Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 97504 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Tayangan iklan yang mempromosikan produk obat-obatan dan layanan kesehatan makin marak di televisi, baik
televisi lokal maupun televisi berjaringan. Ada iklan spot namun sebagian besar lebih panjang dari biasanya (lebih dari 15, 30 atau 60 detik) seolah-olah menjadi program siaran tersendiri yang berbeda dengan
tayangan iklan spot. Meskipun memiliki durasi siaran yang panjang, hampir semua iklan obat-obatan dan layanan kesehatan ternyata tidak memberikan informasi medis yang cukup lengkap. Melalui kajian Siaran Iklan Kategori Pengobatan Alternatif yang menggunakan metode deskriptif analitis, diharapkan sedikit banyak analisis yang berorientasi pada penerapan Pedoman Penyelenggaraan Penyiaran (P3) dan Standar Program Siaran (SPS) Komisi Penyiaran Indonesia sebagai implementasi Undang-undang Penyiaran, akan menjadi dasar utama penyusunan kajian ini serta penerapan Etika Periklanan Indonesia/EPI. Penerapan peraturan
perundang-undangan lain (Misalnya: Undang-undang Perlindungan Konsumen, Undang-undang Kesehatan,
dan lain-lain) diharapkan akan memberikan kontribusi lebih penting di dalam mewujudkan terselenggaranya siaran iklan kategori obat dan kesehatan yang bermanfaat bagi masyarakat sebagai konsumen maupun insan-insan yang menjadi
stakeholder siaran iklan kategori ini. Hasil dari analisis ini didapatkan bahwa sebagian besar iklan
pengobatan alternatif menggunakan blocking time tersebut melanggar beberapa ketentuan di dalam P3SPS atau Etika Periklanan, antara lain sering menggunakan kata-kata superlatif, menjanjikan penyembuhan dan informasi yang ada tidak lengkap atau sengaja disembunyikan serta merendahkan produk-produk lainnya"
384 JKKOM 3:2 (2015)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ratih Laksitarukmi
"Industri Televisi di Indonesia mengalami `booming' pada awal `90-an seiring dengan dikeluarkannya ijin TV Swasta di Indonesia oleh Pemerintah. Perkembangan pesat ini diikuti dengan hadirnya suatu fenomena baru yakni kehadiran sinetron sebagai produk unggulan - program primadona stasiun TV. Disebut demikian karena sinetron memiliki tingkat kepemirsaan yang relatif tinggi. Tingkat kepemirsaan ini kemudian dikenal dengan istilah Rating.
Dengan Rating stasiun TV memasarkan sinetron kepada para pengiklan untuk mencetak profit perusahaan. Oleh sebab itu stasiun TV saling berkompetisi agar sinetron yang ditayangkan dapat mencetak angka rating yang lebih dari yang lainnya. Maka perlu diambil langkah yang strategis dalam mengkomunikasikan sinetron di pasar konsumennya yakni para pemirsa TV.
Bukti data menunjukkan bahwa setiap stasiun TV selalu memiliki paling tidak satu sinetron terunggul meskipun angka rating masing-masing sinetron di setiap stasiun TV berbeda. Perbedaan ini antara lain bisa disebabkan oleh perbedaan langkah dalam menyusun strategi. Oleh sebab itu penelitian ini berupaya untuk mendapatkan gambaran mengenai aktifitas komunikasi pemasaran sinetron yang dijalankan oleh stasiun TV swasta yang ada di Indonesia saat ini: RCTI, SCTV, TPI, ANTV dan INDOSIAR.
Dengan metode penelitian dekriptif analitis dan dengan menggunakan kerangka analisis strategi komunikasi pemasaran yang bertumpu pada Bauran Pemasaran (4P) maka didapat kesimpulan bahwa strategi komunikasi pemasaran sinetron disetiap stasiun TV swasta tersebut pada dasarnya cenderung di pengaruhi oleh pertimbangan akan Kreatif Produk yang ingin dibangun untuk kepuasan pemirsa. Kemudian juga dipengaruhi oleh Positioning yang diinginkan oleh setiap stasiun TV. Dengan demikian maka terdapat perbedaan strategi dalam mengkomunikasikan sinetron di pasar konsumennya.
