Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 61112 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Oral communicative competency in English is needed to provide the intitation tnto subcultures, occupations, professions, ssocialisations and discipline enquiry. The decision is obvious: depending which level we are talking about. In other words we need to consider those levels, such as level of difficulty, the level of transparency and the level of formality"
297 TURAS 13:1 (2007)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Enrich, Eugane
Semarang: Gahara Prize, 1990
302.2 HER kt
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Ida Ayu Puspa Cindra Rini
"ABSTRACT
Profesi akuntan memiliki hubungan erat dengan lingkungan bisnis dan masyarakat karena profesi ini merupakan pelaku aktif dalam dunia bisnis dan ekonomi. Melihat hal tersebut peningkatan kemampuan lulusan akuntansi perlu dilakukan sebagai upaya untuk mengantisipasi arus perubahan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi mahasiswa akuntansi terhadap pentingnya keterampilan berkomunikasi untuk sukses berkarir di profesi akuntan. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode survei dengan menyebarkan kuesioner kepada 212 responden yang merupakan mahasiswa akuntansi tingkat awal dan tingkat akhir Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia. Selain itu, analisis deskriptif juga digunakan dalam penelitian ini untuk mengetahui rata-rata kemampuan setiap mahasiswa akuntansi dalam berkomunikasi. Hasil dari penelitian ini menyimpulkan bahwa persepsi mahasiswa akuntansi terhadap kebutuhan berkomunikasi lisan bagi karir di profesi akuntan sudah dianggap penting karena mahasiswa akuntansi sudah memahami jika ingin sukses dalam karir akuntan, maka keterampilan komunikasi sangat diperlukan. Selain itu hasil penelitian ini juga menyimpulkan bahwa persepsi mahasiswa akuntansi terhadap kebutuhan komunikasi lisan bagi profesi akuntan tinggi. Hasil ini didapatkan karena mahasiswa akuntansi sudah mengembangkan keterampilan yang luas, termasuk di dalamnya keterampilan komunikasi lisan dan tidak hanya mengembangkan keterampilan teknikal saja. Dalam hasil penelitian ini juga menemukan bahwa tidak terdapat perbedaan persepsi mahasiswa tingkat awal maupun tingkat akhir terhadap pentingnya komunikasi lisan di profesi akuntan. Hasil ini bisa terjadi karena mahasiswa tingkat awal dan mahasiswa tingkat akhir sama-sama mengetahui tentang pentingnya komunikasi lisan di berbagai karir akuntan.

ABSTRACT
Accounting professions have a very close relationship with the business environment and society because this profession is part of the business and economic world. Seeing this, increases the ability of accounting graduates have to be done in an effort to anticipate the flow of change. The purpose of this study is to determine the perception of accounting students on the importance of communication skills for successful career in the accounting profession. This study was conducted by using survey method and questionnaries distributed on 212 respondents. The respondents is consist of entry level accounting students and final year accounting students from Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia. In addition, descriptive analysis is also used in this study to determine the average ability of each accounting students in communicating. The results of this study indicate that perceptio of accounting students to the needs of oral communication for a career in the accounting profession has been considered important because accounting students already understand if we want to success in accounting career, we must have a good oral communication skill. In addition, the results of this study also concluded that the perception of accounting students to the needs of oral communication for accounting profession is high. This result is obtained because accounting students have developed extensive skills, including oral communication skills and not just developing technical skills. In the results of this study also found that there is no difference in student perceptions of new students and final year students of the importance of oral communication in the accounting profession. This result can happen because the new students and final year students know the importance of oral communication in various accounting careers."
