Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 98338 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sigit Supartono
"Phleomorphic adenoma is the most commonly found tumor of the salivary glands. This tumor is usually found in the postero-lateral region of the hard palate. In this case, a phleomorphic adenoma tumor situated in the oropharynx region was reported. The CT-Scan results showed an expansive and infiltrative appearance, suspected to be a malignancy, where wide excision was previously planned to be carried out. During surgery, the mass was found pedunculated in the soft palate. It was then decided to perform an excision as the choice of therapy."
Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2003
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Marpaung, Carolina
"Prosthodontic treatment for cleft palate and lip patient is generally done to restore the structural defect caused by early cleft operations. The treatment in adults are more difficult due to patient's psychological problems. This case report presents a rehabilitation by making a modified removable partial denture with a continued psychological approaches. A hole was created on the upper denture base and denture was arranged lateral to the remaining teeth. Denture flange was also modified to create a better profile of the patient."
Jakarta: Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2003
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Farida Falaivi
"ABSTRAK
Latar belakang: Salah satu lesi prekursor terjadinya kanker kolorektal KKR adalah polip kolon. Polip hiperplastik PH masuk dalam kategori non neoplastik bersama polip inflamasi dan hamartoma. Sedangkan polip serrated PS dan adenoma konvensional masuk kedalam golongan polip neoplastik. World Health Organization WHO pada tahun 2010 memasukkan PH kedalam subtipe PS bersama dengan Sessile serrated adenoma SSA/P dan Traditional serrated adenoma TSA . Ketiga polip diatas harus dapat dibedakan secara morfologik, karena prognosis, terapi, serta survelain endoskopi yang berbeda. Beberapa penelitian terakhir mengemukakan Annexin A10 ANXA 10 dapat digunakan sebagai penanda SSA/P, untuk membedakannya dengan polip lainnya. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbedaan ekspresi ANXA 10 pada PH, SSA/P dan Adenoma. Bahan dan cara kerja: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik menggunakan desain potong lintang. Sampel terdiri dari 16 kasus PH, 16 kasus SSA/P dan 16 kasus adenoma konvensional. Dilakukan pulasan ANXA 10 dan penilaian dilakukan menggunakan H score. Hasil: Titik potong H score pada ekspresi ANXA 10 didapatkan pada 215,05 71,6 dengan sensitivitas 81,3 dan spesifisitas 81,2 . Ekspresi ANXA 10 tinggi didapatkan pada 13 kasus SSA/P dan 3 kasus PH, sedangkan pada 16 kasus adenoma konvensional umumnya memiliki ekspresi ANXA 10 yang rendah p < 0,001 . Kesimpulan: Terdapat perbedaan ekspresi ANXA 10 pada PH, SSA/P dan adenoma konvensional. Pulasan ANXA 10 berpotensi digunakan sebagai penanda untuk membantu mendiagnosis SSA/P.
ABSTRACT Background One of precursor lesion of colorectal cancer CRC is colon polyps. Hyperplastic polyp HP is one of non neoplastic polyps category along with inflammatory polyp and hamartomas. While serrated polyps SP and conventional adenomas categorized as neoplastic polyp. World Health Organization WHO in 2010 divided SP into hyperplastic polyps HP , Sessile Serrated adenomas SSA P and Traditional Serrated adenomas TSA . We must be able to distinguish this polyps, because they have different prognosis, therapy and endoscopic surveillance. Several recent studies have suggested that Annexin A10 ANXA 10 can be used as a marker of SSA P, to distinguish it from other polyps. The aim of this study is to know the difference of expression of ANXA 10 on HP, SSA P and conventional adenoma.Materials and methods This was a cross sectional study with 16 cases of HP, 16 cases of SSA P and 16 cases of Adenoma. All cases stained by ANXA 10 antibody and evaluated using H score. Results The cut off point H score on ANXA 10 expression was obtained at 215.05 71.6 with 81.3 sensitivity and 81.2 specificity. High ANXA 10 expression was obtained in 13 cases of SSA P and 3 cases of PH, while in 16 cases of conventional adenomas were generally have low expression of ANXA 10 p "
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Pillipus Resar Andreano
"Latar belakang. Berdasarkan WHO, lesi-lesi prekursor dapat berkembang menjadi karsinoma kolorektal melalui 2 jalur yaitu adenoma - carcinoma sequence dan serrated pathways. Adenoma carcinoma sequence diawali sel atipik - adenoma displasia ringan - adenoma displasia keras -karsinoma kolorektal, sedangkan serrated pathways dimulai dari aberrant crypt foci (ACF) - polip hiperplastik - serrated adenoma (SA) - karsinoma kolorektal. Salah satu komponen penting pada lesi tersebut adalah musin yang berfungsi untuk melindungi lapisan mukosa saluran pencernaan. Musin dapat mengalami perubahan pada tumor ganas yang berperan dalam proses diferensiasi, proliferasi dan invasi sel tumor. Kepustakaan mengatakan bahwa pulasan IHK Mucin-6 (MUC6) dapat digunakan sebagai penanda bagi serrated adenoma dan adenoma konvensional displasia keras.
