Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 145444 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"This study examines marketing system of rice, emphasizing on horizontal and vertical integration of paddy and rice, both at regional and world market. The study also anlyzes price stabilization pf appady at farm level and rice at consumer level, and examines domestic buffer stocks managed by rice. Econometric metdhos of vector autoregressive (VAR) and vector error correction model (VECM) are emplyed in this study. The results show that marketiung system of rice in Indonesia is very straightforward, involving commodity flow from paddy farmers, collector traders, rice millers, wholesalers, distributors, retail traders, and rice consumers. Rice markets in five major regions in Sumatra, Java, Kalimantan, Sulawesi, and Bali Nusa Tenggara showed horizontal market integration during the New Order regime (1968-1997)m albeit not in full integration. Rice markets were segmented during free-trade period (1998-2000), and during a managed-open market period (2001-2004). Vertical integration between paddy and ricve market only occurred during the New Order. Also, during that period, paddy price was relatively more stable than rice price in all three regimes. The study suggests that regulation in rice import should be continued, and policies on production improvmenet, land reform, and food diversification deserve more budget allocation. The government should develop regional price procurement system and strengthen rice buffer stock at regional level."
330 JSE 12:2 (2006)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Every region or place is commonly has such a specific region potency, which is special and can be attractor for the visitors to come to the place. One of the attracting factors for a region is the existing of unique best region food. Rice of Pandan Wangi and manisan are couples of product that admit as the Cianjur?s special food. K-Means Cluster and Biplot Analysis are two methods, that been used in this research. Cluster analysis used to describe the characteristic of every formed groups. A development marketing strategy model was gained based on these characteristic. Biplot analysis has been done in order to get graphical map, which was describe the comparation between product and analyzed attribute. From the combination of biplot analysis and marketing mix analysis result, a model of marketing development tactic was expected for those two products. The chosen cluster group for rice of Pandan Wangi consumer was the group with the average monthly income between Rp. 1.000.001- Rp. 2.000.000 (28%). Seemingly, the chosen cluster group for manisan consumer was the group with the average monthly income between Rp 1.000.001- Rp. 2.000.000 (21%). Those groups were main target as consumer of those two products. One of positioning for rice of Cianjur was ?Cianjur?s fragrance rice - guaranteed quality". In oilier side, one of manisan positioning was ?Manisan Cianjur special souvenirs - regions best product". Marketing tactics for rice of Pa nd an Wangi were package diversification, M aintenance ce of product originality, and the speciality of product characteristics, create a new license wit/i a brand new image, targetting middle up society consumers, build special outlet to sell Cianjur?s special products. Marketing tactics for manisan were package diversification, maintenance of a unique product characteristic, create product brochure and place it in every outlet, amid offering discount for some transactions."
650 MAN 3:1 (2007)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Chindy Saktias Pratiwi
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat keberadaan asymmetric price transmission (APT) pada pasar beras Indonesia, mulai dari petani, produsen, pedagang besar dan pedagang eceran kemudian menganalisis indikasi welfare transfer dari informasi APT tersebut. Model nonlinear ARDL (NARDL) digunakan untuk melihat perbedaan speed dan magnitude dari transmisi harga. Hasil empiris menunjukkan bahwa terjadi APT positif di sepanjang rantai distribusi pasar beras, artinya respon terhadap kenaikan harga lebih besar dibandingkan penurunan harga. Terdapat indikasi welfare loss konsumen dan di balik itu, terdapat pedagang besar yang memperoleh benefit terbesar atas dominasinya dalam menciptakan keuntungan tambahan atas perubahan harga yang dipicu dari tingkat petani.

This study aims to investigate asymmetric price transmission along the supply chain in Indonesian rice market (farmer, producer, wholesaler, retailer), and use the APT information to analyze the indication of welfare transfer. NARDL is used to see the difference in speed and magnitude of price transmission. The empirical results show the presence of positive APT along the supply chain, meaning that the response to price increases is greater than price decreases. There are indications of consumer welfare loss and wholesalers getting the greatest benefit from their dominance in creating additional profits from price changes triggered by the farmer level."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Kebijakan pemerintah di bidang produksi dan perdagangan beras terus menjadi kontroversi karena sifat komoditas beras yang sangat terkait dengan stabilitas makroekonomi terutama infkasi, ketahanan pangan, pengangguran dan kemiskinan. Tulisan ini membahas kondisi perberasan dan kebijakan perdagangan beras di Indonesia di tengah iklim liberalisasi saat ini. Data menunjukkan Indonesia mengalami surplus beras dari tahun ke tahun, terutama pada lima tahun terakhir. Pada kenyataannya Indonesia terus melakukan impor beras. Angka resmi yang dikeluarkan sejumlah sumber mengenai jumlah beras yang masuk ke pasar domestik bahkan jauh lebih besar dari angka yang dilaporkan BPS. Pemerintah dinilai tidak konsisten dengan sejumlah kebijakan yang dikeluarkan berkaitan larangan import dan penetapan tarif bea masuk import beras. Kelemahan data tampaknya telah menumbulkan kekhawatiran akan jaminan keamanan pangan sehingga impor beras tetap dilakukan di tengah kebijakan yang melarang import. Tingginya marjin ekonomi yang terbentuk dari selisih antara harga beras import dan harga beras domestik kemungkinan besar menjadi alasan dari kuatnya keinginan melakukan import beras, baik oleh Bulog maupun pihak swasta yang menjadi mitra kerja Bulog."