Ada beberapa hal yang bisa dilakukan dalam upaya meningkatkan komunikasi pemasaran sinteron. Namun hal yang terpenting adalah senantiasa menciptakan inovasi pada produk sehingga langkah aktifitas pemasaran yang dijalankan menjadi lebih beragam. Dengan demikian maka kompetisi yang berjalan akan lebih mengarah pada upaya perbaikan mutu sinetron sebagai produk maupun perbaikan dalam menyusun langkah-langkah pemasaran yang berbobot."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1998
T4071
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Onong Uchjana Effendy
Bandung: Ramadja Karya, 1986
302.2 ONO d
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Onong Uchjana Effendy
Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008
302.2 ONO d
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Onong Uchjana Effendy
Bandung: Remaja Rosdakarya, 1993
001.51 ONO d
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Onong Uchjana Effendy
Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000
302.2 ONO d
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Derry Anugrah Putranto
"Analisis Situasi Program drama dan komedi sangat diminati oleh masyarakat terutama sinetron dan komedi slapstick Dengan ini penulis menginginkan untuk membuat karya yang berbeda yaitu jenis program sitkom Program sitkom yang penulis buat akan membidik SES A B dengan isi cerita serta kualitas yang lebih baik dari program yang terlebih dahulu tayang BAGIAN 2 Manfaat dan Tujuan Pengembangan PilotManfaat utama pengembangan pilot adalah untuk memberikan program hiburan alternatif bagi masyarakat yang sudah jenuh dengan sinetron dan juga untuk mengubah kebiasaan menonton komedi slapstick Tujuan utama pengembangan pilot selain menyediakan program baru yang menghibur dan berkualitas adalah untuk menanamkan nilai nilai solidaritas antara pertemanan dalam kehidupan sosial BAGIAN 3 Pilot yang DikembangkanEpisode pilot yang dikembangkan adalah jenis program sitkom yang berjudul ldquo Indekost rdquo Program ini menceritakan tiga sekawan yang hidup dalam satu kosan dengan latar masing masing yang berbeda menghadapi permasalahan kehidupan pribadi dan kuliah penuh dengan tantangan BAGIAN 4 EvaluasiPre test media dilakukan dengan mengolah data Nielsen wawancara pakar media dan melakukan FGD kepada 18 khalayak sasaran BAGIAN 5 AnggaranAnggaran yang digunakan dalam pembuatan episode pilot sebesar Rp 1 675 000 Rencana anggaran produksi penerbitan media untuk satu episode adalah sebesar Rp 150 145 000 Sementara anggaran untuk rencana evaluasi episode pilot adalah sebesar Rp 640 000

ituation Analysis Drama and comedy are the most popular genres among Indonesian television viewers especially soap operas and slapstick comedy With regard to the statement above the writer wishes to create and produce a different kind of program namely the sitcom The sitcom that the writer is going to make is targeted towards an A and B socioeconomic audience SES A and B as it will have better content and quality than previous comedy programs PART 2 Benefits and Goals of Developing The Pilot EpisodeThe main benefit of developing this pilot episode is to provide an alternative entertainment program for viewers already saturated with soap operas and alter their habit of watching slapstick comedy Aside from providing quality entertainment the purpose of the program is to instill the viewers with the values of solidarity in society PART 3 Development of The Pilot EpisodeAs was noted earlier from its developed pilot episode the genre of the show ldquo Indekost rdquo is that of a sitcom This program recounts the story about three freshmen who became friends and live in the same college dorm with classmates from various backgrounds The show recounts how the challenges of college and life in generalPART 4 EvaluationThe pre test was conducted using data from Nielsen and media expert interviews We also based the pretest on a focus group discussion with 18 people BAGIAN 5 BudgetDevelopment of the pilot episode costs Rp 1 675 000 the media publishing plan costs Rp 150 145 000 per episode whereas the pilot episode evaluation plan costs Rp 640 000
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
M. Reza Darwis
"Iklan rokok adalah iklan produk komersial yang dianggap kontroversial karena bersifat kontra produktif. Artinya, apabila rokok yang diiklankan tersebut dikonsumsi sebagaimana mestinya, justru dapat membahayakan konsumen dan lingkungan sekitarnya. Terpicu oleh tren global saat ini yang sangat memperhatikan aspek kesehatan, terutama masalah rokok, pemerintah Indonesia turut menyikapi kondisi ini dengan membuat peraturan yang mengatur keberadaan iklan rokok. Tujuannya adalah untuk menekan perilaku merokok. Ironisnya, justru perilaku merokok cenderung meningkat pada anak-anak. Bagi anak-anak, merokok dianggap sebagai simbol kedewasaan yang sering diiringi dengan mitos-mitos simbol status sosial tertentu.
Iklan, dalam perspektif komunikasi, dipandang sebagai suatu teknik penyampaian pesan suatu produk yang efektif Namun masyarakat menganggap bahwa pada umumnya teknik berkomunikasi tersebut hanya memfokuskan pada keuntungan komersial belaka tanpa ada unsur pendidikan di dalamnya. Melihat kenyataan ini, timbul pertanyaan besar mengenai ildan mendidik bagi anak-anak, terutama yang berkaitan dengan iklan rokok. Secara jelas diketahui bahwa (iklan) rokok tidak ditujukan kepada anak-anak. Tujuan praktis yang utama dan penelitian mengenai iklan mendidik ini adalah untuk menekan pengenalan (merek) rokok pada anak-anak sehingga tingkat konsumsi merokok pada anakanak dapat ditekan.