Tujuan. Untuk mengetahui ekspresi MUC6 aberrant di sitoplasma sel epitel kripta mukosa kolorektal pada serrated adenoma (SA) dan adenoma konvensional displasia keras.
Bahan dan cara. Penelitian ini dilakukan secara retrospektif, menggunakan studi analitik deskriptif potong lintang, dengan mengumpulkan kasus serrated adenoma (SA) dan pembanding menggunakan kasus adenoma konvensional displasia keras masing-masing 20 kasus. Dilakukan pulasan immunohistokimia (IHK) Mucin-6 (MUC6) terhadap semua kasus.
Hasil. Indeks ekspresi MUC6 aberrant kelompok serrated adenoma menunjukkan hasil sedang-kuat pada sebagian besar kasus, sedangkan kelompok adenoma konvensional displasia keras menunjukkan hasil negatif dan positif lemah pada sebagian besar kasus. Maka dapat disimpulkan terdapat hubungan bermakna antara ekspresi MUC6 aberrant pada kelompok serrated adenoma (SA) dan adenoma konvensional displasia keras, dengan nilai p=0,005.
Kesimpulan. Terdapat hubungan bermakna antara ekspresi MUC6 aberrant kelompok kasus serrated adenoma (SA) dan adenoma konvensional displasia keras.

Background. Based on WHO, precursor lesions can develop into colorectal carcinoma through two pathways, namely adenoma - carcinoma sequence pathways and serrated pathways. Adenoma carcinoma sequence begins atypical cells - adenoma with mild dysplasia - adenoma with severe dysplasia - colorectal carcinoma, whereas serrated pathways begins aberrant crypt foci (ACF) - hyperplastic polyps - serrated adenoma (SA) - colorectal carcinoma. One of the important components of the lesion is the mucin layer which serves to protect the gastrointestinal mucosa. Mucin may experience changes in malignant tumors which play a role in the differentiation, proliferation and invasion of tumor cells. The literature says that the outward appearance of IHC Mucin-6 (MUC6) can be used as a marker for serrated adenoma and conventional adenoma with severe dysplasia.
Objective: To find expression aberrant of MUC6 in the cytoplasm of epithelial cells in the colorectal mucosal crypts serrated adenoma (SA) and conventional adenoma with severe dysplasia.
Materials and method. This study was conducted retrospectively, using a crosssectional descriptive analytic study, by collecting case serrated adenoma (SA) and a comparison using conventional adenoma with severe dysplasia case each of the 20 cases. Do outward MUC6 immunohistochemistry staining in all cases.
Results. Index aberrant expression of Mucin-6 (MUC6) serrated adenoma group showed moderate to strong results in most cases, while the conventional adenoma with severe dysplasia was negative and weakly positive in most cases. So we can conclude there is a relationship between the aberrant expression of Mucin-6 (MUC6) in the serrated adenoma (SA) group and conventional adenoma with severe dysplasia, with p= 0.005.
Conclusion. There is a relationship between the aberrant expression of Mucin-6 (MUC6) serrated adenoma (SA) group and conventional adenoma with severe dysplasia.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T58694
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syamira Merina
"Adenoma merupakan jenis tumor jinak pada lapisan epidermis jaringan. Adenoma dapat berubah menjadi kanker ganas yang kemudian disebut Adenocarcinoma. Terdapat salah satu bentuk data biologi molekuler yang sedang berkembang saat ini, yaitu data ekspresi gen microarray. Microarray dapat digunakan untuk pendeteksian dan penelitian dalam bidang onkologi. Salah satu metode untuk mengolah dan menganalisis data ekspresi gen microarray adalah dengan biclustering. Dalam skripsi ini akan dilakukan implementasi salah satu metode biclustering pada data ekspresi gen microarray, yaitu dengan algoritma Binary Inclusion-Maximal. Algoritma akan diimplementasi pada data Adenoma kolon yang terdiri dari 7070 gen dengan 4 sampel sel adenoma dan 4 sampel sel normal. Implementasi tersebut membutuhkan waktu kurang dari 1 detik dan menghasilkan 22 bicluster yang terdiri dari 25 gen secara keseluruhan.

