk perusahaan seluruhnya dijual ke Jepang. Metode pemancingan yang dipergunakan adalah metode rawai-tunallong-liner. Setelah berjalan kurang Iebih satu tahun, karena selalu merugi usaha dialihkan ke sistim pengumpulan/coilecting ikan di Teluk Tomini, Sulawesi Utara. Memakai sistim ini ikan dikumpulkan dari nelayan tradisional, diproses dikapal dan selanjutnya di eksport ke Jepang. Namun, waiaupun sistim operasi telah dirubah perusahaan tetap merugi, sehingga pada pertengahan tahun 1995 operasi perusahaan terpaksa dihentikan. Sebagan asset perusahaan dijual, dan karyawan dikeluarkan. Asset perusahaan yang masih tersisa sampal saat ini adalah kapai pengumpul berpendingin dengan bobot 464 GT, dan kapal pengangkut ¡kan dengan bobot 15 GT. Peluang usaha PT SFU Krisis moneter yang teijadi di Indonesia saat ini, dan masih besarnya potensi perikanan Indonesia membuka peluang untuk dioperasikannya kembali sisa-sisa asset milik PT SFU. Tangible asset milik PT SFU yang tersisa adalah kapal pengumpul, kapal pengangkut, dan surat ijin usaha perikanan Intangible asset milik PT SFU yang tersisa adalah pengalaman pemilik perusahaan yang sekaligus sebagai pimpinan perusahaan Dengan pertimbangan asset yang masih dimiliki, ditambah nilai tukar Yen terhadap Rupiah yang meningkat sampai dengan (+1-) 4 kali lipat membuka peluang untuk dihidupkannya kembali PT SFU. Langkah taktis Tujuan utarna ide dihidupkannya kembali PT SFU adaiah untuk mensejahterakan stakeholder perusahaan. Dalam rangka merealisasikan ide tersebut maka diambil langkah, mengadakan suatu analisa usaha. Agar terhindar dari kegagalan yang kedua-kalinya maka analisa kali ini akan membahas segala aspek yang berkaitan dengan usaha ini. Untuk keperluan ¡ni dilakukan suatu analisa yang menyeiuruh. menggunakan model Analisa Faktor Kritis/AFK. Hasil analisa dari keputusan perusahaan Dari hasil analisa Karya Akhir ini disimpulkan bahwa usaha penangkapan ikan tuna di Indonesia merupakan salah satu usaha yang prospektif dalam menghadapi krisis ekonomi. Dari perhitungan diketahui bahwa karakterislik usaha penangkapan ikan tuna mempunyal tingkat resiko yang tinggi namun bila berhasil keuntungannya juga tinggi. Dalam kurun waktu 5 tahun setiap kapal diperhitungkan akan melakukan operasi sebanyak 20 kali voyage, dan 20 voyage tersebut 10 voyage alcan merugi. Walaupun demikian secara keseluruhan dalam kunm waktu 5 tahun tingkat pengembßiiafl usaba sangat baik. Penyebab kegagalan PT SFU pada usaha penangkapan tuna yang lalu, salah satunya adalah karena pemilik modal tidak mengetahui bahwa kemungkinan kegagalan tiap voyage sangat tinggi. Sehingga. ketika 2 kali berturut-turut hasil tangkapan perdana merugi. pimpinan perusahaan mengambil keputusan segera mengalihkan usaha ke sistem pengumpulan/collecting padahai dari hasil analisa Karya akhir ini diketahui bahwa apabila sistem itu diteruskan pasti akan menguntungkan. Selain itu, penyebab utama kegagalan perusahaan pada waktu itu adatah nilal tukar Yen terhadap Rp sangat rendah, yaitu 1 Yen berkisar antara Rp 12- 15,-. Dari hasil anaiisa karya akhir ini juga dapat diketahui bahwa variable-kritis usaha penangkapan ikan tuna ada!ah nilai tukar, harga ikan di Jepang. hook rate, dan tingkat seringnya kerusakan mesin kapal. Disimpulkan bahwa kunci keberhasilan usaha ini sangat iergantung pada nilai kurs Yen terhadap Rupiah, keberhasilan memperoleh manajer operasi yang handal, dan tidak ka!ah pentingnya diperlukan modal investasi dan modal kerja yang kuat. Mengenai rencana menghidupkan kembali PT SFU dinilai sebqgai langkah yang tidak tepat. Penulis menilai bahwa tidak ada kemungkinan untuk menjual perusahaan dan restructuring keuangan perusahaan. Apabila PT SRi dihidupkan kembali dengan menyuntikkan dana segar dari pemilik modal karena hutang perusahaan sudah sangat besar maka tingkat pengembalian usaha akan terkorbankan. Dengan pertimbangan ini maka perusahaan harus segera di likuidasi dengan prosedur yang benar. Apabila pemilik modalnya tetap akan merealisasikan usaha penangkapan ikan tuna, maka harus menggunakan badan usaha baru. Syarat mutlak untuk dapat berhasil dalam usaha penangkapan tuna ini adalah; pemilik modal harus mempunyai sifat risk-taker, mempunyai pandangan usaha yang fokus, dan konsisten. Apabila pemilik modal tidak mempunyai sifat seperti diatas maka ia harus mendapatkan partner usaha yang tepat yaitu risk-taker, fokus, capable dan mempunyai integritas."