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratih Winanti Rahayu
"Sebagai makhluk sosial, kita tidak dapat dipisahkan dari komunikasi dan interaksi sosial dengan orang lain. Seperti yang telah kita ketahui, untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain, kita membutuhkan bahasa. Bahasa merupakan elemen penting dalam berkomunikasi dan berinteraksi. Sebagai alat komunikasi dalam interaksi sosial, bahasa juga berperan penting dalam menjaga hubungan sosial di antara pemakainya. Dalam berkomunikasi, terdapat prinsip-prinsip kerjasama yang mengatur kita dalam berkomunikasi. Prinsip-prinsip kerjasama tersebut terdiri dari beberapa maksim. Namun, dalam prosesnya, kita seringkali melanggar maksim-maksim tersebut dengan tujuan sebagai strategi menarik perhatian kawan bicara. Dalam film Madagascar 3: Europe‟s Most Wanted terdapat banyak pelanggaran maksim sebagai strategi persuasi. Dengan menggunakan teori implikatur percakapan, teori retorik, dan teori-teori lain, seperti teori kesantunan, teori co-active persuasion, dan teori relasi kuasa, akan membantu untuk menganalisis pelanggaran maksim sebagai strategi persuasi. Temuan dari penelitian ini adalah pelanggaran maksim dapat digunakan sebagai strategi persuasi.

As social beings, we cannot be separated from social interaction and communication. We need to interact and communicate with other people. As we all know, to communicate and interact with other people, of course, we need a language. Language is foremost a means of communication and interaction. As a communication tool in social interaction, language is also important in keeping a good social relation among language users. There are cooperative principles which control us in the way we communicate with others. The cooperative principles contain some maxims. Yet, in the middle of conversation, we usually flout or violate the maxims in order to attract the hearers. In the movie Madagascar 3: Europe‟s Most Wanted, there are so many flout of maxims or exploit of maxims which is done by Alex, Marty, Melman, and Gloria as a persuasion strategy. By using conversational implicature theory, rhetoric theory, and some theories like politeness theory, co-active persuasion theory, and power relation theory will help to analyze this research on the use of flouting maxims and violating maxims as persuasion or rhetoric strategy. The finding of this research is that flout of maxims or exploit of maxims can be used as persuasion strategy."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S44589
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ira Dininggara Maladi
"Sukaraja merupakan desa yang penduduknya terdiri dari berbagai suku bangsa antara lain suku bangsa Sunda dan suku bangsa Lampung. Dua suku bangsa tersebut merupakan suku bangsa terbesar di desa Sukaraja. Suku bangsa Lampung dan suku bangsa Sunda hidup berdampingan dan saling mempengaruhi kebudayaan satu sama lain. Hal ini terlihat pada penggunaan bahasa Lampung disana yang tersisipi oleh penegas kata (fatis) atuh, jing, dan geh. Ketiga fatis tersebut berasal dari bahasa Sunda. Bahasa Lampung tersisipi ketiga fatis tersebut karena adanya interaksi yang terjadi antar suku bangsa Lampung dan suku bangsa Sunda setiap harinya.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dan pendekatan kuantitatif. Teknik penelitian yang digunakan yaitu pengamatan terlibat dan wawancara mendalam. Hal ini digunakan untuk mengetahui mengapa bahasa Lampung di desa Sukaraja tersisipi oleh fatis dari bahasa Sunda. Kajian pustaka dilakukan untuk memudahkan peneliti dalam memahami fatis dan fungsi dari fatis itu sendiri serta membantu peneliti memahami mengapa fatis bahasa Sunda dapat menyisipi bahasa Lampung. Selain itu, peneliti juga mempresentasekan jumlah fatis atuh, jing, dan geh yang muncul dalam bahasa Lampung.
Penelitian ini mengkategorikan informan menjadi dua kriteria yaitu informan kunci (key informan) dan informan pendukung. Informan kunci terdiri dari tiga orang. Ketiganya menggunakan nama asli atau peneliti tidak menggunakan nama samaran. Sedangkan informan pendukung adalah beberapa masyarakat suku bangsa Lampung yang tinggal di desa Sukaraja.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa fatis atuh, jing, dan geh dapat menyisipi bahasa Lampung karena pengucapan ketiga fatis tersebut sesuai dengan sumber bunyi dalam bahasa Lampung. Ketiga fatis tersebut juga memiliki fungsinya sendiri. Tiap-tiap fatis memiliki fungsi yang berbeda dari fatis-fatis yang ada dalam bahasa Lampung. Selain itu, faktor kebiasaan juga membuat fatis atuh, jing, dan geh menjadi lazim digunakan di desa Sukaraja.