Jurnal Kebijakan Ekonomi, 2 (2) Desember 2006: 183-196, 2006
JUKE-2-2-Des2006-183
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Fitri Ayu Adriani
"ABSTRAK
Brand activation merupakan salah satu bentuk media promosi lini bawah yang banyak dilakukan oleh pemasar guna memberikan pengalaman langsung yang dapat dirasakan oleh konsumen. Beberapa kegiatan seperti event, sponsorship, dan direct selling gemar dilakukan dalam rangkaian kegiatan brand activation. Minuman energi dengan target consumer SES C dan D melakukan brand activation untuk meningkatkan brand awareness konsumen. Dalam tulisan ini akan dibahas efektivitas brand activation terhadap brand awareness konsumen dengan membandingkan dua brand minuman berenergi di Indonesia, Kuku Bima Ener-G dan M-150.

ABSTRACT
TBrand activation is a form of below the line promotion that many marketers use to provide an experience for consumer. There are many activities such as events, sponsorships, direct selling and many more. Energy drink with target consumer at SES C and D make brand activation to increase brand awareness of consumer. In this paper will be discussed about the effectivity of brand activation activity to increase brand awareness of consumer by comparing two brands of energy drink in Indonesia, Kuku Bima Ener G and M 150. "
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Gabriela Gracia
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melakukan investigasi terhadap pengaruh pemilihan selebriti mancanegara sebagai brand ambassador terhadap brand image di market lokal. Demi keamanan dalam persaingan sengit industri, pemasaran suatu brand harus memberikan dampak yang signifikan dan cukup menarik agar konsumen dapat membangun persepsi positif terhadap brand tersebut; salah satu caranya adalah dengan memilih brand ambassador yang mempunyai image yang selaras dengan brand tersebut. Untuk mengevaluasi keefektifan penggunaan selebriti mancanegara dibandingkan selebriti lokal dalam membangun persepsi positif konsumen terhadap brand di market lokal, penulis menggunakan studi kasus perbandingan antara Shopee yang memilih BLACKPINK sebagai regional brand ambassador dan Tokopedia yang memilih selebriti atau influencer lokal sebagai brand ambassador. Studi kualitatif ini
menggunakan metode wawancara individual dengan responden yang terbagi berdasarkan pengetahuan mengenai Tokopedia dan Shopee dan masa penggunaan kedua servis tersebut. Penelitian ini membuktikan bahwa efek selebriti mancanegara sebagai brand ambassador kurang signifikan dalam mengubah brand image dibandingkan brand ambassador lokal. Khususnya di Indonesia, brand ambassador lokal lebih diminati karena konsumen terasa lebih
terhubung dengan figur yang berlatar belakang sama.
ABSTRACT
This study aims to investigate the effect of selecting foreign celebrities as brand ambassadors towards the brand image in a local market. Indonesia is currently becoming saturated with a plethora of businesses, offering similar goods and services. Brands grow reliant on customers for their survival. Maintaining a positive brand image becomes a differentiating factor to establish presence in the minds of customers. Brands should aim to be consumer-centric which
essentially involves portraying a brand image through hiring suitable brand ambassadors whose image is in line with that of the brand. A unique case presents itself when brands start to hire foreign celebrities as brand ambassadors for a local market as shown by Shopee who hires BLACKPINK as their regional brand ambassador. This research will carry out a comparative
study between two study cases: Shopee with BLACKPINK, and Tokopedia with local celebrities or influencers as their brand ambassadors. The method for this qualitative study is a comparative study using individual interviews to gather insights from respondents which are categorized based on their prior knowledge of both Shopee and Tokopedia and the usage frequency of both services. Results revealed that foreign celebrity ambassadors are less effective in changing brand image in a local market compared to local brand ambassadors. In Indonesia, local brand ambassadors are preferred because customers can relate more to someone of the similar background."