1998
T2454
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Della Aprilia Prisanti
"Penelitian ini menganalisis evaluasi dampak MPA untuk memahami perubahan dan kemajuan implementasi kebijakan. Penelitian terdahulu menyebutkan bahwa penetapan MPA merupakan suatu upaya untuk konservasi. Penelitian ini menggunakan tiga lokasi MPA dan kabupatennya Kabupaten Kepulauan Anambas, Kabupaten Padang Pariaman dan Kabupaten Berau dan kabupaten yang bukan lokasi MPA di Provinsi Kepulauan Riau, Sumatera Barat dan Kalimantan Timur untuk analisis mean difference, serta sebanyak 22 kabupaten MPA dan Non MPA tahun 2006-2016 untuk analisis regresi.Hasil analisis CPUE dengan mean difference antara MPA dan kabupaten tempat MPA berada dan analisis dengan membandingkan tingkat CPUE antara kabupaten dengan MPA dan kabupaten tanpa MPA menghasilkan mean CPUE di lokasi MPA yang berbeda signifikan dibandingkan dengan kabupaten tempat MPA. Mean CPUE juga menunjukkan hasil yang berbeda signifikan pada kabupaten yang merupakan lokasi MPA dibandingkan dengan kabupaten yang tidak memiliki MPA. Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa penetapan MPA akan berpengaruh signifikan terhadap CPUE. Dimana penetapan MPA di kabupaten akan meningkatkan CPUE.

This study analyzes the MPA impact evaluation to understand the changes and progress of policy implementation. Previous research has suggested that MPA determination is an attempt to conserve. This study used three MPA and district locations Anambas Islands District, Padang Pariaman and Berau Districts and non MPA districts in Riau Islands Province, West Sumatra and East Kalimantan for mean difference analysis, as well as 22 MPA and Non MPA districts of the year 2006 2016 for regression analysis.The result of CPUE analysis with mean difference between MPA and district where MPA is located and analysis by comparing CPUE level between districts with MPA and districts without MPA produces CPUE mean in MPA location which is significantly different compared to district where MPA. Mean CPUE also shows significantly different results in districts that are the location of MPA compared to districts that do not have MPA. The result of regression analysis shows that the determination of MPA will have a significant effect on CPUE. Where the determination of MPA in the district will increase CPUE."
Depok: Universitas Indonesia, 2017
T49287
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chairy
"Penelitian ini akan menyelidiki pertimbangan masa depan yang dilakukan oleh konsumen dalam pengambilan keputusan konsumsinya. Penelitian ini dilakukan dalam bentuk eksperiman dengan disain 2x2 faktorial. Faktor pertama yang diterapkan adalah faktor pertimbangan masa depan (future consideration) dengan dua tingkat faktor, yaitu anticipated regret dan expected future benefit dan faktor kedua adalah tipe jasa dengan dua tingkat faktor yaitu jasa on going dan jasa transactional. Subjek penelitiannya adalah para mahasiswa program S1, Fakultas Ekonomi Universitas Tarumanegara, Jakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh future consideration terhadap pengambilan keputusan konsumen adalah signifikan sedangkan pengaruh tipe jasa tidak signifikan. Di pihak lain, juga ditemukan bahwa tingkat faktor anticipated regret lebih dominan daripada expected future benefit dalam pengambilan keputusan konsumen."
2005
JMIN-II-1-Juli2005-1
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Sudaryatmo
Bandung: Cira Aditya Bakti, 1999
381.34 SUD h
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>