Dalam perspektif komunikasi, fungsi pendidikan periklanan mendapat bagian yang eksklusif. Fungsi pendidikan dalam periklanan ini didefinisikan sebagai suatu upaya pembelajaran bagi setiap orang untuk melindungi diri sekaligus sebagai sumber pengetahuan baru. Dalam sudut pandang masyarakat, iklan mendidik ini adalah merupakan bentuk tanggung jawab moral dan pihak pengiklan. Untuk mengetahui dan memahami fungsi pendidikan periklanan, terutama mengenai iklan rokok, maka diperlukan pendapat-pendapat beberapa pelaku sosial dari berbagai elemen masyarakat yang mewakili kepentingan anak. Para pelaku sosial ini disebut dengan stakeholder anak.
Metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan pendekatan kualitatif sedangkan Metode Analisis Data yang digunakan adalah analisis deskriptif dan comparative method yang diharapkan agar fenomena sosial ini dapat terungkap kebenarannya. Sedangkan Metode Pengumpulan Data dilakukan dengan melakukan observasi dan wawancara mendalam kepada para stakeholder anak, yaitu dari lembaga kesehatan independen, para pendidik, dan orang tua.
Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa fungsi pendidikan periklanan dalam perspektif komunikasi menurut para stakeholder anak dapat disimpulkan bersifat relatif, Artinya, fungsi mendidik dalam periklanan dalam perspektif komunikasi adalah bersifat umum bagi produk-produk yang jika dikonsumsi secara benar dapat bermanfaat bagi manusia, namun hal tersebut tidak dapat mengikat produk-produk yang sifatnya kontra-produktif seperti pada iklan rokok. Fakta ini menunjukkan bahwa fungsi pendidikan dalam iklan rokok sangat kecil perannya, jika tidak ingin disebut tidak mendidik. Hasil penelitian ini juga didasari atas pendapat para stakeholder anak yang beragam. Keberagaman pendapat tersebut membentuk tiga kelompok stakeholder anak yang dianggap sebagai representasi publik dalam memandang fungsi iklan mendidik, terutama berkaitan dengan iklan rokok. Tiga kelompok stakeholder anak tersebut adalah Kelompok Penegak, Kelompok Penengah, dan Kelompok Penerima.
Sedangkan untuk karakteristik iklan mendidik menurut para stakeholder anak adalah: 1) harus diawali dengan niat yang baik sebagai bentuk etika komunikasi periklanan; 2) teknik penyampaian iklan hanya ditujukan kepada khalayak sasarannya; 3) pesan iklan harus mengandung informasi yang benar; 4) penggunaan media iklan yang tepat kepada khalayak sasarannya. Sedangkan bagi iklan rokok, idealnya iklan rokok dilarang di semua media massa, atau setidak-tidaknya ada upaya untuk mengarah ke pelarangan secara total. Upaya lainnya adalah dengan menggunakan media khusus, tanpa mengganggu public sphere, dengan isi pesan yang abstrak sehingga diharapkan tidak mudah dipahami maksud dari iklan rokok tersebut oleh anak-anak. Jika demikian, maka perilaku merokok pada anak-anak dapat diminimalkan melalui salah satu cara yaitu dengan menekan tingkat pengenalan iklan rokok pada anak-anak.

Cigarette advertisement has been known as controversial product commercials because cigarette is contra-productive naturally. It means that, if the product consume properly, it will cost unhealthy condition for the consumer and his surroundings. Trigger by global trend to more concern about healthy and natural environment, Indonesia Government already made regulation regarding cigarette advertisement. The objective is to compress smoking-behavior in society. Ironically, after the regulation has effected, smoking-behavior on children tended to go up. For some children, smoking will make them looks more adult, and it's also added to other myths of social status symbolization like strong, cool, and macho emotions.
On communication perspective, educative advertisement function is defined as an effective message transmission technique to sell product. Unfortunately, public, as audience, looks the technique only gives financial benefit to advertisers with no concern to the public education, especially for the children. Based on this condition, educative advertisement for children who exposed by adult product commercials like cigarette advertisement has come up as a big question in public. As we all notice that the target audience of cigarette advertisement is adult people. Practically, the main objective of the research is compressing children awareness of (brand) cigarette advertisement, so smoking-behavior on children could be minimized.
Theoretically, educative advertisement function on communication perspective has an exclusive part. The function conceptually defined as an educational way for every audience to protect themselves from harmful external factors and also can be a new interesting knowledge of life. On public opinions, educative advertisement is a form of moral obligation from the advertisers. To know and understand how the educative advertisement function works, especially on cigarette advertisement, opinion from elected figure in society, who represent the children interest has been taken. The elected figure called children stakeholders.