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Halidi
"Indonesia adalah negara penghasil rotan terbesar di dunia (± 80%) produksi rotan dunia. Ratan (calamus sp.) yang di kelompokkan sebagai produk hasil hutan ikutan non kayu, merupakan penghasil devisa yang cukup besar, yakni sekitar 60% dari total nilai ekspor hasil hutan ikutan non kayu.
Produksi rotan selain diambil dari rotan alam, juga merupakan hasil pembudidayaan masyarakat. Potensi produksi rotan alam Indonesia mencapai 664.800 ton per tahun. Sedangkan potensi budidaya tanaman rotan masyarakat besarannya belum diketahui secara pasti. Walaupun potensi produksi rotan Indonesia begitu besar, tetapi pada kenyataannya industri barang jadi rotan di dalam negeri mengalami kekurangan bahan baku, sehingga komoditas barang jadi rotan Indonesia kalah bersaing di pasar dunia dengan produk yang sama dari negara lain yang justru bahan baku rotannya berasal dari Indonesia.
Kebijakan tataniaga rotan adalah salah cara untuk mengatasi permasalahan kekurangan bahan baku rotan untuk industri barang jadi rotan di dalam negeri. Dengan semakin meningkatnya ketersediaan bahan baku rotan untuk industri barang jadi rotan di dalam negeri, keunggulan komparatif komoditas barang jadi rotan Indonesia semakin besar. Dengan keunggulan komparatif komoditas barang jadi rotan Indonesia yang semakin besar, nilai ekspor barang jadi ratan semakin tinggi yang pada akhirnya tenaga kerja yang dapat di serap oleh industri barang jadi ratan semakin banyak.
Dari permasalahn tersebut.di atas, maka tesis yang di beri judul "Analisis Dampak Kebijakan Tataniaga Ratan di indonesia" ini bertujuan: Pertama, mengkaji pengaruh kebijakan tataniaga rotan terhadap peningkatan nilai ekspor barang jadi rotan Indonesia. Kedua, mengidentifikasi keunggulan komparatif Indonesia dan keunggulan komparatif beberapa negara lainnya pada komoditas barang jadi berbahan baku utama rotan di pasar dunia. Ketiga, meberikan gambaran dampak (manfaat) dari kebijakan tataniaga rotan bagi perencanaan pengembangan industri rotan Indonesia ke depan (sektor hulu dan hilir), baik di tingkat regional maupun nasional. Alat analisis yang di gunakan dalam penelitian ini adalah RCA (Revealed Comparative Advantage) dan model regresi linear berganda (multiple regression). Data yang digunakan adalah data sekunder, runtut waktu (Tahun 1976 sampai dengan tahun 2003).
Hasil dari analisis RCA (Revealed Comparative Advantage), menunjukkan bahwa kebijakan tataniaga rotan berpengaruh positif terhadap peningkatan keunggulan komparatif Indonesia pada komoditas barang jadi berbahan baku utama ratan. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan nilai indeks RCA, meningkat dari 0,27 pada tahun 1987 menjadi 1,19 tahun 1989. Pada tahun 1989, Indonesia mulai memiliki keunggulan komparatif pada komoditas barang jadi rotan, dimana pada tahun-tahun sebelumnya belum memiliki. Selanjutnya dari analis model regresi menunjukkan bahwa kebijakan tataniaga rotan berpengaruh positif terhadap nilai ekspor barang jadi rotan Indonesia. Hal ini di buktikan dari hasil uji model persamaan nilai ekspor barang jadi rotan Indonesia yang menunjukkan bahwa nilai ekspor barang jadi rotan Indonesia secara signifikan di pengaruhi oleh nilai ekspor rotan asalan; jumlah tenaga kerja pada industri barang jadi rotan, tingkat keunggulan komparatif komoditas barang jadi berbahan baku utama rotan serta kebijakan tataniaga rotan."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2005
T20566
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Triana Dewi Arumtyasari
"Kebutuhan beras yang tinggi sebagai bahan makanan pokok di Indonesia belum menjadi ukuran mudahnya pemasaran. Kesulitan ini antara lain disebabkan beberapa faktor antara lain mutu produk yang masih relatif rendah, tingkat efisiensi produksi rendah, dan kepercayaan konsumen terhadap mutu beras dalam negeri akan menurun akibat standar mutu yang tidak jelas dan terkadang tidak konsisten. Mencermati pasar beras komersial di Indonesia yang masih memiliki peluang dan pengalaman dalam komoditi beras baik dalam pelayanan publik maupun komersial, Perum Bulog membentuk unit otonom yakni Proyek Bisnis Industri Beras (Probis Industri Beras / PIB) yang harus mengutamakan kontinyuitas kualitas jasa dan produk untuk mendapatkan keunggulan bersaing dibanding kompetitornya.