Adenoma is a benign type of tumor in the epidermal layer of a tissue. Adenoma can turn into a malignant cancer which is then called Adenocarcinoma. There is a form of molecular biology data which is developing today, namely microarray gene expression data. Microarray can be use for detection and research in the field of oncology. One method for processing and analyzing microarray gene data is by biclustering. In this study the writer will be using one method of biclustering, the Binary Inclusion Maximal algorithm, and implement it on microarray gene expression data. The algorithm will be implemented on Colon Adenoma data consisting of 7070 genes with 4 adenoma cell samples and 4 normal cell samples. The implementation took less than one second and resulted in 22 biclusters composed of 25 genes.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Angelina Larasati Budiman
"Latar Belakang
Adenoma hipofisis merupakan jenis tumor hipofisis yang paling umum, yang menyebabkan efek massa dan ketidakseimbangan hormon. Gejala seperti gangguan ketajaman penglihatan (VA), cacat lapang pandang (VFD), dan sakit kepala mendorong pasien untuk mencari pertolongan medis. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis karakteristik, gejala, dan hasil akhir pasien adenoma hipofisis yang dirawat di Rumah Sakit Rujukan Nasional Cipto Mangunkusumo (RSCM) dari tahun 2018-2022, dengan fokus pada gejala penglihatan dan sakit kepala sebelum dan sesudah perawatan.
Metode
Penelitian observasional retrospektif dan potong lintang, ini meninjau catatan medis pasien adenoma hipofisis dari tahun 2018-2022 di RSCM. Awalnya, 241 pasien diidentifikasi, setelah menerapkan kriteria eksklusi untuk hasil patologi yang inkonklusif dan rekam medis tidak lengkap, berkurang menjadi 161 pasien. Data tentang demografi, karakteristik tumor, intervensi, dan keluhan utama dikumpulkan, dengan fokus pada gangguan penglihatan dan pola sakit kepala.
Hasil
Rata-rata usia pasien adalah 46,2 tahun, dengan sedikit dominasi perempuan (54,6%). Adenoma non-fungsional (NFA) mencakup 86,9% kasus, sedangkan prolaktinoma merupakan adenoma fungsional yang paling umum. Makroadenoma terdapat pada 96,9% pasien. Intervensi yang paling umum adalah operasi transsphenoidal. Gangguan lapang pandang (42,2%) dan sakit kepala merupakan gejala yang sering muncul. Pascaoperasi, sakit kepala berkurang secara signifikan, dengan perbaikan yang terlihat pada ketajaman penglihatan dan defek lapang pandang pada kunjungan tindak lanjut.
Kesimpulan
Sakit kepala dan gangguan penglihatan merupakan gejala yang paling umum pada pasien adenoma hipofisis di RSCM (2018-2022). Meskipun temuan tersebut menggarisbawahi pentingnya pemeriksaan diagnostik yang komprehensif, penelitian ini dibatasi desain retrospektif dan dokumentasi pasien yang tidak konsisten.

Background
Pituitary adenomas are the most common type of pituitary tumors, leading to mass effects and hormonal imbalances. Symptoms such as visual acuity (VA) disturbances, visual field defects (VFDs), and headaches prompt patients to seek medical attention. This study aims to analyze the characteristics, symptoms, and outcomes of pituitary adenoma patients treated at Cipto Mangunkusumo National Referral Hospital (RSCM) from 2018 to 2022, focusing on visual and headache symptoms pre- and post-treatment.
Methods
This retrospective, cross-sectional, observational study reviewed the medical records of pituitary adenoma patients from 2018 to 2022. Initially, 241 patients were identified, but after applying exclusion criteria for inconclusive pathology and incomplete records, 161 patients were included. Data on demographics, tumor characteristics, interventions, and chief complaints were collected, concentrating on visual disturbances and headache patterns.
Results
The average age of patients was 46.2 years, with a slight female predominance (54.6%). Non-functioning adenomas (NFA) accounted for 86.9% of cases, while prolactinomas were the most common functioning adenomas. Macroadenomas were present in 96.9% of patients. The most common intervention was transsphenoidal surgery. Visual field disturbances (42.2%) and headaches were the frequent presenting symptoms. Postoperatively, headaches decreased, with improvements noted in both visual acuity and field defects at follow-up visits.