Kerukunan antar suku bangsa yang terjadi di desa Sukaraja juga membuat masyarakat suku bangsa Lampung dapat menerima dengan baik keberadaan fatis atuh, jing, dan geh dalam bahasa Lampung. Keberadaan ketiga fatis tersebut dalam bahasa Lampung telah disadari oleh suku bangsa Lampung dan membuat mereka merasa semakin kaya dalam berbahasa.

Talbot is a village made up of various ethnic groups such as ethnic and tribal Sundanese Lampung. The two tribes are the largest ethnic group in the village of Talbot. Lampung tribes and ethnic groups coexist and Sundanese culture mutually influence each other. This is seen in the use of language by the Lampung there are shells confirmation word (phatic) atuh, jing, and geh. Phatic third comes from the language. Phatic three shells Lampung language, because of the interaction between Lampung tribes and tribal Sundanese every day.
The approach used in this study is a qualitative approach and quantitative approach. Research techniques used were participant observation and in-depth interviews. It is used to determine why the language of Lampung in Talbot village by the shells of phatic language. Literature review conducted to facilitate researchers in understanding the function of phatic phatic and themselves and to help researchers understand why phatic Sundanese language can menyisipi Lampung. In addition, the researchers also mempresentasekan number phatic atuh, jing, and geh which appeared in Lampung.
This study categorizes the informant to two criteria: the key informants (key informants) and supporting informants. Key informants consisted of three people. All three use real names or the researchers did not use a pseudonym.While informants are supporting some ethnic communities living in rural Lampung Talbot.
Based on the survey results revealed that phatic atuh, jing, and can geh menyisipi third language pronunciation phatic Lampung because according to the source of sound in the language of Lampung. Phatic Third also has its own function. Phatic each having different functions of phatic-phatic that exist in Lampung. In addition, the habit also makes phatic atuh, jing, and geh became prevalent in rural Talbot.
Harmony among ethnic groups occurred in the village of Talbot also made Lampung ethnic communities may welcome the presence of phatic atuh, jing, and geh in Lampung language. The existence of the third phatic language has been recognized by the Lampung Lampung tribe and make them feel even richer in the language.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
S44669
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elly Yulida
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1987
S14216
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Kesaint Blanc, 2004
428 Bis
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
"Penelitian ini dilatarbelakangi oleh asumsi bahwa tradisi lisan Jemblung merupakan tradisi lisan yang dapat diapresiasi sebagai sebuah kesenian yang hampir punah padahal kaya akan nilai-nilai luhur yang dapat dimanfaatkan baik untuk pendidikan formal maupun nonformal. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri dengan menggunakan pedoman wawancara dan catatan lapangan. Temuan dalam penelitian ini meliputi: (1) struktur cerita dalam tradisi lisan jemblung, yang diklasifikaskan dalam alur, tokoh dan penokohan, dan latar, (2) aspek konteks yang meliputi konteks budaya, sosial, situasi, dan ideologi, (3) ko-teks dalam tradisi lisan jemblung diklasifikasikan dengan konsep antropolinguistik, meliputi: (a) deskripsi paralinguistik, (b) gestur (c) penjagaan antarpelaku, dan (d) unsur material: pakaian, penataan lokasi dan dekorasi, penggunaan properti dan fungsinya, (4) proses pewarisan dalam tradisi lisan jemblung ini dibagi menjadi dua yakni proses menjadi pemain dan proses penciptaan cerita, (4) fungsi tradisi lisan jemblung sebagai berikut: (a) alat pengesahan kebudayaan, (b) pemaksa berlakunya norma di masyarakat, (c) alat pendidikan, (d) hiburan (e) Media dakwah, dan (f) media propaganda tematik. Nilai-nilai yang ditemukan dalam tradisi lisan Jemblung didominasi oleh religi dan nilai budaya."
JURPEND 15:1 (2015)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Telaumbanua, Tatema
"Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui pemanfaatan media pembelajaran dalam pembelajaran bahasa Inggris. Penulisan makalah ini menggunakan metode tinjauan literatur (library research). Dari pembahasan dapat disimpulkan bahwa media yang digunakan dalam kegiatan proses belajar mengajar Bahasa Inggris sangatlah penting untuk membantu mengkondisikan situasi kelas menjadi lebih hidup, menarik dan tidak membosankan. Peran utama media dalam pembelajaran Bahasa Inggris adalah untuk merangsang pikiran siswa dan mempermudah siswa dalam menangkap/memahami materi yang disampaikan oleh guru sehingga membantu tercapainya tujuan pembelajaran yang sudah ditetapkan."