The research used descriptive analysis with comparative method on qualitative approaches, which predicted to find a truth in social phenomena pointed. In collecting data, observation and in-depth interview technique with children stakeholders has been executed. The elected children stakeholders consist of independent health foundations, educators, and parents.
The research showed that educative advertisement function on communication perspective; from children stakeholders? opinion is relative. It means, educative advertisement function can works on every product, which give positive impact to the consumer, but it cannot works on contra-productive product, such as cigarette. The research also showed the fact that educative cigarette advertisement gives very small contribution, if we do not want to say none. Based on different opinion of children stakeholders about educative function on cigarette advertisement, public could be divided into three groups. The groups are The Fighters, The Middlemen, and The Acceptors.
Children stakeholders also gave characteristic of educative advertisement. First, it must begin from goodwill of the advertisers when planning to produce their product advertisement. Second, the message transmission technique is only pointed to the target audience. Third, the message must bring proper information to the audience. Fourth, use proper media. Special for cigarette advertisement, ideally all cigarette advertisement should be banned from all media, or at least the government ha a step strategy to total band. Others gave alternatives opinion that cigarette advertisement could be used specific or special media, which does not interfere to public sphere, and it's message has no connectivity extensively to the cigarette. Hopefully, children who exposed by the cigarette advertisement will be hard to understand the meaning of the message. If that so, smoking-behavior on children could be minimized by compressing children awareness of cigarette advertisement.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T14284
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Dewa Ayu Hendrawathy Putri
"RRI sebagai salah satu unit pelayanan teknis pemerintah di bidang jasa penyiaran, sejalan dengan tingkat
perkembangan dan kemajuan pelayanan, perlu memiliki landasan kerja guna meningkatkan dan menjamin
mutu pelayanan jasa penyiarannya.
Public Relations yang merangkap bagian divisi Pemasaran dan Pembangunan Usaha secara struktural berada di bawah pimpinan perusahaan. Pada bagian divisi Pemasaran dan Pembangunan Usaha hanya terdiri dari sepuluh orang dan semuanya berperan penting menjadi seorang PR yang mampu mempromosikan RRI. PR diberi wewenang untuk menjalankan tugas sebaik-baiknya khususnya dalam menjalin hubungan dengan pemasang iklan agar dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat untuk memasangkan iklan khususnya bagi masyarakat pendengar. Team kerja PR dituntut untuk berkreativitas
dalam mempromosikan dan memasangkan produk perusahaan sesuai dengan tugasnya masing-masing. Dengan cara demikian PR dapat terlaksana dengan baik dan lancar sehingga dapat tercapainya tujuan perusahaan.
Kegiatan PR juga berupaya untuk mewujudkan hubungan yang harmonis antara badan usaha atau organisasi
dengan publiknya. Hal ini dilakukan untuk menarik perhatian pemasang iklan untuk memasangkan iklannya,
usaha untuk menanamkan kesan yang menyenangkan, sehingga timbul opini publik yang menguntungkan
bagi kelangsungan hidup perusahaan. Sikap yang simpatik, ramah dan sopan yang menunjukkan perhatian
terhadap publik akan menciptakan suatu kerja sama yang baik antara Public Relations dengan para pemasang
iklan sehingga dapat menghasilkan kerja sama yang profesional."
[Place of publication not identified]: Jurnal Kajian Komunikasi, 2015
384 JKKOM 3:2 (2015)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Sinaga, Tomy Rado P.
"Tugas Karya Akhir ini membahas evaluasi tayangan pada program televisi yang ditayangkan oleh Kompas TV yaitu program Kompetisi Stand up Comedy Indonesia SUCI Season 3 Penelitian ini menggunakan metode analisis konten melalui proses penghitungan kuantitas kemunculan elemen evaluasi siaran serta respon penonton terhadap konten program tersebut Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa konten program SUCI Season 3 masih memunculkan SARA pornografi dan stereotype Realita budaya yang terdapat dalam materi komika dapat dianggap sebagai stereotype namun penonton SUCI merupakan penonton yang cukup terbuka pada pembahasan materi mengenai suku agama ras antar golongan pornografi serta berharap materi komika dapat semakin berkembang dan bervariasi.

This final project discuss about evaluation of Stand up Comedy Indonesia Competition SUCI Season 3 in Kompas TV This research is using content analysis method by calculating quantities appearance of the evaluation elements along with the audience response toward program contents The result indicates that content of SUCI 3 still gave rise to things like tribal ethnicity religion race pornography and stereotypes The audience responds show the cultural reality that appears in comic rsquo s material can be considered as stereotypes but they are pretty open with the discussion of that material and hope the comics could be more thrive and varied."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
S54656
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>