Conclusion
Headaches and visual impairments were the most common symptoms in pituitary adenoma patients at RSCM (2018-2022). Although the findings underscore the importance of comprehensive diagnostic workups, the study's limitations include its retrospective design and inconsistent documentation. Future research should aim to standardize data collection for improved clinical management.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chaidar Masulili
"ABSTRAK
Kecekatan dan retensi gigi tiruan lepasan tergantung pada adaptasi yang baik dari basis gigi tiruan terhadap jaringan lunak di bawahnya. Adaptasi ini diperoleh dari kontak yang erat antara basis gigi tiruan terhadap jaringan mukosa pendukungnya. Untuk itu harus dibuat dari cetakan yang dapat merekam jaringan lunak di bawahnya secara akurat. untuk mendapatkan suatu detil pencetakan dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti, viskositas, kebasahan, Cara penanganan bahan cetak dan kemampuan bahan cetak untuk mengalir di atas jaringan lunak. Petunjuk tanda anatomi palatum yaitu sutura palatal median, rugae dan papilla incisif dapat dipakai untuk mendeteksi hasil cetakan. Penelitian ini, dari 15 model reproduksi cetakan palatum yang dicetak dengan bahan cetak silikon dan 15 model reproduksi cetakan palatum yang dicetak dengan bahan pasta zink oxide egenol dievaluasi dengan menentukan jumlah skor, yaitu skor rongga kosong dan skor detil jaringan dari masing-masing kelompok bahan cetak.
Pada hasil pemeriksaan kedua bahan cetak ini terlihat adanya perbedaan reproduksi detil. Dari hasil uji statistik menunjukkan tidak adanya perbedaan reproduksi detil antara bahan cetak silikon dengan bahan cetak zink oxide egenol pada jaringan lunak palatum. Kemungkinan adanya perbedaan ini dapat disebabkan pada penetapan skor tidak terlihat perbedaan yang lebih detil antara skor 1 dengan skor lainnya. Sedangkan perbedaan pada hasil pemeriksaan dapat disebabkan sifat kebasahan jaringan, kebasahan bahan cetak, adanya perbedaan efek penipisan karena sobekan, jumlah dan ukuran partikel bahan pengisi dan kompatabilitas gips dengan bahan cetak. Dengan mengetahui kemampuan hasil reproduksi kedua bahan cetak ini, secara umum untuk menambah perbendaharaan ilmu kedokteran gigi, dan khususnya meningkatkan kualitas kerja klinik. "
1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmat Cahyanur
"Latar Belakang : Adenoma hipofisis merupakan tumor intrakranial yang berasal dari jaringan hipofisis anterior. Manifestasi klinis yang ditimbulkan terkait dengan pendesakan massa dan gangguan sekresi hormon. Salah satu gangguan hormonal yang ditimbulkan adalah hipotiroidisme sekunder. Hipotiroidisme sekunder terkait dengan penurunan kualitas hidup serta peningkatan risiko kardiovaskular.
Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proporsi hipotiroidisme sekunder dan gambaran klinis pasien adenoma hipofisis.
Metode : Penelitian ini adalah studi potong lintang. Data diambil dari rekam medis pasien di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta dalam kurun waktu tahun 2007-2012. Data demografis pasien (usia, jenis kelamin), karakteristik klinis, jenis adenoma, data radiologis, serta hasil pemeriksaan hormon (T4 bebas dan TSH) dievaluasi pada peneltian ini.
Hasil : Selama kurun waktu 2007-2012 terdapat 63 pasien adenoma hipofisis di RSCM. Sebanyak 45 pasien memiliki data yang lengkap dan diikutsertakan sebagai subyek pada penelitian ini. Sebagian besar subyek adalah wanita (62,2%). Keluhan utama subyek adalah gangguan penglihatan (55,6%). Gejala atau tanda yang sering ditemukan adalah sakit kepala (86,7%), gangguan penglihatan (77,8%). Pada subyek wanita manifestasi yang pertama kali muncul adalah gangguan penglihatan dan gangguan fungsi seksual (39,3% dan 32,1%). Usia gejala pertama kali muncul lebih muda pada kelompok adenoma fungsional dibandingkan non fungsional (32,9 vs. 40,6). Hampir seluruh kasus yang ditemukan adalah makroadenoma (97,8%). Proporsi subyek yang mengalami hipotiroidisme sekunder adalah 40%. Subyek dengan hipotiroidisme sekunder lebih banyak mengeluhkan gangguan penglihatan dan gangguan ereksi.