Universitas Dharmawangsa, 2016
330 MIWD 48 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Febri Taufiqurrahman
"Tesis ini memiliki tujuan untuk mengidentifikasi satuan-satuan linguistik dalam mengomunikasikan pesan yang ingin disampaikan dalam tradisi lisan Metri Wayang Gandrung. Tradisi lisan tersebut dilakukan oleh masyarakat Desa Pagung Kabupaten Kediri ketika mereka memiliki hajat dan nadzar.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan etnografi. Peneliti melakukan transkripsi data dari data lisan menjadi sebuah teks Metri Wayang Gandrung.
Penelitian ini dilakukan dengan ancangan sintaksis dan kajian wacana. Dalam hal ini, teori sintaksis yang digunakan adalah pendapat dari Sudaryanto (1991), Wedhawati (2001), dan Kridalaksana (2002). Sementara itu teori kajian wacana yang digunakan adalah pendapat Halliday & Hasan (1976) dan Renkema (2004). Di samping itu, peneliti juga menggunakan pendapat Rahyono (2009) untuk menganalisis makna dalam konteks budaya Jawa.
Adapun temuan dalam penelitian ini adalah bahwa teks Metri Wayang Gandrung terdiri atas tiga bagian, yakni pendahuluan, isi, dan penutup. Peneliti menemukan 12 kata kunci sebagai konstituen inti yang membangun struktur kalimat-kalimat dalam teks Metri Wayang Gandrung. Dari kedua belas kata kunci yang mengisi fungsi sebagai predikat, 11 kata kunci memiliki kategori sebagai verba dan 1 kata kunci memiliki kategori sebagai nomina. Kedua belas kata kunci tersebut adalah kata suguh, metri/petri, dipunpanggénipun, nggadahi/anggadahi, nyuwun, kaleksanan, tumpeng jejeg maskumambang?, dipunsanggupi, dipunturuti, anetepi, idéni, dan nyuwun ngapunten. Berdasarkan analisis makna referensial dan konteksual budaya, kedua belas kata kunci tersebut membangun sebuah makna wacana.
Adapun kesimpulan dalam penelitian ini adalah bahwa makna wacana tersebut mengandung pesan yang dapat dilihat dari tiga aspek, yakni aspek fungsional, aspek sosial, dan aspek kehidupan masyarakat.

This thesis has an objective to identify and explain the units of linguistic in communicating the message in oral tradition of Metri Wayang Gandrung. The oral tradition of Metri Wayang Gandrung is carried by the people in Pagung-Kediri when they have an ambition and nadzar.
This research used qualitative method with an ethnographic approach. The researcher conducted a data transcription from oral data into text of Metri Wayang Gandrung.
This research was conducted by syntax analysis and discourse studies. In this research, the theory of syntax that is used are the point of view from Sudaryanto (1991), Wedhawati (2001), and Kridalaksana (2002). Meanwhile, the theory of discourse studies that is used are the point of view from Halliday & Hasan (1976) and Renkema (2004). In addition, the researcher used the point of view from Rahyono (2009) to analyze of meaning based on contextual of Javanese culture.
The findings of this research was that the text of Metri Wayang Gandrung consists of three parts; introduction, contents, and cover. The researcher found 12 keywords as core constituents that created the structure of sentences in text of Metri Wayang Gandrung. The twelfth of keywords as predicate in syntax function that consists of 11 keywords as verb and 1 keyword as noun in categories of syntax function. The twelfth of keywords are suguh, metri/petri, dipunpanggénipun, nggadahi/anggadahi, nyuwun, kaleksanan, tumpeng jejeg maskumambang, dipunsanggupi, dipunturuti, anetepi, idéni, and nyuwun ngapunten. Based on analysis of referential meaning and contextual meaning, the twelfth of keywords created a discourse.
In conclusion, the discourse of Metri Wayang Gandrung can be viewed by three aspect; the functional aspects, social aspects, and people life aspects.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2016
T45507
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>