Mutu beras menjadi prioritas dalam menggarap pasaran umum karena beras sebagai produk dan konsumennya sangat sensitif terhadap kualitas. Konsumen mudah beralih ke beras merek lain bila kualitasnya tidak memuaskan. Salah satu target konsep bisnis dengan pendekatan Six Sigma adalah mengurangi cacat (defect). Kualitas melalui penghitungan cacat yang terjadi menjadi acuan bagi penelitian ini. Pengukuran statistik dan analisis proses bisnis mencerminkan isi pesan Six Sigma yang mengedepankan inisiatif bisnis. Target kinerjanya adalah kinerja 99,9997 persen dimana cacat dalam banyak proses dan produk menjadi hampir tidak ada. PIB memiliki cacat proses per peluang (defects per opportunities - DPO) yakni : 0,001. Dengan memperhatikan angka DPMO pada tabel untuk menemukan sigma yang disajikan, dalam performa proses beras sekitar level 4,5 sigma (99,87 %). Peneliti melakukan penghitungan sesuai yang ada dalam tahapan DMAIC yakni pada proses measure (input, proses, dan output) dan grafik kontrol c untuk mengetahui prosentase kemampuan PIB dalam memenuhi keinginan dan kebutuhan pelanggan pada dua pabrikasi (DC Tambun dan Pabrikasi Candirejo Jawa Timur).
Dari hasil penghitungan dan pengolahan data, selama tahun 2006 tercatat beras cacat / rusak sebesar 0,2 % dari total realisasi yang secara keseluruhan disebabkan oleh rusaknya kemasan terutama kemasan 5 kg, Pemenuhan terhadap permintaan sebesar 82,96 %. Prosentase ketepatan waktu pengiriman sebesar 100%. Pada penghitungan grafik kontrol c ditemukan rata-rata pelayanan produk beras Indomaret berada dalam batas kontrol kecuali dua periode (September dan Oktober) yang melewati batas kontrol atas. Dari penilaian uji T, Nilai t hitung lebih kecil dibandingkan nilai t tabel (0,0046<2,201) sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara penanganan Indomaret oleh pabrikasi Probis Industri Beras yang khusus melayani komersial (DC Tambun) dengan pabrikasi yang berfungsi pelayanan publik dan komersial (Pabrikasi Candirejo).

High requirement of rice as main staple food in Indonesia, but its marketing is not simple. Some of the problems are low quality products, less production efficiency, and consumer's trust on domestic rice quality will be decrease as consequence of unclear standard quality and sometimes inconsistence. Indonesia commercial market is still has opportunities and experiences in rice as commodities in both public service and commercial, hence Perum BULOG is developing Proyek Bisnis Industri Beras (Probis Industri Beras / PIB) as an otonomous unit that its main target is continuously well quality product and service to gain excellent compete to other competitors.
Rice quality has become priority in common market. Consumers are easily switching to another brand if it is not satisfied. One of Six Sigma's business concept target is to make less defects. Quality through defect counting that become references to this research. Statistic measurements and business process analysis have proven that Six Sigma is business initiative. Performance target is 99.9997 percent, which defects in many process and product is almost nothing. PIB has 0.001 defects per opportunities (DPO). As DPMO number on table to find sigma that seen, it is about 4.5 sigma level (99.87%) in rice processing. Measurement according to DMAIC steps which are measure processing (input, process and output) and control-c chart to measure on 2 of PIB manufacturing (located on Candirejo - East Java and DC Tambun) capability percentage to fulfill customer desire and requirement.
Based on data counting and analyzing, in 2006, defect on rice is 0.2% of total realization which all is caused by packing factor, especially 5 kgs package. Accomplishment to demand is 82.96% and delivery - time accuracy percentage is perfectly 100%. By control-c chart, founds that average of rice product services of Indomaret lay on control boundary limits except on September and October which are upper limit over. Through T-test, calculation on t is less than t table (0.0046 < 2.201) which is concluded that there is no any significant differences in service to Indomaret between PIB manufacturing in DC Tambun that works on commercial specially and Candirejo that serves on both commercial and public service."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2007
T19255
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>