Simpulan : Gangguan penglihatan adalah keluhan utama yang sering ditemukan. Pada subyek wanita, keluhan gangguan fungsi seksual bersama dengan gangguan penglihatan adalah manifestasi yang pertama kali muncul. Proporsi hipotiroidisme sekunder pada penelitian ini adalah 40,0 %. Subyek dengan hipotiroidisme sekunder lebih banyak mengeluhkan gangguan penglihatan, gangguan ereksi.

Background : Pituitary adenoma is intracranial neoplasm that arise from anterior pituitary tissue. Clinical manifestations are caused by mass effect and hormonal secretion disorder. One of the hormonal disorder is secondary hypothyroidism. Secondary hypothyroidism is related with increased cardiovascular morbidity and decreased quality of life.
Objectives: This study described the proportion of secondary hypothyroidism and and clinical features of pituitary adenoma patients.
Methods: This study was a cross sectional study. Data were collected from medical record in Cipto Mangunkusumo Hospital, from 2007 to 2012. Demographic data (age, gender), clinical characteristic, radiological result, adenoma type, and hormonal evaluation (free T4 and TSH) were evaluated.
Result : During 2007-2012 there were 63 patients with pituitary adenoma in Cipto Mangunkusumo Hospital.There were 43 patientswho fulfilled the study criteria. Majority of patients were female (62,2%). Visual disturbance was the most common presenting symptom (55,6%). Headache and visual disturbance were symptoms that commonly found, respectively (86,7% and 77,8%). Female subjects suffered visual disturbance and sexual dysfunction as their first occured symptoms, 39,3% and 32,1% respectively. Age at first symptom was younger in the subjects with functional adenoma compared non functional (32,9 vs. 40,6). Almost all cases were macroadenoma (97,8%). Secondary Hypothyroidism proportionin this study was 40 %. Subjects with secondary hypothyroidism had higher frequencies of visual distrubance and erectile dysfunction.
Summary : Visual disturbance is most common presenting symptom. Female subjects tend to had visual disturbance and sexual dysfunction as their first symptom. Secondary Hypothyroidism proportion in this study was 40 %. Subjects with secondary hypothyroidism had larger tumor diameter. Visual disturbance and erectile dysfunction commonly found in subjects with secondary hypothyroidism.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wiwiek Ernajanti
"[ABSTRAK
Latar Belakang: Kanker kolorektal merupakan tumor ganas ketiga di dunia.
Sembilan puluh lima persen kanker kolorektal merupakan adenokarsinoma yang
berasal dari lesi prekursor adenoma. Dilaporkan 15%-20% kanker terkait dengan
infeksi virus. Virus yang diduga berhubungan dengan kanker kolorektal adalah
human papilloma virus (HPV) dan tipe tersering adalah 16 dan 18. Hubungan
antara HPV dan kanker kolorektal masih menjadi perdebatan. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui perbedaan prevalensi infeksi HPV pada adenoma dan
adenokarsinoma kolorektal di Departemen Patologi Anatomik FKUI/RSCM
Jakarta dengan menggunakan teknik polymerase chain reaction (PCR). Bahan
dan Metode: Pemeriksaaan DNA HPV pada 33 kasus adenoma dan 33 kasus
adenokarsinoma kolorektal dengan teknik nested PCR MY/GP dan elektroforesis.
Pada kasus dengan hasil HPV positif, dilanjutkan PCR menggunakan primer
spesifik HPV 16 dan HPV 18. Subjek penelitian berasal dari Departemen Patologi
Anatomik FKUI/RSCM. Hasil: Satu dari 33 kasus (3,0%) adenoma dan 3 dari 33
kasus (9,1%) adenokarsinoma positif infeksi HPV. Satu kasus adenoma positif
HPV bukan merupakan tipe 16 dan 18. Satu kasus adenokarsinoma dengan
positif, HPV merupakan tipe 16, 2 kasus merupakan gabungan tipe 16 dan 18.
Kesimpulan: Prevalensi infeksi HPV pada adenokarsinoma lebih tinggi
dibandingkan adenoma kolorektal. Tipe HPV pada kasus adenokarsinoma
kolorektal merupakan tipe 16 dan 18.

ABSTRACT
Background : Colorectal cancer is the third malignant tumor in the world.
Ninety-five percent of colorectal cancers are adenocarcinomas derived from
precursor lesions adenoma. There are 15% -20% of cancers associated with viral
infections. Virus are suspected associated with colorectal cancer is the human
papilloma virus (HPV) and the most common types are 16 and 18. The
relationship between HPV and colorectal cancer is still being debated. This study
purpose to determine the prevalence differences of HPV infection in colorectal
adenomas and adenocarcinomas in the Department of Anatomic Pathology,
FKUI/RSCM Jakarta by using the polymerase chain reaction (PCR). Materials
and Methods : HPV DNA examination on 33 cases of adenoma and 33 cases of
colorectal adenocarcinoma by nested MY/GP PCR technique and electrophoresis.
In the cases with positive HPV results, continue by specific primers HPV 16 and
HPV 18 PCR. The subject of the study came from the Department of Anatomic
Pathology, FKUI/RSCM. Result : One (3.0%) adenomas and 3 (9.1%)
adenocarcinoma from 33 cases adenoma and adenocarcinoma are HPV positive.
One case of HPV positive adenomas are not types 16 and 18. HPV positive
adenocarcinoma, 1 case was type 16, two cases are combination of types 16 and
18. Conclusion : The HPV prevalence in adenocarcinoma was higher than
colorectal adenoma. HPV types on positive colorectal adenocarcinoma cases are
types 16 and 18., Background : Colorectal cancer is the third malignant tumor in the world.
Ninety-five percent of colorectal cancers are adenocarcinomas derived from
precursor lesions adenoma. There are 15% -20% of cancers associated with viral
infections. Virus are suspected associated with colorectal cancer is the human
papilloma virus (HPV) and the most common types are 16 and 18. The
relationship between HPV and colorectal cancer is still being debated. This study
purpose to determine the prevalence differences of HPV infection in colorectal
adenomas and adenocarcinomas in the Department of Anatomic Pathology,
FKUI/RSCM Jakarta by using the polymerase chain reaction (PCR). Materials
and Methods : HPV DNA examination on 33 cases of adenoma and 33 cases of
colorectal adenocarcinoma by nested MY/GP PCR technique and electrophoresis.
In the cases with positive HPV results, continue by specific primers HPV 16 and
HPV 18 PCR. The subject of the study came from the Department of Anatomic
Pathology, FKUI/RSCM. Result : One (3.0%) adenomas and 3 (9.1%)
adenocarcinoma from 33 cases adenoma and adenocarcinoma are HPV positive.
One case of HPV positive adenomas are not types 16 and 18. HPV positive
adenocarcinoma, 1 case was type 16, two cases are combination of types 16 and
18. Conclusion : The HPV prevalence in adenocarcinoma was higher than
colorectal adenoma. HPV types on positive colorectal adenocarcinoma cases are
types 16 and 18.]"
2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Boy M. Bachtiar
"Pendahuluan
Salah satu bentuk kandidiasis mulut adalah kandidiasis atropik kronik atau denture stomatitis yang terutama disebabkan oleh jamur Candida albicans dan dipicu oleh pemakaian protesea lepasan di dalam mulut. Secara teoritis, mekanisme sistem pertahanan tubuh primer berperan dalam mencegah kolonisasi C. albicans pada permukaan mukosa mulut. Mekanisme ini meliputi deskuamasi epitel mukosa mulut, sIgA yang mengagregasi sel jamur dari pembersihannya dari dalam mulut, serta berbagai protein saliva yang bersifat kandidasidal, seperti lisozim, histatin, dan laktoferin2. Selain itu, granulosit dan makrofak merupakan sel-sel imunokompeten yang berperan dalam mekanisme respon inflamasi dan sebagai sel efektor pada tahap respon imun adoptif.
Masih terdapat ketidaksesuaian pendapat tentang potensi serotipe C. albicans, yaitu serotipe A dan serotipe B, dalam patogenesis denture stomatitis_ Sebagain peneliti mengatakan bahwa sifat invasif C. albicans pada mukosa mulut berbeda menurut serotipe tersebut. Peneliti yang lain menyatakan bahwa induksi antibodi yang protektif terhadap C. albicans lebih ditentukan oleh distribusi epitop tertentu yang merupakan bagian dari lipomanan, molekul yang terdapat pada permukaan sel blastarporta. Namun demikian para ahli sepakat, bahwa sifat patoigen oportunis jamur ini berkorelasi dengan defek imun yang terjadi pada inang, baik defek imun secara umum, maupun defek imun yang terjadi secara lokal."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2000
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>